2.4.1 Proyeksi PA Pada proyeksi ini pasien diposisikan berdiri tegak menghadap kaset, dagu diangkat
keatas, tangan diletakkan dibelakang dan dibawah pinggul. Thorax harus diposisikan secara simetris relatif terhadap film, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Sumber radiasi diposisikan di belakang pasien dengan jarak fokus ke film sejauh mulai dari 150-180 cm, dan pancaran sinar-X ditransmisikan ke pasien.
Gambar 2.2 Proyeksi PA pada Pasien Withley, 2005
Pada penelitian ini proyeksi PA menggunakan phantom diperlihatkan pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Skema proyeksi PA phantom
Pada Gambar 2.3 ditunjukkan skema proyeksi PA yang digunakan adalah phantom dengan luas lapangan penyinaran yang berukuran 30 x 30 cm dimana variasi jarak dari
titik fokus ke detektor mulai dari 100-180 cm. Detektor dihubungkan dengan elektrometer dan ditempatkan diluar ruangan. Teknik pengukuran dosis penyinaran
dilakukan pada arah vertikal dengan cara menggeser stand tabung sinar-X menjauhi detektor.
2.4.2 Proyeksi LAT
Proyeksi LAT pada pasien dapat
dilakukan dengan dua sisi yaitu miring menyamping ke kiri atau kanan. Pasien diposisikan berdiri tegak disamping kaset,
lengan dilipat dan dinaikkan diatas kepala. Sagital median sejajar disesuaikan dengan kaset. Sumber sinar-X diarahkan dari disamping pasien dengan jarak fokus ke film
mulai dari 150-180 cm. Proyeksi LAT pada pasien dapat ditunjukkan pada Gambar 2.4
Gambar 2.4 Proyeksi LAT pada Pasien Withley, 2005
Skema proyeksi LAT phantom yang ditunjukkan pada Gambar 2.5 luas lapangan penyinaran berukuran 20 x 30 cm dan variasi jarak dari titik fokus ke detektor mulai
dari 100-180 cm. Detektor dihubungkan dengan elektrometer dan ditempatkan diluar ruangan. Setiap dosis radiasi yang masuk akan terbaca pada elektrometer. Teknik
pengukuran dosis penyinaran dilakukan pada arah vertikal dengan cara menggeser stand tabung sinar-X menjauhi detektor.
Gambar 2.5 Skema Proyeksi LAT phantom
2.5 Pengaturan Jarak