ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI FOTO THORAX PADAPASIEN ANAK DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAHSAKIT PARU JEMBER

(1)

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI FOTO

THORAX

PADA

PASIEN ANAK DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH

SAKIT PARU JEMBER

SKRIPSI

Oleh

Evi Widayati NIM 081810201004

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER


(2)

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI FOTO

THORAX

PADA

PASIEN ANAK DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH

SAKIT PARU JEMBER

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Fisika (S1)

dan mencapai gelar Sarjana Sains

Oleh

Evi Widayati NIM 081810201004

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER


(3)

iii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Ibunda (almarhumah) Subaidah dan Ayahanda (almarhum) Muhammad tercinta, yang telah melahirkan dan membesarkan serta atas untaian dzikir dan doa yang mengiringi langkahku selama menuntut ilmu, dukungan, nasehat, bimbingan, perhatian, dan curahan kasih sayang tanpa batas yang telah diberikan sejak aku kecil, serta pengorbanan selama ini;

2. Paman Slamin dan bibi Naki, Suryati tercinta, atas do‟a, dukungan, nasehat, bimbingan, perhatian dan kasih sayang selama ini seperti layaknya anak sendiri. 3. Yunda Yuliana tercinta, atas doa dan kasih sayang serta motivasi yang telah

diberikan kepada adikmu selama ini;

4. Kakanda Randhi Nanang Darmawan tersayang, yang selalu mendampingi, memberikan dukungan, motivasi, dan semangat setiap waktu;

5. guru-guru sejak taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi yang telah mendidik dengan penuh kesabaran;

6. Almamater Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.


(4)

iv

dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (terjemahan Surat Al-Baqarah ayat 153)*)

Jadilah seperti semut dalam ketekunannya. Dia berusaha merambat naik ke batang pohon hingga ratusan kali, dan jatuh sebanyak jumlah yang sama. Tapi dia terus

berusaha naik kembali hingga akhirnya sampai pada tujuan yang diinginkan. Karena itu jangan cepat menyerah dan bosan.**)

*) Departemen Agama Republik Indonesia. 1998. Al Qur‟an dan Terjemahannya. Semarang: PT

Kumudasmoro Grafindo.


(5)

v

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Evi Widayati

NIM : 081810201004

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul ”Analisis Dosis Serap Radiasi Foto Thorax pada Pasien Anak di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun, dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian bersama dosen dan mahasiswa, dan hanya dapat dipublikasikan dengan mencantumkan nama dosen pembimbing.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, Maret 2013 Yang menyatakan,

Evi Widayati NIM 081810201004


(6)

vi

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI FOTO

THORAX

PADA

PASIEN ANAK DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH

SAKIT PARU JEMBER

Oleh Evi Widayati NIM 081810201004

Pembimbing

Dosen Pembimbing Utama : Drs. Yuda Cahyoargo Hariadi, M.Sc, Ph.D Dosen Pembimbing Anggota : Dra. Arry Yuariatun Nurhayati


(7)

vii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul ” Analisis Dosis Serap Radiasi Foto Thorax pada Pasien Anak

di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember” telah diuji dan disahkan pada:

hari, tanggal :

tempat : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Tim Penguji: Ketua,

Drs.Yuda Cahyoargo Hariadi, M.Sc., Ph.D NIP 19620311 198702 1 001

Sekretaris,

Dra. Arry Yuariatun Nurhayati NIP 19610909 198601 2 001 Pembimbing Lapangan

Dwi Kirana L.S, Amd.Rad NIP 19740709 199703 1 007 Anggota I,

Endhah Purwandari, S.Si., M.Si NIP 19811111 200501 2 001

Anggota II,

Nurul Priyantari, S.Si., M.Si. NIP 19700327 199702 2 001 Mengesahkan

Dekan,

Prof. Drs. Kusno, DEA., Ph.D. NIP 19610108 198602 1 001


(8)

viii

Radiologi Rumah Sakit Paru Jember; Evi Widayati, 081810201004; 2013: 41

halaman; Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Jember.

Radiologi merupakan salah satu instalasi penunjang medik dengan menggunakan sumber radiasi pengion seperti Sinar-X. Salah satu jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah foto Thorax, dimana pemanfaatannya juga semakin meluas dalam beberapa kategori usia seperti pada pasien anak. Selain memberikan manfaat, sinar-X juga dapat memberikan ancaman yang merugikan manusia misalnya efek radiasi pada kulit. Namun akhir-akhir ini perhatian yang cukup serius adalah dampak dari radiasi sinar-X sebagai pencetus carsiogenik pada manusia, apalagi jika diterapkan pada anak-anak. Fungsi organ-organ tubuh anak belum matang, serta selnya masih dalam proses pertumbuhan sehingga sangat sensitif terhadap radiasi. Oleh karena itu, proteksi radiasi pada pasien anak perlu ditingkatkan dan mendapatkan perhatian yang serius terutama dalam pemberian dosis. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran dosis serap yang diterima oleh pasien anak.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisa dosis serap radiasi foto thorax yang diterima oleh pasien anak di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember. Dalam penelitian ini terdiri dari pasien laki dan wanita usia 1-15 tahun yang kemudian digolongkan menjadi 3 kelompok usia yaitu usia 1-5 tahun, 5-10 tahun, dan 10-15 tahun. Masing-masing kategori diambil sebanyak 50 data yang kemudian diolah dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan metode oneway ANOVA. Dari hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai dosis yang


(9)

ix

direkomendasikan oleh UNSCEAR (United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation).

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka nilai dosis serap radiasi sinar-X yang dihasilkan baik untuk pasien anak jenis kelamin laki ataupun wanita, untuk setiap kategori usia yang berbeda diperoleh nilai rata-rata dosis serap yang beragam. Dalam hasil dosis serap baik untuk pasien laki ataupun pasien wanita terlihat bahwa pasien anak usia 1-5 tahun mendapatkan nilai rata-rata dosis yang terendah, sedangkan pasien anak usia 10-15 mendapatkan nilai dosis terbesar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia berpengaruh terhadap pemberian faktor exposure. Berdasarkan hasil uji statistik oneway ANOVA untuk pasien laki atau wanita, diperoleh hasil Fhitung < Ftabel (3,8931) atau P(sig) >0,0500, hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap untuk usia 1-5 tahun dengan usia 1-5-10 tahun. Namun keduanya, usia 1-1-5 tahun dan usia 1-5-10 tahun ini memilki nilai rata-rata dosis serap yang berbeda dengan usia 10-15 tahun yang ditunjukkan oleh hasil uji statistik oneway ANOVA, dimana dihasilkan Fhitung>Ftabel

(3,8931) atau P(sig)<0,0500. Untuk perbandingan nilai rata-rata dosis serap pada pasien anak laki dengan wanita pada masing-masing kategori usia, hasil output anova menunjukkan nilai signifikansi ≥0,0500. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk pasien anak, jenis kelamin tidak menjadi pengaruh terhadap pemberian nilai dosis serap.

Mengacu pada hasil dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai dosis serap antara pasien usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun. Akan tetapi usia 1-5 tahun dan usia 5-10 tahun berbeda dengan pasien usia 10-15 tahun, baik untuk pasien laki ataupun wanita. Secara umum nilai dosis keseluruhan yang diterima oleh pasien anak di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember masih dibawah batas maksimal yang diijinkan oleh UNSCEAR (United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation).


(10)

x

Radiasi Foto Thorax pada Pasien Anak di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs.Yuda Cahyoargo Hariadi, M.Sc., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Utama, Dra Arry Yuariatun Nurhayati, selaku Dosen Pembimbing Anggota, dan Dwi Kirana L.S, Amd.Rad, selaku pembimbing lapangan, yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian dalam penulisan skripsi ini;

2. Endhah Purwandari, S.Si., M.Si., selaku Dosen Penguji I dan Nurul Priyantari, S.Si., M.Si., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran demi kebaikan skripsi ini;

3. radiografer dan staff Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember, yang telah membantu selama proses penelitian;

4. teman-teman seperjuangan angkatan 2008 dan teman-teman tim Biofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Jember;

5. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.


(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN MOTO ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN PEMBIMBINGAN ... vi

HALAMAN PENGESAHAN ... vii

RINGKASAN ... viii

PRAKATA ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat ... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Radiasi Sinar-X ... 5

2.2 Interaksi Radiasi dengan Materi Fisik ... 7

2.3 Pemeriksaan Thorax ... 9

2.3.1 Anatomi dan Fungsi Thorax... 9

2.3.2 Teknik Radiografi Thorax ... 11

2.4 Aspek Biologi Proteksi Radiasi ... 13


(12)

xii

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

3.2 Alat dan Bahan ... 20

3.3 Tahapan Penelitian ... 21

3.3.1 Survey Literatur ... 23

3.3.2 Identifikasi Masalah ... 23

3.3.3 Studi Pustaka ... 23

3.3.4 Observasi Lapangan dan Perijinan ... 23

3.3.5 Pengambilan Data ... 24

3.3.6 Normalisasi Data ... 25

3.3.7 Pengolahan dan Analisa Data ... 26

3.3.8 Pembahasan dan Kesimpulan ... 26

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Hasil dan Analisa Data Penelitian ... 27

4.1.1 Hasil Pengukuran Dosis Serap Radiasi Sinar-X pada Pasien Jenis Kelamin Laki ... 27

4.1.2 Hasil Pengukuran Dosis Serap Radiasi Sinar-X pada Pasien Jenis Kelamin Wanita ... 30

4.1.3 Analisis Dosis Serap Radiasi Sinar-X antara Pasien Anak Jenis Kelamin Laki dengan Wanita ... 31

4.2 Pembahasan ... 33

BAB 5. PENUTUP ... 38

5.1 Kesimpulan ... 38


(13)

xiii

DAFTAR PUSTAKA ... 39

DAFTAR ISTILAH ... 42

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Perhitungan Dosis Serap Radiasi Sinar-X pada Pasien Anak Laki

dan Wanita ... 44

B. Hasil Uji Oneway ANOVA pada Pasien Anak Jenis Kelamin Laki dan Wanita untuk Setiap Penggolongan Usia ... 54

C. Hasil Uji Oneway ANOVA pada Pasien Anak Jenis Kelamin Laki

dengan Wanita untuk masing-masing Penggolongan Usia Pasien ... 57

D. Tabel Statistik F ... 59


(14)

xiv

4.1 Nilai rata-rata dosis serap radiasi sinar-X dan standar eror untuk

setiap penggolongan usia pasien anak jenis kelamin laki ... 28 4.2 Hasil Fhitung uji statistik oneway ANOVA pada setiap penggolongan

usia pada pasien laki ... 29 4.3 Nilai rata-rata dosis serap radiasi sinar-X dan standar eror untuk

setiap penggolongan usia pasien anak jenis kelamin wanita ... 30 4.4 Hasil Fhitung uji statistik oneway ANOVA pada setiap penggolongan

usia pada pasien wanita ... 31 4.4 Hasil Fhitung uji statistik oneway ANOVA pada pasien laki dengan


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Tabung sinar-X... 5

2.2 Produksi sinar-X Bremsstrahlung ... 6

2.3 Ilustrasi terjadinya sinar-X karakteristik ... 7

2.4 Proses efek fotolistrik ... 8

2.5 Proses hamburan Compton ... 8

2.6 Proses produksi pasangan ... 9

2.7 Anatomi thorak pada manusia ... 10

2.8 Posisi pasien PA ... 11

2.9 Posisi pasien AP ... 12

2.10 Hasil foto rontgen pada anak ... 12

2.11 Penderita leukemia limfoid akut akibat paparan radiasi berlebih ... 15

3.1 Satu set pesawat roentgen ... 20

3.2 Meteran ... 21

3.3 Skema kegiatan penelitian... 23

4.1 Grafik dosis serap radiasi sinar-X pada pasien anak laki untuk masing-masing kategori usia ... 29

4.2 Grafik dosis serap radiasi sinar-X pada pasien anak wanita untuk masing-masing kategori usia ... 30

4.3 Grafik dosis serap radiasi sinar-X pada pasien anak laki dan wanita untuk masing-masing penggolongan usia pasien ... 31

4.4 Grafik perbandingan-X nilai dosis serap radiasi sinar-X pada pasien laki dan wanita dengan dosis maksimal yang direkomendasikan oleh UNSCEAR ... 32


(16)

xvi

Laki dan Wanita ... 44

A.1Pasien Laki ... 44

A.1.1 Usia 1-5 tahun ... 44

A.1.2 Usia 5-10 tahun ... 45

A.1.3 Usia 10-15 tahun ... 47

A.2Pasien Wanita ... 49

A.2.1 Usia 1-5 tahun ... 49

A.2.2 Usia 5-10 tahun ... 50

A.2.3 Usia 10-15 tahun ... 52

B.Hasil Uji One Way Anova pada Pasien Anak Jenis Kelamin Laki dan Wanita untuk Setiap Penggolongan Usia ... 54

B.1Pasien Laki ... 54

B.1.1 Usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun ... 54

B.1.2 Usia 1-5 tahun dengan usia 10-15 tahun ... 54

B.1.3 Usia 5-10 tahun dengan usia 10-15 tahun ... 55

B.2Pasien Wanita ... 55

B.2.1 Usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun ... 55

B.2.2 Usia 1-5 tahun dengan usia 10-15 tahun ... 55

B.2.3 Usia 5-10 tahun dengan usia 10-15 tahun ... 56

C. Hasil Uji Oneway ANOVA pada Pasien Anak Jenis Kelamin Laki dengan Wanita untuk masing-masing Penggolongan Usia Pasien ... 57

C.1Usia 1-5 tahun ... 57

C.2Usia 1-5 tahun ... 57

C.3Usia 1-5 tahun ... 58

D.Tabel Statistik F ... 59


(17)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi nuklir pada saat ini berkembang begitu cepat. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan pemanfaatan hasil teknologi nuklir dalam berbagai sektor, seperti pertanian, perindustrian dan kesehatan. Dalam sektor kesehatan, pemanfaatan teknik nuklir ini meliputi radioterapi dan tindakan radiodiagnostik di bagian radiologi (Yondri, 2008).

Unit pelayanan radiologi merupakan salah satu instalasi penunjang medik yang berhubungan dengan studi dan penerapan berbagai teknologi pencitraan dengan menggunakan sumber radiasi pengion (Maryanto et al., 2008). Sumber radiasi pengion tersebut harus mempunyai daya tembus yang sangat besar sehingga mampu menembus bahan yang dilaluinya, salah satunya yaitu berasal dari pesawat sinar-X (Trikasjono et al., 2007). Dengan adanya pemanfaatan sinar-X ini informasi mengenai tubuh manusia lebih mudah diketahui tanpa harus melakukan operasi bedah terlebih dahulu (Milvita et al., 2009). Berbagai jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi: foto abdomen, extremity, skull, thorak, dan organ tubuh yang lainnya. Selain itu, pemanfaatannya juga semakin meluas dalam segala kategori usia, baik usia dewasa maupun anak-anak.

Selain memberikan manfaat, beberapa aplikasi teknik nuklir ini dapat pula memberikan ancaman bahaya radiasi yang merugikan pada manusia (Rahayuningsih et al., 2010). Salah satu contoh bahaya radiasi yang ditimbulkan yaitu munculnya efek radiasi pada kulit, antara lain : deskuamasi, epilasi, dan eritema (Alatas, 1998). Namun akhir – akhir ini yang menjadi perhatian yang cukup serius dampak terhadap efek jangka panjang (efek tertunda) yang ditimbulkan akibat paparan radiasi sinar-X, yaitu sebagai pencetus carsiogenik atau induksi kanker pada manusia (Hall dan Benner, 2008).


(18)

Hasil tim peneliti efek medik kecelakaan PLTN Chernobyl melaporkan adanya peningkatan kasus kanker tiroid pada anak-anak, dimana angka kanker tiroid tersebut ternyata lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya (Akhadi, 2000:142). Menurut Mooney dan Thomas (1998), sinar-X memiliki bahaya yang melekat yang menjadi perhatian khusus ketika diterapkan pada anak-anak. Studi menunjukkan bahwa anak kurang dari sepuluh tahun lebih sensitif terhadap radiasi pengion dari pada orang dewasa. Hal ini karena radiasi pengion dapat menyebabkan mutasi genetik dan cacat bawaan pada janin. Secara umum anak-anak memiliki harapan hidup yang lebih lama, oleh karena itu resiko efek jangka panjang dari radiasi juga lebih besar dari pada orang dewasa. Berdasarkan United Nations Scientific Committee

on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR) 2008, kemungkinan terjadinya efek

jangka panjang (efek tertunda) dari paparan radiasi untuk anak-anak adalah 2-3 kali lebih besar dari orang dewasa.

Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Terdapat perbedaan fisik fisiologi maupun psikologi antara anak dengan orang dewasa (Raudhah, 2008). Salah satu fisik fisiologi anak yang sangat mempengaruhi peran dalam perkembangan dan pertumbuhan adalah tiroid dan timus. Tiroid memiliki fungsi untuk membantu dan mengatur metabolisme tubuh serta proses pertumbuhan, sedangkan timus berfungsi untuk pertahanan tubuh terhadap infeksi (Edwards et al.,1990:114). Fungsi organ-organ tubuh anak tersebut belum matang, demikian juga dengan fungsi pertahanan tubuhnya yang belum sempurna serta sel-sel tersebut masih dalam proses pertumbuhan sehingga sangat sensitif terhadap radiasi. Apabila sel-sel tersebut terpapar radiasi maka akan mudah rusak sehingga mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya. Oleh karena itu, proteksi radiasi pada pasien anak harus ditingkatkan dan perlu mendapatkan perhatian yang serius terutama dalam pemberian dosis.

Yuliati dan Kusumawati (2006), melakukan penelitian untuk mengetahui dosis yang diterima oleh pasien anak dengan tujuan untuk melindungi anak dari radiasi yang berlebihan saat menjalani pemeriksaan radiodiagnostik. Nilai dosis yang diterima berbeda jauh dengan batasan nilai dosis yang direkomendasikan. Sofyan et


(19)

3

al (2009), menambahkan bahwa terimaan dosis untuk pasien anak di kota Padang terlihat perbedaan nilai dosis yang diterima yaitu mencapai lebih dari 4-6 kali lebih besar dari nilai dosis maksimum yang direkomendasikan oleh badan yang berwenang mengatur nilai dosis. Dalam rangka meningkatkan penerapan aspek keselamatan dan kesehatan yang sesuai dengan PP No. 63 tahun 2000 serta untuk menyimpan data dosis yang diterima oleh pasien maka perlu dilakukan pengukuran besarnya dosis radiasi pada pasien foto thorax, khususnya pasien anak, dimana penelitian ini dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu berapakah dosis serap radiasi foto thorax yang diterima oleh pasien anak laki ataupun wanita di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan menganalisa dosis serap radiasi foto thorax yang diterima oleh pasien anak pada saat menjalani pemeriksaan radiodiagnostik.

2. Menjelaskan kesesuaian nilai dosis serap yang diperoleh dengan standart dosis yang dikeluarkan oleh United Nations Scientific Committee on the

Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR), sehingga tidak membahayakan

pasien ataupun masyarakat umum yang sedang menjalani pemeriksaan radiodiagnostik di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember.


(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan kajian pustaka yang berguna bagi akademis khususnya di bidang Fisika Radiasi dalam lingkup penerimaan dosis serap radiasi pada pemeriksaan foto thorax untuk pasien anak. 2. Manfaat Aplikasi Teknik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi nilai dosis kepada pasien maupun masyarakat umum, memberikan masukan yang berguna bagi pelayanan diagnostik di rumah sakit dalam melakukan eksposi pada pemeriksaan thorax khususnya pasien anak, sehingga dapat diterima dosis radiasi yang serendah mungkin terhadap pasien, pekerja radiasi dan masyarakat umum. Selain itu dengan data yang diperoleh dimaksudkan dapat dijadikan acuan atau referensi ketika melakukan pemeriksaan pada pasien.

1.5 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengukuran dosis radiasi pemeriksaan thorax pada pasien anak yang berusia 1-15 tahun dengan menggunakan teknik penyinaran PA (Posterior-Anterior) atau AP (Anterior-Posterior).


(21)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiasi Sinar-X

Radiasi merupakan pancaran energi melalui suatu materi dalam bentuk partikel atau gelombang. Ketika radiasi melewati suatu materi, kemudian membentuk partikel bermuatan positif dan negatif, maka proses ini disebut radiasi ionisasi. Salah satu contoh radiasi ionisasi yaitu radiasi sinar-X (Edward et al.,1990: 4). Radiasi sinar-X merupakan radiasi elektromagnetik dengan rentang panjang gelombang kurang lebih dari 0,01 hingga 10 nm dan energinya kurang lebih dari 100 eV hingga 100 keV (Krane,1992:318). Radiasi sinar-X ini dipakai secara meluas dalam bidang kedokteran terutama untuk tujuan diagnostik (Beiser, 1992: 60).

Terdapat sebuah sumber radiasi sinar-X, yaitu sinar-X dapat dibangkitkan dari tabung sinar-X (gambar 2.1). Sinar-X ini dihasilkan jika katoda di dalam tabung

rontgen dipanaskan. Bila antara anoda dan katoda diberi beda potensial yang tinggi,

maka awan elektron dari katoda akan bergerak ke anoda dengan kecepatan tinggi. Elektron yang bergerak dengan kecepatan tinggi itu menumbuk sasaran (target) pada anoda sehingga terciptalah sinar-X (Beiser, 1992:60).


(22)

Berdasarkan proses terjadinya, maka sinar-X dibedakan menjadi 2 jenis yaitu : 1. Sinar-X Bremsstrahlung

Sebuah elektron dipercepat atau diperlambat, maka ia akan memancarkan energi elektromagnetik. Ketika menumbuk suatu sasaran, elektronnya diperlambat sehingga pada akhirnya berhenti, karena bertumbukan dengan atom-atom materi sasaran. Karena pada tumbukan seperti itu terjadi transfer momentum dari elektron ke atom, maka kecepatan elektron menjadi berkurang sehingga elektron memancarkan foton. Pada peristiwa perlambatan elektron tersebut akan disertai dengan pembentukan spektrum radiasi sinar-X yang bersifat kontinu (Krane, 1992:111). Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini disebut proses sinar-X Bremsstrahlung (Akhadi, 2000:33). Bremsstrahlung merupakan sinar-X yang terpancar bilamana partikel-partikel dengan laju tinggi mengalami suatu percepatan yang cepat (Cember, 1983:133). Berikut ilustrasi terjadinya proses sinar-X Bremsstrahlung :

Gambar 2.2 Produksi sinar-X Bremsstrahlung (Krane, 1992:111)

2. Sinar-X Karakteristik

Sinar-X dapat pula terbentuk melalui proses perpindahan elektron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah (Krane, 1992:318; Akhadi, 2000:35). Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi sama dengan selisih energi antara kedua tingkat energi elektron tersebut. Karena setiap jenis atom memiliki tingkat-tingkat energi elektron yang berbeda-beda,


(23)

7

maka sinar-X yang terbentuk dari proses ini disebut sinar-X karakteristik(Suyati dan Akhadi, 1998). Sinar-X karakteristik ini timbul karena elektron atom yang berada pada kulit K terionisasi. Kekosongan kulit K ini diisi oleh elektron dari kulit di atasnya. Semua sinar-X yang dipancarkan dalam proses mengisi kekosongan dikenal sebagai sinar-X kulit K atau secara singkat sinar-X K. Sinar-X K yang berasal dari kulit n=2 (kulit L) dikenal sebagai sinar-X Kα, dan sinar-X K yang berasal dari tingkat-tingkat yang lebih tinggi dikenal sebagai Kβ , dan seterusnya (Krane, 1992:319). Ilustrasi terjadinya sinar-X karakteristik seperti ditunjukkan pada gambar 2.3 berikut :

Gambar 2.3 Ilustrasi terjadinya sinar-X karakteristik (Kaplan, 1979) 2.2 Interaksi Radiasi dengan Materi Fisik

Berkurangnya energi dari sinar-X pada saat melewati suatu materi fisik terjadi karena tiga proses utama, yaitu efek fotolistrik, hamburan Compton, dan produksi pasangan (Akhadi, 2000:59).

a. Efek fotolistrik

Pada efek fotolistrik, energi foton diserap oleh elektron orbit, sehingga elektron tersebut terlepas dari atom. Elektron yang dilepaskan akibat efek fotolistrik disebut fotoelektron. Efek fotolistrik merupakan suatu interaksi sebuah foton dan elektron yang terikat kuat dimana energinya sama atau lebih kecil dari energi foton. Efek fotolistrik terutama terjadi pada foton berenergi rendah yaitu antara energi 0,01 MeV hingga 0,5 MeV. Disamping itu efek fotolistrik banyak terjadi pada material dengan nomor atom (Z) yang besar. Sebagai contoh efek fotolistrik lebih banyak terjadi pada


(24)

timah hitam (Z=82) dari pada tembaga (Z=29). Z inilah yang membuat timbal menjadi bahan pelindung yang baik terhadap sinar-X (Cember, 1983:151). Proses terjadinya efek fotolistrik ditunjukkan pada gambar 2.4 berikut:

Gambar 2.4 Proses efek fotolistrik (Gabriel, 1996: 284)

b. Hamburan Compton

Hamburan Compton terjadi karena interaksi antara foton dengan elektron yang tidak terikat secara kuat oleh inti, sehingga menghasilkan foton lain yang berenergi lebih rendah dari foton datang. Foton lain itu disebut foton hamburan dengan energi

sebesar hv’(Akhadi, 2000:61). Berikut ilustrasi terjadinya hamburan Compton.


(25)

9

c. Produksi pasangan

Sebuah foton yang berenergi lebih dari 1,02 MeV, pada saat bergerak dekat dengan sebuah inti, secara spontan akan menghilang dan energinya akan muncul kembali sebagai sebuah positron dan sebuah elektron (Cember, 1983:145) seperti yang digambarkan dalam gambar 2.6 berikut :

Gambar 2.6 Proses produksi pasangan (Akhadi, 2000:63)

Elektron dan positron memiliki energi yang sama, bedanya adalah salah satu partikel bermuatan positif dan yang lain bermuatan negatif. Untuk menghasilkan massa dari dua buah partikel (positron dan elektron), maka foton harus mempunyai energi yang cukup (Edwards, 1990:24). Ini sesuai dengan teori Einstein yang menyatakan bahwa energi ekivalen dengan massa yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Gabriel, 1996:285):

E = mc2 (2.1)

dimana , E = energi (Joule)

m = massa elektron (me = 9,11 x 10-31 kg)

c = kecepatan cahaya (c = 3x 108 m/s)

2.3 Pemeriksaan Thorax

2.3.1 Anatomi dan Fungsi Thorax

Thorax merupakan rongga yang berbentuk kerucut, pada bagian bawah lebih besar dari pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari pada bagian


(26)

depan serta tersusun dari tulang dada, ruas tulang belakang, dan tulang rusuk. Rongga dada berisi paru-paru dan mediastinum. Mediastinum adalah rongga yang terletak di antara dua kantung pleura (Faiz dan Moffat, 2002: 7). Di dalam rongga dada terdapat beberapa sistem diantaranya yaitu sistem pernafasan dan peredaran darah. Organ pernafasan yang terletak dalam rongga dada yaitu esofagus dan paru, sedangkan pada sistem peredaran darah yaitu jantung, pembuluh darah dan saluran linfa. Pembuluh darah pada sistem peredaran darah terdiri dari arteri yang membawa darah dari jantung, vena yang membawa darah ke jantung dan kapiler yang merupakan jalan lalu lintas makanan dan bahan buangan (Pearce, 2003 : 53).


(27)

11

2.3.2 Teknik Radiografi Thorax

Foto thorax merupakan foto radiologi yang sering dilakukan pada setiap pemeriksaan radiodiagnostik. Foto thorax atau sering disebut chest X-ray merupakan suatu proyeksi radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di dekatnya. Foto thorax menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk sinar-X. Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang besar (Pearce, 2009). Fungsi lain dari pemeriksaan foto thorax yaitu sebagai standar general chek up yang tujuannya untuk mengetahui kondisi tubuh secara menyeluruh, membantu penegakan diagnosis, serta membantu proses evaluasi. Contohnya yaitu pada anak yang menderita flek paru atau TBC primer sudah mendapat penyinaran, maka setelah beberapa bulan lagi anak tersebut perlu melakukan foto lagi untuk mengetahui ada perbaikan atau tidak.

Gambaran yang berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan merubah orientasi relatif tubuh dan arah pancaran sinar-X. Gambaran yang paling umum digunakan adalah posterior-anterior (PA) atau anterior-posterior (AP).

a. Posterior-anterior (PA)

Pada posisi ini sumber sinar-X diposisikan sehingga sinar-X masuk melalui posterior dari thorax dan keluar dari anterior dimana sinar-X tersebut terdeteksi. Untuk mendapatkan gambaran ini, pasien diposisikan menghadap bucky stand (kaset vertikal), kedua punggung tangannya diletakkan di atas panggul dan siku di tekan ke depan atau merangkul bucky (seperti gambar 2.8). Sumber radiasi diposisikan di belakang pasien dengan jarak fokus film sejauh 150 cm, dan pancaran sinar-X ditransmisikan ke pasien (WHO, 1990).


(28)

Gambar 2.8 Posisi pasien PA

b. Anterior-posterior (AP)

Pada posisi AP sumber sinar-X berkebalikan dengan PA. Posisi AP lebih sulit diinterpretasi dibandingkan dengan posisi PA. Posisi ini digunakan pada pasien yang tidak bisa bangun dari tempat tidur atau pada bayi. Pada situasi seperti ini, pasien diposisikan setengah duduk atau supine di atas meja pemeriksaan/brandcare, kedua lengan lurus disamping tubuh, kaset di belakang tubuh dengan jarak fokus film ke objek sebesar 100 cm.


(29)

13

Foto thorax pada bayi dan anak-anak berbeda dengan foto thorax orang dewasa karena banyak sebab. Beberapa diantaranya karena sulitnya memperoleh foto dengan inspirasi yang baik dan juga adanya perbedaan anatomi antara bayi anak dan dewasa (WHO, 1990: 81). Di bawah ini merupakan contoh hasil foto rontgen pada anak dengan posisi PA.

Gambar 2.10 Hasil foto rontgen pada anak (Arthur, 2003) 2.4 Aspek Biologi Proteksi Radiasi

2.4.1 Efek Paparan Radiasi terhadap Kesehatan

Radiasi sinar-X dapat memberikan dampak negatif terhadap tubuh manusia salah satunya yaitu dapat merusak jaringan sel (Edwards et al., 1990:71). Menurut Beiser (1992:473), semua radiasi ionisasi berbahaya bagi jaringan hidup, walaupun jika kerusakannya sedikit, jaringan tersebut masih dapat memperbaiki dirinya sehingga tidak ada pengaruh yang permanen. Berbagai radiasi dari radioaktif dapat mengionisasi materi yang dilaluinya. Bahaya radiasi ini tidak tampak tetapi berbahaya (Beiser, 1992:473). Untuk kepentingan proteksi radiasi, International

Commission on Radiological Protection (ICRP) membagi efek radiasi pengion

terhadap tubuh manusia menjadi dua, yaitu efek stokastik dan efek deterministik. a. Efek stokastik

Akhadi (2000:138) menyatakan, efek stokastik berkaitan dengan paparan radiasi dosis rendah yang dapat muncul pada tubuh manusia, dimana kemunculannya tidak


(30)

dapat dipastikan. Selain itu juga dapat menimbulkan perubahan genetik yang dapat mengakibatkan berbagai cacat pada anak-anak. Hal yang menyedihkan mengenai hal ini ialah sifat carsinogenic sinar-X (sifat yang dapat menimbulkan kanker) yang sudah diketahui sejak tahun 1902, tujuh tahun setelah penemuannya (Beiser, 1992).

Menurut Edwards (1990:113), kanker pada manusia dapat timbul setelah 5 tahun atau lebih. Efek dosis yang menyebabkan kanker dari radiasi sebanyak 1 Gray (100 rad). Kanker yang disebabkan akibat radiasi dapat teramati dalam sistem

hemopoetik, tiroid (gondok), tulang, dan pada kulit (Cember, 1983:233). Pada

anak-anak, terungkap bahwa dampak negatif radiasi dari sinar-X atau CT Scan dapat meningkatkan resiko penyakit leukemia dan beberapa jenis kanker. Kejadian spontan kanker dan leukemia yaitu pada usia 0-18 tahun (Alatas, tanpa tahun). Leukemia adalah salah satu bentuk dari kanker yang menyerang sumsum tulang dan darah, dimana kondisi sel-sel darah putih yang lebih banyak daripada sel darah merah tapi sel-sel darah putih ini bersifat abnormal. Leukemia digambarkan berdasarkan jenis sel yang berproliferasi. Sebagai contoh, leukemia limfoid akut yang merupakan leukemia yang paling sering dijumpai pada anak ditunjukkan pada gambar 2.11 (Corwin, E. J., 2009: 430).

Gambar 2.11 Penderita leukemia limfoid akut akibat paparan radiasi berlebih


(31)

15

b. Efek deterministik

Efek deterministik (reaksi jaringan yang berbahaya) yaitu sebagian besar sel jaringan mengalami kematian atau fungsi sel rusak karena dosis radiasi tinggi (BATAN, 2011:14). Efek deterministik berkaitan dengan paparan radiasi dosis tinggi yang kemunculannya dapat langsung dilihat atau dirasakan oleh individu yang terkena radiasi. Efek tersebut dapat muncul seketika hingga beberapa minggu setelah penyinaran (Akhadi, 2000:143). Jika manusia terpapar radiasi secara terus menerus, maka paparan radiasi tersebut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan baik pada tingkat molekul, sel, jaringan ataupun organ tubuh. Efek deterministik ini mempunyai dosis ambang, umumnya timbul beberapa saat setelah penerimaan dosis radiasi, keparahannya tergantung dari dosis radiasi yang diterima, serta kesembuhannya dapat dilakukan secara spontan.

Efek deterministik ini ditandai dengan munculnya keluhan berupa: demam, rasa lemah dan lesu, mual dan ingin muntah, nafsu makan berkurang, nyeri kepala, keringat berlebihan hingga menyebabkan shock (Gabriel, 1996: 297). Beberapa kemudian muncul keluhan khusus berupa efek radiasi pada kulit seperti epilasi (rambut rontok) yang bersifat sementara dimana terjadi pada dosis 3-5 Gy yang mulai berlangsung sekitar minggu ke 3 sampai 1 tahun. sedangkan epilasi yang bersifat tetap terjadi bila dosis serap yang diterima lebih besar dari 6 Gy (Alatas, 1998). Keluhan yang lain dapat berupa eritema (kulit memerah) dimana akan terjadi setelah beberapa menit pada eritema awal dan 2-3 minggu pada eritema ke dua, dimana batas ambang dosis antara 6-8 Gy (Alatas, 1998).

Efek deterministik pada organ reproduksi yang dapat timbul adalah sterilitas atau kemandulan. Pengaruh radiasi pada sel telur bervariasi berdasarkan usia. Semakin tua usia pasien, semakin sensitif terhadap radiasi. Hal ini dikarenakan jumlah sel telur yang semakin sedikit yang tersisa dalam ovarium. Selain timbulnya sterilitas efek radiasi pada organ reproduksi adalah menopause dini yang diakibatkan adanya gangguan hormonal sistem reproduksi. Dosis ambang menurut ICRP 60 adalah 2,5-6 Gy, sedangkan apabila radiasi terkena pada wanita yang lebih muda,


(32)

sterilitas permanen akan terjadi pada dosis yang lebih tinggi yaitu mencapai 12-15 Gy (Gabriel, 1996: 297).

2.4.2 Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi (Bapeten, 2011). Tujuan proteksi radiasi adalah mencegah terjadinya efek non stokastik yang membahayakan dan mengurangi frekuensi terjadinya efek stokastik ke tingkat yang cukup yang masih dapat diterima oleh setiap anggota masyarakat

Untuk mencapai tujuan proteksi radiasi, yaitu terciptanya keselamatan dan kesehatan bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan, maka dalam proteksi radiasi dikenalkan tiga asas proteksi radiasi, yaitu :

1. Asas justifikasi

Justifikasi adalah semua kegiatan yang melibatkan paparan radiasi hanya dilakukan jika menghasilkan nilai lebih atau memberikan manfaat yang nyata (azas manfaat). Justifikasi dari suatu rencana kegiatan atau operasi yang melibatkan paparan radiasi dapat ditentukan dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dengan menggunakan analisa untung-rugi untuk meyakinkan bahwa akan terdapat keuntungan lebih dari dilakukannya kegiatan tersebut (BATAN, 2011:29).

2. Asas optimasi

Asas ini menghendaki agar paparan radiasi yang berasal dari suatu kegiatan harus ditekan dosis serendah mungkin. Asas ini juga dikenal dengan sebutan ALARA

(As Low As Reasonably Achieveble) (Akhadi, 2000:154).

3. Asas limitasi

Asas ini menghendaki agar dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi atau masyarakat tidak boleh melampaui nilai batas dosis yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang (Maryanto, dkk, 2008). Pembatasan dosis ini dimaksud untuk menjamin bahwa tidak ada seorang pun terkena resiko radiasi baik efek


(33)

17

stokastik maupun efek deterministik akibat dari penggunaan radiasi maupun zat radioaktif dalam keadaan normal (BATAN, 2011:29).

2.5 Pengukuran Dosis Serap Radiasi

Radiasi mempunyai ukuran atau satuan untuk menunjukkan besarnya pancaran radiasi dari suatu sumber, atau menunjukkan banyaknya dosis radiasi yang diberikan atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi. Dosis radiasi merupakan jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi yang dilaluinya (Bapeten, 2011). Untuk mengukur besarnya enegi radiasi yang diserap oleh medium perlu diperkenalkan suatu besaran yang tidak bergantung pada jenis radiasi, energi radiasi maupun sifat bahan penyerap, tetapi hanya bergantung pada jumlah energi radiasi yang diserap persatuan massa yang menerima penyinaran radiasi tersebut (Akhadi, 2000). Bila sinar-X masuk ke suatu bahan, sinar akan bergabung dengan atom-atom bahan tersebut, sehingga energinya akan diteruskan dari sinar-X ke atom bahan. Penerusan energi ini disebut penyerapan dan jumlah energi yang terserap disebut dosis serap. Makin besar energi yang diserap oleh tubuh pasien, makin besar kemungkinan terjadinya kerusakan biologi pada pasien tersebut, jadi untuk keamanan pasien, jumlah energi yang diteruskan harus dibuat sekecil mungkin (Edwards dkk, 1990:15).

Pada pemeriksaan radiodiagnostik pengukuran dosis pada pasien dapat dilakukan dalam tiga cara yaitu, permukaan dosis masuk yang dikenal sebagai Entrance Surface/Skin Dose (ESD), dosis gonad serta dosis pada sumsum tulang (Dhahryan, 2009). Permukaan dosis masuk merupakan parameter penting untuk menilai dosis yang diterima oleh pasien dalam paparan radiografi (Compagnone et al, 2004). Menurut Sharifat (2009), permukaan dosis masuk didefinisikan sebagai dosis serap di udara ketika sinar-X mengenai permukaan kulit pasien.

Dalam praktek sehari-hari, faktor eksposi mempengaruhi jumlah radiasi yang dihasilkan, baik itu radiasi primer maupun radiasi sekunder. Dalam hal ini hubungan faktor eksposi dengan dosis radiasi, apabila nilai tegangan mengalami peningkatan


(34)

dan arus mengalami penurunan maka dosis radiasi yang akan diterima oleh pasien akan berkurang tetapi radiasi hambur akan mengalami peningkatam. Tetapi apabila nilai tegangan berkurang, nilai arus bertambah maka dosis radiasi yang diterima pasien menjadi bertambah tetapi radiasi hambur menjadi berkurang (Waseso, 1998). Besarnya terimaan dosis paparan radiasi secara matematis dapat dihitung seperti pada persamaan berikut ini (Fahmi, 2008):

X = �

2

�2 (2.2)

dimana, � = Dosis paparan radiasi (mR)

� = Tegangan tabung (kV)

� = Arus tabung (mA)

� = Waktu penyinaran (s)

� = Jarak Fokus ke Film (cm)

Dari rumus di atas maka dapat diketahui masing-masing besar atau jumlah dosis paparan radiasi yang akan diterima pasien. Karena 1 Roentgen sama dengan 0,877 rad dosis di udara, sehingga untuk mengetahui dosis serap yang diterima oleh pasien yaitu dengan cara mengalikan dosis paparan radiasi dengan 0,877 rad (Camber, 1983). Dari satuan dosis rad kemudian dikonversi kedalam satuan dosis Gray. Dari kedua satuan dosis serap tersebut diperleh hubungan sebagai berikut:

1 mR = 10-3 R

1 R = 0,877 Rad

1 Rad = 10-2 Gray

1 Gy = 100 Rad

(Akhadi, 2000:84)

2.6 Penggolongan Usia dan Rekomendasi Dosis Radiasi pada Pasien Anak

Data dosis pada anak sangat sulit untuk didapatkan, karena tinggi dan berat badan anak sangat tergantung pada usia. Oleh karena itu, untuk membandingkannya


(35)

19

maka dibuat sebuah kesepakatan yang dicapai dalam Serikat Eropa untuk mengumpulkan data dari lima standart usia, yaitu usia <1 tahun (bagi bayi), 1-5 tahun, 5-10 tahun, dan anak usia 10-15 tahun (UNSCEAR, 2008:56). United Nations

Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR) yang

merupakan suatu lembaga dengan mandat untuk menilai dosis dan melaporkan tingkat serta efek paparan dari radiasi pengion. Nilai dosis yang direkomendasikan disajikan dalam tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Dosis serap radiasi oleh UNSCEAR (2000) Umur Pasien (tahun) Dosis Serap (mGy)

<1 0,0200

1-5 th 0,0300

5-10 th 0,0400

10 - 15 th 0,0500

Rekomendasi dosis inilah yang akan menjadi acuan batas dosis yang akan diberikan kepada pasien dalam penelitian ini.


(36)

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember pada bulan Oktober 2012 sampai bulan Januari 2013. Observasi lapang telah dilakukan pada bulan Februari 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Satu set pesawat roentgen yang terdiri dari tabung sinar-X, control table, dan bucky (gambar 3.1)

Gambar 3.1 Satu set pesawat roentgen (a) tabung sinar-X, (b) stand bucky, (c) brandcar (d) control table (1) lampu ready, (2) tombol on/off, (3) tombol bucky, (4) tombol second, (5) tombol miliampere, (6) tombol LV, (7) tombol mayor, (8) tombol minor, (9) tombol expose

b

a

a

c

d

1

2 3 4 5


(37)

21

1) Tabung sinar-X (gambar 3.1 a)

Merk : Toshiba

No. Seri : OD-270

Tahun Pembuatan : 2000 Kondisi Maksimum

a) tegangan : 150 kV

b) arus : 300 mA

c) waktu : 6 s

2) Bucky

Bucky yang digunakan ada 2 yaitu stand bucky (gambar 3.1 b) dan brandcar (gambar 3.1 c). Bucky berfungsi sebagai tempat kaset yang berisi film.

3) Control table (gambar 3.1 d)

Control table yang digunakan adalah merk Daeyoung dengan tipe DC-325 R.

b. Meteran

Meteran disini digunakan untuk mengukur jarak antara sumber sinar-X dan film radiograf.

Gambar 3.2 Meteran

c. Objek

Objek dalam penelitian ini yaitu pasien anak usia 1-15 tahun.

3.3 Tahapan Penelitian

Skema diagram alir dalam tahapan penelitian analisis terimaan dosis serap radiasi pada pasien anak usia 1-15 tahun dapat dilihat pada gambar 3.3 (halaman 22).


(38)

Gambar 3.3 Skema tahapan penelitian

Identifikasi masalah

Survey literatur

Studi pustaka

Observasi lapangan dan perijinan

Pengambilan data Data kalibrasi alat

dari BPFK

Mulai

Normalisasi data

Pengolahan dan Analisa data

Pembahasan dan kesimpulan

Selesai


(39)

23

Tahapan penelitian (gambar 3.3) dijelaskan secara umum sebagai berikut: 3.3.1 Survey Literatur

Tahap ini adalah melakukan pengumpulan bahan literatur dan informasi berkaitan dengan judul penelitian.

3.3.2 Identifikasi Masalah

Melakukan identifikasi tentang masalah apa yang akan dibahas berdasarkan literatur dan informasi yang telah diperoleh.

3.3.3 Studi Pustaka

Mempelajari literatur yang akan digunakan sebagai kajian teori dalam penelitian ini.

3.3.4 Observasi Lapangan dan Perijinan

Melakukan pencarian sumber data dan perijinan kepada pihak-pihak yang berkompeten dan observasi ini dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember, yaitu mengenai pengenalan pesawat sinar -X, spesifikasi pesawat sinar-X, cara kerja pesawat sinar-X serta pengaturan faktor exposure. Selain itu, observasi juga dilakukan untuk lebih mengenal jenis-jenis pasien yang menjalani pemeriksaan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember. Di Instalasi Radiologi terdiri dari berbagai jenis usia mulai dari pasien anak, dewasa hingga lanjut usia. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan foto thorax untuk berbagai jenis posisi, misalnya posisi PA (Posterior-Anterior) atau AP (Anterior-Posterior), Lateral yaitu miring menyamping ke kiri / kanan (membentuk sudut 900).

Pesawat yang digunakan adalah pesawat roentgen type Daeyoung 325 merk toshiba No. Seri OD-270 dan panel control pesawat roentgen type DC-325 R. Cara kerja pesawat sinar-X ini yaitu sebelum pesawat sinar-X dioperasikan maka perlu diatur parameter-parameternya antara lain tegangan tinggi, arus tabung dan waktu


(40)

expose. Pesawat sinar-X dihidupkan dengan menekan tombol power utama (ON), selanjutnya tegangan diatur melalui kV selektor, arus tabung diatur melalui mA control dan waktu expose lewat timer. Besaran hasil pengaturan akan ditampilkan di display pada panel kontrol. Setelah pengaturan parameter selesai, selanjutnya menekan tombol ekspos satu kali maka lampu ready akan menyala kemudian dengan menekan tombol expose dua kali, maka tabung akan memancarkan sinar-X.

Dari observasi ini maka didapatkan objek penelitian yaitu penelitian ini dilakukan pada pasien anak dengan posisi PA (Posterior-Anterior) atau AP ( Anterior-Posterior).

3.3.5 Pengambilan Data

Objek dalam penelitian ini yaitu pasien anak dengan umur 1-15. Berikut prosedur dalam pengambilan data untuk penelitian ini :

a. Pembagian pasien

Pasien yang akan menjalani pemeriksaan dikategorikan berdasarkan usia dan jenis kelamin, yaitu pasien laki dan wanita dengan usia 1-5 tahun, 5-10 tahun, dan 10-15 tahun.

b. Pengaturan posisi pasien

Dalam melakukan penyinaran, maka posisi pasien perlu diatur sedemikian rupa, sehingga memudahkan pelaksanaan penyinaran pada bagian yang diperlukan. Posisi pasien merupakan letak atau kedudukan pasien Secara keseluruhan dalam suatu penyinaran. Posisi pasien ini bervariasi bergantung dari jenis pemeriksaan yang diminta, salah satu contoh yaitu posisi PA (Posterior-Anterior). Pada posisi PA ini pasien diposisikan berdiri tegak dengan menghadap bucky stand , kedua tangannya diletakkan diatas bucky atau merangkul bucky sesuai dengan kenyamanan pasien (gambar 2.8).


(41)

25

c. Pengaturan jarak fokus ke film

Jarak antara sumber sinar (fokus) ke film, perlu diatur pada setiap pelaksanaan penyinaran. Pada pemeriksaan foto thorax ini jarak fokus film yang digunakan yaitu sebesar 150 cm untuk posisi PA dan 100 cm untuk posisi AP.

d. Pengaturan sinar

Sinar-X yang akan digunakan dalam pemotretan perlu diarahkan secara tepat pada obyek yang akan difoto. Disamping itu jumlah sinar perlu diatur agar sesuai dengan besarnya obyek yang akan difoto.

e. Pengaturan faktor exposure

Faktor exposure atau penyinaran terdiri dari tegangan tabung (kV), arus (mA) dan waktu penyinaran (s). Pengaturan faktor exposure ini terdapat di control table pesawat rontgen (gambar 3.1d) .

g. Penyinaran pasien

Proses penyinaran ini dilakukan oleh petugas (radiografer), dimana selama proses penyinaran pasien diinstruksikan menarik nafas kemudian menahan nafas kemudian dilakukan penyinaran dan pasien dapat bernafas biasa. Penyinaran pasien ini dilakukan dari arah belakang atau di ruang operator.

h. Mencatat faktor eksposi dan posisi yang diberikan pada pasien.

3.3.6 Normalisasi Data

Setiap selang waktu tertentu pesawat sinar-X perlu dilakukan pengujian

Quality Control. Pengujian ini dilakukan oleh petugas dari Balai Pengamanan

Fasilitas Kesehatan Surabaya antara lain berupa pengujian kV dan timer. Data yang diperoleh yaitu berupa data hasil kesesuaian alat. Berdasarkan data tersebut maka antara data masukan dan keluaran dari faktor exposure yang digunakan dalam penyinaran pasien perlu dinormalisasi. Normalisasi diperoleh dengan cara memasukkan data faktor exposure yang diberikan kepada pasien ke dalam rumus persamaan normalisasi yang telah dihitung dengan program excel (Lampiran E).


(42)

3.3.7 Pengolahan dan Analisa Data

Data-data hasil penelitian yang berupa nilai tegangan (kv), waktu penyinaran (s) yang telah dinormalisasi, arus (mA), serta jarak fokus ke film (cm), kemudian diolah berdasarkan persamaan 2.2 untuk mengetahui besarnya dosis paparan yang diterima oleh pasien anak. Data hasil dosis paparan tersebut kemudian dikonversi ke dalam dosis serap radiasi (persamaan 2.3), kemudian data dikelompokkan sesuai dengan kategori pasien dalam bentuk tabel untuk setiap penggolongan usia dan jenis kelamin pasien kemudian dirata-rata. Dari data-data tersebut kemudian dibuat grafik hubungan antara besarnya dosis serap yang diterima pasien dengan usia pasien dengan program excel.

Hasil terimaan dosis tersebut dianalisis secara statistik menggunakan metode oneway ANOVA (analysis of variance) pada program SPSS. Metode ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata nilai dosis serap untuk setiap penggolongan usia baik pasien laki ataupun wanita, serta untuk mengetahui ada atau tidaknya nilai rata-rata dosis serap antara pasien laki atau wanita untuk setiap penggolongan usia pasien. Adapun langkah-langkah dalam analisa uji ANOVA adalah sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis

Hipotesa yang digunakan dalam uji statistik menggunakan metode oneway ANOVA adalah sebagai berikut:

a. Uji ANOVA untuk perbandingan setiap penggolongan usia baik pasien laki ataupun wanita

Ho (Hipotesa awal) : Tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap

dari penggolongan usia pasien.

H1 (Hipotesa alternatif) : Terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap dari


(43)

27

b. Uji ANOVA antara pasien laki dan wanita pada setiap penggolongan usia

Ho (Hipotesa awal) : Tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap

antara pasien laki dan wanita.

H1 (Hipotesa alternatif) : Terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap antara

pasien laki dan wanita.

2. Menentukan tingkat signifikansi (α) yaitu sebesar 5% atau 0,0500.

3. Menentukan F tabel yang diperoleh dari tabel statistik F dengan cara melihat nilai α

(= 0,0500) dan nilai derajat kebebasan (1; 98). Dimana nilai F tabel dalam penelitian

ini diperoleh sebesar 3,9381 (Lampiran D).

4. Kriteria pengujian, Jika Fhitung >Ftabel atau P (sig) < 0,0500 berarti Ho ditolak, Jika

Fhitung < Ftabel atau P (sig) >0,0500 berarti Ho diterima.

3.3.8 Pembahasan dan Kesimpulan

Setelah dihasilkan grafik hubungan antara dosis serap yang diterima pasien dengan umur pasien maka dapat dijadikan sebuah pembahasan yaitu menganalisa hasil terimaan dosis serap yang diterima pasien anak dengan membandingkan terimaan dosis serap antara pasien laki dan perempuan antara umur 1-5 tahun, 5-10 tahun, dan 10-15 tahun. Selain itu hasil terimaan dosis serap pasien anak akan dibandingkan dengan dosis yang direkomendasikan oleh UNSCEAR pada tabel 2.1. Kesimpulan diambil berdasarkan analisa data dan diperiksa apakah sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini.


(44)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Analisis Data Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 2 kategori,yaitu pasien anak jenis kelamin laki dan wanita. Setiap kategori, pasien dibagi menjadi 3 berdasarkan penggolongan usia pasien, yaitu usia 1-5 tahun, 5-10 tahun, dan 10-15 tahun. Dalam pengambilan data, setiap penggolongan usia pasien tersebut diambil sebanyak 50 data baik kategori laki maupun kategori wanita.

4.1.1 Hasil Pengukuran Dosis Serap Radiasi pada Pasien Jenis Kelamin Laki

Hasil pengukuran rata-rata dosis serap pada pasien anak laki untuk setiap penggolongan usia disajikan dalam tabel 4.1. Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata dosis serap dari tiga penggolongan usia pasien tersebut, menunjukkan hasil rata-rata dosis serap yang beragam.

Tabel 4.1 Nilai rata-rata dosis serap radiasi dan standar eror untuk setiap penggolongan usia pasien anak jenis kelamin laki (n=50)

Usia (tahun) Rata-Rata Dosis Serap (mGray)

1-5 0,0158 ± 0,0009

5-10 0,0164 ± 0,0004

10-15 0,0201 ± 0,0005

dari tabel nilai rata-rata dosis serap radiasi sinar-X di atas, untuk setiap penggolongan usia dapat digambarkan dalam bentuk grafik yang disajikan pada gambar 4.1 (halaman 29). Dari grafik tersebut terlihat bahwa semakin meningkat usia pasien, maka rata-rata dosis serap semakin meningkat pula.


(45)

29 0.000 0.005 0.010 0.015 0.020 0.025

1-5 tahun 5-10 tahun 10-15 tahun

Ra ta -ra ta do sis s er a p ( m G ra y ) Usia (Tahun) laki

Gambar 4.1 Grafik dosis serap radiasi sinar-X pada pasien anak laki untuk masing-masing kategori usia (n=50)

Berdasarkan hasil uji statistik oneway ANOVA pada tabel 4.2 untuk pasien laki menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap antara usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun. Hasil ini dapat ditunjukkan melalui pengujian hipotesis dimana antara usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun didapatkan hasil Fhitung

< Ftabel (3,8931) atau P (sig) >0,0500 yang berarti bahwa Ho diterima yaitu tidak

terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap dari penggolongan usia pasien. Namun nilai rata-rata dosis serap untuk usia 1-5 tahun dan usia 5-10 tahun ini berbeda dengan usia 10-15 tahun yang berarti bahwa Ho ditolak dimana didapatkan hasil Fhitung >Ftabel

(3,8931) atau P (sig) < 0,0500.

Tabel 4.2 Hasil Fhitung uji statistik oneway ANOVA pada setiap penggolongan usia pada pasien laki

Laki F hitung P (sig)

usia 1-5 tahun dengan 5-10 tahun 0,3290 0,5670 usia 1-5 tahun dengan 10-15 tahun 18,4390 0,0000 usia 5-10 tahun dengan 10-15 tahun 39,0020 0,0000


(46)

0.0000 0.0050 0.0100 0.0150 0.0200 0.0250

1-5 tahun 5-10 tahun 10-15 tahun

Ra ta -ra ta do sis s er a p(m G ra y ) Usia (Tahun) wanita

4.1.2 Hasil Pengukuran Dosis Serap Radiasi pada Pasien Jenis Kelamin Wanita Hasil pengukuran rata-rata dosis serap pada pasien anak wanita usia 1-15 tahun pada masing-masing penggolongan usia disajikan dalam tabel 4.3 (Halaman 30).

Tabel 4.3 Nilai rata-rata dosis serap radiasi dan standar eror untuk setiap penggolongan usia pasien anak jenis kelamin wanita (n=50)

Usia (tahun) Rata-Rata Dosis Serap (mGray)

1-5 0,0156 ± 0,0006

5-10 0,0162 ± 0,0004

10-15 0,0199 ± 0,0006

Dalam bentuk grafik untuk setiap penggolongan usia pasien pada tabel 4.3 disajikan dalam gambar 4.2 berikut. Terlihat bahwa untuk usia yang berbeda maka dihasilkan nilai rata-rata dosis serap yang berbeda pula.

Gambar 4.2 Grafik dosis serap radiasi sinar-X pada pasien anak wanita untuk masing-masing kategori usia (n=50)

Berdasarkan hasil uji statistik oneway ANOVA pada tabel 4.4 (halaman 31) untuk pasien wanita menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap antara usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun. Hasil ini dapat ditunjukkan melalui pengujian hipotesis dimana antara usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun


(47)

31

didapatkan hasil Fhitung < Ftabel (3,8931) atau P(sig) >0,0500 yang berarti bahwa Ho

diterima yaitu tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap antara usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun. Namun usia 1-5 tahun dan usia 5-10 tahun ini memiliki nilai rata-rata dosis serap dengan usia 10-15 tahun, hal ini ditunjukkan dari hasil Fhitung >Ftabel (3,8931) atau P (sig) < 0,0500.

Tabel 4.4 Hasil Fhitung uji statistik oneway ANOVA pada setiap penggolongan usia pada pasien wanita

Wanita F hitung P (sig)

usia 1-5 tahun dengan 5-10 tahun 0,8740 0,3520 usia 1-5 tahun dengan 10-15 tahun 28,4160 0,0000 usia 5-10 tahun dengan 10-15 tahun 30,5060 0,0000

4.1.3 Analisis Dosis Serap Radiasi antara Pasien Anak Jenis Kelamin Laki dengan Wanita untuk setiap penggolongan usia

Hasil pengukuran rata-rata dosis serap pada pasien anak laki dan pasien anak wanita untuk setiap penggolongan usia pasien (tabel 4.1 dan 4.3) disajikan dalam gambar 4.3 di bawah ini.

Gambar 4.3 Grafik dosis serap radiasi sinar-X pada pasien anak laki dan wanita untuk masing-masing penggolongan usia pasien

0.0000 0.0050 0.0100 0.0150 0.0200 0.0250

1-5 tahun 5-10 tahun 10-15 tahun

Ra ta -ra ta do sis s er a p ( m G ra y ) Usia (Tahun) laki wanita


(48)

0.0000 0.0100 0.0200 0.0300 0.0400 0.0500 0.0600

1-5 tahun 5-10 tahun 10-15 tahun

Ra ta -ra ta do sis s er a p ( m G ra y ) Usia (Tahun)

laki wanita UNSCEAR

Tabel 4.5 Hasil Fhitung uji statistik oneway ANOVA pada pasien dengan wanita untuk setiap penggolongan usia

Laki-Wanita F hitung P (sig)

usia 1-5 tahun dengan 1-5 tahun 0,0710 0,7900 usia 5-10 tahun dengan 5-10 tahun 0,1270 0,7220 usia 10-15 tahun dengan 10-15 tahun 0,0590 0,8090

Berdasarkan hasil uji statistik oneway ANOVA pada tabel 4.5 di atas, pada pasien anak laki dengan wanita, untuk setiap penggolongan usia pasien memiliki nilai signifikansi P (sig) ≥ 0,0500 dan nilai Fhitung ≤ Ftabel (3,9381), yang berarti bahwa

diterimanya Ho. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai

dosis serap antara pasien anak laki dengan pasien anak wanita untuk setiap penggolongan usia.

Gambar 4.4 Grafik perbandingan nilai dosis serap radiasi sinar-X pada pasien laki dan wanita dengan dosis maksimal yang direkomendasikan oleh UNSCEAR


(49)

33

Gambar 4.4 (halaman 32) merupakan hasil pengukuran rata-rata dosis serap pada pasien laki dan wanita untuk setiap penggolongan usia (tabel 4.1 dan 4.3) terhadap nilai rekomendasi dosis maksimum yang diijinkan oleh UNSCEAR (tabel 2.1). Dari grafik tersebut terlihat bahwa untuk setiap penggolongan usia baik pasien laki maupun wanita masih berada di bawah nilai maksimum yang diijinkan oleh UNSCEAR.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa data penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa nilai dosis serap radiasi yang dihasilkan baik untuk pasien anak jenis kelamin laki (tabel 4.1) maupun wanita (tabel 4.3), untuk setiap penggolongan usia yang berbeda diperoleh nilai rata-rata dosis serap yang beragam. Dalam hasil dosis serap baik untuk pasien laki maupun pasien wanita terlihat bahwa pasien anak usia 1-5 tahun mendapatkan nilai rata-rata dosis yang terendah, sedangkan pasien anak usia 10-15 mendapatkan nilai dosis terbesar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia berpengaruh terhadap pemberian faktor exposure. Jadi faktor usia mempengaruhi terhadap pemberian faktor eksposure dalam pemeriksaan radiodiagnostik. Jadi ketidakseragaman hasil nilai dosis serap ini disebabkan karena faktor usia dan kondisi fisik fisiologi dari masing-masing pasien (Suyatno, 2008).

Pada gambar 4.1 terlihat bahwa untuk setiap penggolongan usia pada pasien laki memiliki nilai rata-rata dosis serap yang berbeda. Pada pasien usia 1-5 tahun dengan pasien usia 5-10 tahun, mempunyai selisih nilai rata-rata dosis serap yang sangat kecil atau hampir sama dibandingkan dengan pasien anak usia 10-15 tahun. Berdasarkan hasil uji statistik oneway ANOVA pada tabel 4.2 untuk pasien laki antara pasien usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata dosis serap yang signifikan, namun untuk usia 1-5 tahun dan 5-10 tahun ini memiliki perbedaan nilai rata-rata dosis serap dengan usia 10-15 tahun. Hal yang serupa yaitu pada pasien anak wanita, untuk setiap penggolongan usia memiliki nilai rata-rata dosis serap yang berbeda pula (tabel 4.3).


(50)

Pada gambar 4.2 terlihat bahwa pasien usia 1-5 tahun memiliki nilai rata-rata dosis terendah dan pasien usia 10-15 tahun memiliki nilai dosis terbesar. Untuk pasien usia 1-5 tahun dengan pasien usia 5-10 tahun memiliki rata-rata dosis serap yang tidak jauh beda, mengacu pada hasil uji statistik oneway ANOVA pada setiap penggolongan usia pada pasien wanita (tabel 4.4), antara usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata dosis serap yang signifikan, namun usia 1-5 tahun dan usia 5-10 tahun ini terdapat perbedaan nilai dosis serap yang signifikan dengan usia 10-15 tahun.

Berdasarkan hasil uji oneway ANOVA, untuk pasien laki (tabel 4.2) dan pasien wanita (tabel 4.4) , antara usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap yang ditunjukkan dengan hasil Fhitung < Ftabel (3,8931) atau P (sig) >0,0500). Hal ini mungkin disebabkan karena

pengaturan faktor exposure yang berupa kV dan mAs yang diberikan oleh operator (radiografer) pesawat sinar-X hanya berdasarkan pengalaman yang meliputi postur tubuh pasien. Pengalaman operator ini lebih mementingkan asas justifikasi dari pada asas optimasi, dimana operator lebih mengutamakan gambar yang dihasilkan tanpa memperhitungkan besarnya dosis yang diberikan kepada pasien. Dalam hasil penelitian ini, dosis serap yang diterima pasien anak laki maupun wanita untuk usia 1-5 tahun dan usia 5-10 tahun memiliki nilai dosis yang hampir sama. Mengacu pada batasan dosis yang dikeluarkan oleh UNSCEAR yaitu terdapat perbedaan nilai dosis serap untuk setiap kenaikan usia pasien. Jadi semakin meningkat usia pasien maka nilai dosis yang diterima semakin besar pula. Oleh karena itu diharapkan asas optimasi juga harus diperhatikan terutama pada pasien anak usia 1-5 tahun. Jadi seharusnya nilai dosis serap yang diterima oleh pasien anak usia 1-5 tahun lebih kecil dari nilai dosis yang diterima oleh pasien anak usia 5-10 tahun.

Pada gambar 4.3 terlihat bahwa rata-rata dosis serap pada pasien anak untuk setiap penggolongan usia baik untuk pasien anak laki ataupun pasien anak wanita mempunyai nilai dosis serap yang relatif sama. Untuk pasien anak laki usia 1-5 tahun didapatkan rata-rata sebesar 0,0158 mGray, sedangkan pada pasien anak wanita usia


(51)

35

1-5 tahun didapatkan rata-rata sebesar 0,0156 mGray, terdapat selisih yang sangat kecil yaitu sekitar 0,0002 mGray. Demikian pula untuk pasien anak usia 5-10 tahun, dan usia 10-15 tahun terdapat selisih sebesar 0,0002 mGray. Berdasarkan hasil uji statistik oneway ANOVA antara pasien anak laki dengan wanita usia 1-5 tahun (tabel 4.5) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0790 (≥0,0500) dan nilai Fhitung (0,0710) ≤

Ftabel (3,9381), yang berarti bahwa diterimanya H0. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan rata-rata dosis serap antara pasien anak laki dengan pasien anak wanita pada usia 1-5 tahun. Demikian pula untuk pasien anak laki dengan wanita usia 5-10 tahun, dan pasien anak laki dengan wanita usia 10-15 tahun. Pada pasien anak laki dengan wanita usia 5-10 tahun mempunyai nilai signifikansi yaitu sebesar 0,7220 dan nilai Fhitung (0,1270) ≤ Ftabel (3,9381), sedangkan pasien anak laki dengan wanita

pada usia 10-15 tahun yaitu sebesar 0,8090 (≥0,0500) dan nilai Fhitung (0,0590) ≤ Ftabel

(3,9381), artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata dosis serap antara pasien anak laki dengan wanita pada usia 5-10 dan 10-15 tahun. Jadi dalam pemberian faktor

exposure sinar-X, antara pasien anak laki dan wanita untuk setiap penggolongan usia

tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk pasien anak, jenis kelamin tidak menjadi pengaruh terhadap pemberian nilai dosis serap.

Gambar 4.4 merupakan perbandingan nilai dosis serap radiasi sinar-X pada pasien anak laki dan wanita dengan dosis maksimal yang direkomendasikan oleh UNSCEAR. Terlihat bahwa secara keseluruhan nilai rata-rata dosis serap yang diterima oleh pasien anak yang menjalani pemeriksaan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember masih dibawah standart dosis radiasi maksimum yang dikeluarkan oleh UNSCEAR (Tabel 2.1). Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan dosis terhadap pasien anak yang menjalani pemeriksaan radiodiagnostik di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember, dalam pemberian dosis pada pasien sudah sesuai dengan standart yang diijinkan oleh United Nations Scientific Committee on


(52)

membahayakan pasien maupun masyarakat umum yang menjalani pemeriksaan radiodiagnostik.

Pengukuran dosis serap ini telah dilakukan oleh Yuliati dan Kusumawati (2006), dari hasil pengukuran dosis radiasi dengan TLD-100 yang diterima oleh pasien anak yang menjalani pemeriksaan foto thorax yaitu berkisar antara 0,0930-0,4040 mGray. Dilanjutkan oleh penelitian Sofyan, et al (2009), dimana dosis radiasi yang diterima pasien anak di kota padang sangat bervariasi berdasarkan kelompok usia 0-1 tahun, 1-5 tahun, 5-10 tahun, dan 10-15 tahun diperoleh besarnya dosis radiasi untuk pasien anak masing-masing adalah 0,1260 ± 0,1500 mGray, 0,1170 ± 0,0930 mGray, 0,1110 ± 0,0360 mGray, dan 0,1600 ± 0,1390 mGray. Kedua penelitian ini relatif lebih besar dari nilai dosis maksimum yang direkomendasikan oleh badan yang berwenang mengatur nilai dosis. Berdasarkan beberapa hasil pengukuran tersebut maka nilai dosis serap yang diterima pasien anak di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember masih lebih kecil dibandingkan dengan terimaan dosis di kedua Rumah Sakit tersebut.

Meskipun dosis serap yang diterima masing-masing kategori pasien baik laki ataupun wanita untuk setiap penggolongan usia masih dibawah batas maksimum yang diijinkan, dimana untuk pasien usia 1-5 tahun tidak melebihi 0,0300 mGray, 0,0400 mGray untuk usia 5-10 tahun, dan 0,0500 mGray untuk usia 10-15 tahun (UNSCEAR, 2000), namun perlindungan radiasi sinar-X bagi anak sangat penting untuk dilakukan karena mengingat pasien anak memiliki resiko lebih banyak terkena radiasi dibandingkan orang dewasa juga karena anak-anak memiliki sel-sel muda dan jaringan lunak yang masih dalam proses pertumbuhan serta mempunyai ketahanan tubuh yang rendah dari pada orang dewasa (Edwards et al., 1990). Oleh karena itu, pemberian dosis radiasi yang sangat bergantung pada parameter kV dan mAs pesawat sinar-X harus mendapat perhatian yang cukup serius terutama dalam hal proteksi radiasi untuk pasien anak. Dengan demikian, diperlukan suatu perlindungan bagi pasien anak dalam rangka meningkatkan penerapan aspek keselamatan dan kesehatan sesuai dengan PP No. 63 tahun 2000 yaitu upaya yang dilakukan untuk menciptakan


(53)

37

kondisi untuk mendapatkan gambar dengan kualitas yang baik secara medis dan dosis radiasi yang diterima pasien dapat ditekan serendah mungkin atau sesuai dengan prinsip ALARA sedemikian rupa sehingga efek radiasi pengion terhadap manusia dan lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang ditentukan (Peraturan Pemerintah R.I, 2000).

Salah satu untuk melindungi anak dari bahaya radiasi adalah dengan menggunakan pelindung radiasi seperti celemek radiasi (appron) yang sesuai dengan postur tubuh dan usia anak-anak, agar pasien merasa aman saat melakukan pemeriksaan. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan pembatasan daerah pemeriksaan sinar-X harus disesuaikan dengan objek yang akan diperiksa. Untuk proteksi radiasi pasien yaitu agar kualitas penyinaran foto thorax memperoleh hasil yang optimum tetapi dosis yang diterima pasien anak rendah yaitu dapat dilakukan beberapa cara yaitu pemeriksaan kondisi pesawat sinar-X atau mengkalibrasi alat tersebut secara berkala yang meliputi: kualitas berkas sinar-X yang dikeluarkan, penggunaan tegangan (kV) dan arus (mA), serta waktu exposure (s). Perencanaan operasi agar dosis yang diterima pasien ditekan serendah mungkin. Pemakaian peralatan radiodiagnostik yang memadai serta mengikuti prosedur atau tata cara penggunaan peralatan radiodiagnostik yang telah disusun.


(54)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai dosis serap yang signifikan antara pasien usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun, tetapi usia 1-5 tahun dan 5-10 tahun ini memiliki perbedaan nilai dosis serap dengan pasien usia 10-15 tahun, baik untuk pasien laki ataupun wanita. Secara umum nilai dosis keseluruhan yang diterima oleh pasien anak di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember masih dibawah batas maksimal yang diijinkan oleh UNSCEAR (United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation).

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian dan pembahasan yang dapat diusulkan sebagai masukan kepada Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember untuk meningkatkan proteksi radiasi khususnya asas optimasi yaitu perlunya perhitungan besarnya dosis yang diberikan kepada pasien anak, baik dari penggolongan usia maupun jenis kelamin terutama pasien anak usia 1-5 tahun.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, M. 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Alatas, Z. 1998. Efek radiasi pada kulit. Bulletin ALARA,2(1): 27-31.

Alatas, Z. Tanpa tahun. Efek Teratogenik Radiasi Pengion. Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir: BATAN

Arthur, R. 2003. Interpretation of the Paediatric Chest X-Ray. Current Paediatric,

13: 438-447.

Bapeten, 2011. Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik Dan Intervensional. Jakarta: Bapeten.

BATAN, 2011. Pedoman Keselamatan dan Proteksi Radiasi Kawasan Nuklir Serpong. PUSPIPTEK Serpong: BATAN.

Beiser, A. 1992. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.

Cember, H. 1983. Pengantar Fisika Kesehatan. Edisi. Semarang: IKIP Semarang Press.

Compagnone, G., Pagan, L., dan Bergamini, C. 2005. Comparison of Six Phantoms for Entrance Skin Dose Evaluation in 11 Standard X-Ray Examinations. Journal of Applied Clinical Medical Physics, 6(1):101-113. Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Dhahryan, Azam, M. 2009. Pengaruh Teknik Tegangan Tinggi terhadap Entrasce Skin Exposure (ESE) dan Laju Paparan Radiasi Hambur pada Pemeriksaan Abdomen. Berkala Fisika 12 (1): 21-26.

Edwards, C., Statkiewicz M. A., dan Ritenour, E. R. 1990. Perlindungan Radiasi

Bagi Pasien dan Dokter Gigi. Jakarta: Widya Medika.

European Commission. 1990. European Guidelines on Quality Criteria for

Diagnostic Radiographic Images in Paediatrics. Brussels: Luxembourg

Faiz, O. dan Moffat, D. 2002. At a Glance Series Anatomi. Jakarta: Erlangga. Fahmi, A., Firdausi, K. S., Budi, W. S. 2008. Pengaruh Faktor Eksposi pada

Pemeriksaan Abdomen terhadap Kualitas Radiograf dan Paparan Radiasi menggunakan Computed Radiography. Berkala Fisika11 (4): 109-118 Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC.


(56)

Hall, E.J. and Brenner, D.J. 2008. Cancer Risk From Diagnostic Radiology. The British Journal of Radiology, 81: 365-378.

Kaplan, I. 1979. Nuclear Physics, 2nd edition. London: Addison-Wesley Publishing Company.

Krane, K. Fisika Modern. Terjemahan oleh Wospakrik, H.J. 1992. Jakarta: Universitas Indonesia.

Maryanto, D., Solichin, Abidin, Z. 2008. Analisis Keselamatan Kerja Radiasi Pesawat Sinar-X di Unit Radiologi RSU Kota Yogyakarta. Seminar

Nasional IV SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta: 679-690.

Milvita, D., Yana, D., Nuraeni, N. dan Yuliati, H. 2009. Analisis Dosis Radiasi yang Diterima Mata, Tiroid dan Calvaria pada Pasien yang Menjalani

Pemeriksaan CT-Scan Bagian Kepala. Depok: Prosiding Seminar Nasional

Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan V.

Mooney, R. and Thomas, P.S.1998. Dose reduction in a paediatric X-ray department following optimization of radiographic technique. The British Journal of Radiology, 71: 852-860.

Pearce. E.C. 2009. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 63. 2000. Keselamatan dan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion. [serial on line].

http://jdih.ristek.go.id/?q=system/files/perundangan/118156978.pdf [25 Juni

2012].

Rahayuningsih, B., Murtini, M.S., Prasetya, N.K. 2010. Prediksi Dosis Paparan Radiasi dengan Menggunakan Metode Klastering pada Dosimeter Film.

Prosiding Seminar Nasional Sains: 243-249.

Raudhah, U. 2008. “Distribusi Terimaan Dosis Radiasi pada Kegiatan Radiografi Dental Anak.” Skripsi. Padang: Universitas Andalas.

Sharifat, Oyeleke, O.I. 2009. Patient Entrance Skin Doses at Minna and Ibadan for Common Diagnostic Radiological Examinations. Bayero Journal of Pure and Applied Sciences, 2(1): 1-5.

Sofyan, H., Yuliati, H., Milvita, D., dan Nengsih, S. 2009. Dosis Radiasi Pasien Radiologi Anak pada Pemeriksaan Torak di Kota Padang. Depok: Prosiding Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan V.

Suyati dan Akhadi, M. 1998. Mengukur Kualitas Radiasi Keluaran Pesawat Sinar-X. BuletinAlara, 2(2): 7-12.


(1)

B.1.3 Usia 5-10 tahun dengan usia 10-15 tahun

B.2 Pasien Wanita

B.2.1 Usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun

ANOV A

dosis

.000

1

.000

18.439

.000

.002

98

.000

.003

99

Betw een Groups

Within Groups

Total

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Des criptives

dosis

50 .016400 .0025314 .0003580 .015681 .017119 .0130 .0270

50 .020120 .0033663 .0004761 .019163 .021077 .0140 .0270

100 .018260 .0035036 .0003504 .017565 .018955 .0130 .0270

5-10 tahun 10-15 tahun Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Low er Bound Upper Bound

95% Conf idence Interval f or Mean

Minimum Max imum

Des criptives

dosis

50 .015580 .0041359 .0005849 .014405 .016755 .0090 .0230

50 .016220 .0025176 .0003560 .015505 .016935 .0100 .0230

100 .015900 .0034216 .0003422 .015221 .016579 .0090 .0230

1-5 tahun 5-10 tahun Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Low er Bound Upper Bound

95% Conf idence Interval f or Mean

Minimum Max imum

ANOV A

dosis

.000

1

.000

.874

.352

.001

98

.000

.001

99

Betw een Groups

Within Groups

Total

Sum of


(2)

B.2.2 Usia 1-5 tahun dengan usia 10-15 tahun

B.2.3 Usia 5-10 tahun dengan usia 10-15 tahun

Des criptives

dosis

50 .015580 .0041359 .0005849 .014405 .016755 .0090 .0230

50 .019940 .0040427 .0005717 .018791 .021089 .0140 .0300

100 .017760 .0046213 .0004621 .016843 .018677 .0090 .0300

1-5 tahun 10-15 tahun Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Low er Bound Upper Bound

95% Conf idence Interval f or Mean

Minimum Max imum

ANOV A

dosis

.000

1

.000

28.416

.000

.002

98

.000

.002

99

Betw een Groups

Within Groups

Total

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Des criptives

dosis

50 .016220 .0025176 .0003560 .015505 .016935 .0100 .0230

50 .019940 .0040427 .0005717 .018791 .021089 .0140 .0300

100 .018080 .0038368 .0003837 .017319 .018841 .0100 .0300

5-10 tahun 10-15 tahun Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Low er Bound Upper Bound

95% Conf idence Interval f or Mean

Minimum Max imum

ANOV A

dosis

.000

1

.000

30.506

.000

.001

98

.000

.001

99

Betw een Groups

Within Groups

Total

Sum of


(3)

LAMPIRAN C. Hasil Uji

Oneway

ANOVA pada Pasien Anak Jenis Kelamin

Laki dengan Wanita untuk masing-masing Penggolongan Usia

Pasien

C.1 Usia 1-5 tahun

C.2 Usia 5-10 tahun

Des criptives us ia 1-5 tahun

50 .01586 .006155 .000870 .01411 .01761 .008 .035 50 .01558 .004136 .000585 .01440 .01676 .009 .023 100 .01572 .005219 .000522 .01468 .01676 .008 .035 laki

w anita Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Low er Bound Upper Bound 95% Conf idence Interval f or

Mean

Minimum Max imum

ANOV A

us ia 1-5 tahun

.000

1

.000

.071

.790

.003

98

.000

.003

99

Betw een Groups

Within Groups

Total

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Des criptives us ia 5-10 tahun

50 .01640 .002531 .000358 .01568 .01712 .013 .027 50 .01622 .002518 .000356 .01550 .01694 .010 .023 100 .01631 .002513 .000251 .01581 .01681 .010 .027 laki

w anita Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Low er Bound Upper Bound 95% Conf idence Interval f or

Mean


(4)

ANOVA

usia 5-10 tahun

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig,

Between Groups

,000

1

,000

,127

,722

Within Groups

,001

98

,000

Total

,001

99

C.3 Usia 10-15 tahun

Des criptives us ia 10-15 tahun

50 .02012 .003366 .000476 .01916 .02108 .014 .027 50 .01994 .004043 .000572 .01879 .02109 .014 .030 100 .02003 .003702 .000370 .01930 .02076 .014 .030 1

2 Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Low er Bound Upper Bound 95% Conf idence Interval f or

Mean

Minimum Max imum

ANOV A

us ia 10-15 tahun

.000

1

.000

.059

.809

.001

98

.000

.001

99

Betw een Groups

Within Groups

Total

Sum of


(5)

LAMPIRAN D. Tabel Statistik F

α=

0,0500

ndf

1

2

3

4

5

,

ddf

,,

81

3,9589

3,1093

2,7173

2,4845

2,3273

,

82

3,9574

3,1079

2,7160

2,4830

2,3258

,

83

3,956

3,1065

2,7146

2,4817

2,3245

,

84

3,9546

3,1051

2,7132

2,4803

2,3231

,

85

3,9532

3,1039

2,7119

2,4790

2,3218

,

86

3,9519

3,1026

2,7106

2,4777

2,3205

,

87

3,9506

3,1013

2,7094

2,4765

2,3193

,

88

3,9493

3,1001

2,7082

2,4753

2,3180

,

89

3,9481

3,0988

2,7070

2,4741

2,3169

,

90

3,9469

3,0977

2,7058

2,4729

2,3157

,

91

3,9457

3,0965

2,7047

2,4718

2,3146

,

92

3,9446

3,0955

2,7036

2,4707

2,3134

,

93

3,9435

3,0944

2,7025

2,4696

2,3123

,

94

3,9423

3,0933

2,7014

2,4685

2,3113

,

95

3,9412

3,0922

2,7004

2,4675

2,3102

,

96

3,9402

3,0912

2,6994

2,4665

2,3092

,

97

3,9392

3,0902

2,6984

2,4655

2,3082

,

98

3,9381

3,0892

2,6974

2,4645

2,3072

,

99

3,9371

3,0882

2,6965

2,4636

2,4636

,


(6)

y = 0.783x + 7.329

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0

50

100

O

utput

Input

LAMPIRAN E. Data Kalibrasi Alat

Setting kVp

Setting akurasi waktu

No

Input

Output

1

0,0700

0,0643

2

0,1000

0,0938

3

0,4000

0,4047

4

0,5000

0,5037

5

0,8000

0,8147

No

Input

Output

1

50

45,3300

2

60

54,5300

3

70

63,3400

4

80

71,9200

5

90

75,8200

y = 1.028x - 0.008

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

0

0.5

1

O

utput