Pembuatan Biodiesel dari Biji Alpukat dengan proses Transesterifikasi
13
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Palmitoleic acid Margaroleic acid
0,606 0,017
Sumber : pramudono,2004 Komposisi asam lemak dari minyak biji alpukat ditunjukkan pada
tabel II.4.4 Dapat dilihat bahwa kandungan asam lemak yang paling tinggi adalah oleic yaitu 71,715 sedangkan kandungan asam lemak minyak
alpukat yang paling rendah adalah asam margaroleic yaitu 0,017.
II.5. Bahan baku untuk proses produksi biodiesel
a. Methanol CH
3
OH Untuk membuat biodiesel, ester dalam minyak nabati perlu
dipisahkan dari gliserol. Ester tersebut merupakan bahan dasar penyusun biodiesel. Selama proses transesterifikasi, komponen gliserol
dari minyak nabati dapat digantikan oleh alkohol, baik alkohol etanol maupun metanol. Etanol merupakan alkohol yang terbuat dari padi-
padian sedangkan metanol adalah alkohol yang dapat dibuat dari batu bara, gas alam atau kayu. Metanol lebih dipilih daripada etanol karena
mampu memproduksi reaksi biodiesel yang lebih stabil. Namun, metanol merupakan alkohol yang agresif sehingga bisa berakibat fatal
bila terminum dan memerlukan kewaspadaan yang tinggi dalam penanganannya.
Andi Nur Alam Syah,2006 Alkohol yang paling umum digunakan untuk transesterifikasi
adalah metanol karena harganya yang lebih murah dan daya reaksinya lebih tinggi dibandingkan dengan alkohol yang berantai lebih panjang.
Proses metanolisis berkatalis alkali dapat dilakukan pada suhu ruangan dan akan menghasilkan ester lebih dari 80 beberapa saat setelah
reaksi dilangsungkan sekitar 5 menit. Pemisahan fase ester dan gliserol berlangsung cepat dan sempurna. Berbeda dengan etanol,
metanol tersedia dalam bentuk absolut yang mudah diperoleh sehingga hidrolisa dan pembentukan sabun akibat air yang terdapat dalam
alkohol dapat diminimalkan.
Pembuatan Biodiesel dari Biji Alpukat dengan proses Transesterifikasi
14
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Biaya untuk memproduksi etanol absolut cukup tinggi. Akibatnya, bahan bakar biodiesel berbasis etanol tidak berdaya saing
secara ekonomis dengan metil ester asam lemak, sehingga membiarkan bahan bakar diesel fosil bertahan sendiri. Disamping itu, harga alkohol
juga tinggi sehingga menghambat pengguunaanya dalam produksi biodiesel dalam skala industri.
Andi Nur Alam Syah,2006 Sifat-sifat fisika dan kimia methanol :
Bentuk liquid
Warna jernih
Mudah menguap
Beracun
Mudah terbakar
s.g = 0.89
titik didih 64.5
C
titik leleh -97.8 C
Berat molekul 32.04215
Sangat laru dalam air
Rumus Kimia CH
3
OH
Rumus bangun H
H C
O H
H b.
Natrium Hidroksida NaOH Dari aspek ekonomi, proses transesterifiikasi tanpa katalis
tampaknya sangat sulit karena ester yang akan dibakar dalam mesin diesel memerlikan input energi yang tinggi, waktu reaksi yang lama
dan harga pasar yang rendah. Karena itu, agar hasil esternya memuaskan, produksi biodiesel secara umum perlu menggunakan
katalis.
Pembuatan Biodiesel dari Biji Alpukat dengan proses Transesterifikasi
15
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Katalis adalah suatu bahan yang digunakan untuk memulai reaksi untuk bahan lain. Katalis yang mungkin untuk reaksi biodiesel
adalah natrium hidroksida NaOH dan kalium hidroksida KOH. Natrium hidroksida biasanya disubut dengan soda api. Kalium
hidroksida dapat digunakan jika natrium hidroksida tidak tersedia. Keduanya berbentuk serbuk, butiran atau pelet. Natrium dan kalium
hidroksida dapat merusak kulit, mata, sumsum dan berakibat fatal jika tertelan.
Andi Nur Alam Syah,2006 Sifat fisika Natrium Hidroksida :
Bentuk padat
Bewarna putih
Melting point 318.4
C
Boiling point 1390 C
Sifat kimia Natrium Hidroksida :
Rumus kimia NaOH
Berat Molekul 39.9971
s.g = 2.13
Larut dalam air dingin 0 C 42 gr100 gr air
Larut dalam air panas 100
C 347 gr100 gr air
Hydroskopis
Larut dalam alcohol dan glycerol
Tidak larut dalam aceton
II.6. Glyserol