Pembuatan Biodiesel dari Biji Alpukat dengan proses Transesterifikasi
15
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Katalis adalah suatu bahan yang digunakan untuk memulai reaksi untuk bahan lain. Katalis yang mungkin untuk reaksi biodiesel
adalah natrium hidroksida NaOH dan kalium hidroksida KOH. Natrium hidroksida biasanya disubut dengan soda api. Kalium
hidroksida dapat digunakan jika natrium hidroksida tidak tersedia. Keduanya berbentuk serbuk, butiran atau pelet. Natrium dan kalium
hidroksida dapat merusak kulit, mata, sumsum dan berakibat fatal jika tertelan.
Andi Nur Alam Syah,2006 Sifat fisika Natrium Hidroksida :
Bentuk padat
Bewarna putih
Melting point 318.4
C
Boiling point 1390 C
Sifat kimia Natrium Hidroksida :
Rumus kimia NaOH
Berat Molekul 39.9971
s.g = 2.13
Larut dalam air dingin 0 C 42 gr100 gr air
Larut dalam air panas 100
C 347 gr100 gr air
Hydroskopis
Larut dalam alcohol dan glycerol
Tidak larut dalam aceton
II.6. Glyserol
Gliserin atau gliserol merupakan produk samping yang prospektif, karena harganya lebih tinggi daripada reaktan metanol. Fasa gliserin
metanol dapat dibebaskan dari sisa-sisa katalis dengan penetralan oleh asam, sehingga membentuk garam yang mengendap dan dapat dipisahkan
dengan penyaringan.
Pembuatan Biodiesel dari Biji Alpukat dengan proses Transesterifikasi
16
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Fasa gliserin metanol bebas garam selanjutnya dipanaskan untuk menguapkan metanol dan menghasilkan gliserin murni. Penjumputan
recovery gliserin dan metanol dari fasa gliserin metanol air biasa dilakukan dengan pertama-tama menyingkirkan sisa-sisa katalis dengan
pertukaran kation, mengevaporasikan air dan metanol untuk menghasilkan gliserin murni, serta mendistilasikan larutan metanol air untuk mendapat
metanol murni untuk didaur ulang. Akhirudin,2006
Sifat Fisika :
Warna jernih dan kuning
Bentuk semi padat,liquid pekat
Bau menyengat
Rasa manis terasa hangat
Melting point 17 C
Boiling point 290
C Sifat kimia :
s.g = 1.2653
Rumus kimia C
3
H
5
OH
3
Rumus bangun
H H H
H C C C H
OH OH OH
Larut dalam air dan alcohol
Tidak larut dalam ester,benzene dan cloroform
II.7. Proses Pengambilan
Minyak.
Ada dua metode dasar untuk memperoleh minyak dari biji, yaitu pengepresan dan ekstraksi pelarut. Proses pengepresan biasanya dilakukan
dengan pengepresan hidrolik atau ulir yang digerakkan secara manual atau
Pembuatan Biodiesel dari Biji Alpukat dengan proses Transesterifikasi
17
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
dengan mesin. Proses pengepresan biasanya meninggalkan ampas yang masih mengandung 7-10 minyak. Sedangkan pada ekstraksi pelarut
mampu mengambil minyak secara optimal, sehingga ampasnya kurang dari 0,1 dari berat keringnya. Dengan demikian, ekstraksi dengan pelarut
lebih efektif untuk mengambil minyak dari biji. Cairan pelarut yang biasa digunakan adalah heksana atau eter minyak bumi dengan rentang didih
60 – 70
o
C. Biji atau bungkil giling umumnya tidak langsung diekstraksi
karena partikel-partikelnya yang halus sering kompak sehingga mengakibatkan penyumbatan didalam bejanah ekstraksi cairan
mengekstrak tidak bisa menerobos diantara partikel-partikel padat yang diekstrak. Berdasarkan hal ini, sebelum proses ekstraksi biji atau bungkil
harus diubah bentuknya menjadi serpihan flake agar proses ekstraksinya berlangsung lancar karena bentuk serpihan membuat padatan yang
diekstrak stabil dan mudah diterobos cairan pengekstrak. Andi Nur Alam
Syah,2006.
II.8. Pemurnian Minyak