commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Asma adalah penyakit inflamasi peradangan kronik saluran napas yang ditandai adanya mengi episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat
penyumbatan saluran napas, termasuk dalam kelompok penyakit saluran pernapasan kronik, mempunyai tingkat fatalitas yang rendah namun
jumlah kasusnya cukup banyak ditemukan dalam masyarakat Depkes RI, 2008.
Asma merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir seluruh negara di dunia, diderita oleh anak-anak
sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat mematikan Lenfant, 2002. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan
Dunia WHO tahun 2005, jumlah penderita asma di dunia diperkirakan mencapai 300 juta orang dan diperkirakan meningkat hingga 400 juta pada
tahun 2025 WHO, 2005. Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebesar 8-10 pada anak dan 3-5 pada dewasa, dan dalam 10 tahun terakhir ini
meningkat sebesar 50 . Di Indonesia prevalensi asma anak dan dewasa berkisar antara 3-8 Nelson, 1996. Hasil penelitian International Study
on Asthma and Allergies in Childhood menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi penyakit asma meningkat dari 4,2 pada tahun 1995 menjadi
5,4 pada tahun 2003.
commit to user 2
Departemen Kesehatan memperkirakan penyakit asma termasuk 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di RS dan diperkirakan 10 dari
25 juta penduduk Indonesia menderita asma. Angka kejadian asma pada anak dan bayi sekitar 10-85 dan lebih tinggi dibandingkan oleh orang
dewasa 10 - 45 Oemiati R, 2010. Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan
tetapi dapat bersifat menetap dan mengganggu aktivitas bahkan kegiatan harian sehingga menurunkan kualitas hidup, salah satu faktor pencetus
serangan asma adalah kondisi psikologis pasien yang tidak stabil termasuk di dalamnya ansietas atau kecemasan. Hal ini sering diabaikan oleh pasien
sehingga frekuensi kekambuhan menjadi lebih sering dan pasien jatuh pada keadaan yang lebih buruk, kondisi ini merupakan suatu rantai yang
sulit ditentukan mana yang menjadi penyebab dan mana yang merupakan akibat. Keadaan ansietas menyebabkan atau memperburuk serangan asma.
Ansietas adalah respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang dialami oleh setiap mahluk hidup dalam kehidupan
sehari-hari dan pengalaman subjektif dari individu, tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang
spesifik Suliswati, 2005. Prevalensi
untuk ansietas
semakin meningkat
seiring perkembangan zaman. Dari sebuah studi internasional, dinyatakan
prevalensi ansietas di dunia mencapai 16,6 . Angka ini dinilai cukup
commit to user 3
tinggi dan masih ada kemungkinan meningkat seiring perkembangan zaman British Columbia Ministry of Health, 2002.
Ansietas merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari dan merupakan gejala yang normal pada manusia. Bagi orang dengan
penyesuaian yang baik, ansietas dapat segera diatasi dan ditanggulangi. Sedangkan bagi orang yang penyesuaiannya kurang baik, maka ansietas
merupakan bagian terbesar dalam kehidupannya. Apabila penyesuaiannya tidak tepat, akan timbul dampak terhadap kesehatan jasmani dan psikis.
Stres dapat mengantarkan seseorang pada tingkat ansietas sehingga memicu dilepaskannya histamin yang menyebabkan penyempitan saluran
napas, ditandai dengan sakit tenggorokan dan sesak napas, yang akhirnya memicu serangan asma Stuart dan Sundeen, 2002.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian adakah hubungan antara ansietas dan frekuensi
serangan asma.
B. Perumusan Masalah