Observasi Pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa

30 Status pernikahan : Belum menikah Pekerjaan : Wiraswasta Nn. W adalah adik dari sdr. P. sdr. P adalah pasien yang mengalami gangguan jiwa. sdr. P sangat dekat dengan adiknya Nn.W saat ini Nn. W bekerja di Semarang. Mereka tinggal bersama dengan kedua orang tuanya.

4.2.2 Observasi

Dari observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penanganan yang dilakukan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa, yang dilakukan oleh partisipan 1, partisipan 2 dan partisipan 3 adalah: Ny. R merawat anaknya dan membimbing anaknya agar bisa lebih mandiri dan tidak minder dengan lingkungan, mengajak komunikasi dengan anaknya dan memberikan kasih sayang kepada anaknya. Sedangkan penanganan yang dilakukan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa pada Ny. I dalam kesehariannya ia merawat anaknya seperti biasa saja, dia memberikan makan dan memandikan anaknya. Tetapi terlihat saat peneliti melakukan observasi terlihat bahwa anaknya tidak stabil, peneliti mengatakan tidak stabil karena pada saat wawancara anaknya marah-marah tidak jelas dan berbicara sendiri dengan gaya ingin memukul orang, Ny.I juga mengatakan bahwa anakanya tidak pernah berobat, jika anak mengamuk maka keluarga hanya membiarkannya saja dan memaklumi anaknya sakit hal tersebut Ny.I beranggapan bahwa anaknya merupakan kerasukan setan. Observasi berikutnya dilakukan pada Nn.W peneliti datang kerumah Nn.W bersama ibu RT maka peneliti diijinkan masuk dan keluarga bersedia untuk diwawancarai. Peneliti mengamati bahwa keluarga ini sangat memperhatikan kondisi sdr.P mereka selalu memberikan dukungan kepada sdr.P agar cepat sembuh dan selalu memberikan support agar selalu meminum obat dengan teratur.

4.2.3 Pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa

Hasil penelitian terkait dengan pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa partisipan 1, partisipan 2, dan partisipan ke 3 adalah : Pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa, pada Ny.R dalam pengetahuannya tidak mengerti tentang gangguan jiwa yang diderita oleh anaknya “RP1 Tidak tahu itu mbak 65-70 Dalam pengetahuan tentang gangguan jiwa Ny.R kurang mengetahui tentang jenis, tingkatan, tanda dan gejala dari 32 gangguan jiwa tetapi peneliti menemukan bahwa Ny. R menyebutkan bahwa adanya penyebab gangguan jiwa yang diderita oleh anaknya “RP1 Ya pengertiannya saya karena kecewa itu tadi 70-75. “RP1 Ya saya tidak tahu mbk 75-80 “RP1 Ya tidak ada apa-apa kok mbak, ya cuma dari sekolahan Cuma ngguyu- ngguyu sendiri gitu 80-85. Hasil pengetahuan tentang gangguan jiwa dari Ny.I dalam memberikan penanganan terhadap anaknya, Ny I juga kurang pengetahuan tentang gangguan jiwa secara umum. Karena Ny.I beranggapan bahwa anaknya tidak gila hanya mengalami gangguan roh jahat. “RP2 Nek gangguan jiwa niku rak edan mbak, la nek mas Y menika kan mboten edan. Nek niki ngoten saking gangguan roh sing mboten ketok 30- 35”. kalau gangguan jiwa itukan gila mbak, kalau Ms.Y kan itu tidak gila, kalau ini kan dari gangguan dari roh yang tidak terlihat. Ny.I juga tidak menyebutkan jenis-jenis gangguan jiwa secara umum, dia hanya mengira bahwa anaknya terkena arwah yang tidak terlihat. Ny.I lebih menyebutkan apa penyebab dari gangguan jiwa. “RP 2 Mboten niku mbak. Sak ngertiku yo mung kenging gangguan arwah 35- 40”. tidak tau itu mbak, ya setahu saya ya Cuma terkena gangguan jiwa. Pada partisipan ke 3 hasil yang didapat dari pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa, partisipan 3 dia mengerti apa yang dimaksud dengan gangguan jiwa “RP 3 Setahu aku yo terguncang jiwanya. Nggak kuat mental gitu tok. hmmm 30- 35”. Sedangkan pada partisipan 3, saat peneliti bertanya tentang pengetahuan keluarga terhadap jenis, tanda gangguan jiwa juga tidak dapat mengetahui apa itu gangguan jiwa, tetapi pada saat peneliti bertanya tentang tingkatan gangguan jiwa, partisipan 3 menyebutkan bahwa adanya gangguan jiwa berat dan gangguan jiwa ringan. Pada saat wawancara berlangsung, peneliti menemukan adanya penyebab yang di derita oleh sdr.P “RP 3 Ya mungkin itu ada yang parah dan yang nggak parah dek 35-40 ”. “RP 3 Ya kadang ki mbak menyendiri, suka senyum senyum sendiri itu sih yang aku tahu 40- 45 ”. 4.2.4 Penanganan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa pasca perawatan rumah sakit Hasil penelitian yang dilakukan pada partisipan 1, partisipan 2, dan partisipan 3 dalam penanganan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa pasca perawatan rumah 34 sakit. Pada partisipan 1 yang dilakukan oleh Nn.K awalnya dia dibawa ke psikiater selain itu juga dia dibawa berobat dan ke Solo untuk menjalani perawatan karena Nn.K kondisi membaik maka yang dilakukan keluarga Nn.K adalah membawa kontrol rutin setiap bulan ke Puskesmas Kalicacing Salatiga. “RP1 Ya dibawa ke psikiater, dan diwawancarai selama ada setengah jam begitu dan saya bawa ke rumah sakit saja to mbak 80-90 ”. “RP1 Ya obat seperti kemarin, 10 hari kalau disini kalau di rumah sakit solo itu sebulan sekali obat jalan. Iya rutin, ya kadang-kadang dijajalkan itu. Dulu kan satu butir merahnya itu untuk obat tidur itu, pada waktu sakitnya masih keras ya. Tapi sekarang seperempat saja sok diminum sok ndak. Tidurnya sudah bagus dan apa-apanya sudah bagus 130-145 Dalam penanganan keluarga terhadap gangguan jiwa Ny.R sebagai partisipan 1 tidak melakukan tindakan yang membuat Nn.K terkekang seperti dikurung ataupun dipasung. “RP1 oh yo tidak, ya tidur dengan saya, waktu dirumah sakit juga dengan saya, tapi yo tidak penah keluar maksudnya yo kalau ada orang meninggal yo saya ajak biar kumpul kan 150- 15 5”. Dari partisipan 2 bahwa hasil yang didapat dalam penanganan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa pasca perawatan rumah sakit. Penanganan yang dilakukan pasca perawatan rumah sakit terhadap sdr.Y yaitu bahwa sdr.Y pernah dibawa kerumah sakit jiwa, tidak hanya itu sdr.Y juga di rehabilitasi oleh keluarganya. “RP 2 niku men nggih ngantek, terus teng griya sakit niku teng Wedi ping kalih, teng Magelang ping kalih teng Jakarta, lajeng kula pondoke teng ngriku candi setunggal tahun nggih mboten wonten perubahan 80- 90”. ya terus sampe dibawa ke rumah sakit di Wedi dua kali di Magelang dua kali, di Jakarta, terus dia juga penrnah mondok di situ Candi satu tahun tapi ya tidak ada perubahan. Peran keluarga sangat penting untuk kesembuhan pasien gangguan jiwa, tetapi penanganan yang dilakukan oleh Ny.I. Ny I pernah membawa sdr.Y berobat dan dibawa kerumah sakit namun setelah pulang partisipan 2 mengatakan tidak ada perubahan, dan pihak keluarga juga pernah memberikan obat setiap saat yang sudah diresepkan oleh dokter setelah obat habis, keluarga tidak tahu bahwa di Puskesmas sudah disediakan obat, maka pihak keluarga memutuskan untuk tidak memberikannya lagi sampai saat ini kepada sdr.Y. Ny.I juga beranggapan bahwa sdr.Y tidak terkena gangguan jiwa. Masalah ini merupakan suatu anggapan keliru terhadap penderita gangguan jiwa, dimana penderita dianggap sebagai orang yang terkena guna-guna. 36 Sehingga keluarga mencari pengobatan yang dilakukan adalah pergi ke dukun Simanjuntak 2012. “RP Niku ngeten lo mbak, ceritane nggih malam sasi suro dijak koncone teng tengaran, nggon pengunungan mboh apa ya?, terus lebeti arwah sing mboten ketok. La piambake kan mboten kuat lo mbak langsung ngledak kados kelapa tiba gubrak- gubrak ngoten, sedinten ping gangsal men enten, lajeng sing ndekei niku pun dipendet kalih, mase sing kerja dados supir ingkang hotel wahid, lajeng sampun di bucal ning kok nyatane mboten saget medal ngantos kula niku nggolek tiyang puuuuundi mawon ngantean supaya saget ngetoke niku ngantos sak yahketen 55-73 ”. itu gini lo mbak, ceritanya ya malam bulan suro tanggal jawa diajak temenya ke tengarandi pegunungan atau apa gitu ya ? terus dimasuki arwah yang tidak terlihat la dia sendiri tidak kuat gitu lo mbak, langsung jatuh seperti kelapa jatuh gubrak-gubrak seperti itu, sehari lima kali, kakaknya yang kerja jadi supir di Hotel Wahid, langsung sudah pergi tapi kok ternyata tidak bisa keluar terus saya itu cari orang mannnnnaaa saja supaya bisa keluarin itu sampe sekarang. Dalam keterbatasan pengetahuannya setelah sdr.Y keluar dari rumah sakit dia berhenti untuk memberi obat alasanya karena Ny.I dan keluarga tidak tahu bahwa di Puskesmas terdapat obat untuk orang-orang gangguan jiwa. “RP Di rumah yo biasa, ndak pernah dikasih obat, la angel og mbak tapi saya le ngurusi repot. Ya pulang dari rumah sakit itu ya dibawain resep.tapi cari disini gak ada , apotek gak ada terus sampe sekarang”. 95-100”. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh riset partisipan 3 dalam Penanganan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa pasca perawatan rumah sakit, mereka pernah membawa sdr.P ke rumah sakit jiwa Magelang untuk diobati di sana, selain itu juga mereka memberikan obat kepada sdr.P dengan rutin. Partisipan 3 sangat peduli dengan sdr.P untuk itu partisipan 3 selalu membawa kontrol rutin berobat di Puskesmas. “RP 3 Itu kata dokter emm saya itu sama keluarga salah memasukan mas P seharusnya direhab, tapi berhubung dulu itu ngamuk to dek terus tak bawa ke rumah sakit jiwa magelang karena keluaga takut, disuntik lalu seterusny saya nggak tau 75-83 ” “RP 3 2 bulan lebih, yo 3 bulan ee dek 85-86”. “RP3 Obati dirumah cara-carane obate nggak pernah putus dan makannya juga teratur, sekarang alhamdulilah agak pulih.kan sedikit-sedikit 89-100.

4.3 Member Check

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Keluarga dalam Proses Rehabilitasi Pasien Rawat Inap di Ruang Bisma (VIP) Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta T1 462012095 BAB IV

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanganan Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa Pasca Perawatan Rumah Sakit di Kecamatan Sidomukti Salatiga T1 462011018 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanganan Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa Pasca Perawatan Rumah Sakit di Kecamatan Sidomukti Salatiga T1 462011018 BAB II

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanganan Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa Pasca Perawatan Rumah Sakit di Kecamatan Sidomukti Salatiga T1 462011018 BAB V

0 1 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanganan Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa Pasca Perawatan Rumah Sakit di Kecamatan Sidomukti Salatiga

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanganan Keluarga terhadap Pasien Gangguan Jiwa Pasca Perawatan Rumah Sakit di Kecamatan Sidomukti Salatiga

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Stigma dan Kebudayaan terhadap Pasien dengan Gangguan Jiwa di RSKD Ambon T1 462011009 BAB IV

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Korelasi Pengetahuan Keluarga terhadap Relaps Pasien Gangguan Jiwa Di RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang T1 462010076 BAB IV

0 1 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fungsi Keluarga dalam Memberikan Dukungan Sosial pada Pasien yang Mengalami Gangguan Jiwa di RSKD Ambon T1 462010007 BAB IV

0 0 47

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Budaya dan Persepsi Orang Dameka terhadap Gangguan Jiwa T1 BAB IV

0 0 26