EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK HIDROKARBON

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN
PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI
POKOK HIDROKARBON

Oleh
Rina Agustia

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri
terbimbing dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan penguasaan konsep pada materi hidrokarbon. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
X MA Negeri 1 Bandar Lampung semester genap T.A. 2011-2012 dengan kelas X7
dan X8 sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan
Non Equivalent Control Group Design. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian
ini menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata
n-Gain keterampilan mengelompokkan kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah 0,42
dan 0,80. Sedangkan rerata n-Gain penguasaan konsep kelas kontrol dan eksperimen
adalah 0,22 dan 0,55. Berdasarkan pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrokarbon efektif dalam meningkatkan
keterampilan mengelompokkan dan penguasaan konsep.


Kata kunci : Pembelajaran inkuiri terbimbing, keterampilan mengelompokkan,
penguasaan konsep

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

x

I.

PENDAHULUAN ..................................................................................

1


A. Latar Belakang ..................................................................................

1

B. Rumusan Masalah .............................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................

5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................

6

E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................

6


TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

8

A. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .....................................................

8

B. Keterampilan Proses Sains ................................................................

12

C. Penguasaan Konsep ...........................................................................

15

D. Kerangka Pemikiran.. ………………………………………………

16


E. Anggapan Dasar .................................................................................

17

F. Hipotesis Umum ................................................................................

17

II.

III.

METODE PENELITIAN ........................................................................

19

A. Penentuan Populasi Dan Sampel Penelitian ......................................

19


B. Jenis dan Sumber Data ......................................................................

20

C. Rancangan Penelitian ........................................................................

20

D. Variabel Penelitian ............................................................................

21

E. Instrumen Penelitian..........................................................................

21

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .......................................................

24


G. Teknik Analisis Data .........................................................................

24

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................

30

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ....................................................

30

B. Pembahasan .......................................................................................

35

SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................

41


A. Simpulan ...........................................................................................

41

B. Saran ..................................................................................................

44

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

42

V.

LAMPIRAN
1.

Silabus Kelas Eksperimen .......................................................................


45

2.

RPP Kelas Eksperimen ...........................................................................

49

3.

Lembar Kerja Siswa ................................................................................

73

4.

Kisi-kisi Pretest.......................................................................................

109


5.

Soal Pretest .............................................................................................

111

6.

Rubrik Penskoran Pretest........................................................................

116

7.

Kisi-kisi Postest ......................................................................................

122

8.


Soal Postest.............................................................................................

124

9.

Rubrik Penskoran Posttest ......................................................................

129

10.

Data Nilai Pretest, Posttes, dan n-Gain Keterampilan Mengelompokkan 133

11.

Data Nilai Pretest, Posttes, dan n-Gain Penguasaan Konsep .................

134


12.

Perhitungan dan Analisis Data ................................................................

135

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari struktur, susunan,
sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi.
Ilmu kimia itu dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan
proses sains antara lain mengamati (observasi), inferensi, mengelompokkan,
menafsirkan (interpretasi), meramalkan (prediksi), dan mengkomunikasikan.

Keterampilan proses sains (KPS) pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya. Penting bagi seorang guru melatihkan KPS kepada siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir
dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalah serta menjelaskan
fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari. Salah satu
keterampilan dalam KPS adalah keterampilan mengelompokkan, keterampilan mengelompokkan merupakan keterampilan yang harus dimiliki siswa
dalam mencari perbedaan atau persamaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan dan mencari dasar penggolongan berdasarkan kesesuaian suatu
benda atau kejadian.

2

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di MA Negeri 1 Bandar Lampung kelas X. Proses pembelajaran yang
paling sering dilakukan adalah menggunakan metode ceramah dan diskusi
dua arah yang lebih terpusat pada guru. Pembelajaran kimia selama ini dimulai dengan guru menyampaikan materi, kemudian siswa diberikan latihan
soal atau PR untuk disampaikan jawabannya kedepan kelas, tetapi hanya 3-4
orang yang mau menjawab dan aktif dalam proses pembelajaran, yaitu siswa
yang memiliki tingkat akademik tinggi, sedangkan sebagian siswa lain lebih
banyak diam, belum berani mengungkapkan pendapatnya, kurang terlibat aktif, dan kurang termotivasi dalam membangun konsep materi hidrokarbon.
Sedangkan untuk praktikum, jarang sekali dilakukan.

Cara pembelajaran seperti itu menyebabkan KPS kurang dilatihkan kepada
siswa, pembelajaran tersebut dapat menyebabkan siswa menjadi pasif, dan
siswa hanya mendapatkan informasi verbal dari buku dan guru, sehingga kurang menarik minat siswa untuk belajar. Hal ini tentu sangat tidak sesuai dengan aspek proses belajar menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator dan motivator. Berdasarkan KTSP, siswa harus menguasai
standar kompetensi pada setiap jenjang pendidikannya dan standar kompetensi ini dijabarkan dalam bentuk kompetensi dasar. Salah satu kompetensi
yang harus dicapai siswa kelas X semester genap adalah memahami sifatsifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul
dengan kompetensi dasar mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam

3

membentuk senyawa hidrokarbon, menggolongkan senyawa hidrokarbon
berdasarkan strukturnya dan hubunganya dengan sifat senyawa. Materi
pembelajaran kimia yang sesuai dengan standar kompetensi dasar di atas
adalah materi hidrokarbon.
Pada materi hidrokarbon, siswa banyak dikenalkan dengan senyawa penyusun benda-benda yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu siswa diajak untuk dapat membedakan jenis–jenis senyawa atau reaksi hidrokarbon yang berkaitan langsung dengan pengetahuan alam yang sering dijumpai di lingkungan. Contohnya bensin, gas elpiji, pipa, lilin, plastik, etanol adalah benda-benda yang dihasilkan dari reaksi-reaksi senyawa hidrokarbon. Dengan demikian pembelajaran materi hidrokarbon dapat mengeksplor KPS khususnya keterampilan mengelompokkan. Oleh karena itu,
diperlukan model pembelajaran maupun media pendukung yang menarik
untuk membantu guru menjelaskan konsep hidrokarbon agar siswa lebih
menguasai konsep tersebut. Guru perlu menciptakan suasana belajar yang
dapat menitikberatkan pada keaktifan siswa dan mengharuskan siswa membangun pengetahuannya sendiri. Selain itu, peran guru cukup membimbing
dan mengarahkan siswa, sehingga guru tidak harus menyampaikan materi
secara penuh kepada siswa, siswa tidak hanya mendengarkan uraian guru
tetapi lebih aktif dan mandiri dalam melakukan kegiatan belajar. Semakin
aktif siswa dalam belajar, maka siswa akan semakin mudah memahami materi belajar, dan pemahaman yang didapatkan siswa itu akan bertahan lama
dalam ingatan siswa.

4

Salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat menemukan jawaban dari suatu permasalahan sendiri dengan cara mencari dan menganalisis dibawah bimbingan guru adalah inkuiri terbimbing, model ini
diduga dapat meningkatkan keterampilan mengelompokkan. Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri dibawah bimbingan intensif dari guru (Gulo dalam Suyanti, 2010).
Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mengembangkan self concept pada
diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar yang lebih
baik, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri sehingga suasana proses
belajar lebih terangsang. (Roestiyah, 1998)

Penelitian lain yang menggunakan model inkuiri terbimbing adalah Sari
(2010) yang melakukan eksperimen pada siswa kelas XI IPA SMA Al-Huda
Lampung Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep.
Hasil penelitian lainnya oleh Diawati (2011) yang melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2005/2006 pada materi pokok hukum-hukum

5

dasar kimia melalui pembelajaran inkuiri terbimbing, dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
penguasaan konsep siswa dari siklus ke siklus.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul :
“Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan
Keterampilan Mengelompokkan dan Penguasaan Konsep Pada Materi
Pokok Hidrokarbon”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, rumusan
masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam
meningkatkan keterampilan mengelompokkan pada materi pokok hidrokarbon?
2. Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi pokok hidrokarbon?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini
adalah untuk:
1.

Mendeskripsikan efektifitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan pada materi pokok
hidrokarbon.

6

2.

Mengetahui efektifitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam
meningkatkan penguasaan konsep pada materi pokok hidrokarbon.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.

Bagi siswa
Siswa diharapkan akan lebih memahami konsep materi hidrokarbon
dan kemampuan KPS khususnya keterampilan mengelompokkan dengan diterapkannya model inkuiri terbimbing.

2.

Bagi guru
Dapat dijadikan alternatif pembelajaran sehingga diharapkan dapat
meningkatkan KPS khususnya keterampilan mengelompokkan dan
pemahaman konsep siswa pada materi pokok Hidrokarbon.

3.

Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran kimia
di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1.

Materi pokok yang dibahas adalah hidrokarbon yang meliputi pengujian
senyawa karbon, kekhasan atom karbon, tatanama hidrokarbon, sifat
fisik dan kimia serta keisomeran hidrokarbon.

2.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Gulo dalam Trianto
(2010) yaitu model pembelajaran yang prosedur pelaksanaan

7

pembelajarannya adalah (a) guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan, (b) siswa merumuskan hipotesis atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan olah data, (c) mengumpulkan data
melalui praktikum atau telaah literatur dari tabel atau gambar. (d) tahap
analisis data dimana siswa bertanggung jawab dengan menguji hipotesis
yang telah dirumuskan dan menganalisis data yang telah diperoleh, (e)
membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh.
3.

Keterampilan mengelompokkan adalah salah satu indikator dari kemampuan proses sains yaitu untuk mencari perbedaan atau persamaan,
membandingkan dan mencari dasar penggolongan Pada penelitian ini,
ditunjukkan dengan data hasil pretest serta posttest.

4.

Penguasaan konsep berupa nilai siswa pada materi pokok hidrokarbon
yang diperoleh melalui pretest dan posttest.

5.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan efektif meningkatkan
hasil belajar apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
(ditunjukkan dengan n-Gain yang signifikan).

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek
yang saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dengan siswa. Guru memberikan materi sementara siswa
tidak hanya sekedar menerima begitu saja melainkan ada interaksi diantara keduanya
sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu pembelajaran seperti ini adalah model pembelajaran inkuiri.

Menurut Suyanti (2010), pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang memiliki peran untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator untuk mendorong siswa dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.

Wena (2009) menuliskan bahwa pembelajaran inkuiri dikembangkan oleh Richard
Suchman untuk mengajarkan peserta didik dalam memahami proses meneliti dan menerangkan suatu kejadian. Menurut Suchman, kesadaran peserta didik terhadap proses
inkuiri perlu ditingkatkan sehingga mereka dapat diajarkan dengan prosedur pemecahan masalah secara ilmiah. Selain itu, kepada para peserta didik juga dapat diajarkan
bahwa pengetahuan itu bersifat sementara dan bisa berubah-ubah dengan munculnya

9

berbagai macam teori-teori baru. Oleh karena itu, para peserta didik harus disadarkan
dengan pernyataan bahwa pendapat orang lain dapat memperkaya pengetahuan yang
mereka miliki.
Trowbridge & Bybee dalam Asri (2007) mengemukakan “Inquiry is the process of
defining and investigating problems, formulating hypotheses, designing experiments,
gathering data, and drawing conculations about problems”. Menurut mereka inkuiri
adalah proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut lagi, dikemukakan bahwa esensi dari pengajaran
inkuiri adalah menata lingkungan atau suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.

Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi yang meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku-buku
dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat-alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya.
(Depdiknas, 1997).

Berdasarkan uraian para ahli di atas, pembelajaran inkuiri adalah sebuah pembelajaran yang mempersiapkan peserta didik melakukan eksperimen sendiri, dapat dikatakan pula sebagai sistem atau cara dalam melihat sebuah pengetahuan atau hal baru.
Cara pandang inkuiri membantu pengembangan pola dan cara berfikir yang akan terus

10

bertahan dan berkembang dalam perjalanan siswa sebagai pembelajar. Apabila cara
berfikir tersebut sudah dimiliki siswa, maka siswa akan menjadi pemikir yang kreatif,
mengembangkan kemampuan intelektual dalam berfikir induktif, dan pribadi yang
mampu memecahkan masalah. Inkuiri menempatakan peserta didik sebagai subyek
belajar yang aktif. Kendati siswa sebagai sebagai subyek dalam belajar yang harus
berperan aktif, namun peran guru tetap sangat penting sebagai komponen proses belajar mengajar. Karena guru mempunyai kewajiban untuk mengarahkan siswa untuk
melakukan kegiatan, seperti melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan
saran kepada siswa.

Menurut Kindsvatter dalam Suparno (2007) pembelajaran inkuiri dibedakan menjadi
dua macam, yaitu inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas. Perbedaan itu lebih ditandai
dengan seberapa besar campur tangan guru dalam penyelidikan tersebut. Pembelajaran inkuiri bebas, memposisikan guru sebagai teman dalam belajar. Pembelajaran
inkuiri terbimbing, guru memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka untuk penyelidikan lebih lanjut. Siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan
masalah.

Pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan agar para siswa bebas mengembangkan
konsep yang mereka pelajari. Siswa diberi kesempatan untuk memecahkan masalah
yang mereka hadapi secara individu atau berkelompok, di dalam kelas mereka diajarkan berinteraksi sosial dengan kawan sebayanya untuk saling bertukar informasi
antar kelompok. Pembelajaran inkuiri terbimbing ini selaras dengan pembelajaran
kontruktivisme.

11

Gulo dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran inkuiri
terbimbing adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau
permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan
hipotesis.
2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses
ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru
membimbing siswa untuk dapat menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumus-kan
dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah mem-peroleh
kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang
telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa
dapat menjelaskan sesuai dengan proses pembelajaran inkuiri yang
telah dilakukannya.
5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Menurut Roestiyah (1998), inkuiri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri
siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ideide yang lebih baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi
proses belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka
dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

12

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri antara lain:
1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk
membantu siswa menemukan konsep.
2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswasiswanya.
3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka guru harus memiliki kreativitas yang tinggi
dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Guru harus lebih banyak mengaitkan meteri pembelajaran dengan kehidupan sehari- hari yang sering dijumpai siswa sehingga siswa lebih mudah menemukan konsep pembelajaran itu sendiri.

Dari pendapat para ahli di atas, inkuiri terbimbing dapat diartikan sebagai salah satu
metode pembelajaran berbasis inkuiri yang penyajian masalah, pertanyaan-pertanyaan
dan materi atau bahan penunjang ditentukan oleh guru. Masalah dan pertanyaan ini
dapat mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk menentukan jawabannya. Kegiatan siswa dalam pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalah yang ditentukan guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan.
B. Keterampilan Proses Sains
Menurut Rustaman (2005), keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya, keterampilan manual terlibat dalam penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau
perakitan alat, keterampilan sosial dimaksudkan bahwa dengan keterampilan proses
siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

13

Semiawan (1992) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah :
keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan
yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu
kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang
baru. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses
perolehan siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta
dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai
yang dituntut.
Menurut Mundilarto dalam Widayanto (2009) menyebutkan bahwa proses sains diturunkan dari langkah-langkah yang dilakukan saintis ketika melakukan penelitian ilmiah, langkah-langkah tersebut dinamakan keterampilan proses. Keterampilan proses
sains dapat juga diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan untuk melaksanakan
suatu tindakan dalam belajar sains sehingga menghasilkan konsep, teori, prinsip, hukum maupun fakta atau bukti.

Jenis-jenis keterampilan proses sains menurut Rustaman(2005) adalah sebagai berikut:
1) Melakukan pengamatan (observasi)
Menggunakan indera menglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba. Menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan juga termasuk keterampilan proses mengamati.
2) Menafsirkan pengamatan (interpretasi)
Mencatat setiap pengamatan, menghubungkan hasil pengamatan dan menemukan pola
keteraturan dari satu seri pengamatan dan menyimpulkannya.
3) Mengelompokkan (klasifikasi)
Dalam proses pengelompokkan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari perbedaan,
mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan men-cari dasar
penggolongan.

14

4) Meramalkan (prediksi)
Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola
yang sudah ada.
5) Berkomunikasi
Membaca tabel, grafik atau diagram, menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan
secara sistematis dan jelas.
6) Berhipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel, atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Dengan berhipotesis diungkapkan cara melakukan pemecahan
masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya terkadang cara untuk mengujinya.
7) Merencanakan percobaan atau penyelidikan
Apabila dalam lembar kegiatan siswa tidak dituliskan alat dan bahan secara khusus,
tetapi tersirat dalam masalah yang dikemukakan, berarti siswa diminta merencanakan
dengan cara menentukan alat dan bahan untuk penyelidikan tersebut. Menentukan variabel atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel kontrol
dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, diukur dan ditulis, serta menentukan cara dalam penyusunan rencana kegiatan penelitian perlu ditentukan cara mengolah data untuk dapat disimpulkan, maka dapat merencanakan penyelidikanpun terlibat
kegiatan menentukan cara mengolah data sebagai bahan untuk menarik kesimpulan.
8) Menerapkan konsep atau prinsip
Apabila seorang siswa mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki, berarti siswa menerapkan prinsip yang telah dipelajarinya.

15

9) Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa, mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar belakang hipotesis. Dengan demikian jelaslah bahwa bertanya tidak sekedar bertanya tetapi melibatkan pikiran.
Menurut Nur (1998) dalam bukunya yang berjudul proses belajar mengajar dengan
metode pendekatan keterampilan proses sains mengungkapkan untuk memahami sejumlah besar benda, kejadian, masalah kehidupan di sekitar kita, maka penting untuk
menyusunnya berdasarkan pola tertentu. Penyusunan benda atau kejadian dilakukan
dengan mengamati persamaan, perbedaan, dan mengelompokkan benda-benda tersebut berdasarkan tujuan tertentu. Mengelompokkan benda-benda ini didasarkan dengan
kesesuain dan kegunaannya.

C. Penguasaan Konsep
Menurut Dahar (1998) konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek,
kejadian, kegiatan, hubungan yang mempuyai atribut yang sama. Setiap konsep tidak
berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut
tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara
satu konsep dengan konsep yang lainnya.
Piaget dalam Dimyati dan Madjiono (2002) menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk
oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan
maka fungsi intelek semakin berkembang. Belajar pengetahuan meliputi tiga fase,
fase-fase itu adalah fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Dalam
fase pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan

16

gejala. Dalam fase aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala
lebih lanjut. Posner dalam Suparno (2007) menyatakan bahwa dalam proses belajar
terdapat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Tahap asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah konsepnya
yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.

D. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaanya siswa dituntut untuk mampu menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan
secara mandiri atau berkelompok, sedangkan guru sebagai fasilitator yang menyediakan bahan dan pertanyaan yang dapat membimbing siswa dalam menganalisis suatu
permasalahan.

Pada materi hidrokarbon, siswa banyak dikenalkan dengan senyawa penyu-sun bendabenda yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu siswa diajak untuk dapat
membedakan jenis–jenis senyawa atau reaksi hidrokarbon yang berkaitan langsung
dengan pengetahuan alam yang sering dijumpai di lingkungan. Sehingga guru dapat
melatihkan keterampilan mengelompokkkan kepada siswa sebagai salah satu komponen dalam Keterampilan Proses Sains (KPS).

Tahapan-tahapan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing dimulai dari tahap pertama yaitu siswa dihadapkan pada permasalahan dimana dari permasalahan tersebut,
siswa diminta untuk memberikan jawaban yang bersifat sementara. Tahap kedua yaitu
siswa mencari dan mengumpulkan data mengenai masalah yang diajukan guru dari

17

berbagai sumber. Tahap ketiga yaitu siswa menguji dan membuktikan hipotesisnya
dengan melakukan percobaan atau telaah literatur. Setelah itu, siswa menganalisis
hasil pengamatannya. Tahap keempat, siswa membuat laporan kegiatan eksperimennya serta membuat kesimpulan dari hasil pengamatannya dan berdasarkan informasiinformasi yang telah diperoleh. Tahap terakhir, siswa mempresentasikan hasil
pengamatannya.

Berdasarkan uraian diatas, pembelajaran inkuiri terbimbing akan meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan penguasaan konsep. Oleh karena itu, dilakukan penelitian efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan
mengelompokkan dan penguasaan konsep pada materi pokok hidrokarbon.

E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa kelas X7 dan X8 semester genap MA Negeri 1 tahun pelajaran 2011-2012
yang menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam
penguasaan konsep hidrokarbon.
2. Tingkat kedalaman dan keluasan materi yang dibelajarkan sama.
3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penguasaan konsep hidrokarbon kelas X
semester genap MA Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011-2012
diabaikan.

F. Hipotesis Umum
Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum
dengan perumusan sebagai berikut:

18

a. Pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok hidrokarbon lebih efektif
dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan daripada pembelajaran
konvensional.
b. Pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok hidrokarbon lebih efektif
dalam meningkatkan penguasaan konsep daripada pembelajaran konvensional.

III. METODE PENELITIAN

A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MA Negeri 1 Bandar
Lampung tahun ajaran 2011/2012 yang tersebar dalam sepuluh kelas yang berjumlah 448 siswa. Siswa tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena
adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut:
a. Siswa-siswa tersebut berada dalam tingkatan kelas yang sama, yaitu kelas X
MA Negeri 1 Bandar Lampung.
b. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester genap.
c. Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan kurikulum yang sama (KTSP), dan jumlah jam belajar yang sama (3 jam pelajaran
dalam setiap minggu).

2. Sampel
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu (Margono, 2010). Dalam hal ini pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau peneliti. Pada hal
ini seorang ahli yang dimintai saran dalam menentukan dua kelas yang akan dija-

20

dikan sampel adalah guru kimia kelas X yang mengajar di MA Negeri 1 Bandar
Lampung. Berdasarkan pertimbangan dari peneliti dan guru mitra maka diambil
kelas X7 dan X8 , karena kedua kelas tersebut memiliki kemampuan akademik
yang tergolong sama. Setelah diperoleh dua kelas sampel maka ditentukan kelas
eksperimen dan kelas kontrol, yang pada akhirnya ditentukan kelas X7 sebagai
kelas eksperimen dan kelas X8 sebagai kelas kontrol.

B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat
kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil
tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest) siswa. Sumber data dibagi menjadi
dua kelompok yaitu :
(1) data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen
(2) data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol.

C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Non Equivalent Control Group Design yaitu desain
kuasi eksperimen dengan melihat perbedaan pretest maupun posttest antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. (Sugiyono, 2010)
Tabel 2. Desain penelitian
Kelas
Pretes
Kelas kontrol
O1
Kelas eksperimen
O1
Keterangan :

Perlakuan
X1

Postes
O2
O2

O1:

Pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan

O2 :

Posttest yang diberikan setelah diberikan perlakuan

X1:

Perlakuan berupa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing

21

D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah pembelajaran yang menggunakan model inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan mengelompokkan dan penguasaan konsep siswa

E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, instrument yang digunakan adalah soal-soal pretest dan posttest yang masing-masing terdiri dari dua bagian, yaitu soal-soal penguasaan konsep yang berupa pilihan jamak dan soal-soal keterampilan mengelompokkan dalam bentuk soal uraian.
Dalam pelaksanaannya kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang
sama. Soal pretest adalah soal materi pokok reaksi oksidasi reduksi yang terdiri
dari 15 butir soal pilihan jamak dan 5 soal uraian yang mengandung keterampilan
proses sains ( 2 soal mengandung keterampilan mengelompokkan). Sedangkan
soal posttest adalah materi pokok hidrokarbon yang terdiri dari 15 butir soal pilihan jamak dan 5 butir soal uraian yang mengandung keterampilan proses sains (2
soal mengandung keterampilan mengelompokkan).
Untuk mengetahui instrumen yang digunakan valid atau tidak, maka dilakukan
pengukuran validitas instrumen. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Soal uraian pretest dan posttes menggunakan uji validitas isi

22

dengan cara judgment (penilaian). Oleh karena itu diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini
dilakukan oleh dosen pembimbing.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:
1. Observasi Pendahuluan
a. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan diteliti.
b. Peneliti menentukan populasi dan sampel penelitian sebanyak 2 kelas.
2. Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan
Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan
instrumen tes.
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan dalam dua kelas di kelas,
yaitu kelas eksperimen yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dan
kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Adapun prosedur pelaksanaan penelitiannya sebagai berikut:
(1) melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen
dan kelas control
(2) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi hidrokarbon sesuai
dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas,

23

pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing di kelas eksperimen yaitu
kelas X7 dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol yaitu kelas X8
(3) melakukan posttes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen
dan kelas control
(4) melakukan tabulasi dan analisis data
(5) penarikan kesimpulan
Adapun prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan

Observasi Pendahuluan

Menentukan Populasi
dan Sampel

Mempersiapkan instrumen
Validasi instrumen

Kelas Eksperimen

Pretest

Pembelajaran
inkuiri terbimbing

Posttest

Kelas Kontrol

Analisis Data
Kesimpulan
Penulisan Laporan Penelitian

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian

Pembelajaran
konvensional

24

G. Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti
yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,
tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Nilai pretest dan
posttest dirumuskan sebagai berikut:

Nilai siswa =

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung n-Gain yang selanjutnya digunakan untuk menguji kenormalan dan homogenitas dua varians.

1.

Perhitungan n-Gain ternormalisasi

Untuk mengetahui efektivitas inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan penguasaan konsep, maka dilakukan analisis nilai
gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
nilai pretest dan posttest dari kedua kelas. Rumus n-Gain ditentukan sebagai
berikut :
n-Gain
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi dari Hake seperti terdapat pada tabel berikut:
Tabel 3. Klasifikasi n-Gain
Besarnya g

Interpretasi

g > 0.7

Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7

Sedang

g ≤ 0,3

Rendah

25

Data n-Gain ternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya
kemudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

2. Uji normalitas
Hipotesis untuk uji normalitas :
Ho = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
2

= uji Chi- kuadrat

fo = frekuensi observasi
fe = frekuensi harapan
Kriteria : Terima H0 jika

2

hitung 

2

tabel

3. Uji homogenitas
Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok
sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk uji homogenitas dua
varians ini, rumusan hipotesisnya adalah :

Untuk uji homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah:
H0 : σ12 = σ22 (sampel memiliki varians yang homogen).
H1 : σ12 ≠ σ22 (sampel memiliki varians yang tidak homogen).

26

Untuk uji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji kesamaan dua
varians, dengan rumusan statistik :
dengan

Keterangan:
S = simpangan baku
x = n-Gain siswa
n = jumlah siswa
Dengan kriteria uji adalah terima

jika

<

pada taraf nyata 5%

dan tolak jika sebaliknya. (Sudjana, 2005)

4. Pengujian hipotesis statistik
Pengujian hipotesis disini dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji
perbedaan dua rata-rata. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :
a. Keterampilan mengelompokkan
H0 : µ1x≤µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan yang
diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih rendah atau
sama dengan pembelajaran konvensional.
H1: μ 1x > μ 2x : Rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan yang
diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Keterangan:
µ 1 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi pokok hidrokarbon siswa pada kelas
yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

27

µ 2 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi pokok hidrokarbon siswa pada kelas
dengan pembelajaran konvensional
x: keterampilan mengelompokkan

Dalam penelitian ini digunakan uji-t’, yakni uji perbedaan dua rata–rata. Karena
Sampel mempunyai varians yang tidak homogen, maka rumus statistik yang
digunakan adalah:

Keterangan:
t’ = Koefisien t
= Rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan yang diterapkan pembelajaran model inkuiri terbimbing.
= Rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan yang diterapkan pembelajaran konvensional.
= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan model pembelajaran inkuiri
terbimbing.
= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
= Simpangan baku siswa yang diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dengan kriteria uji : tolak H0 jika

, dan terima H0 jika sebaliknya,

28

dengan :

b. Penguasaan konsep
H0 : μ1y ≤ μ 2y : Rata-rata penguasaan konsep hidrokarbon yang diterapkan
pembelajaran inkuiri terbimbing lebih rendah atau sama
dengan penguasaan konsep yang diterapkan pembelajaran
konvensional.
H1: μ 1y> μ 2y : Rata-rata penguasaan konsep hidrokarbon yang diterapkan
pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan
dengan penguasaan konsep yang diterapkan pembelajaran
konvensional.
Keterangan:
µ 1 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi pokok hidrokarbon siswa pada kelas
yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing
µ 2 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi pokok hidrokarbon siswa pada kelas
dengan pembelajaran konvensional
y : penguasaan konsep

Dalam penelitian ini digunakan uji-t, yakni uji perbedaan dua rata–rata. Karena
sampel mempunyai varians yang homogen maka, Rumus statistik yang digunakan
adalah:

29

dengan

Keterangan:
= Rata-rata n-Gain penguasaan konsep hidrokarbon yang diterapkan pembelajaran model inkuiri terbimbing.
= Rata-rata n-Gain penguasaan konsep hidrokarbon yang diterapkan pembelajaran konvensional.
= Simpangan baku gabungan
= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan model pembelajaran inkuiri
terbimbing.
= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
= Simpangan baku siswa yang diterapkan model pembelajaran inkuiri
terbimbing.
= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Dengan kriteria uji : Tolak H0 jika
sebaliknya.

dan terima H0 jika

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrokarbon efektif dalam
meningkatkan keterampilan mengelompokkan.

2.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrokarbon dapat meningkatkan keterampilan mengelompokkan, terutama pada tahap analisis data.
Siswa menganalisis data dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disajikan, dari analisis ini siswa dapat melatihkan keterampilan mengelompokkan.

3.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrokarbon efektif dalam
meningkatkan penguasaan konsep.

B. Saran

1.

Pada pembelajaran inkuiri terbimbing, terdapat kendala pada tahapan membuat
hipotesis, sehingga dalam penggunaan model pembelajaran ini, guru harus lebih
optimal dalam membimbing dan mengarahkan siswa dalam membuat hipotesis.

2.

Agar penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berjalan maksimal, guru
harus lebih memperhatikan pengelolaan waktu sehingga semua tahap dalam
pembelajaran inkuiri dapat terlaksana dengan baik.

42

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, R.W. 1998. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Depdiknas. 1997. Rambu – Rambu Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil
Belajar (PPKHB). Depdiknas. Jakarta.
Diawati, C. 2010. Meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 1
Bandarlampung pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia melalui
pembelajaran inkuiri terbimbing. Prosinding Seminar Nasional Pendidikan
III, Lembaga Penelitian dari FKIP. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Johari, R. 2006. Kimia SMA dan MA Kelas X. Esis. Jakarta.
Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Nur, M. 1998. Proses Belajar Mengajar Dengn Metode Pendekatan Keterampilan
Proses. SIC. Surabaya.
Purba, M. 2006. Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.
Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Rustaman, N. 2005. Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses Sains.
FPMIPA.UPI.http://onengdalilah.blogspot.com/2009/02. tanggal akses
13-04-2012
Sari, S. P. 2010. Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Materi Pokok
Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep
dan Keterampilan Mengkomunikasikan Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Semiawan,C. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Gramedia. Jakarta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.
Suparno, P. 2007. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.

43

Sutresna, N. 2004. Kimia SMA Kelas X. Grafindo Media Pratama. Bandung.
Suyanti, R. D. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Tim Penyusun. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta.
Trianto. 2010. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme.
Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.
Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif dan Kontemporer-Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Bumi Aksara. Jakarta
Widayanto. 2009. Pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman Siswa
Kelas X melalui Kit Optik. Jurnal Pendidikan Fisika Ind Volume 5
Nomor 1 Januari. Jakarta
Widowati, A. 2007. Penerapan Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran Sains
Sebagai Upaya Pengembangan Cara Berpikir Divergen. Majalah
Ilmiah Pembelajaran Vol 3 No. 1. Jakarta

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 9 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

0 23 51

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUMHUKUM DASAR KIMIA

1 5 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENGUASAAN KONSEP

5 17 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI KOLOID

0 10 74

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN PENCAPAIAN KOMPETENSI

0 22 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENGANALISIS KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN INFERENSI

0 17 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 8 43

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAAN SEDERHANA DAN PENGUASAAN KONSEP

0 2 45

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

0 5 45