EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

(Skripsi)

Oleh EDI RIYANTO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN

PENGUASAAN KONSEP Oleh

EDI RIYANTO

Berdasarkan hasil observasi di SMA N 7 Bandar Lampung diketahui bahwa pembelajaran yang digunakan masih menggunakan pembelajaran konvensional yaitu guru sebagai pusat pembelajaran(teacher centered). Hal tersebut belum membimbing siswa dalam menemukan konsep serta melatih KPS siswa dengan baik. Oleh karena itu, perlu merancang pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa sebagai pusat pembelajaran (student centered).

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan

mengkomunikasikan pada materi laju reaksi, (2) mendeskrispsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi laju reaksi.


(3)

Edi Riyanto Berdasarkan hasil analisis data dan uji hipotesis, diperoleh bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

Kata kunci : Efektivitas, model pembelajaran inkuiri terbimbing, keterampilan mengkomunikasikan, dan penguasaan konsep.


(4)

PENGUASAAN KONSEP

(Kuasi eksperimen pada siswa kelas XI IPA SMAN 7 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011-2012)

Oleh EDI RIYANTO

Skripsi

Sebagai salah sat u syar at unt uk m encapai gelar SARJAN A PEN D I D I KAN

Pada

Jur usan Pendidikan MI PA

Fakult as Kegur uan dan I lm u Pendidikan Univer sit as Lam pung

FAKU LTAS KEGU RU AN D AN I LM U PEN D I D I KAN U N I V ERSI TAS LAM PU N G

BAN D AR LAM PU N G 2 0 1 2


(5)

Judul Skripsi :EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

Nama Mahasiswa :

Edi Riyanto

Nomor Pokok Mahasiswa : 0713023020

Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1.Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.si. Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. NIP 19650717 199003 2 001 NIP 19660824 199111 2 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Drs. Arwin Achmad M. Si. NIP 19570803 198603 1 004


(6)

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M. Si. ________________

Sekretaris: : Dra. Chansyanah Diawati, M. Si. ________________

Penguji

Bukan Pembimbing : Emmawaty Sofya, S.Si, M. Si. ________________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M. Si. NIP 196003151985031003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Endang Rejo pada tanggal 13 Februari 1989, anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Suwardi dan Ibu Sukarsiyem.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 2 Endang Rejo yang diselesaikan pada tahun 2001. Tahun 2001 diterima di SMP Negeri 1 Seputih Agung yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 masuk SMA Negeri 1 Seputih Agung yang diselesaikan tahun 2007, dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur SPMB.

Penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke Jakarta, Bandung dan Yogyakarta pada tahun 2009 dan telah menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 8 Bandar Lampung pada tahun 2011.


(8)

Ketulusan hati mengatakan kepadaku tentang kebenaran dan kejujuran mengatakan kebenaran kepada orang lain .

(Spancer Johnson)

Sesungguhnya kemarin adalah impian yang telah lewat, sementara esok adalah cita-cita yang indah dan sekarang

adalah kenyataan yang sedang terjadi (Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni)

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran

dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (Q.S Al Ashr)


(9)

i

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati

kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

Teristimewa untuk bapak dan Ibu tercinta...

Terimakasih, karena kalian selalu mendoakanku siang dan malam, mengajariku arti sebuah perjuangan, memberikanku semangat, cinta, kasih sayang yang tulus untuk keberhasilanku. Jerih payah dan kerja keras kalian tidak akan terlupakan dan tidak mungkin dapat terbalaskan.

Semoga Allah SWT membalas semua jasa dan pengorbanan kalian.

Kakak dan adik-adikku serta keponakanku tersayang yang

menyayangiku dan ku sayangi.

Yuyun Dwi Kartika, S.pd. Terima kasih untuk segala

yang telah engkau berikan.


(10)

SANWACANA

Alhamdulillah. Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul“Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada materi dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomuniksikan dan Penguasaan Konsep”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs.Arwin Achmad, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia.

4. Bapak Dra. Ila Rosilawati, M.Si,, selaku Pembimbing Akademik dan

Pembimbing I yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan, semangat dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si.,selaku Pembimbing II atas segala keikhlasan dan kesabarannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Ibu Emmawaty Sofya, S. Si, M.Si., selaku pembahas atas segala keikhlasan dan kesabarannya untuk ,membantu penulis dalam menyususn skripsi ini. 7. Seluruh Dosen dan staf di Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.


(11)

iii 8. Bapak Drs. Suharto, M.Pd., selaku Kepala SMA N 7 Bandar Lampung yang

telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian.

9. Ibu Telsi Sadijani, S.Pd., selaku guru mitra atas bantuan dan kerjasamanya, dan siswa-siswi kelas XI IPA 3dan XI IPA 4 SMA N 7 Bandar Lampung. 10. Sahabat-sahabatterbaikku di P. Kimia’07: Anin, Uut, Tiwi, Selvi, Sari,

Anmerd, Vida, Reni, Adit, Cory, Emoy, Dini, Widia, Dedes, Erma, Yulia, Iwing, Puri, Komeng, Tere, Yayan, Adi, Panji, Cucun, Dian, Anton, Haisat, Ayu, Yani, Julian, Lili, Meri, Siwi yang mencerahkan hari-hariku dan selalu memberi semangat, dukungan, bantuan, serta doa dalam penulisan skripsi ini. Teman-teman Kimia NR’07 atas kebersamaannya. Spesial untuk Melya Santi, partner kerja yang baik. Terima kasih dan maaf untuk semuanya.

11. Yuyun Dwi Kartika, S.Pd. Terima kasih untuk segala yang telah engkau berikan.

12. Kakak-kakak dan Adik-adik tingkat. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

13. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu namanya, tidak ada yang dapat saya berikan selain ucapan terimakasih yang tulus atas segala bantuan yang diberikan.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin. Bandar Lampung, Februari 2012

Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Efektivitas Pembelajaran... 8

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 8

C. Pembelajaran Konvensional... 12

D. Keterampilan Proses Sains………... 13

E. Penguasaan Konsep... .. 16

F. Laju Reaksi ... 17

G. Kerangka Berpikir... 18

H. Anggapan Dasar... 19


(13)

v

III. METODE PENELITIAN... 21

A. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 21

B. Jenis dan Variabel Penelitian ... 21

C. Jenis dan Sumber Data ... 22

D. Desain Penelitian... 22

E. Metode Pengumpulan Data ... 23

F. Instrumen Penelitian... 23

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 24

H. Teknik Analisis Data... 26

1. Perhitungan N-gain ... 27

2. Uji normalitas... 27

3. Uji homogenitas ... 27

4. Uji hipotesis statistik ... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 31

1. Perhitungan N-gain ... 31

2. Uji normalitas... 32

3. Uji homogenitas ... 33

4. Uji hipotesis statistik ... 34

B. Pembahasan ... 34

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Simpulan ... 43

B. Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN 1. Silabus Ekperimen... 47

2. Silabus Kontrol ... 51

3. RPP Kelas Eksperimen... 56


(14)

5. LKS Kelas Eksperimen ... 114

6. Kisi-kisi SoalPretest... 151

7. Kisi-Kisi SoalPosttest... 154

8. SoalPretest... 157

9. SoalPosttest... 163

10. Pedoman PenskoranPretest... 169

11. Pedoman PenskoranPosttest ... 173

12. Uji Validitas dan ReabilitasPretest... 180

13. Uji Validitas dan ReabilitasPosttest... 182

14. Analisis Data ... 185

a. perhitungan N-gain ... 185

b. Uji normalitas ... 187

c. Uji homogenitas ... 203


(15)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing... 11

2. Indikator keterampilan proses sains dasar... 15

3. Desain penelitian... 22

4. Perolehan rata-rata nilaipretestdanposttestketerampilan mengkomunikasikan siswa kelas eksperimen dan kontrol ... 31

5. Perolehan rata-rata nilaipretestdanposttestpenguasaan konsep siswa kelas eksperimen dankontrol………... 32

6. Nilai N-gain keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kontrol... 32

7. Uji normalitas keterampilan mengkomunikasikan... 33

8. Uji normalitas penguasaan konsep... 33

9. Uji homogenitas keterampilan mengkomunikasikan ... 33

10. Uji homogenitas penguasaan konsep... 33

11. Uji hipotesis statistik keterampilan mengkomunikasikan...………. 34


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(17)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan d bawah ini : Nama : Edi Riyanto NPM : 0713023020 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Februari 2012

Edi Riyanto


(18)

A. Latar Belakang

Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah penga-laman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk mengguna-kan pengetahuan sains tersebut. Untuk dapat memahami hakikat sains yakni sains sebagai proses dan produk, siswa harus memiliki kemampuan keterampilan proses sains (KPS). KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlang-sungnya sains.

Ilmu kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains. Oleh karena itu, ilmu kimia yang diperoleh siswa tidak hanya kimia sebagai produk tetapi juga dapat melatih cara berpikir siswa untuk memecahkan masalah terutama yang berkaitan dengan ilmu kimia secara ilmiah yaitu kimia sebagai proses. Oleh sebab itu pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses dan produk.

Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya memberikan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori saja, sehingga yang diperoleh siswa hanya kimia sebagai produk saja tanpa memperhatikan bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut, akibatnya tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri


(19)

2

siswa. Hal ini menyebabkan pembelajaran kimia menjadi mata pelajaran yang sulit bagi siswa.

Sesuai dengan kurikulum yang digunakan di SMAN 7 Bandar Lampung yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yang dalam proses pembelajaran-nya menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran, guru hapembelajaran-nya berperan sebagai fasilitator dan motivator. Namun pada kenyataanya paradigma lama di mana guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher centered) masih dipertahankan dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah yang paling praktis dan tidak menyita banyak waktu.

Dengan demikian perlu menggunakan suatu pendekatan yang dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui pendekatan pengembangan KPS. KPS pada pembelajaran sains lebih menekankan pemben-tukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan serta menyimpulkan hasilnya. Guru perlu melatihkan KPS untuk dapat membe-kali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalahnya serta menjelaskan fenomena yang ada dalam kehidup-an sehari-hari. Salah satu keterampilkehidup-an dalam KPS adalah keterampilkehidup-an proses sains adalah keterampilan mengkomunikasikan. Melalui pengamatan langsung yang banyak dilakukan pada materi laju reaksi ini, siswa diharapkan mampu men-jelaskan hasil percobaan, menggambar data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram, membaca dan mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram. Selain melatihkan KPS kepada siswa guru juga perlu menerapkan model pelajaran yang mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan


(20)

membantu siswa dalam menemukan konsep. Salah satu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi hal tersebut dan mampu melatihkan KPS siswa saat proses inkuiri konsep adalah dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan langkah-langkah yaitu mengaju-kan masalah oleh guru, merumusmengaju-kan hipotesis, megumpulmengaju-kan data, analisis data, dan membuat kesimpulan. Melalui kegiatan praktikum dan diskusi kelompok, serta LKS konstruktif, siswa dilatih untuk dapat memahami konsep laju reaksi dengan menggunakan kemampuan sains yang telah dimiliki oleh siswa itu sendiri sehingga pengetahuan itu akan lebih mudah untuk diingatnya.

Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept”pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, situasi proses belajar menjadi lebih terangsang, dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu, memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri (Roestiyah, 1998).

Laju reaksi sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya pada peristiwa pembakaran, dengan massa yang sama dan ukuran yang berbeda, serpi-han kayu lebih cepat terbakar daripada kayu gelondongan. Obat maag dianjurkan supaya dikunyah terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk memperluas luas permu-kaan sentuh obat sehingga reaksinya dapat berlangsung lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan massa zat yang sama, semakin kecil ukuran zat, semakin luas permukaan sentuhnnya. Peristiwa ini berkaitan dengan materi laju


(21)

4

reaksi yaitu faktor luas permukaan. Pentingnya menghubungkan materi laju reaksi ini dengan kehidupan sehari-hari sebagai landasan pendekatan pembelaja-ran yang ditujukan untuk memotivasi belajar siswa, melatih berpikir kritis dan kreatif, serta mengembangkan keterampilan proses. Akan tetapi yang terjadi selama ini adalah laju reaksi dalam pembelajaran kimia di SMA Negeri 7 Bandar Lampung lebih terkondisikan untuk dihafal oleh siswa, akibatnya siswa mengala-mi kesulitan menghubungkannya dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar, dan kurang merasakan manfaat dari pembelajaran laju reaksi.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kimia di SMA Negeri 7 Bandar Lampung pada awal semester ganjil tahun pelajaran 2011-2012, diperoleh informasi yaitu rendahnya penguasaan konsep siswa, masalah yang dihadapi siswa adalah sebagian besar siswa masih menganggap kimia sebagai mata pelaja-ran yang sulit dipahami. Sulitnya memahami materi tersebut dikarenakan selama ini pada proses pembelajaran lebih memfokuskan pada ketuntasan materi pelaja-ran dan pada proses pembelajapelaja-rannya siswa tidak dibimbing untuk menemukan konsep, dan dilakukannya praktikum hanya pada materi tertentu dan hanya untuk membuktikan teori yang telah diberikan. Pembelajaran ini cenderung membuat siswa menjadi pasif karena proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, siswa kurang aktif dilibatkan dalam proses membangun konsep karena hanya mengan-dalkan informasi materi dari guru. Dengan demikian, siswa tidak terlatih dan menjadi malas untuk bertanya kepada guru atau kepada teman, memberi pendapat dan sanggahan, serta menjawab pertanyaan dari guru. Untuk lebih memahami dan membuktikan teori pada materi laju reaksi yang dijelaskan oleh guru perlu


(22)

dilakukan percobaan. Sedangkan metode eksperimen sangat jarang dilakukan di SMAN 7 Bandar Lampung.

Kurniasari (2010) yang melakukan penelitian kuasi eksperimen pada siswa kelas XI IPA Semester ganjil SMA Negeri 1 Kauman Tulungagung pada Materi Pokok Laju Reaksi, melaporkan bahwa (1). Keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok laju reaksi telah berlangsung cukup baik; (2). Model inkuiri terbimbing lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa; (3). Sikap ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan konvensional pada materi laju reaksi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian kuasi eksperimen pada siswa kelas XI IPA SMAN 7 Bandar Lampung tahun Pelajaran 2011-2012 yang berjudul“ EfektivitasModel Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Laju reaksi dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi

laju reaksi dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan siswa SMAN 7 Bandar Lampung?

2. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam me-ningkatkan penguasaan konsep laju reaksi siswa SMAN 7 Bandar Lampung?


(23)

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan siswa SMAN 7 Bandar Lampung.

2. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi dalam meningkatkan penguasan konsep siswa SMAN 7 Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: 1. Dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa,

mempermudah siswa dalam mengkonstruksi konsep pada materi pokok laju reaksi, dan meningkatkan penguasaan konsep siswa.

2. Pembelajaran inkuiri terbimbing menjadi salah satu alternatif model

pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan produktif bagi guru dalam memilih model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan penguasaan konsep siswa. 3. Sumbangan pemikiran dan informasi dalam upaya meningkatkan mutu

pem-belajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang


(24)

signifkan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran dengan siswa dibimbing untuk menemukan konsep kimia dengan langkah-langkah meru-muskan masalah atau pertanyaan oleh guru, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

3. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang tidak membim-bing siswa untuk menemukan konsep, tetapi konsep itu diberikan secara langsung.

4. Keterampilan mengkomunikasikan merupakan indikator dalam keterampilan proses sains tingkat dasar yang meliputi kemampuan membaca dan

mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel atau diagram, dan menjelaskan hasil percobaan. 5. Penguasaan konsep laju reaksi adalah nilai siswa pada materi laju reaksi yang


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan.

Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan

pemahaman setelah pembelajaran.

Menurut Wicaksono (2008), model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifkan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang

signifikan).

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri”.


(26)

Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001):

Konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain.

Menurut Von Glaserved dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kem-bali pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengung-kapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan

pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil kepu-tusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain(selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.

Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasi-kan dan dikonstruksidiinterpretasi-kan oleh siswa itu lewat pengalamannya (Trianto, 2007). Model pembelajaran inkuiri terbimbing selaras dengan pendekatan konstruktivis-me. Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri adalah


(27)

10

suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000).

Gulo dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

2. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

3. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.

4. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumus-kan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah mem-peroleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Langkah awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk mene-mukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis. Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah


(28)

selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Terakhir siswa dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo dalam Trianto (2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing

No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Mengajukan

perta-nyaan atau permasalahan

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Membagi siswa dalam kelmpok

Siswa mengidentifikasi masalah dan siswa duduk dalam kelom-poknya masing-masing. 2. Membuat hipotesis Guru memberikan

ke-sempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipo-tesis. Membimbing siswa dalam menen-tukan hipotesis yang relevan dengan perma-salahan dan memprio-ritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

Siswa memberikan pendapat dan menen-tukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan.

3. Mengumpulkan data Guru membimbing siswa mendapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupun telaah literatur

Siswa melakukan per-cobaan maupun telaah literatur untuk menda-patkan data-data atau informasi

4. Menganalisis data Guru memberi kesem-patan pada tiap kelom-pok untuk menyam-paikan hasil pengola-han data yang

terkumpul

Siswa mengumpulkan dan menganalisi data serta menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul 5. Membuat

kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

Siswa membuat kesim-pulan


(29)

12

Menurut Roestiyah (1998),inquirymemiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept”pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaraninquiryantara lain:

1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan konsep.

2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.

3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembang-kan pertanyaan-pertanyaan.

C. Pembelajaran Konvensional

Menurut Djamarah (1996) pembelajaran konvensional adalah pembelajaran tradisional, karena sejak dulu model pembelajaran ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran.

Sukandi (2003) mendeskripsikan bahwa pembelajaran konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk me-lakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak men-dengarkan. Di sini terlihat bahwa pembelajaran konvensional yang dimaksud


(30)

adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai pen-transfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu.

Burrowes (2003) menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pe-ngetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadipassive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan (5) penilaian bersifat sporadis. Menurut Brooks & Brooks (1993), penyeleng-garaan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses

“meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar.

D. Keterampilan Proses Sains (KPS)

Menurut Moedjiono dan Dimyati (2006), keterampilan proses sains dapat diarti-kan sebagai keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang terkait dengan kemampuan-kemampuan mendasar yang telah ada dalam diri siswa. Keterampilan proses sains dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami sains (Gagne dalam Hartono, 2007). Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh yakni IPA sebagai proses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan keterampilan proses sains. Keterampilan Proses Sains(KPS) adalah semua


(31)

14

keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya sains. KPS penting dimiliki guru untuk digunakan sebagai jembatan untuk menyampaikan pengetahuan atau informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan atau informasi yang telah dimiliki siswa. KPS ini dapat diaplikasikan misalnya pada kegiatan praktikum.

Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2006) membagi keterampilan Proses menjadi dua kelompok besar yaitu keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar (basic skill) terdiri atas enam keterampilan yakni: mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, mengkomunikasikan, dan

menyimpulkan. Sedangkan keterampilan terintegrasi (grated skill) terdiri dari sepuluh keterampilan, yakni: mengidentifikasi variabel, membuat tabel data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antarvariabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan

melaksanakan eksperimen.

Pendekatan keterampilan proses sains bukan tindakan instruksional yang berada diluar kemampuan siswa. Pendekatan keterampilan proses sains dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa. Menurut pendapat Tim Action Research Buletin Pelangi Pendidikan dalam Dimyati dan Mudjiono (2006) keterampilan proses dasar (Basic Science Proses Skill), meliputi observasi, klasifikasi, pengukuran, berkomunikasi dan menarik kesimpulan.


(32)

Tabel 2. Indikator keterampilan proses sains dasar

Keterampilan Dasar Indikator

Observasi Mampu menggunakan semua indera ( penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba ) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan memahami sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil pengamatan

Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu objek

Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk

panjang, luas, volume, waktu, berat, dan lain-lain. Dan mampu mendemonstrasikan perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan pengukuran lain Komunikasi Mampu membaca dan mengkompilasi informasi

dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas Menarik Kesimpulan Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu

benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi

Dimyati dan Mudjiono (2006) memuat alasan mengenai pendekatan KPS sebagai berikut:

1. Pendekatan KPS dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan.


(33)

16

2. Pembelajaran melalui KPS akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau men-dengarkan sejarah ilmu pengetahuan.

3. KPS dapat digunakan untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu

pengetahuan. Pendekatan KPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara bertindak sebagai seorang ilmuan.

E. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa karena konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks. Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, arti-nya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka diper-lukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Penguasa-an konsep juga merupakPenguasa-an suatu upaya ke arah pemahamPenguasa-an siswa untuk memaha-mi hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa di tuntut untuk menguasai materi-materi pelajaran selanjutnya.

Menurut Dahar (1998) konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempuyai atribut yang sama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal


(34)

konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.

Piaget dalam Dimyati dan Madjiono (2006) menyatakan bahwa pengetahuan di-bentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan ling-kungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelektual semakin berkembang.

Posner dalam Suparno (1997) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk ber-hadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi. Guru sebagai pengajar harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang kondusif agara siswa dapat menemukan dan memahami konsep yang diajar-kan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toulmin dalam Suparno (1997) yang menya-takan bahwa bagian terpenting dari pemahaman siswa adalah perkembangan konsep secara evolutif. Dengan terciptanya kondisi yang kondusif, siswa dapat menguasai konsep yang disampaikan guru. Penguasaan konsep adalah kemam-puan siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan.

F. Laju Reaksi

Laju reaksi menunjukkan besar perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi per satuan waktu. Laju reaksi awal ditentukan dengan membagi perubahan


(35)

18

konsentrasi suatu pereaksi pada permualaan reaksi dengan interval waktu yang pendek yang melibatkan perubahan tersebut.

Reaksi kimia yang terjadi di alam sangat banyak dan beraneka ragam. Setiap reaksi kimia berlangsung dengan waktu yang berbeda-beda, ada yang berlangsung sangat cepat dan ada pula yang berlangsung sangat lambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah luas permukaan sentuh, kensentrasi pereaksi, suhu, tekanan, dan katalisator.

Suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain apabila partikel-partikelnya saling ber-tumbukan. Tumbukan yang terjadi tersebut akan menghasilkan energi untuk me-mulai terjadinya reaksi. Terjadinya tumbukan antarpartikel disebabkan oleh karena partikel-partikel (molekul-molekul) zat selalu bergerak dengan arah yang tidak teratur. Tumbukan antar partikel yang bereaksi tidak selalu menghasilkan reaksi, hanya tumbukan yang menghasilkan energy yang cukup yang dapat meng-hasilkan reaksi. Teori tumbukan dapat menjelaskan mengapa konsentrasi

pereaksi, luas permukaan bidang sentuh, suhu, dan katalis dapat mempengaruhi laju reaksi. Umumnya reaksi berlangsung lebih cepat jika konsentrasi diperbesar. Persamaan laju reaksi menyatakan hubungan kuantitatif antara laju reaksi dengan konsentrasi pereaksi. Orde reaksi menunjukkan besar pengaruh konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi.

Umumnya reaksi berlangsung lebih cepat jika konsentrasi diperbesar. Persamaan laju reaksi menyatakan hubungan kuantitatif antara laju reaksi dengan konsentrasi pereaksi. Orde reaksi menunjukkan besar pengaruh konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi (Sudarmo, 2004) .


(36)

G. Kerangka Berpikir

Materi laju reaksi merupakan salah satu materi pelajaran kimia yang berkaitan langsung dengan pengetahuan alam yang sering dijumpai di lingkungan, Melalui pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa diajak untuk menyelesaikan masalah-masalah yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan laju reaksi dan menuntun siswa untuk menemukan konsep secara sistematis, sehingga pemahaman siswa terhadap materi laju reaksi akan lebih mendalam dan siswa dapat menerapkan pengetahuannya.

Langkah awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa diberikan masalah yang berkaitan erat dengan fenomena sehari-hari, kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dengan bim-bingan guru. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk hipotesis sesuai dengan pengetahuan mereka sendiri yang akan diuji kebenaran-nya. Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Terakhir siswa menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini lebih cenderung bahwa pembe-lajaran inkuiri terbimbing akan lebih efektif dalam menghasilkan siswa dengan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan kosep laju reaksi daripada dengan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, dilakukan penelitian efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan


(37)

20

keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep laju reaksi siswa SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

H. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 semester ganjil SMAN 7 Bandar

Lampung tahun pelajaran 2011-2012 yang menjadi subyek penelitian mem-punyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan mengkomu-nikasikan dan penguasaan konsep laju reaksi siswa kelas XI IPA semester ganjil SMAN 7 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011-2012 diabaikan.

I. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan daripada pembelajaran konvensional pada materi laju reaksi.

2. Model pembelajaan inkuiri terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep daripada pembelajaran konvensional pada materi laju reaksi.


(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMAN 7 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011-2012 yang berjumlah 158 siswa dan tersebar dalam empat kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, dan XI IPA 3 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling purposif, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu. Pada pengambilan sampel ini, yang menjadi pertimbangan adalah kemampuan akademik siswa kedua kelas sampel sama atau mendekati sama agar didapatkan kelas yang homogen. Informasi kemampuan akademik diperoleh dari nilai ujian semester genap.

B. Jenis dan Variabel Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan menggunakannon equivalent control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektifitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa SMAN 7 Bandar Lampung. Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel


(39)

22

terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep pada materi laju reaksi siswa SMAN 7 Bandar Lampung.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif.

Sumber data dibagi menjadi dua yaitu: 1. Data primer yang meliputi:

a. Data hasilpretest danposttestkelompok kontrol b. Data hasilpretestdanposttestkelompok eksperimen 2. Data sekunder yang meliputi:

a. Lembar kinerja guru b. Lembar aktivitas siswa D. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalahnon equivalent control group design, yaitu desain kuasi eksperimen dengan melihat perbedaanpretestmaupunposttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 3. Desain penelitian

Pretest Perlakuan Posttest

Kelas kontrol O1 O2

Kelas eksperimen O1 X2 O2


(40)

Dengan keterangan O1adalahpretestyang diberikan sebelum diberikan

perlakuan, O2adalahposttestyang diberikan setelah diberikan perlakuan, dan X2

adalah perlakuan berupa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data digunakan metode dokumentasi dan metode tes. 1. Metode dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh daftar nama siswa dan nilai ujian akhir semester genap. Nilai inilah yang akan dimanfaatkan untuk menguji kesamaan kualitas kelas eksperimen dan kontrol pada tahap pendahuluan (sebelum per-lakuan).

2. Metode tes

Metode tes adalah pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui hasil dari suatu perlakuan. Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah:

a. Pretest, yaitu uji awal sebelum dilakukan perlakuan pada sampel penelitian. b. Posttest, yaitu uji akhir atau tes akhir, yaitu tes yang dilaksanakan setelah

perlakuan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Pada


(41)

24

penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa soal-soalpretestdanpostestyang masing-masing terdiri dari dua bagian, yaitu soal-soal penguasaan konsep yang berupa pilihan jamak dan soal-soal keterampilan mengkomunikasikan dalam bentuk soal uraian. Dalam pelaksanaannya kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang sama. Soalpretestpilihan jamak pada penelitian ini menggu-nakan soal dari penelitian Agustian (2011) yang telah diujicobakan di SMAN 16 Bandar Lampung dan telah dilakukan uji validitas butir soal (terlampir). Soal postestpilihan jamak pada penelitian ini menggunakan soal dari penelitian Anindya (2011) yang telah diujicobakan di SMA YP Unila Bandar Lampung dan telah dilakukan uji validitas butir soal (terlampir). Sedangkan untuk soal uraian pretestdanposttestmenggunakan validitas isi, yaitu dengan carajudgment. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya. Pretestpada penelitian ini adalah materi pokok sebelumnya yaitu termokimia yang terdiri dari 20 butir soal pilihan jamak dan 6 soal uraian. Sedangkan soal posttestadalah materi pokok laju reaksi yang terdiri dari 20 butir soal pilihan jamak dan 6 butir soal uraian.

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan

Tujuan observasi pendahuluan:

a. Meminta izin kepada Kepala SMAN 7 Bandar Lampung untuk melaksanakan penelitian.


(42)

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

Menyiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan instrumen tes.

b. Tahap penelitian

Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan dalam dua kelas di kelas, yaitu kelas eksperimen yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

a) Melakukanpretestdengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi pokok laju reaksi sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

3. Melakukanposttestdengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4. Analisis data


(43)

26

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian

H. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilaipretestdanposttestdirumuskan sebagai berikut:

Nilai siswa =

x 100

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung N-gain yang selanjutnya digunakan untuk menguji kenormalan dan homogenitas dua varians.

Mempersiapkan instrumen dan perangkat pembelajaran Menentukan Populasi

dan Sampel

Kelas Eksperimen Pretest Kelas Kontrol

Posttest Pembelajarankonvensional Pembelajaran inkuiri

terbimbing

Analisis Data Pembahasan dan simpulan

Validasi instrumen Observasi Pendahuluan


(44)

1. Perhitungan N-gain

Untuk mengetahui efektivitas inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep, maka dilakukan analisis nilai gain ternormalisasi. Rumus N-gain menurut Meltzer adalah sebagai berikut :

N-Gain (g) =

-2. Uji normalitas

Hipotesis untuk uji normalitas :

Ho = data penelitian berdistribusi normal H1= data penelitian berdistribusi tidak normal

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

=

( )

Keterangan : = uji Chi- kuadrat = frekuensi observasi

= frekuensi harapan

Kriteria : Terima Ho jika hitung tabel 3. Uji homogenitas

Karena pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji kesamaan dua rata-rata uji satu pihak, yakni uji pihak kanan, maka untuk uji statistik ini diperlukan pengujian homogenitas kedua varians kelas sampel. Untuk uji homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah:


(45)

28

H0:σ12= σ22 Data N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians

yang homogen.

H1:σ12≠ σ22 Data N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians

yang tidak homogen.

Sedangkan untuk uji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji kesamaan dua varians, dengan rumusan statistik :

=

dengan

=

( )

Keterangan:

S = simpangan baku x= N-gain siswa

= rata-rata N-gain n = jumlah siswa

Dengan kriteria uji adalah terima jika < pada taraf nyata 5% (sudjana, 2002).

4. Pengujian hipotesis statistik

Rumusan hipotesis adalah sebagai berikut:

1) Hipotesis pertama (keterampilan mengkomunikasikan)

H0 µ1y= µ2y: Rata-rata N-gain keterampilan mengkomunikasikan siswa di

kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing sama dengan siswa di kelas dengan pembelajaran konvensional.


(46)

H1

:

μ 1y>μ 2y

:

Rata-rata N-gain keterampilan mengkomunikasikan yang

diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional.

2) Hipotesis kedua (penguasaan konsep)

H0μ1x=μ 2x : Rata-rata N-gain penguasaan konsep laju reaksi siswa di kelas

yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing sama dengan penguasaan konsep siswa dikelas yang diterapkan

pembelajaran konvensional.

H1

:

μ 1x>μ 2x

:

Rata-rata N-gain penguasaan konsep laju reaksi siswa di kelas

yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1: Rata-rata N-gain (x,y) pada materi pokok laju reaksi siswa pada kelas yang

diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

µ2: Rata-rata N-gain (x,y) pada materi pokok laju reaksi siswa pada kelas dengan

pembelajaran konvensional x: keterampilan mengkomuniksikan y : penguasaan konsep

Pada perhitungankedua varians kelas sampel homogen (σ12= σ22), maka uji yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut:

t = X X

S n1 +n1

dengan S =(n 1)S + (n 1)S n + n 2


(47)

30

Keterangan:

= Rata-rata N-gain penguasaan konsep laju reaksi/keterampilan

mengkomunikasikan yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing = Rata-rata N-gain penguasaan konsep larutan laju reaksi/keterampilan

mengkomunikasikan yang diterapkan pembelajaran konvensional = Simpangan baku gabungan

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing = Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional

= Simpangan baku N-gain siswa yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

= Simpangan baku N-gain siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional

Dengan kriteria uji :


(48)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan materi laju reaksi siswa SMAN 7 Bandar Lampung.

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep laju reaksi siswa SMAN 7 Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa agar lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih efektif dan optimal.

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dipakai sebagai alternatif bagi guru dalam membelajarkan materi laju reaksi dan materi lain dengan karakteristik materi yang sama.


(49)

44

3. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan konsep.

4. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan pertanyaan-pertanyaan.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Agustians. 2011. Perbandingan Penguasaan Konsep Termokimia Antara

Pembelajaran dengan Metode Tanya Jawab Berbasis Keterampilan Generik Sains dengan Tanya Jawab Konvensional pada Siswa SMA Negeri 16 Bandar Lampung 2010/2011.(Skripsi). Bandar Lampung.

Anindya. 2011. Perbandingan Penguasaan Konsep Laju Reaksi antara

Pembelajaran Menggunakan Metode Tanya jawab Berbasis Keterampilan Generik Sains dengan Tanya Jawab Konvensional pada Siswa SMA YP Unila Bandar Lampung.(Skripsi). Bandar Lampung.

Arikunto, S. 1997.Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta. Basori, A. 2010.Kimia Untuk SMA. Bina Sarana Edukasi. Jakarta.

Dimyati dan Moedjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B. 1996.Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

dan Zain, A. 2000.Strategi Belajar Mengajar.Rineka Cipta. Jakarta.

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya.Seminar Proceeding of The International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung. Ibrahim, dkk. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya.

Surabaya.

Pannen, P., Dina Mustafa, dan Mestika Sekarwinahyu. 2001.Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Purba, M. 2004.Kimia SMA Kelas XI.Erlangga. Jakarta.

Purwanto, E. 2007.Metode Penelitian Kuantitatif.Gaya Media. Yogyakarta. Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.


(51)

46

Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Sudarmo, U. 2004.Kimia untuk SMA Kelas XI.Erlangga. Jakarta.

Sudjana, N. 1996. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sukandi, U. 2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Sutresna, N. 2006.Kimia untuk Kelas XI. Grafindo. Jakarta.

Trianto. 2007.Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prenada Media Group. Jakarta.


(1)

H1:μ 1y>μ 2y

:

Rata-rata N-gain keterampilan mengkomunikasikan yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional.

2) Hipotesis kedua (penguasaan konsep)

H0μ1x=μ 2x : Rata-rata N-gain penguasaan konsep laju reaksi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing sama dengan penguasaan konsep siswa dikelas yang diterapkan

pembelajaran konvensional.

H1:μ 1x>μ 2x:Rata-rata N-gain penguasaan konsep laju reaksi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1: Rata-rata N-gain (x,y) pada materi pokok laju reaksi siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

µ2: Rata-rata N-gain (x,y) pada materi pokok laju reaksi siswa pada kelas dengan pembelajaran konvensional

x: keterampilan mengkomuniksikan y : penguasaan konsep

Pada perhitungankedua varians kelas sampel homogen (σ12= σ22), maka uji yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut:

t = X X

S n1 +n1

dengan S =(n 1)S + (n 1)S


(2)

= Rata-rata N-gain penguasaan konsep larutan laju reaksi/keterampilan mengkomunikasikan yang diterapkan pembelajaran konvensional = Simpangan baku gabungan

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing = Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional

= Simpangan baku N-gain siswa yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

= Simpangan baku N-gain siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional

Dengan kriteria uji :


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan materi laju reaksi siswa SMAN 7 Bandar Lampung.

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep laju reaksi siswa SMAN 7 Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa agar lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih efektif dan optimal.

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dipakai sebagai alternatif bagi guru dalam membelajarkan materi laju reaksi dan materi lain dengan karakteristik materi yang sama.


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agustians. 2011. Perbandingan Penguasaan Konsep Termokimia Antara

Pembelajaran dengan Metode Tanya Jawab Berbasis Keterampilan Generik Sains dengan Tanya Jawab Konvensional pada Siswa SMA Negeri 16 Bandar Lampung 2010/2011.(Skripsi). Bandar Lampung.

Anindya. 2011. Perbandingan Penguasaan Konsep Laju Reaksi antara

Pembelajaran Menggunakan Metode Tanya jawab Berbasis Keterampilan Generik Sains dengan Tanya Jawab Konvensional pada Siswa SMA YP Unila Bandar Lampung.(Skripsi). Bandar Lampung.

Arikunto, S. 1997.Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta. Basori, A. 2010.Kimia Untuk SMA. Bina Sarana Edukasi. Jakarta.

Dimyati dan Moedjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B. 1996.Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

dan Zain, A. 2000.Strategi Belajar Mengajar.Rineka Cipta. Jakarta.

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya.Seminar Proceeding of The International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung. Ibrahim, dkk. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya.

Surabaya.

Pannen, P., Dina Mustafa, dan Mestika Sekarwinahyu. 2001.Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Purba, M. 2004.Kimia SMA Kelas XI.Erlangga. Jakarta.

Purwanto, E. 2007.Metode Penelitian Kuantitatif.Gaya Media. Yogyakarta. Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.


(6)

Sukandi, U. 2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Sutresna, N. 2006.Kimia untuk Kelas XI. Grafindo. Jakarta.

Trianto. 2007.Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prenada Media Group. Jakarta.