EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENGUASAAN KONSEP

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

(Skripsi)

Oleh

REZA WINTIA AGUSTIANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(2)

i

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENGUASAAN KONSEP

Oleh

REZA WINTIA AGUSTIANA

Ketepatan dalam memilih dan menerapkan suatu model pembelajaran sangat mempengaruhi tingkat penguasaan konsep siswa. Untuk mendapatkan keteram-pilan mengkomunikasikan dan tingkat penguasaan konsep yang tinggi dibutuhkan model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang mampu menghantarkan siswa pada pembelajaran yang lebih bermakna. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi kesetimbangan kimia dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011-2012. Pene-litian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent Control Group Design. Analisis data menggunakan n-Gain dan Uji t.

Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, diketahui bahwa kelas dengan pembe-lajaran inkuiri terbimbing memiliki keterampilan mengkomunikasikan yang lebih


(3)

ii

tinggi secara signifikan dibandingkan kelas dengan pembelajaran konvensional sedangkan kelas konvensional memiliki penguasaan konsep yang lebih tinggi di-bandingkan kelas eksperimen. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan tetapi tidak efektif meningkatkan penguasaan konsep kesetimbangan kimia.

Kata kunci : Model pembelajaran inkuiri terbimbing, keterampilan mengkomuni-kasikan, dan penguasaan konsep.


(4)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

Oleh

REZA WINTIA AGUSTIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan dengan nama Reza Wintia Agustiana, di Kalianda Lampung Selatan pada tanggal 24 Agustus 1989, anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Ahmad Sarpawi, S.Pd dan Ibu Rosidah.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 1 Palas Jaya lampung Selatan diselesaikan pada tahun 2001. Tahun 2001 diterima di SMP Negeri 1 Kalianda yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 masuk SMA Negeri 1 Kalianda yang diselesaikan tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur SPMB.

Penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke Jakarta, Bandung dan Yogyakarta pada tahun 2009 dan telah menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 7 Bandar Lampung.


(7)

MOTTO

Tuhan telah melengkapi dirimu dengan kekuatan tuk menghadapi semua masalah. Memang tak mudah, tapi kamu pasti bisa melaluinya.

Pikirkan sebelum memutuskan. Karena terkadang, yang kamu benci belum tentu buruk, pun yang kamu suka belum tentu baik.

Apa yg kamu ucap, itu yg akan terjadi. Jika kamu berucap TIDAK BISA, maka kamu tak akan bisa, jika berucap BISA, kamu pasti bisa.

Miliki banyak mimpi, dan berusaha agar mimpi menjadi nyata. Jangan hanya memjadi pemimpi, tapi jadilah pribadi yang penuh aksi.


(8)

(9)

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan

karunia-Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran

sederhana ini kepada:

Teristimewa untuk ayahanda dan ibundaku tercinta

Terimakasih, karena telah membesarkanku dengan cinta dan kasih

sayang yang tak pernah putus. Besar harapan

tuk membahagiakan.

semoga pencapaian ini menjadi langkah awal untukku mewujudkan

mimpi dan semoga Allah SWT membalas semua jasa dan pengorbanan

ayah dan ibu.

Adekku tersayang mas jon dan dedek sandy...

yang tlah memberikan inspirasi dan semangat bagiku

mba wing sayang kalian.

Untuk yang Terkasih

Yang senantiasa menemani,membantu, dan memberikan motivasi

yang tiada henti.


(10)

viii

SANWACANA

Alhamdulillah. Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul


(11)

ix 8. Bapak Faizaluddin, S.Pd, selaku guru mitra atas bantuan dan kerjasamanya. 9. Teristimewa untuk ayah dan ibu, nenek, mak tua dan pak tua, adek-adekku

dan keluarga besarku tersayang yang sudah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidupku. Terima kasih untuk segala pengorbanan yang telah diberikan untuk kebahagiaanku dan kesabaran serta materi yang diberikan untuk harapan dan keberhasilanku.

10.Kyaiku Riduan Ichsan yang menjadi motivatorku. Terima kasih atas kasih sayang, senantiasa setia menemani keluh kesahku dan semangat yang tak pernah lelah diberikan setiap waktu.

11.Sahabatku tercinta : Melya, dini, Vida, (Always love u), Puri , Edy, Komeng, panji, Yayan, Emma, Erma dan semua teman-temanku sayang di P. Kimia


(12)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A.Efektivitas Pembelajaran... 9

B.Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 9 C.Keterampilan Proses Sains


(13)

viii DAFTAR TABEL

TABEL Halaman


(14)

ix 17.Nilai pretest, postest, gain dan n-Gain keterampilan inferensi kelas

kontrol... 182 18.Nilai pretest, postest, gain dan n-Gain penguasaan konsep kelas

eksperimen... 183 19. Nilai pretest, postest, gain dan n-Gain penguasaan konsep kelas

kontrol... 184 20.Daftar distribusi frekuensi keterampilan inferensi kelas eksperimen... 186


(15)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan prosedur pelaksanaan penelitian... 21 2. Grafik nilai rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan... 31


(16)

(17)

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah peng-alaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka dalam menggu-nakan pengetahuan sains tersebut. Untuk dapat memahami hakikat sains yakni sains sebagai proses dan produk, siswa harus memiliki kemampuan Keterampilan Proses Sains (KPS) yaitu semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsung-nya sains.

Ilmu kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, oleh karena itu yang diperoleh siswa tidak hanya kimia sebagai produk dan juga dapat melatih cara berpikir siswa untuk memecahkan masalah terutama yang berkaitan dengan ilmu kimia secara ilmiah yaitu kimia sebagai proses.

Pembelajaran kimia di sekolah, siswa hanya mendapatkan kimia sebagai produk tanpa membimbing siswa dalam proses ditemukannya konsep, hukum, dan teori, sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Akibatnya pembelajaran kimia menjadi kehilangan daya tariknya dan lepas relevansinya dengan dunia nyata yang seharusnya menjadi objek ilmu pengetahuan tersebut (Depdiknas, 2003).


(19)

2

Kurikulum yang digunakan di SMA Gajah Mada Bandar Lampung yaitu kuriku-lum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang dalam proses pembelajarannya menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator, namun pada kenyataanya paradigma lama guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher centered) masih dipertahankan dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah yang paling praktis dan tidak menyita banyak waktu.

Dengan demikian, perlu menggunakan suatu pendekatan yang dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui pengembangan KPS. KPS pada pembela-jaran sains lebih menekankan pembentukan keteram-pilan untuk memperoleh pengetahuan, mengkomunikasikan dan menyimpulkan hasilnya. Guru perlu melatihkan KPS untuk dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalah-nya serta menjelaskan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. KPS seperti keterampilan mengkomunikasikan dengan indikator mampu menjelaskan hasil pengamatan dari fakta terbatas dan mampu membuat kesimpulan tentang suatu fenomena setelah meng-umpulkan dan menganalisis data dan informasi. Guru juga perlu menerapkan model pelajaran yang mampu meningkatkan keterli-batan siswa dalam proses pembelajaran dan membantu siswa dalam menemukan konsep, salah satu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi hal tersebut dan mampu mela-tihkan KPS siswa saat proses penemuan konsep adalah dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.


(20)

3

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan langkah-langkah yaitu mengaju-kan masalah atau pertanyaan oleh guru, merumusmengaju-kan hipotesis, mengumpulmengaju-kan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Melalui kegiatan praktikum dan diskusi kelompok dan LKS konstruktif, siswa dilatih untuk dapat memahami konsep kesetimbangan dengan menggunakan kemampuan sains yang telah dimi-liki oleh siswa itu sendiri dan pengetahuan itu akan lebih mudah untuk diingatnya.


(21)

4

kan keterampilan proses. Akan tetapi dalam pembelajaran kesetimbangan kimia di SMA Gajah Mada Bandar Lampung lebih terkondisikan untuk dihafal oleh siswa, akibatnya siswa mengalami kesulitan menghubungkannya dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar, dan tidak merasakan manfaat dari pembelajaran ke-setimbangan kimia.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kimia di SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada awal semester ganjil Tahun Pelajaran 2011-2012, dipero-leh informasi yaitu rendahnya penguasaan konsep siswa, masalah yang dihadapi siswa adalah sebagian besar siswa masih menganggap kimia sebagai mata pelajar-an ypelajar-ang sulit dipahami, khususnya pada materi kesetimbpelajar-angpelajar-an kimia. Sulitnya memahami materi tersebut dikarenakan selama ini pada proses pembelajaran lebih memfokuskan pada ketuntasan materi pelajaran dan pada proses pembelajarannya siswa tidak dibimbing untuk menemukan konsep, tidak dilatihkan KPS dan tidak dan dilakukannya praktikum hanya pada materi tertentu dan hanya untuk mem-buktikan teori yang telah diberikan. Pembelajaran ini cenderung membuat siswa menjadi pasif karena proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, siswa kurang aktif dilibatkan dalam proses membangun konsep karena hanya mengan-dalkan informasi materi dari guru. Sehingga siswa tidak terlatih dan menjadi malas untuk bertanya kepada guru atau kepada teman, memberi pendapat dan sanggahan, serta menjawab pertanyaan dari guru. Untuk lebih memahami dan membuktikan teori pada materi kesetimbangan kimia yang dijelaskan oleh guru perlu dilakukan percobaan. Sedangkan eksperimen sangat jarang dilakukan di SMA Gajah Mada Bandar Lampung karena fasilitas di laboratorium kurang me-madai terutama alat-alat untuk melakukan percobaan.


(22)

5

Beberapa hasil penelitian yang mengkaji penerapan model Inkuiri terbimbing adalah Wulanda (2010) yang melakukan penelitian pada siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 SMA Negeri 1 Pringsewu, telah melaporkan bahwa penerapan pembela-jaran inkuiri terbimbing pada materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dapat meningkat-kan hasil belajar siswa. Kurniasari (2011) yang melakukan pe-nelitian kuasi eksperimen pada siswa kelas XI IPA Semester ganjil SMA Negeri 1 Kauman Tulungagung pada Materi Pokok Laju Reaksi, melaporkan bahwa (1) Keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok laju reaksi telah berlangsung cukup baik, (2) Model inkuiri terbimbing lebih efektif disban-dingkan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa, (3) Sikap ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri terbim-bing lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan konvensional pada materi laju reaksi dengan persentase siswa kelas eksperimen yang memiliki sikap ilmiah sangat baik mencapai 32,6 % sedangkan kelas kontrol hanya mencapai 13,3%.

Pembelajaran inkuiri terbimbing diyakini menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat memperbaiki proses pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep kimia siswa. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian pada siswa kelas XI IPA SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun Pelajaran 2011-2012 yang berjudul


(23)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi

kesetimbangan kimia dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung?

2. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi kesetimbangan kimia dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi

kesetimbangan kimia dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung.

2. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi

kesetimbangan kimia dalam meningkatkan penguasan konsep siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah yaitu :


(24)

7

1. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memberikan pe-ngalaman belajar secara langsung kepada siswa, mempermudah siswa dalam menemukan konsep kesetimbangan kimia.

2. Pembelajaran inkuiri terbimbing menjadi salah satu alternatif model pembela-jaran yang inovatif, kreatif, dan produktif bagi guru dalam memilih model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa.

3. Sumbangan pemikiran dan informasi dalam upaya meningkatkan mutu pem-belajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Efektivitas yaitu model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifkan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajar-an (gain yang signifikan).

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran dengan siswa di-bimbing untuk menemukan konsep kimia dengan langkah-langkah

merumuskan masalah atau pertanyaan oleh guru, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan Gulo dalam Trianto (2010).

3. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang tidak

membimbing siswa untuk menemukan konsep kimia tetapi konsep diberikan secara langsung dan praktikum dilakukan hanya untuk membuktikan konsep.


(25)

8

4. Keterampilan mengkomunikasikan mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas

5. Penguasaan konsep kesetimbangan berupa nilai siswa pada materi kesetimbangan kimia yang diperoleh melalui pretest dan posttest.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan

pemahaman setelah pembelajaran.

Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) adalah:

Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifkan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajar-an (gain ypembelajar-ang signifikpembelajar-an).

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri


(27)

10

Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001):

Konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain.

Menurut Von Glaserved dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali

pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan

mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membanding-kan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuan-nya.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing selaras dengan pendekatan konstruktivis-me. Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000).

Langkah awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk me-nemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk hipotesis. Kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis. Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah selanjutnya siswa mengumpulkan


(28)

data-11

data dengan melakukan percobaan dan data hasil pengamatan. Siswa kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data, terakhir siswa dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo dalam Trianto (2010).

Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing

No Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Mengajukan

pertanyaan atau

permasalahan

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Guru membagi siswa dalam kelompok

Siswa duduk berkelompok dan mengidentifikasi masalah

2. Membuat hipotesis

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan

permasalahan dan

mem-prioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

Siswa memberikan pendapat dan

menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan.

3. Mengumpul-kan data

Guru membimbing siswa

mendapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupun data hasil pengamatan.

Siswa melakukan percobaan untuk mendapatkan data-data atau informasi 4. Menganalisis

data

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk

menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul

Siswa menganalisis data serta

menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul

5. Membuat kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

Siswa membuat kesimpulan


(29)

12

Menurut Roestiyah (1998), inquiry memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:


(30)

13

Menurut Moedjiono dan Dimyati (2006), KPS dapat diartikan sebagai keterampil-an intelektual, sosial dketerampil-an fisik yketerampil-ang terkait dengketerampil-an kemampuketerampil-an-kemampuketerampil-an mendasar yang telah ada dalam diri siswa.

Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2006) membagi keterampilan Proses menjadi dua kelompok besar yaitu keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar (basic skill) diantaranya keterampilan inferensi.

Tabel 2. Indikator Keterampilan Dasar

Dimyati dan Mudjiono (2002) memuat alasan mengenai pendekatan KPS yang di-ambil dari pendapat Funk dalam Hartono (2007) sebagai berikut :

Keterampilan dasar Indikator

Observasi Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil pengamatan.

Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentu-kan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.

Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu mendemontrasikan perubahan suatu satuan pengukur-an ke satuan pengukuran lain. Berkomunikasi Memberikan/menggambarkan data empiris hasil

percobaan atau pengamatan dengan tabel, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis, men-jelaskan hasil percobaan, membaca tabel, mendiskusi-kan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.

Inferensi Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan inormasi.


(31)

14

1. Pendekatan KPS dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik

karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan.

2. Pembelajaran melalui KPS akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan.

3. KPS dapat digunakan untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan. Pendekatan KPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara bertindak sebagai seorang ilmuan.

D. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa karena konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks. Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, arti-nya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka diper-lukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Penguasa-an konsep juga merupakPenguasa-an suatu upaya ke arah pemahamPenguasa-an siswa untuk memaha-mi hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa di tuntut untuk menguasai materi-materi pelajaran selanjutnya.

Menurut Dahar (1998) konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempuyai atribut yang sama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.


(32)

15

Piaget dalam Dimyati dan Madjiono (2006) menyatakan bahwa pengetahuan di-bentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan ling-kungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelektual semakin berkembang.

Posner dalam Suparno (1997) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk ber-hadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi. Guru sebagai pendidik harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang kondusif agara siswa dapat menemukan dan memahami konsep yang diajar-kan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toulmin dalam Suparno (1997) yang menya-takan bahwa bagian terpenting dari pemahaman siswa adalah perkembangan konsep secara evolutif. Dengan terciptanya kondisi yang kondusif, siswa dapat menguasai konsep yang disampaikan guru. Penguasaan konsep adalah kemam-puan siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan.

E. Kerangka Berpikir

Kesetimbangan merupakan salah satu materi pelajaran kimia yang berkaitan langsung dengan pengetahuan alam yang sering dijumpai di lingkungan, Melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa diajak untuk menyelesaikan masa-lah yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari dan menuntun siswa untuk menemukan konsep, sehingga pemahaman siswa terhadap materi kesetimbangan akan lebih mendalam.


(33)

16

Model pembelajaran inkuiri terbimbing, menempatkan siswa dalam kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 orang terdiri dari 8 kelompok yang merupakan campuran secara heterogen kemudian siswa dihadapkan pada masalah yang erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari, didalam kelompoknya siswa berdiskusi untuk memecahkan masalah dari suatu hipotesis yang mereka buat sendiri sehing-ga siswa dapat terlibat secara aktif. Kemudian, proses pengujian hipotesis dilaku-kan siswa dengan melakudilaku-kan eksperimen dan analisis data. Keterlibatan siswa secara langsung dalam proses penemuan konsep akan mempermudah siswa me-mahami materi pelajaran, sehingga pada tahap akhir siswa dapat menjelaskan dan membuat kesimpulan dari materi pembelajaran yang telah disampaikan.

Dengan demikian, dalam penelitian ini model pembelajaran inkuiri terbimbing di-duga efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan pengua-saan konsep siswa. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi kesetimbangan siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung .

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 semester ganjil SMA Gajah Masa Bandar Lampung tahun pelajaran 2011-2012 yang menjadi subyek penelitian yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia. 2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan


(34)

17

siswa kelas XI IPA semester ganjil SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011-2012 diabaikan.

G. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi kesetimbangan kimia lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan.

2. Model pembelajaan inkuiri terbimbing pada materi kesetimbangan kimia lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep.


(35)

18

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi dan Sampel


(36)

19

yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelum-nya. Dengan maksud untuk mendapatkan kelas yang sa-ma, dengan tingkat ke-mampuan kognitif menengah ke bawah, penulis meminta kepada pihak sekolah, dalam hal ini Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum yang memahami karakte-ristik siswa di sekolah tersebut untuk menentukan kelas yang akan dijadikan sampel. Akhirnya penulis menentukan kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 sebagai sampel. Kelas XI IPA 1 sebagai kelompok eksperimen yang mengalami Inkuiri tebimbing, sedangkan kelompok berikutnya adalah kelompok kontrol yang meng-alami pembelajaran konvensional.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretes) dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (postes) siswa.

Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu : 1. Data hasil pretes dan postes kelompok kontrol 2. Data hasil pretes dan postes kelompok eksperimen

C. Desain dan Metode Penelitian

1. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain non equivalent control group design yaitu desain kuasi eksperimen dengan melihat perbedaan pretest maupun posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(37)

20

Tabel 3. Desain penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Postest

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Kelas kontrol O1 O2

(Sugiyono 2006, ) Keterangan:

X1: Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing

O1: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest O2: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest

2. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan diberi-kan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretes dan sesudah perlakuan disebut postes. Pada penelitian ini dikembangkan alur penelitian dengan langkah-langkah penelitian seperti pada gambar.


(38)

21

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut

a.

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian.

D. Jenis dan Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas adalah penggunaan model pembelajaran Inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional.

b. Variabel terikat adalah keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa kelas XI IPA SMA Negeri Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011-2012 pada pokok bahasan kesetimbangan kimia.

Mempersiapkan instrumen dan perangkat pembelajaran Menentukan populasi dan sampel

Kelas kontrol pembelajaran konvensional

Pretest Kelas eksperimen pembelajaran inkuiri terbimbing Posttest Analisis data kesimpulan Validasi instrumen


(39)

22

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa soal-soal Pretes dan Postes yang masing-masing terdiri dari dua bagian, yaitu soal-soal penguasaan konsep yang berupa pilihan jamak dan soal-soal keterampilan proses sains dalam bentuk esai.

Dalam pelaksanaannya kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang sama. Soal pretes adalah materi pokok sebelumnya (laju reaksi) yang terdiri dari 20 butir soal pilihan jamak dan 4 soal keterampilan kesetimbangan yang ber-bentuk soal esai. Sedangkan soal postes adalah materi pokok kesetimbagan yang terdiri dari 20 butir soal pilihan jamak dan 4 soal keterampilan mengkomunikasi-kan yang berbentuk soal esai.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau penilaian, dan pengujian empirik.

Penelitian ini menggunakan kevalidan isi. Kevalidan isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur. Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu


(40)

23

terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Pendahuluan

Tujuan observasi pendahuluan:

a. Peneliti meminta izin kepada Kepala SMA Gajah Mada Bandar Lampung untuk melaksanakan penelitian.

b. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan data nilai kimia tahun pelajaran 2009/2010 yang cukup rendah.

c. Peneliti menentukan populasi dan sampel penelitian sebanyak 2 kelas. 2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan instrumen tes. b. Tahap Penelitian

Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan dalam dua kelas di kelas, yaitu kelas eksperimen yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Dalam hal ini kelas XI IPA 1

diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing sedangkan pada kelas XI IPA 2 pembelajaran konvensional.


(41)

24

Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :

1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi pokok kesetimbangan sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

3) Tabulasi dan Analisis Data

G. Teknik Analisis Data

Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut :

1. Menyatakan besar masing-masing sampel yaitu n1= 37 dan n2= 37. 2. Menghitung nilai postes dan pretes masing-masing kelas

Nilai pretest dan postest dirumuskan sebagai berikut:

Nilai siswa = 100

Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitung Gain yang

selanjutnya digunakan untuk menguji kenormalan dan homogenitas dua varians. alternatif (H1).

1. Menghitung indeks gain

Gain merupakan selisih data yang diperoleh dari pretes dan postes. Melalui perhitungan ini didapatkan data Gain sejumlah siswa yang mengikuti tes tersebut.


(42)

25

Dalam hal ini 37 data pada kelas XI IPA 1 (kelas eksperimen) dan 36 data pada kelas XI IPA 2 (kelas kontrol). Selanjutnya, dilakukan perhitungan rata-rata selisih perolehan nilai pretes dan postes tersebut untuk mendapatkan indeks gain.

2. Melakukan uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak, maka dilakukan langkah langkah-langkah sebagai sebagai berikut:

a. Rumusan hipotesis

H0 (Sampel mempunyai varian yang homogen) H1 (Sampel mempunyai varian yang tidak homogen) Keterangan:

varians skor kelompok I varians skor kelompok II dimana dk1 = (n1-1) dan dk2 = (n2-1)

b. Rumus statistik yang digunakan adalah uji-F:

Keterangan :


(43)

26

varians terkecil c. Kriteria uji

Terima H0 jika Fhitung < Ftabel, dan tolak sebaliknya (Sudjana, 1996).

c. Melakukan uji perbedaan dua rata-rata

Dalam penelitian ini digunakan uji-t, yakni uji perbedaan dua rata - rata Rumus statistik yang digunakan adalah:

a) Untuk keterampilan mengkomunikasikan, (Sampel mempunyai varian yang homogen), maka :

1 1

1 1

2

Keterangan:

= Rata-rata skor keterampilan mengkomunikasikan materi pokok kesetimbangan yang diberi pembelajaran menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing.

= Rata-rata skor keterampilan mengkomunikasikan materi pokok kesetimbangan yang diberi pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan

= Jumlah siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing.

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku siswa yang pembelarannya menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing


(44)

27


(45)

(1-28

Sedangkan untuk data sampel yang berasal dari populasi tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji nonparametik (Sudjana, 1996).

Hipotesis 1 (penguasaan konsep)

H0 µ1x<µ2x : Rata-rata penguasaan konsep kesetimbangan yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih rendah dibandingkan pembelajaran konvensional siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung.

H1µ1x> µ2x : Rata-rata penguasaan konsep Kesetimbangan yang diterapkan pembelajaran Inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan pembelajaran konvensional siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung.

1. Hipotesis 2 (keterampilan berkomunikasi)

H0 µ1y< µ2y : Keterampilan mengkomunikasikan yang diterapkan

pembelajaran inkuiri terbimbing lebih rendah dibandingkan pembelajaran konvensional siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung.

H1 µ1y> µ2y: Keterampilan mengkomunikasikan yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung.


(46)

29

Keterangan:

µ1 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok Kesetimbangan pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

µ2 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok Kesetimbangan pada kelas dengan pembelajaran konvensional

x: penguasaan konsep


(47)

47

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam peneliti-an ini, maka dapat disimpulkpeneliti-an bahwa :

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing tidak efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia;

2. Pembelajaran inkuiri terbimbing lebih efektif dibandingkan pembelajaran

konvensional dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia;

3. Pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi kesetimbangan kimia dapat

meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan siswa karena pada setiap tahap pembelajarannya dapat melatih dan mengembangkan keterampilan mengkomuni-kasikan, terutama pada tahap mengumpulkan data, siswa dilatih

mengkomunikasikan, dapat berupa tabel atau grafik berdasarkan data atau fakta yang diperoleh saat praktikum


(48)

48

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dipakai sebagai alternatif model pembel-ajaran bagi guru dalam membelajarkan materi pokok kesetimbangan dan materi pokok lain yang memiliki karakteristik yang sama;

2. Untuk dapat memudahkan siswa dalam proses penyelidikan, hendaknya sekolah menambah referensi buku;

3. Untuk hasil penerapan pembelajaran yang lebih baik, akan sangat baik untuk benar-benar membawa siswa pada masalah yang memang sangat dekat dengan kehidupan mereka sehingga pembelajaran yang dilakukan akan menghasilkan suatu konsep yang dapat mereka pahami dengan lebih baik;

4. Guru harus lebih peka terhadap aktivitas siswa, terlebih siswa yang bergerak di luar instruksi yang diberikan.

5. Mempertimbangkan waktu dan merencanakan pembelajaran inkui dengan matang, karena pembelajaran inkuiri tidak dituntut untuk kuantutas materi yang disampaikan tetapi kualitas materi yang disampaikan


(1)

varians terkecil c. Kriteria uji

Terima H0 jika Fhitung < Ftabel, dan tolak sebaliknya (Sudjana, 1996).

c. Melakukan uji perbedaan dua rata-rata

Dalam penelitian ini digunakan uji-t, yakni uji perbedaan dua rata - rata Rumus statistik yang digunakan adalah:

a) Untuk keterampilan mengkomunikasikan, (Sampel mempunyai varian yang

homogen), maka :

1 1

1 1

2

Keterangan:

= Rata-rata skor keterampilan mengkomunikasikan materi pokok kesetimbangan yang diberi pembelajaran menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing.

= Rata-rata skor keterampilan mengkomunikasikan materi pokok kesetimbangan yang diberi pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan

= Jumlah siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing.

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku siswa yang pembelarannya menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing


(2)

(3)

(1-Sedangkan untuk data sampel yang berasal dari populasi tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji nonparametik (Sudjana, 1996).

Hipotesis 1 (penguasaan konsep)

H0 µ1x<µ2x : Rata-rata penguasaan konsep kesetimbangan yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih rendah dibandingkan pembelajaran konvensional siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung.

H1µ1x> µ2x : Rata-rata penguasaan konsep Kesetimbangan yang diterapkan pembelajaran Inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan pembelajaran konvensional siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung.

1. Hipotesis 2 (keterampilan berkomunikasi)

H0 µ1y< µ2y : Keterampilan mengkomunikasikan yang diterapkan

pembelajaran inkuiri terbimbing lebih rendah dibandingkan pembelajaran konvensional siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung.

H1 µ1y> µ2y: Keterampilan mengkomunikasikan yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung.


(4)

Keterangan:

µ1 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok Kesetimbangan pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

µ2 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok Kesetimbangan pada kelas dengan pembelajaran konvensional

x: penguasaan konsep


(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam peneliti-an ini, maka dapat disimpulkpeneliti-an bahwa :

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing tidak efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia;

2. Pembelajaran inkuiri terbimbing lebih efektif dibandingkan pembelajaran

konvensional dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia;

3. Pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi kesetimbangan kimia dapat

meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan siswa karena pada setiap tahap pembelajarannya dapat melatih dan mengembangkan keterampilan mengkomuni-kasikan, terutama pada tahap mengumpulkan data, siswa dilatih

mengkomunikasikan, dapat berupa tabel atau grafik berdasarkan data atau fakta yang diperoleh saat praktikum


(6)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dipakai sebagai alternatif model pembel-ajaran bagi guru dalam membelajarkan materi pokok kesetimbangan dan materi pokok lain yang memiliki karakteristik yang sama;

2. Untuk dapat memudahkan siswa dalam proses penyelidikan, hendaknya sekolah menambah referensi buku;

3. Untuk hasil penerapan pembelajaran yang lebih baik, akan sangat baik untuk benar-benar membawa siswa pada masalah yang memang sangat dekat dengan kehidupan mereka sehingga pembelajaran yang dilakukan akan menghasilkan suatu konsep yang dapat mereka pahami dengan lebih baik;

4. Guru harus lebih peka terhadap aktivitas siswa, terlebih siswa yang bergerak di luar instruksi yang diberikan.

5. Mempertimbangkan waktu dan merencanakan pembelajaran inkui dengan

matang, karena pembelajaran inkuiri tidak dituntut untuk kuantutas materi yang disampaikan tetapi kualitas materi yang disampaikan


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

0 3 35

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 9 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

0 23 51

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

0 4 48

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUMHUKUM DASAR KIMIA

1 5 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK HIDROKARBON

0 7 39

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI

0 12 43

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI

0 17 39

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA SISWA

0 12 51

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN SISWA PADA MATERI KOLOID

0 5 43