Hubungan KetinggianTempat, Kemiring Lereng Terhadap Produksi Kopi Arabika Sigarar Utang Pada Bebagai Jenis Tanah di Kecamatan Lintong Nihuta

HUBUNGAN KETINGGIAN TEMPAT DAN KEMIRINGAN LERENG TEHADAP PRODUKSI KOPI ARABIKA SIGARAR UTANG PADA BERBAGAI JENIS TANAH DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA SKRIPSI OLEH : LEONARD SIHITE 100301033 AET-ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian
Nama NIM Program Studi

: Hubungan KetinggianTempat, Kemiring Lereng Terhadap Produksi Kopi Arabika Sigarar Utang Pada Bebagai Jenis Tanah di Kecamatan Lintong Nihuta
: LEONARD SIHITE
: 100301033
: AGROEKOTEKNOLOGI

Mengetahui

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Ir. Posma Marbun, M.P. NIP : 196707121993032002


Ir. Supriadi, M.S NIP : 196012211987011002

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT Leonard Sihite ‘ THE ELEVATION RELATION AND SLOPE TOWARD SIGARAR UTANG ARABICA COFFEE (Coffea arabica) PRODUCTION IN MANY TIPES OF GROUD IN LINTONG NIHUTA REGENCY OF HUMBANG HASUNDUTAN’ is leaded by Ir. Posma Marbun, M.P. and Ir. Supriadi, M.S. The purpose of the study was to find out the location with the highest production of arabicca coffee (Coffea Arabica) in Lintong Nihuta regency of Humbang Hasundutan. The study was done with corelating map of place height, map of slope, map of ground tipe. It was found 31 SPT (set of land) of resulting map of slope, map of ground tipe, map of place height overlaying from topography map with the scale 1 : 25.000. Sum of point of sampling which meet the location condition and is found coffee in the field are 13 sample points. The result of data analysis showed the higest sum of ripe seed coffe production at SPL (set of land) 12 and the lowest sum of ripe seed coffee production at SPL (set of land) 3. The highest weight production of ripe seed coffee production at SPl (set of land) 12 and the lowest weight production of ripe seed coffee production at SPL (set of lan) 2. The highest weight production of dry seed coffee at SPL 8 and the lowest weight production of dry seed coffee at SPL 3. Keywords : Height Place, Slope, Types of Soil, Coffee Production
\
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK Leonard Sihite, “HUBUNGAN KETINGGIAN TEMPAT DAN KEMIRINGAN LERENG TEHADAP PRODUKSI KOPI ARABIKA SIGARAR UTANG PADA BERBAGAI JENIS TANAH DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA” di bawah bimbingan by Ir. Posma Marbun, M.P. and Ir. Supriadi, M.S. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi kopi arabika (Coffea arabicca) tertinggi di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Hal ini dilakukan dengan mengkorelasikan peta ketinggian tempat, peta kemiringan lereng dan peta jenis tanah. Diperoleh 31 (tiga puluh satu) SPT (satuan peta tanah) dari hasil overlay peta kemiringan lereng, peta jenis tanah dan peta ketinggian tempat yang dihasilkan dari peta topografi dengan skala 1 : 25.000. Jumlah titik sampel yang sesuai dengan kondisi di lapangan dan terdapat tanaman kopi adalah 13 titik sample. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi jumlah biji merah tertinggi terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 12 dan produksi jumlah biji merah terendah terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 3. Untuk produksi berat biji merah tertinggi terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 12 dan produksi berat biji merah terendah terdapat pada Satuan peta lahan (SPL) 2. Untuk produksi berat biji kering tertinggi terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 8 dan produksi berat biji kering terendah terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 3. Kata kunci : Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng, Jenis Tanah, Produksi Kopi
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena begitu besar Kasih Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun judul dari Usulan Penelitian ini adalah “ HUBUNGAN KETINGGIAN TEMPAT DAN KEMIRINGAN LERENG TEHADAP PRODUKSI KOPI ARABIKA SIGARAR UTANG (Coffea arabica) PADA BERBAGAI JENIS TANAH DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA”. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui lokasi dengan produksi kopi tertinggi di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Posma Marbun, MP selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak Ir. Supriadi, M.S selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.
Medan, Mei 2013
Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRACT..................................................................................................i
ABSTRAK.....................................................................................................ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.....................................................................iii
KATA PENGANTAR .................................................................................v
DAFTAR ISI .................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………........viii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………...….ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ..............................................................................1 Tujuan Penelitian ...........................................................................3 Kegunaan Penelitian. .......................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA Kopi Arabika......................................................................................4 Sifat-Sifat Penting Tanaman Kopi Arabika Akar……………………………………................................5 Tajuk...................................................................................... 6 Bunga..................................................................................... 6 Buah...................................................................................... 6 Biji......................................................................................... 7 Deskripsi Morfologi Kopi Arabika Varietas Sigarar Utang...............7 Klasifikasi Tanah Tanah Entisol..........................................................................9 Tanah Inceptisol.....................................................................12 Hubungan Jenis Tanah, Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng dengan Produksi Kopi Arabika..............................................14 Analisis Regresi..................................................................................16
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................18 Bahan dan Alat................................................................................18 Metodologi Penelitian .....................................................................18 Pelaksanaan Penelitian ....................................................................19 Tahap Persiapan .................................................................... 19
Universitas Sumatera Utara

Tahap Kegiatan di Lapangan................................................. 19 Parameter Yang Diukur..................................................................... 20 Analisis Data..................................................................................... 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil……………………………………………………………….. .22 Pembahasan ....................................................................................29 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan………………………………………………………….33 Saran ............................................................................................... 33 DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL


No.

Judul

Halaman

1. Matriks Korelasi Antara Ketinggian Tempat terhadap Jumlah Biji Merah……………………………................................................... 22

2. Matriks Korelasi Antara Ketinggian Tempat terhadap Berat Biji Merah…………………….………….......................………............. 23

3. Matriks Korelasi Antara Ketinggian Tempat terhadap Berat Biji Kering………………………………………….....…….....……….. 23

4. Matriks Korelasi Antara Kemiringan Lereng terhadap Jumlah Biji Merah …………….............................................……...................... 23

5. Matriks Korelasi Antara Kemiringan Lereng terhadap Berat Biji Merah ………… …...................................................... 24

6. Matriks Korelasi Antara Kemiringan Lereng terhadap Berat Biji Kering…………………………. ..................................................... 24

7. Korelasi antara Karakteristik Lahan dengan Produksi Kopi Arabika ........... Sigarar Utang di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang ............Hasundutan ……………………………………………………….. 27


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN 1. Peta SPL (Satuan Peta Lahan) 2. Peta Jenis Tanah Kecamatan Lintong Nihuta 3. Peta Ketinggian Tempat Kecamatan Lintong Nihuta 4. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Lintong Nihuta 5. Peta Administrasi Kecamatan Lintong Nihuta 6. Peta Titik Sampel Kopi Arabika Kecamatan Lintong Nihuta 7. Pasca panen 8. Tabel Jumlah Biji Merah Merah (biji/ha) 9. Tabel Berat Biji Merah (kg/ha/SPL) 10. Tabel Berat Biji Kering (kg/ha/SPL)
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Leonard Sihite dilahirkan di Desa Sileang pada tanggal 06 Juni 1993. Anak pertama dari 5 (lima) bersaudara. Putra dari Ayah Hasudungan Sihite dan Ibu Antina Wati Br. Silaban. Riwayat Pendidikan - SD Negeri 173406 Sileang, lulus pada tahun 2004. - SMP Negeri 1 Dolok Sanggul, lulus pada tahun 2007. - SMA Negeri 1 Dolok Sanggul, lulus pada tahun 2010. - Tahun 2010 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur
UMB PTN di Program Studi Agroekoteknologi, dan memilih minat Ilmu Tanah pada semester VII, Departemen Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian. Aktivitas Selama Pendidikan - Anggota Paduan Suara Transeamus FP USU - Mengikuti Festival (PES PARAWI NASIONAL 2014) di Jakarta - Asisten Laboratorium Genesis Klasifikasi Tanah 2014/2015 - Asisten Dasar Ilmu Tanah di Universitas Methodis Indonesia, Medan 2014/2015 - Tenaga Pengajar Bimbingan Les Smart Club Medan (Bahasa Inggris SMP dan SMA) pada Maret – September 2013. - Anggota CEC USU (Creative English Club) - Mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PTPN IV Kebun Balimbingan pada bulan Juli 2013. - Anggota Lembaga Kursus LCE (Lecture Culture Exchange)
Universitas Sumatera Utara

- Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Anggota Ikatan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK). - Anggota Muda-Mudi GKPI Sriwijaya Medan
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT Leonard Sihite ‘ THE ELEVATION RELATION AND SLOPE TOWARD SIGARAR UTANG ARABICA COFFEE (Coffea arabica) PRODUCTION IN MANY TIPES OF GROUD IN LINTONG NIHUTA REGENCY OF HUMBANG HASUNDUTAN’ is leaded by Ir. Posma Marbun, M.P. and Ir. Supriadi, M.S. The purpose of the study was to find out the location with the highest production of arabicca coffee (Coffea Arabica) in Lintong Nihuta regency of Humbang Hasundutan. The study was done with corelating map of place height, map of slope, map of ground tipe. It was found 31 SPT (set of land) of resulting map of slope, map of ground tipe, map of place height overlaying from topography map with the scale 1 : 25.000. Sum of point of sampling which meet the location condition and is found coffee in the field are 13 sample points. The result of data analysis showed the higest sum of ripe seed coffe production at SPL (set of land) 12 and the lowest sum of ripe seed coffee production at SPL (set of land) 3. The highest weight production of ripe seed coffee production at SPl (set of land) 12 and the lowest weight production of ripe seed coffee production at SPL (set of lan) 2. The highest weight production of dry seed coffee at SPL 8 and the lowest weight production of dry seed coffee at SPL 3. Keywords : Height Place, Slope, Types of Soil, Coffee Production
\
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK Leonard Sihite, “HUBUNGAN KETINGGIAN TEMPAT DAN KEMIRINGAN LERENG TEHADAP PRODUKSI KOPI ARABIKA SIGARAR UTANG PADA BERBAGAI JENIS TANAH DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA” di bawah bimbingan by Ir. Posma Marbun, M.P. and Ir. Supriadi, M.S. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi kopi arabika (Coffea arabicca) tertinggi di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Hal ini dilakukan dengan mengkorelasikan peta ketinggian tempat, peta kemiringan lereng dan peta jenis tanah. Diperoleh 31 (tiga puluh satu) SPT (satuan peta tanah) dari hasil overlay peta kemiringan lereng, peta jenis tanah dan peta ketinggian tempat yang dihasilkan dari peta topografi dengan skala 1 : 25.000. Jumlah titik sampel yang sesuai dengan kondisi di lapangan dan terdapat tanaman kopi adalah 13 titik sample. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi jumlah biji merah tertinggi terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 12 dan produksi jumlah biji merah terendah terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 3. Untuk produksi berat biji merah tertinggi terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 12 dan produksi berat biji merah terendah terdapat pada Satuan peta lahan (SPL) 2. Untuk produksi berat biji kering tertinggi terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 8 dan produksi berat biji kering terendah terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 3. Kata kunci : Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng, Jenis Tanah, Produksi Kopi

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).
Kopi Arabika varietas Sigargar Utang Lintong Nihuta telah dikenal di mancanegara dengan keunggulan komperatif dibanding kopi lain di Indonesia. Kopi Lintong Nihuta merupakan natural endowment bagi Kabupaten Humbang Hasudutan dengan keunggulan citra rasa seperti: aroma dan rasa yang prima serta mutu yang lebih tinggi. Kopi Arabika Lintong Nihuta telah diakui sebagai specialty coffee oleh Speciality Coffee Association of America (SCAA) sejajar dengan kopi Gayo, Takengon, Toraja Coffee, dan Java Coffee (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2013).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (2009) Humbang Hasundutan bahwa secara geografis Kecamatan Lintong Nihuta terletak pada 2013’ -2020’ LU dan 98047’ – 98057’ dengan ketinggian 1000 - >1500 meter di atas permukaan laut. Terdapat 3 (tiga) jenis tanah di Kecamatan Lintong Nihuta, yaitu: Entisol dan Inceptisol untuk tanah mineral; dan Histosol (Gambut) untuk tanah organik. Luas tanah Gambut yang ada di Kecamatan Lintong Nihuta sekitar 659 ha, merupakan gambut dataran
Universitas Sumatera Utara

tinggi (Topogen) yang sangat langka keberadaannya di dunia. Tanah Gambut ini berfungsi sebagai reservoir dan pengatur tata air bagi kecamatan ini dan daerah lain disekitarnya, sehingga tanah ini perlu dilindungi menjadi kawasan lindung (Adiwiganda, 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Humbang Hasundutan (2012), Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan dengan luas wilayah 18.126,03 ha dimana luas lahan kebun rakyat sebesar 1.185 ha, dengan luas lahan perkebunan kopi Arabika sebesar 2.949 ha. Produksi kopi Arabika sebesar 1.474,91 ton/ha. Produksi ini masih jauh dari potensi produksi kopi Arabika sejenis yang dapat mencapai 1,50 - 2,0 ton/ha.
Penelitian sebelumnya, Yardha & Abubakar Karim (2012) tentang pengembangan kopi arabika mengatakan bahwa komponen iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kopi adalah curah hujan, bulan kering, suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Sementara sifat tanah berkaitan dengan produksi kopi. Kopi dapat berproduksi baik apabila ditanam pada tanah yang sesuai, yaitu tanah dengan kedalaman efektif yang cukup dalam (> 100 cm), gembur, berdrainase baik, serta cukup tersedia air, unsur hara terutama kalium (K), harus cukup tersedia bahan organik (> 3 %). Sedangkan untuk kemiringan lereng akan mempengaruhi tingkat bahaya erosi yang dihasilkan. Semakin besar % kemiringan lereng maka akan semakin besar tingkat erosi yang dihasilkan. Tentunya hal ini perlu diperhatikan sebagai salah satu pertimbangan dalam budidaya kopi arabika.
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan petani kopi di Kecamatan Lintong Nihuta dan karyawan PT VOLKOPI
Universitas Sumatera Utara

INDONESIA, menyatakan bahwa produksi kopi tertinggi di Kecamatan Lintong Nihuta pada tahun 2013 adalah dari desa Pea Arung dan Lobu Tua. Mereka mengetahui hal ini dari petani – petani yang berasal dari 2 desa tersebut dan juga hasil rekapitulasi bulanan PT VOLKOPI INDONESIA, dimana para petani dari 2 desa tersebut memiliki angka produksi kopi tertinggi di Kecamatan Lintong Nihuta. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengetahui hal yang sebenarnya di lapangan.
Saat ini, peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat oleh rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi pengembangan produksi akhir kopi. Hal ini tentunya dapat mengurangi pendapatan Negara yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah kopi yang diekspor. Berdasarkan masalah tersebut perlu diketahui hubungan kondisi lapangan yaitu jenis tanah, ketinggian tempat, dan kemiringan lereng terhadap produksi kopi arabika varietas Sigarar Utang. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jenis tanah, ketinggian tempat dan kemiringan lereng dengan Produksi kopi arabika Sigarar Utang di Kecamatan Lintong Nihuta. Hipotesis Penelitian
- Ada hubungan ketinggian tempat dan kemiringan lereng dengan produksi kopi arabika Sigarar Utang di Kecamatan Lintong Nihuta pada berbagai jenis tanah.
Universitas Sumatera Utara


Kegunaan Penelitian - Untuk mengetahui lokasi yang paling cocok jika petani hendak membudidayakan kopi arabika Sigarar Utang di Kecamatan Lintong Nihuta. - Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Kopi Arabika

Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak di kembangkan di

dunia maupun di Indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang

memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 m dari permukaan laut. Sedangkan di

Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh dan berproduksi pada ketinggian 1000 –

1750 m dari permukaan laut. Jenis kopi cenderung tidak tahan Hemilia Vastatrix.

Namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa yang kuat. Berikut sistematika


kopi arabika :

Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdo m : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae


Ordo

: Rubiales

Famili

: Rubiaceae (suku kopi-kopian)

Genus

: Coffea

Spesies

: Coffea arabica L.

Aak (1980).

Sifat-Sifat Penting Tanaman Kopi Arabika Sigarar Utang


Akar

Kopi arabika mempunyai sistem perakaran tunggang dengan rambut-

rambut akar yang menyebar luas. Kopi arabika yang berasal dari stek biasanya

Universitas Sumatera Utara

memiliki 2-3 akar tunggang semu. Bibit kopi yang berasal dari kultur jaringan dengan teknik emrio genesis juga memiliki akar tunggang seperti pada biji. Kopi Arabika tergolong memiliki sifat perakaran dangkal, sebagian besar akarnya terletak di dekat permukaan tanah (0-30 cm). Tajuk (Cabang dan Daun)
Kopi Arabika mempunyai dua macam cabang yaitu : cabang ortotrof (tumbuh ke atas, vertical) yang dapat menghasilkan cabang plagiotrof, dan cabang plagiotrof (tumbuh ke samping, horizontal). Cabang plagiotrof primer (tumbuh pada batang pokok) hanya tumbuh sekali, jadi kalau sudah mati tidak pernah tumbuh cabang primer baru di tempat yang sama, Cabang plagiotrof primer dapat menghasilkan cabang plagiotrof sekunder. Di ketiak daun terdapat seri mata tunas, satu seri biasanya terdiri atas 3-5 mata tunas, dan tiap mata tunas dapat menghasilkan 3-5 primordia bunga. Mata tunas dapat berkembang menjadi bunga atau menjadi cabang tergantung kondisi lingkungan. Daun-daun baru kopi Arabika terbentuk dalam waktu antara 3-4 minggu sekali. Bunga
Bunga kopi tumbuh dari tunas mata seri yang terdapat di ketiak daun. Dalam perkembangannya bunga kopi mengalami fase dormansi (berupa lilin hijau) dan fase aktif (berupa lilin putih, pemekaran bunga, dan terjadinya penyerbukan serta pembuahan). Fase dormansi biasanya terjadi pada saat tanaman mengalami cekaman (stress) air, dan fase ini akan segera berakhir setelah turun hujan atau ada pengairan. Kopi Arabika bersifat menyerbuk sendiri, penyerbukan terjadi mulai dini (waktu fajar) hari sampai sekitar jam 10.00 pagi yang dapat dibantu oleh angin
Universitas Sumatera Utara

dan serangga. Buah
Pada kopi Arabika mulai terjadi penyerbukan sampai dengan buah masak memerlukan waktu antara 6-9 bulan, tergantung faktor genetik dan lingkungan tumbuh tanaman.
Kopi Arabika memiliki daging buah (pulp) yang lebih tebal dan berair serta kulit tanduknya juga lebih tebal jika dibanding dengan kopi Robusta. Dalam keadaan normal satu buah kopi Arabika akan menghasilkan dua biji normal. Biji
Kopi Arabika memiliki biji normal dan biji yang tidak normal. Biji tidak normal pada kopi Arabika ada beberapa macam, yaitu : biji bulat (round bean), biji gajah (elephant bean), biji segitiga (triangle bean), dan biji kosong (empty bean).
Biji normal adalah biji yang memiliki satu keping biji dan satu lembaga (calon tunas). Biji gajah adalah biji yang memiliki beberapa keping biji yang dipisahkan oleh kulit ari. Pada saat penggerbusan keping-keping biji tersebut biasanya lepas dan seringkali pecah. Biji segitiga adalah biji yang bentuknya segitiga, dihasilkan dari buah kopi yang memiliki tiga ruas biji. Biji segitiga memiliki satu keping biji dan satu lembaga. Biji kosong adalah biji yang tidak memiliki keping biji. Jadi di dalam kulit tanduk tidak ada isinya (Mawardi, dkk, 2008). Deskripsi Morfologi Kopi Arabika Varietas Sigarar Utang
Kopi Arabika Varietas Sigarar Utang tidak diketahui secara pasti asal-usul genetiknya. Pohon induk berasal dari pertanaman milik opung Sopan boru Siregar di Desa Batu Gajah, Paranginan, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten
Universitas Sumatera Utara


Humbang Hasundutan. Berikut ciri-ciri Kopi Arabika Varietas Sigarar Utang beserta kelebihan dan kelemahannya :
1. Tipe tajuk perdu semi katai (agak meninggi), kompak, daun rimbun sampai ke dasar permukaan tanah, menutup batang pokok. Penanaman pada ketinggian > 1000 m dpl saat berumur 2 tahun, tinggi tanaman ± 120 cm, diameter tajuk ± 170 cm (apabila dipangkas dengan sistem batang tunggal).
2. Cabang primer tumbuh terkulai lentur teratur, terjuntai sampai permukaan tanah, panjang antar ruas batang 4-6 cm, ruas cabang 3-4 cm. Daun tua berwarna hijau gelap, daun muda berwarna coklat kemerahan. Bentuk daun oval memanjang runcing, pangkal daun runcing, ujung meruncing, tepi daun bergelombang tegas, apabila naungan kurang (tanpa penaung) helai daun mengatup ke atas. Saat awal berbunga 1,0 tahun setelah ditanam di lapangan. Berbunga beberapa kali mengikuti pola sebaran hujan sepanjang tahun.
3. Buah muda oval memanjang berwarna hijau bersih, buah tua berbentuk bulat memanjang berukuran besar, diskus kecil tanpa perhiasan buah, buah masak tidak serempak, mengikuti pola pembungaan yang terus menerus, buah masak berwarna merah tua cerah. Jumlah buah per ruas 10-16, berat 100 buah masak merah 148 gram, letak buah dalam pohon tersembunyi di balik daun.
4. Bentuk biji oval agak memanjang, berat 100 butir biji 16,4 gram, nisbah biji buah 14,9; biji normal 80%, biji gajah 2%, biji bulat 6%, biji triase 7% dan biji hampa 5%. Sangat rentan serangan nematode parasit, agak rentan
Universitas Sumatera Utara

penyakit karat daun, Hemileia vastatrix, rentan bubuk buah kopi (PBKo). Produktivitas 2.000 kg/ha - 2.500 kg/ha untuk populasi 2.000 pohon/ha di ketinggian tempat > 1.000 m dpl. Mutu fisik biji cukup baik, mutu seduhan baik (good). (Mawardi, dkk, 2008). Klasifikasi Tanah Klasifikasi tanah adalah pengelompokan tanah-tanah atas karakteristik yang sama dan memberikan nama tertentu, tanpa referensi penggunaanya. Tujuan klasifikasi tanah adalah: (1) membuat suatu kerangka hubungan antara tanah dan lingkungan, (2) menetapkan kelompok-kelompok tanah yang berguna dan interpretasi yang dapat dibuat, misal: potensi produksi, bahaya erosi. Soil Taxonomy adalah sistem klasifikasi tanah yang dikembangkan oleh USA, dengan lembaga USDA, didasarkan kepada pengamatan horizon dan sebagian sifat penciri tanah. Proses pembentukan tanah tidak diperhatikan. Prinsip Klasifikasi terdiri atas beberapa kategori (multi kategori) seperti taksonomi tumbuhan, dimulai dari yang bersifat umum hingga yang khusus yaitu: Ordo, Sub Ordo, Great Group, Sub Group, Famili dan Seri (Darmawijaya, 1975). Entisol Konsep pokok dari Entisol (recent, umur geologi Holosin) adalah tanahtanah mineral yang masih muda atau yang berumur muda (Holosin), tanah baru diendapkan, atau belum/masih sedikit mengalami pelapukan atau berasal dari tanah sisa hasil erosi dicirikan oleh profil A/C atau A/R Tanah tidak memiliki banyak horizon hanya berupa lapisan-lapisan tanah, karena beberapa alasan seperti waktu pembentukannya masih baru, berada pada
Universitas Sumatera Utara

lereng atau pada slope yang tererosi, menerima deposit (endapan) banjir, dan sebagainya.
Menurut Taksonomi Tanah, Entisol didefenisikan sebagai tanah yang memenuhi syarat bila regim suhu adalah mesik, isomesik atau lebih panas dari waktu kering, ditemukan retakan – retakan selebar 1 cm pada kedalaman 50 cm pada kadar liat < 39 %, di beberapa sub horison pada kedalaman < 50 cm dan memenuhi salah satu syarat dari kriteria berikut ini yaitu : bahan sulfidik pada kedalaman < 50 cm dari permukaan tanah mineral atau mempunyai horison penciri epipedon okhrik, albik, anthropik, histik atau spodik pada kedalaman lebih dari 2 meter (Munir, 1996).
Tanah Entisol terdiri dari 5 sub ordo dan 4 diantaranya termasuk dalam tanah pertanian utama, yaitu Aquent adalah Entisol basah yang selalu jenuh air sehingga drainase terhambat, Flavuent terbentuk dari bahan endapan di dataran banjir sungai, Psamment adalah Entisol bertekstur pasir atau berlempung dan Orthent adalah Entisol berpenampang dangkal atau tipis serta berbatu di lereng – lereng curam (Subagyo, dkk, 2000).
Kesuburan tanahnya bervariasi tergantung pada bahan induk dan topografi seperti reaksi tanah antara Aquent dan Fluvent atau Psamment. Reaksi tanah Aquent biasanya masam sampai agak masam (pH 4,7 – 6,6), Fluvent dan Orthent cenderung masam sampai agak masam (pH 5,0 – 6,5) sedangkan Psamment sangat masam sampai masam (pH 4,0 – 4,8) dan lapisan bawahnya umumnya lebih masam daripada lapisan atas. Kejenuhan basa bervariasi, KTK bervariasi baik antara horison A maupun horizon C, kandungan P bervariasi sebagian sangat rendah sampai tinggi pada semua lapisan (Ritung, dkk, 2007).
Universitas Sumatera Utara

Entisol mempunyai kejenuhan basa bervariasi, pH dari asam, netral sampai alkalin, KTK bervariasi baik pada horizon A maupun horizon C, mempunyai nisbah C/N < 20% dimana tanah yang mempunyai tekstur kasar berkadar bahan organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan tanah yang bertekstur lebih halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertektur kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organik kurang dari pada tanah bertekstur halus (Munir, 1996).
Menurut Darmawijaya (1990) tanah Entisol umumnya cukup mengandung unsur P dan K yang masih segar dan belum siap untuk diserap tanaman tetapi kekurangan unsur N.
Entisol mempunyai kadar lempung dan bahan organik rendah, sehingga daya menahan airnya rendah, struktur remah sampai berbutir dan sangat sarang, hal ini menyebabkan tanah tersebut mudah melewatkan air dan air mudah hilang karena perkolasi (Mowidu, 2001).

Data analisis tanah Entisol dari berbagai wilayah menunjukkan bahwa sifat tanahnya tergantung dari komposisi bahan endapan yang membentuknya. Entisol memiliki kelas tekstur yang sangat beragam, dari berpasir, berliat, sampai berlempung dengan kandungan debu tinggi. Reaksi tanah juga bervariasi mulai masam hingga agak masam. Lapisan bawah lebih asam daripada lapisan atas. Kandungan bahan organik beragam dari sedang sampai tinggi, bahkan ada yang sangat rendah sampai rendah. Nilai ratio C/N tergolong sedang sampai tinggi, kandungan P potensial bervariasi, sebagian sangat rendah sampai rendah dan sebagian sedang sampai tinggi. Demikian juga K potensial. Jumlah basa dapat
Universitas Sumatera Utara

tukar, KB dan KTK juga bervariasi dari rendah sampai tinggi. Potensi kesuburan Entisol sangat bervariasi tergantung komposisi bahan dari sedang sampai tinggi.
Troporthents adalah Orthents utama daerah intertropis yang memiliki rezim kelembaban udic. Sebagian besar troporthents berada pada kelerengan sedang hingga curam yang berasal dari bentukan geologi alami yang masih baru. Troporthents memiliki beberapa reaksi, tergantung sifat dari bahan induk, tetapi sebagian besar bereaksi masam. Troporthents biasanya ditumbuhi vegetasi hutan hujan, savana antropis, atau tanaman budidaya. Kebanyakan tanah ini dimasukkan kedalam Litosol dan Regosol.
Troporthents adalah Orthents (1) yang memiliki rezim suhu isomesik atau iso yang hangat ; (2) tidak kering di beberapa atau semua bagian dengan kelembaban sebanyak 90 hari kumulatif hampir sepanjang tahun dan (3) memiliki salinitas < 2 mmhos per sentimeter pada suhu 250 C di semua sub horizon atas dimana kedalaman berikutnya setidaknya: terdapat kontak litik atau paralitik, pada kedalaman 1,25 m jika ukuran kelas partikel berpasir; 90 cm jika berlempung dan 75 cm jika berliat. Inceptisol
Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang, dan masih banyak menyerupai sifat bahn induknya. Penggunaan Inceptisol untuk pertanian atau non pertanian beraneka ragam. Daerah-daerah yang berlereng curam atau hutan, yang berdrainase buruk hanya dapat dipergunakan untuk tanaman pertanian setelah drainase diperbaiki (Hardjowigeno, 1993).
Universitas Sumatera Utara

Inceptisol dapat berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen dan metamorf. Karena Inceptisol merupakan tanah yang baru berkembang, biasanya mempunyai tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, Dalam hal ini dapat tergantung dari tingkat kelapukan bahan induknya. Bentuk wilayah beragam dari berombak hingga bergunung. Kesuburan tanahnya rendah, jeluk efektifnya beragam dari dangkal hingga dalam. Di dataran rendah pada umumnya solumnya tebal, sedangkan pada daerah berlereng curam solummya tipis. Pada tanah berlereng cocok bagi tanaman tahunan atau tanaman permanen untuk menjaga kelestarian tanah (Munir, 1996).
Sebagian besar Inceptisol menunjukkan kelas tekstur berliat dengan kandungan liat cukup tinggi (35 – 78%), tetapi sebagian termasuk berlempung halus dengan kandungan liat lebih rendah (18 – 35%). Reaksi tanah masam sampai agak masam (pH 4,6 – 5,5) dan agak masam sampai netral (pH 5,6 – 6,8). Kandungan bahan organik sebagian rendah sampai sedang dan sebagian lagi sedang sampai tinggi. Kandungan bahan organik lapisan atas selalu lebih tinggi daripada lapisan bawah dengan ratio C/N tergolong rendah (5 – 10) sampai sedang (10 – 18). Kandungan P Potensial rendah sampai tinggi dan K potensial sangat rendah sampai sedang. Kandungan P potensial umumnya lebih tinggi daripada K potensial, baik lapisan atas maupun lapisan bawah.
Jumlah basa – basa dapat tukar di seluruh lapisan tergolong sedang sampai tinggi. Kompleks absorbsi didominasi ion Mg dan Ca, dengan kandungan ion K relatif lebih rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) sedang sampai tinggi di semua lapisan. Kejenuhan basa (KB) rendah sampai tinggi. Secara umum
Universitas Sumatera Utara

disimpulkan kesuburan alami Inceptisol bervariasi dari rendah sampai tinggi (Damanik, dkk, 2010).
Humitropepts adalah Tropepts (sub ordo Inceptisol) yang kaya akan humus yang relatif dingin dan terdapat pada daerah dataran tinggi yang lembab. Rezim kelembaban tanah sebagian besar udik, dan rezim suhu sebagian besar isoterm atau isomesik. Kejenuhan basa biasanya rendah atau sangat rendah. Tanah ini memiliki epipedon umbrik ataupun ochrik dan sebagian besar memiliki horison bawah penciri kambik. Sub ordo ini merupakan sebagian besar ditumbuhi hutan cemara berdaun lebar, tetapi banyak yang digunakan untuk perladangan berpindah (Soil Survey Staff, 1975).
Humitropepts adalah Tropopepts yang (1) memiliki 12 kg atau lebih karbon organik yang berasal dari serasah permukaan di tanah per meter persegi hingga kedalaman 1 meter, (2) memiliki kejenuhan basa < 50 persen (NH4OAc) pada beberapa subhorizon antara kedalaman 25 cm dan 1 meter dan (3) tidak memiliki horison sombric (Soil Survey Staff, 1975). Hubungan Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng dengan Produksi Kopi Arabika pada Berbagai Jenis Tanah
Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, atau dengan kata lain tekstur tanah harus baik. Tanah yang tekstur/strukturnya baik adalah tanah yang berasal dari abu gubung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat membusukkan perakaran, sekurang‐kurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari permukaannya. Akar tanaman kopi membutuhkan oksigen yang tinggi, yang berarti tanah yang
Universitas Sumatera Utara

drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok. Dalam penelitian Asmac (2008) tanaman kopi dapat tumbuh baik pada pH 5,5 – 6,5. 2) DHL yang umumnya rendah menunjukkan bahwa kebun kopi tersebut tidak memiliki masalah terhadap kadar garam total, karena apabila kadar garam total yang semakin tinggi justru dapat berbahaya bagi tanah (pemadatan tanah) dan tanaman (plasmolisis). 3) Kadar kalium (K) yang tinggi, berarti tidak diperlukan pemupukan dengan menggunakan pupuk yang mengandung unsur K (misalnya pupuk KCl). 4) Faktor pembatas yang dapat membatasi pertumbuhan dan hasil kopi adalah bahan oranik tanah, Nitrogen, dan Fosfor. Untuk mengatasi hal itu, perlu dilakukan pemupukan seperti dengan pupuk kandang, urea, dan SP-36.
Ketinggian tempat akan mempengaruhi kondisi iklim sekitarnya. Tanaman kopi akan tumbuh baik dengan ketinggian tempat 1250 s/d 1.850 m dpl, Suhu udara rata‐rata 17-21 oC. Tempat yang semakin tinggi tentunya mempunyai suhu yang lebih rendah atau lebih dingin. Pada kondisi dingin, suhu yang relatif tinggi pada musim panas dan awal musim gugur tampaknya dapat merangsang inisiasi bunga. Fungsi suhu di sini adalah mematahkan dormansi kuncup. Hal ini akan mempengaruhi terhadap produksi akhir yang dihasilkan. Dengan banyaknya jumlah bunga yang dihasilkan maka produksi kopi akan semakin banyak. Hasil penelitian Karim (1993) menunjukkan, ketinggian tempat di atas permukaan laut dan lereng berpengaruh sangat nyata, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap produksi. Besarnya pengaruh langsung tersebut adalah 36,85% dan 40,45%, sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung adalah 0,10% dan 5,77%.
Universitas Sumatera Utara

Perbedaan kesesuaian lingkungan dan tipe pembungaan menyebabkan tingkat permasalahan yang dihadapi. Pemberian naungan juga akan memberikan pengaruh terhadap kualitas biji dimana penelitian Muschler (2001) menyatakan bahwa terjadi perubahan bobot biji dari 49 dan 43% tanpa naungan menjadi 69 dan 72% bobot biji dengan adanya naungan.
Hasil penelitian karim (1996) menunjukkan, selain suhu, bulan kering, curah hujan, dan kelembaban udara berkorelasi dengan produksi kopi Arabika. Meningkatnya persentase berat biji diikuti oleh penurunan persentase biji terapung. Semakin rendahnya persentase buah terapung dengan meningkatnya ketinggian tempat dapat dipahami karena serangan hama bubuk buah dan tidak ditemukan tanaman terserang penyakit karat daun (Hemielia vastatrix).
Kemiringan lereng 15% akan menyebabkan erosi dan mempercepat aliran permukaan, sehingga kekuatan aliran permukaan untuk mengangkut meningkat. Lereng yang semakin panjang menyebabkan volume air yang mengalir menjadi semakin besar. Apabila dalamnya air menjadi dua kali lipat, maka kecepatan aliran menjadi empat kali lebih besar, akibatnya maka besar /berat benda yang dapat diangkut juga berlipat ganda. Hal ini akan mengangkut bahan organik maupun serasah yang ada di permukaan tanah yang diperlukan oleh tanaman kopi. Sementara bahan organik turut serta dalam menyumbang unsur hara tanaman kopi. Hal ini tentunya akan mengurangi produksi kopi (Kustantini, 2014). Analisis Regresi
Analisis regresi merupakan analisis hubungan antara satu atau lebih variabel bebas terhadap satu atau lebih variabel respon. Analisis regresi terbagi
Universitas Sumatera Utara

menjadi regresi linear dan non linear. Disebut regresi linear apabila antara variabel bebas dan variabel respon berhubungan secara linear sedangkan pada regresi non linear maka antara variabel bebas dengan variabel respon berhubungan secara nonlinear. Untuk regresi linear secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu regresi sederhana dan berganda. Regresi sederhana terjadi apabila dalam model regresi hanya memuat satu variabel bebas sedangkan pada regresi berganda memuat paling sedikit dua variabel bebas (Pramesti, 2009).
Model regresi linear untuk analisis regresi linear berganda secara umum, yaitu : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 dengan Y adalah variabel respon ke X, a, b1, b2, b3 merupakan parameter regresi dan X merupakan variabel bebas (Pramesti, 2009).Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya peranan atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Besarnya R berkisar antara 0-1 yang berarti semakin kecil besarnya R, maka hubungan kedua variabel semakin lemah. Sebaliknya jika R semakin mendekati 1, maka hubungan kedua variabel semakin kuat (Sarwono, 2012).
Jika hasil tabel dari suatu data menunjukkan semua koefisien regresi bernilai positif, maka pengaruh X1 dan X2 mempunyai kecendrungan positif terhadap Y. Dapat diperhatikan pula bahwa ∝ = 0,05 > Sig.X1 maka pengaruh koefisien X1 signifikan dalam persamaan model regresi linear berganda (Pramesti, 2013).
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kebun kopi Arabika rakyat di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan dengan ketinggian tempat 1.000-1.500 mdpl. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret s/d Agustus 2014. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah: biji merah kopi arabika Lintong Nihuta, serta bahan-bahan yang pendukung lainnya yang digunakan.
Peralatan yang akan digunakan adalah: Peta Satuan Peta Lahan (SPL) Kecamatan Lintong Nihuta skala 1 : 25.000 , peta yang dihasilkan dari overlay antara Peta Jenis Tanah skala 1 : 25.000, Peta Kemiringan Lereng skala 1 : 25.000, dan Peta Ketinggian Tempat skala 1 : 25.000 , GPS, timbangan, kantong plastik, kertas label, spidol, peralatan tulis serta peralatan pendukung lainnya yang digunakan. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang di uji dengan uji korelasional dengan mengidentifikasi hubungan antara variable dengan produksi kopi arabika sigarar utang.
Pengamatan produksi di lapangan dilakukan berdasarkan pengamatan produksi kopi tiap SPL. Setiap Satuan Peta Lahan (SPL) yang dijadikan objek penelitian diperoleh dari hasil tumpang tindih antara peta ketinggian tempat, peta kemiringan lereng dan peta jenis tanah. Peta-peta tersebut disesuaikan dengan peta lokasi, sehingga diperoleh catatan data produksi kopi masing-masing SPL.
Universitas Sumatera Utara

Semua titik pengamatan (SPL) dilakukan pada kebun kopi rakyat di Kecamatan Lintong Nihuta dengan varietas yang sama yaitu kopi Arabika Sigarar Utang dengan umur dan pengelolaan yang relatif yang sama, sehingga yang membedakanya hanya ketiga variebel tersebut (jenis tanah, ketinggian tempat dan kemiringan lereng).
Setelah data produksi kopi setiap SPL didapat, maka data tersebut dikorelasikan dengan ketiga variabel tersebut yaitu : jenis tanah, ketinggian tempat dan kemiringan lereng untuk diketahui hubungannya dengan produksi kopi arabika Sigarar Utang. Pelaksanaan Penelitian Tahap Persiapan
Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu diadakan rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang dibutuhkan, mengadakan pra survey ke lapangan dan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini. Tahap Kegiatan di Lapangan
Daerah penelitian dan perolehan Satuan Peta Lahan (SPL) ditentukan berdasarkan peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan peta ketinggian tempat.
- Kebun petani yang ditetapkan sebagai daerah pengamatan adalah mewakili seluruh areal petani kopi di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan pada setiap SPL.
- Daerah pengamatan ditetapkan di kebun kopi milik petani untuk melihat. hubungan antara karakteristik lahan dan produksi kopi.
Universitas Sumatera Utara

- Daerah pengamatan unit kopi rakyat diplot titik koordinatnya dengan menggunakan GPS.
Parameter yang Diamati 1. Jumlah biji merah (Ha) 2. Berat biji merah per ha (Kg/Ha) 3. Berat biji kering per ha (Kg/Ha)
Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi dan korelasi. Analisis
regresi bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap Y, sementara analisis korelasional bertujuan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan variabel X terhadap Y. Tingkat hubungan tersebut dapat dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu mempunyai hubungan positif, mempunyai hubungan negatif dan tidak mempunyai hubungan.
Data dianalisis dengan rancangan multivariat dengan menggunakan SPSS. Jumlah pengambilan sampel Biji Merah sebanyak 390 sampel. Model yang diasumsikan adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 Dengan:
Y = variabel respon a = intersep dari garis sumbu Y b = koefisien regresi linear X = variabel bebas (ketinggian tempat dan kemiringan lereng).
Jumlah produksi merupakan variabel respon dalam persamaan multivariat dengan menggunakan SPSS dengan kata lain (Y), ketinggian tempat merupakan
Universitas Sumatera Utara

variabel bebas dengan kata lain (X1), kemiringan lereng merupakan variabel bebas (X2).
Metode analisis data yang digunakan untuk nilai R yang menunjukkan tingkat atau kategori pengaruh X terhadap Y, Sugiyono (2007) memberi nilai sebagai berikut : 0,00 - 0,199 = Sangat rendah 0,20 - 0,399 = Rendah 0,40 - 0,599 = Sedang 0,60 - 0,799 = Kuat 0,80 - 1,000 = Sangat kuat
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakteristik data di lapangan menunjukkan bahwa produksi jumlah biji

merah tertinggi terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 12 dengan ordo entisol

dan produksi jumlah biji merah terendah terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 3

dengan ordo inseptisol. Untuk produksi berat biji merah tertinggi terdapat pada

satuan peta lahan (SPL) 12 dengan ordo entisol dan produksi berat biji merah

terendah terdapat pada Satuan peta lahan (SPL) 2 dengan ordo inseptisol. Untuk

produksi berat biji kering tertinggi terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 8 dengan

ordo inseptisol dan produksi berat biji kering terendah terdapat pada satuan peta

lahan (SPL) 3 dengan ordo inseptisol.

Secara satistik dengan menggunakan aplikasi SPSS dilakukan analisis

faktor yang menghasilkan tabel-tabel matriks korelasi. Berikut adalah tabel-tabel

tersebut.

Tabel 1. Tabel Matriks Korelasi Antara Ketinggian Tempat terhadap Jumlah Biji Merah
Correlation Matrixa

Ketinggian tempat

Jumlah biji merah

Correlation

Ketinggian tempat

1.000

.395

Jumlah biji merah

.395 1.000

Sig. (1-tailed) Ketinggian tempat

.091

Jumlah biji merah

.091

a. Determinant = ,844

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Tabel Matriks Korelasi Antara Ketinggian Tempat terhadap Berat Biji Merah
Correlation Matrixa

Berat biji merah

Ketinggian tempat

Correlation

Beratbiji merah

1.000

.573

Ketinggian tempat

.573 1.000

Sig. (1-tailed) Berat biji merah

.020

Ketinggian tempat

.020

a. Determinant = ,672

Tabel 3. Tabel Matriks Korelasi Antara Ketinggian Tempat terhadap Berat Biji Kering
Correlation Matrixa

Ketinggian tempat

Berat biji kering

Correlation

Ketinggian tempat

1.000

.523

Beratbiji kering

.523 1.000

Sig. (1-tailed) Ketinggian tempat

.031

Berat biji kering

.031

a. Determinant = ,717

Tabel 4. Tabel Matriks Korelasi Antara Kemiringan Lereng terhadap Jumlah Biji Merah
Correlation Matrixa

Kemiringan lereng

Jumlah biji merah

Correlation

Kemiringan lereng

1.000

-.117

Jumlah biji merah

-.117

1.000

Sig. (1-tailed) Kemiringan lereng

.243

Jumlah biji merah

.243

a. Determinant = ,955

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Tabel Matriks Korelasi Antara Kemiringan Lereng terhadap Berat Biji Merah
Correlation Matrixa

Kemiringan lereng

Berat biji merah

Correlation

Kemiringan lereng

1.000

.142

Berat biji merah

.142 1.000

Sig. (1-tailed) Kemiringan lereng

.330

Berat biji merah

.330

a. Determinant = ,982

Tabel 6. Tabel Matriks Korelasi Antara Kemiringan Lereng terhadap Berat Biji Kering
Correlation Matrixa

Kemiringan lereng

Berat biji kering

Correlation

Kemiringan lereng

1.000

.206

Berat biji kering

.206 1.000

Sig. (1-tailed) Kemiringan lereng

.345

Berat biji kering

.345

a. Determinant = ,985

Dalam persamaan yang diperoleh dari tabel koefisien regresi (lampiran)

antara ketinggian tempat (X1) dengan produksi jumlah biji merah (Ybiji), berat

biji merah (Ybrtbm), berat biji kering (Ybrtbk) disajikan sebagai berikut :

Ybiji = 8,05 + 0,42 X

R2 = 0,156tn .............................................(1)

Ybrtbm = -103,569 + 0,138X

R2 = 0,326* .............................................(2)

Ybrtbk = -76,88 + 0,1X

R2 = 0,273tn ............................................(3)

Keterangan : 1000 < X < 1500 m dpl

Sedangkan hubungan antara Kemiringan lereng (X2) dengan produksi

jumlah biji merah (Ybiji), berat biji merah (Ybrtbm), berat biji kering (Ybrtbk)

disajikan pada persama berikut :

Universitas Sumatera Utara

Ybiji = 67,630 - 0,444X Ybrtbm = 75,333 + 1,222X Ybrtbk = 50.440 +1,420

R2 = 0,014tn ..........................................(4) R2 = 0,020tn ..........................................(5) R2 = 0,043tn .......................................(6)

Keterangan : 0 < X < 16 %

Dengan memperhatikan nilai signifikasi yang ada pada masing masing

tabel koefisien regresi (lampiran), maka dapat dilihat signifikasi nyata dan tidak

nyata dalam tabel berikut :

Tabel 7. Korelasi antara Karakteristik Lahan dengan Produksi Kopi Arabika ................Sigarar Utang di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang .................Hasundutan

Y1 X1 0, 395tn X2 0,117tn

Y2 0,573* 0,142tn

Y3 0,523tn 0,206tn

Keterangan : X1= Ketinggian Tempat X2= Kemiringan Lereng Y1= Jumlah Biji Merah per ha (biji/ha) Y2= Berat Biji Merah per ha (kg/ha) Y3= Berat Biji Kering per ha (kg/ha) tn = Tidak Nyata *= = Nyata

Universitas Sumatera Utara

80.000 70.000

Y= 8.05 + 0,42 X ; R2 = 0,156

60.000

50.000

1.200

1.300

1.400

1.500

Ketinggian Tempat (m dpl)

Gambar 1. Hubungan antara Ketinggian Tempat terhadap Jumlah Biji Merah

140

Y = -103,569 + 0,138X

R2 = 0,326

120

100

80

60

40 1.200

1.300

1.400

Ketinggian Tempat (m dpl)

1.500

Gambar 2. Hubungan antara Ketinggian Tempat terhadap Berat Biji Merah

Universitas Sumatera Utara

100

Y = -76,388 + 0,1X

R2 = 0,273

90

80

70

60 50

40
30 1.200

1.300

1.400

1.500

Ketinggian Tempat (m dpl)
Gambar 3. Hubungan antara Ketinggian Tempat terhadap Berat Biji Kering

Jumlah Biji Merah (Biji/Ha)

80.000

Y = 67,630 - 0,444X R2 = 0,014

70.000

60.000

50.000

4 8 12
Kemiringan Lereng (%)

16

Gambar 4. Hubungan antara Kemiringan Lereng terhadap Jumlah Biji Merah