Petani Kopi Lasuna dan Petani Kopi Sigarar Utang di Desa Parulohan Kecamatan Lintong Nihuta (1988-2002)

(1)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Tumpal Sihombing Umur : 67 Tahun

Pekerjaan : Petani Alamat : Banjar Dolok 2. Nama : Tolopan Sihombing

Umur : 65 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Banjar Ganjang 3. Nama : Sanggam Sihombing

Umur : 65 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Lobutua 4. Nama : Ojak Sihombing

Umur : 67 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Sosor Bagot 5. Nama : Basaria Sinaga

Umur : 67 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Sosor Bahal 6. Nama : Sabam Samosir

Umur : 64 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Sosor Bahal 7. Nama : Jahasian Siregar

Umur : 64 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Lumban Tarias 8. Nama : Poltak Sihombing

Umur : 66 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Banjar Ganjang 9. Nama : Parluhutan Sihombing

Umur : 62 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Banjar Dolok 10. Nama : Hotma Nababan

Umur : 62 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Lumban Tumanro 11. Nama : Jahormat Sinaga


(2)

Alamat : Lumban Jorang 12. Nama : Marudut Sitinjak

Umur : 62Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Lumban Rumina 13. Nama : Taripar Siregar

Umur : 60 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Lumban Siregar 14. Nama : Luat Sihombing

Umur : 60 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Janji Maria 15. Nama : Muller Sibuea

Umur : 56 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Lumban Sibuea 16. Nama : Mian Sihombing

Umur : 61 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Banjar Dolok 17. Nama : Taruli Sianturi

Umur : 58 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Lumban Natur 18. Nama : Haposan Sihombing

Umur : 56 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Sosor Julu

19. Nama : Rosmega Sihombing Umur : 42 Tahun

Pekerjaan : Pengurus Kelompok Tani Alamat : Lobutua

20. Nama : A .Gani Silaban Umur: 38 tahun

Pekerjaan: Ketua KSU POM Lintong Nihuta Alamat: Nagasaribu


(3)

Lampiran

Gambar 1. Lokasi pertanian kopi Sigarar utang di Desa Parulohan (sumber : dukumen pribadi).


(4)

Gambar 3. Petani kopi sigarar utang yang sedang memetik kopi (sumber : dokumen pribadi).


(5)

Gambar 5. Bentuk gilingan kopi sebelum menggunakan mesin penggiling kopi (sumber : dokumen pribadi).


(6)

Gambar 7. Hasil panen pertanian kopi sebelum digiling (sumber :dokumen pribadi).

Gambar 8. Lokasi pertanian kopi dan cabai yang dilakukan dengan tumpang sari (sumber: dokumen pribadi).


(7)

Gambar 9. Sopo sebagai tempat teduh petani di lokasi pertanian kopi (sumber :dukumen pribadi).

Gambar 10. Pedati sebagai angkutan pertanian yang digunakan sebelum pertanian kopi( sumber: dokumen pribadi)


(8)

Gambar 11. Rumah tempat tinggal penduduk sebelum pertanian kopi (sumber : dokumen pribadi).


(9)

Gambar 12. Rumah tempat tinggal penduduk setelah pertanian kopi (sumber: dokumen pribadi).


(10)

Gambar 13. Salah seorang petani yang sedang membersihkan biji kopi (sumber : dokumen pribadi).

Gambar 14. Proses pemasaran kopi yang dilakukan oleh panjuar (tauke).(sumber:dokumen pribadi).


(11)

Gambar 15. Gereja HKBP Parulohan, satu-satunya tempat peribadatan petani di Desa Parulohan (sumber:dokumen pribadi).


(12)

Gambar 17. Kondisi bangunan ruangan kelas SD Parulahan (tampak dari samping).(sumber:dokumen pribadi).

Gambar 18. Para petani anggota kelompok tani yang sedang musyawarah(sumber:dokumen pribadi).


(13)

Gambar 19. Kemasan bubuk yang diolah dari kopi lasuna dan sigarar utang dan menjadi merk dagang dari Kecamatan Lintong Nihuta (sumber KSU POM).


(14)

Gambar 21. Kantor Polindes Parulohan(sumber:dokumen pribadi).

Gambar 21. Kunjungan Richart Hide ( Twin-UK) and Justin Purser ( Trade Aid-New Zealand) ke lokasi pertanian kopi di Desa Parulohan ( sumber : KSU POM (Koperasi Serba Usaha Petani


(15)

Gambar 22. KunjunganProf. Kazuhiro Harada ( Hyogo University-Japan) ke lahan pertanian kopi (sumber: KSU POM).

Gambar 23. Kunjungan Asian Rural Institute (Japan) ke lokasi pertanian (sumber : KSU POM).


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Aak, Bercocok Tanam Kopi, Yoyakarta: Yayasan Kasinius, 1988. Abdurahman, Dudung, Metode Sejarah, Yogyakarta: Logos, 1999.

Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, Kopi Arabika di Sumatera Utara, Medan, 2011. Format Laporan Propil Desa dan Kelurahan, Desa Parulohan, 2007.

Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah terjemahan Nugroho Notosutanto, Jakarta: UI Press, 1971. Hulupi, R, Laporan Identifikasi dam Kararkterisasi Kopi Arabika Sigarar Utang, Medan: Pusat

Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2002.

Koentjaraninggrat, Beberapa Pokok Antropogi Sosial, Jakarta: PT Gramedia, 1987. Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2002.

Multatuli, Max Havelaar atau Lelang Kopi Maskapai Dagang Belanda, Jakarta:Penerbit Djambatan, 1977.

Oudejans, Jans H. M, Pekembangan Pertanian di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006.

Pakpahan, Agus, Petani Menggugat, Jakarta: Max Havelaar Indonesia Foundation, 2004.

Raharjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999.

Sahur, Ahmad dkk.,Migrasi, Kolonisasi, Perubahan Sosial, Jakarta: PT Pustaka Grafika Kita, 1988.

Siahaan, E. K, Laporan Survey Monografi Kebudayaan Batak Toba Kabupaten Tapanuli Utara, Medan: Departemen Kebudayaan, 1987.

Sjamsuddin, Helius, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2007.

Suharso, Pujo, Tanah, Petani, Politik Pedesaan, Solo: Pondok Edukasi, 2002.

Sri Najiyati dan Danarti, Kopi: Budidaya dan Penangan Lepas Panen, Jakarta: Penebar Swadaya, 1995.

Situmorang, Sitor, Toba Na Sae:Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX, Depok: Komunitas Bambu, 2009.

Tambunan, Tulus, Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia:Beberapa Isu Penting, Pejaten Barat: Ghalia Indonesia, 2003.

Tobing, Janiar Elisabet L, Peranan Tenaga Kerja Wanita Pada Usahatani Kopi dan Sikapnya Terhadap Peran Ganda Rumah Tangga ( Studi Kasus: Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan), skripsi Jurusan Pertanian Universitas Sumatera Utara, 2009.

Sumber dari internet

Diambil dari internet : id.wikipedia.org/.wiki/Dalihan_natolu. Diakses pada tanggal 22 September 2013 pukul 21:30 WIB.


(17)

BAB III

KONDISI DAN MATA PENCAHARIAN PETANI DI DESA PARULOHAN SEBELUM MASUKNYA TANAMAN KOPI

Desa Parulohan merupakan salah satu desa di Kecamatan Lintong Nihuta, dimana sebagian besar lahan di desa ini dimanfaatkan sebagai lahan pertanian oleh masyarakat. Hampir sebagian besar masyarakat di desa ini menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian, setiap harinya kegiatan ataupun aktivitas masyarakat terlihat sibuk bekerja di lahan pertanianya masing-masing. Keadaan alam di desa ini yang sangat cocok sebagai lahan pertanian, menjadi faktor utama sehingga masyarakat di desa ini mampu bertahan dan hidup menetap hingga sampai sekarang.

Sumber kehidupan masyarakat di Desa Parulohan yang sangat bergantung kepada pertanian. Tinggi rendahnya hasil pertanian pertanian juga sangat tergantung kepada luas tanah yang dimiliki oleh masyarakat. Tak salah masyarakat di desa ini menggangap bahwa tanah merupakan barang sangat berharga, sehingga di desa ini ada istilah bahwa tanah adalah ulos naso ra buruk35. Batas kepemilikan lahan ditandai dengan adanya parit-parit, sering disebut dengan gadu-gadu ataupun bondar (golat)36, jarak antara parit-parit yang satu dengan yang lain biasanya berkisar 20-40 Cm. Selain sebagai pembatas tanah, gadu-gadu atau bondar juga digunakan sebagai jalan umum menuju areal pertanian masyarakat.

Proses keberlangsungan hidup sebagai petani bukan lagi hal yang baru bagi masyarakat di Desa Parulohan. Pola usaha hidup sebagai petani telah lama dilakukan di

35 Bagi suku batak Toba tanah sering disebut dengan ulos naso ra buruk. Tanah di ibaratkan seperti ulos, ulos sebagai pakaian ciri khas batak Toba. Ulos na so ra buruk artinya ulos yang tidak bisa membusuk atau rusak.

36 Gadu -gadu dan bondar artinya parit-parit, tanda pembatas tanah. Istilah gadu-gadu dipakai untuk pembatas tanah di persawahan dan bondar dipakai untuk pembatas tanah di areal perladangan.


(18)

desa ini, bahkan dari awalnya kehidupan masyarakat desa ini dimulai dari pertanian. Secara turun-temurun pola hidup sebagai petani itulah terus berlanjut hingga sekarang. Namun, dari waktu ke waktu pola usaha pertanian di desa ini telah mengalami peralihan ataupun perubahan. Perubahan yang terjadi bukan hanya pada sistem/pola pertanian, juga terjadi pada peralihan jenis tanaman. Adapun peralihan itu adalah:

3.1 Masa bercocok Tanam Padi

Awal mulanya tanaman pertanian yang pertama kali dibudiyakan di Desa Parulohan yaitu tanaman padi. Pola pertanian padi yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Parulohan pada masa itu dilakukan dengan cara ladang berpindah (nomaden), dalam bahasa lokal sering disebut dengan mandasor37. Adapun mandasor dilakukan dengan

membuka hutan dan membersihkan dengan cara tebang bakar, lalu menanam padi dalam beberapa tahun. Para petani yang ingin membuka lahan baru, menerapkan sistem kerja bersama marsiruppa ataupun marsiadap ari (gotong royong) antar sesama petani demi mempermudah pembukaan lahan pertanian yang baru. Masyarakat menganggap dengan diterapkan sistem kerja bersama, waktu untuk pembukaan lahan yang baru lebih cepat tanpa membutuhkan waktu yang lama. Sistem kerja marsiruppa yang dilakukan oleh petani banyak mendapatkan hal yang positif, sehinga toleransi dan hubungan di antara masyarakat berjalan dengan baik. Marsiruppa bukan hanya dilakukan untuk kegiatan pembukaan lahan, kegiatan ini juga menjadi budaya sosial masyarakat. Sebagai contoh yaitu dalam hal pembangunan rumah, perbaikan jalan umum dan saluran air (irigasi), dll.

Pola usaha pertanian padi di Desa Parulohan merupakan pertanian yang sudah cukup lama mendarah daging dilakukan oleh petani di desa ini. Awal mulanya masyarakat bermukim di desa ini memulai proses kehidupanya sebagai petani, tanaman

37 Istilah mandasor merupakan bahasa lokal yang berarti pembukaan lahan pertanian yang baru. Istilah sering juga digunakan masyarakat bagi anggota masyarakat yang baru menikah ( membentuk keluarga baru) yang berarti dimulai dari nol/ masih baru.


(19)

padi yang merupakan tanaman komoditas dan sumber pengahasilan utama petani telah memberikan sumbangsih yang besar terhadap keberlangsungan hidup petani di desa ini. Tanaman padi bukanlah tanaman yang baru dikenal dan ditanam oleh petani di Desa Parulohan, awal pertanian di desa yang dilakukan oleh masyarakat di desa ini dimulai dari pertanian padi. Selama beberapa puluh tahun bahkan beratus tahun yang lalu, masyarakat di desa ini memulai hidupnya dari pertanian padi.

Sebelum masuknya tanaman kopi, tanaman komoditas pertanian yang ditanami petani di Desa Parulohan adalah tanaman padi. Pola pertanian padi di desa ini sedikit agak berbeda dengan pola pertanian di daerah yang lain. Para petani di desa ini menanam padi bukan hanya di daerah persawahan saja, lahan pertanian padi juga dilakukan di areal perladangan. Hal ini disebabkan minimnya areal persawahan yang ingin digunakan petani untuk lokasi penanaman padi. Cara penanaman dan jenis padi yang ditanami di daerah perladangan berbeda dengan penanaman padi yang ditanam di daerah persawahan. Jenis padi yang ditanam di daerah persawahan biasa disebut dengan nama eme saba, dan jenis padi yang ditanam di daerah perladangan disebut dengan eme tur. Eme saba dan eme darat memang banyak perbedaan, baik dari segi umur maupun bentuk padi. Biasanya petani yang menanam padi di perladangan harus lebih duluan menanam padi dari petani yang menanam padi di persawahan, hal ini dikarenakan umur padi yang ditanaman di perladangan lebih lama daripada umur padi di persawahan.

Selain umur dan jenis padi yang ditanam di perladangan dan persawahan, waktu atau masa penanamanya juga berbeda. Padi yang ditanam di perladangan biasanya dimulai pada bulan Oktober-November sedangkan padi yang ditanam di sawah mulai ditanam pada bulan November-Desember yaitu pada saat curah hujan mulai tinggi. Hal ini disebabkan oleh umur padi yang ditanam di daerah perladangan lebih lama (masa panen padi di persawahan lebih cepat daripada padi yang ditanam di perladangan). Jenis


(20)

padi yang ditanam di perladangan dan di persawahan juga berbeda. Jenis padi yang ditanam di perladangan ada beberapa jenis, petani di desa ini sering menyebutnya dengan nama eme sipinasa dan eme simedan38 sedangkan jenis padi yang ditanam di persawahan disebut dengan eme siporngis.39

Proses penanaman padi yang dilakukan oleh petani di Desa Parulohan biasanya hanya satu kali dalam setahun. Selain bercocok tanam padi masyarakat juga memelihara hewan ternak seperti babi, kerbau, ayam dan hewan peliharaan lainya sebagai pekerjaan sampingan menunggu tanaman padi bisa di panen. Hewan ternak juga sumber penghasilan sampingan, selain untuk dijual hewan peliharaaan juga bisa dikomsumsi dan digunakan sebagai alat bantu untuk pertanian contohnya: petani memanfaatkan tenaga kerbau untuk membajak areal persawahan. Dalam hal pemupukan tanaman, para petani juga memanfaatkan kotoran hewan peliharaan mereka sebagai pupuk sampingan.

Sebelum kegiatan penanaman padi dimulai, pekerjaan pertama yang dilakukan oleh para petani adalah mangalopok40. Setelah itu para petani baru bisa mengerjakan areal yang ingin di tanami padi, proses pengerjaan areal pertanian yang masih sangat sederhana. Bagi petani yang memiliki kerbau, memamfaatkan tenaga kerbau untuk

mangalukku (membajak sawah), dan petani yang tidak memiliki kerbau mengerjakanya

dengan tenaganya sendiri. Proses pengelolaan pertanian yang masih sangat sederhana,

38Sebutan untuk nama padi yang di gunakan petani biasanya dilihat dari rasa dan bentuknya juga asal-usul dari mana padi itu berasal. Sipinasa artinya nangka, ciri khas biji padi ini memang mirip nangka, biji padi sipinasa biasnya lebih besar daripada biji padi yang lain juga rasanya manis seperti nangka. Sebutan untuk eme simedan dibuat berdasarkan asal-usul padi yang berasal dari Medan. Dan eme siporngis, porngis artinya semut. Nama eme siporngis dibuat karena bentuk biji padi yang kecil-kecil.

39

Wawancara dengan Ojak Siregar di Sosor Bagot 14 Juli 2013.

40 Mangalopok artinya penanaman bibit padi sebelum dipindahkan ke lokasi penanaman. Biasanya petani memilih tempat khusus sebagai tempat pembibitan padi. kegiatan mangalopok menjadi budaya petani yang beragama kristen, setiap tahunya di desa Parulohan diadakan sebuah acara di gereja yaitu pesta gotilon. Pesta gotilon merupakan acara doa bersama dan ucapan syukur agar usaha pertanian masyarakat berhasil dan memuaskan. Di acara ini para jemaat gereja memberikan ucapan syukur berupa hasil pertanian seperti padi maupun dalam bentuk uang.


(21)

untuk mengerjakan lahan pertanian petani hanya menggunakan cangkul, sabit dan hudali

atau pun gair-gair dan alat-alat sederhana lainya.

Banyak usaha maupun cara yang dilakukan oleh petani untuk meningkatkan hasil pertanian padi. Selama dalam satu periode penanaman, para petani biasanya melakukan pemupukan sampai 1 kali untuk padi yang ditanam di persawahan (eme saba) dan 2 kali untuk padi yang ditanam di daerah perladangan (eme darat). Dalam hal pemupukan tanaman, para petani saat itu hanya bisa menggunakan burta (kompos) yang telah lama diolah dalam takkal41 dan pada saat itu para petani belum ada yang menggunakan pupuk

kimia. Untuk lebih lebih menambah kualitas kompos, para petani juga mengggunakan pupuk kandang (kotoran ternak) dengan menggabungkan kompos dan pupuk kandang. Tanaman padi yang ditanam di perladangan, pemupukan yang pertama dilakukan pada saat padi berumur 30 hari, pemupukan yang pertama hanya menggunakan kompos saja. Pemupukan ke dua dilakukan setelah padi berumur 3 bulan , untuk pemupukan yang ke dua petani hanya menggunakan kompos dan pupuk kandang. Untuk padi yang ditanam di persawahan, pemupukan hanya dilakukan satu kali saja pada saat tanaman padi berumur 3 bulan atau setelah selesai marbabo/mangguris42dengan menggunakan kompos dan pupuk kandang juga.43

Selama dalam masa pertanian padi, petani di Desa Parulohan tidak terlepas dari adanya tantangan, tantangan itulah yang kerap kali mengurangi semangat masyarakat untuk menanam padi juga sering menyebabakan para petani sering gagal panen. Berbagai tantangan yang dialami petani dari awal penanaman sampai masa panen padi. Tantangan

41

Takkal yaitu tempat pengolahan kompos. Selain tempat pengolahan kompos, takkal juga digunakan sebagai tempat pembuangan sampah-sampah bekas. Takkal yang sangat penting pada saat itu, sehingga hampir di setiap rumah penduduk mempunyai takkal pribadi. Lokasi takkal tidak jauh dari rumah penduduk, biasanya berada di belakang rumah penduduk.

42 Marbabo/mangguris artinya kegiatan rutin yang dilakukan para petani untuk membersihkan rumput-rumput liar yang ada di lahan pertanian padi. Biasanya dilakukan setelah padi berumur 2,5 bulan.


(22)

yang dialami oleh petani, baik petani yang menanam padi di perladangan maupun di persawahan. Khususnya petani yang petani yang menanam padi di perladangan, resiko yang dialami petani yang menanam padi di perladangan biasanya berupa tantangan dari binatang-binatang liar dan alam sekitar seperti babi hutan, burung maupun kerbau-kerbau liar milik para petani itu sendiri. Para petani yang menanam padi di perladangan di desa ini diharuskan melakukan kegiatan rutin, masyarakat di Desa Parulohan kegiatan rutin itu disebut mamuro44. Petani yang menanam padi di daerah persawahan juga mempunyai

tantangan, salah satunya adalah tantangan dari alam sekitar, seperti kurangnya fasilitas air akibat saluran air (irigasi) yang tidak terawat untuk areal persawahan menjadi kendala besar yang dihadapi oleh petani di desa ini. Gejala alam dengan adanya ambolas (hujan es) sering kali membuat masyarakat petani di desa ini gagal panen, akibatnya para petani sering mengalami kerugian yang besar.

Padi merupakan tanaman yang sangat penting bagi petani di Desa Parulohan sebelum bercocok tanam kopi. Selain hanya menjadi tanaman pokok petani, padi merupakan jenis tanaman yang dapat langsung dikonsumsi masyarakat tanpa melalui proses pemasaran. Padi yang ditanam sendiri oleh masyarakat menjadikan petani di desa sebagai petani subsisten. Namun, kurangnya sarana dan prasarana pertanian pada saat membuat pola pertanian di desa ini sangat salit untuk berkembang. Dalam hal penggilingan padi, masyarakat selalu terkendala karena masyarakat belum ada yang memiliki gilingan padi. Pada saat itu proses penggilingan padi di desa ini dilakukan dengan tradisional, yaitu dengan menggunakan lesung yang dibuat dari batu dan kayu

44

Mamuro yaitu kegiatan rutin yang dilakukan oleh petani untuk menjaga tanaman padi dari serangan hewan liar seperti burung, babi hutan, tikus dan hewan lainya. Mamuro biasanya dilakukan setelah biji padi sudah keluar. Mamuro hanya dilakukan oleh petani yang menanam padi di perladangan. Biasanya kegiatan ini dilakukan sampai padi masa panen padi.


(23)

atau disebut dengan cara Manduda.45 Bagi petani yang ingin menggiling padinya dengan gilingan mesin, mereka harus dengan susah payah pergi ke desa lain yang telah memiliki mesin penggiling padi.

Apabila tanaman padi mulai terserang oleh hama, para petani di desa ini pada saat itu belum bisa mengontrol tanamanya terhadap gangguan hama tanaman. Jika ada tanda-tanda serangan hama, para petani juga belum bisa melakukan penyemprotan dengan pestisida. Hal ini diakibatkan kurangnya fasilitas pertanian seperti sprayer (alat penyemprot), yang bisa digunakan oleh para petani untuk menyemprot tanaman padi. Untuk menghadapi serangan hama tanaman, petani hanya bisa mengandalkan doa sebagai jalan terbaik agar tanamanya bisa terhindar dari serangan hama.

Masa panen padi di desa ini biasanya dilakukan pada bulan ke lima dan bulan ke enam (Mei dan Juni). Alat yang digunakan petani di desa ini untuk memanen padi hanya dengan menggunakan sabit biasa dan sabit bergerigi. Untuk merontokkan padi petani hanya bisa mengggunakan cara ataupun alat yang tradisional yaitu dengan cara mardege

dan mambatting46. Namun untuk memanen padi para petani tidak banyak mengeluarkan

biaya, karena dilakukan dengan cara gotong royong (marsirupa) dengan perjanjian tenaga dibayar dengan tenaga.

Setelah panen padi selesai dilakukan, setiap tahun para petani di Desa ini biasanya melakukan sebuah ritual yang disebut dengan mangamoti (bentuk ucapan syukur). Tradisi

mangamoti hanya dilakukan dalam setahun sekali setelah paska panen. Adapun tujuan

45 Manduda artinya menumbuk padi, seperti biasanya masyarakat menumbuk padi dengan menggunakan lesung yang terbuat dari kayu dan batu. Lesung ini juga merupakan hasil buatan petani. di desa Parulohan, manduda biasanya hanya dilakukan oleh kum wanita.

46 Mardege yaitu cara yang digunakan untuk merontokkan padi dengan menginjak-injak padi dengan kaki dan menggunakan alat bantu yaitu sebuah kayu yang berbentuk tongkat berukuran sebesar kepalan tangan, kayu itu biasanya digunakan seperti tongkat sebagai alat penahan tubuh. Mambatting ( battingan) yaitu alat yang digunakan untuk merontokkan padi yang dibuat dari kayu berbentuk persegi panjang setinggi pinggang manusia. Mambatting biasanya dilakukan oleh tiga orang dengan berganti-gantian.


(24)

tradisi ini dilakukan yaitu sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk memohon berkat agar senantiasa hasil produksi padi semakin baik dan bertambah. Tradisi mangamoti dilakukan dengan cara makan bersama (biasanya dilakukan setiap rumah tangga), dengan memakan beras yang baru dipanen. Para petani di desa ini setiap melakukan tradisi mangamoti, tidak segan-segan juga untuk memotong hewan peliharaanya sebagai bukti ucapan syukur yang mereka terima.

Manfaat padi yang sangat dirasakan petani di Desa Parulohan di masa sebelumnya juga masih penting bagi kehidupan petani di desa ini di masa sekarang. Selain sebagai sumber kebutuhan petani, padi sangat bermakna khususnya dalam adat dan tradisi masyarakat di Desa Parulohan. Sebagai desa yang mayoritas penduduknya suku batak Toba, keyakinan dan kepercayaan akan adat batak Toba masih sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat di desa ini. Kegiatan sosial seperti acara pesta yaitu pesta

pamasu-pamasuon, mangdati, manandoki, pesta peresmian huta47 dan pesta lainya. Menjadi ciri

khas yang secara turun-temurun untuk mengahadiri pesta adat diwajibkan membawa padi sebagai bentuk atau simbol rasa toleransi maupun silaturahmi dalam tatanan masyarakat. Adanya tuntutan tuntutan yang sangat kuat dari tradisi adat/budaya, membuat kehidupan masyarakat di desa ini tidak bisa terlepas dari manfaat penting hasil pertanian padi.

Usaha pertanian padi yang telah sekian lama dilakukan para petani di desa ini yang tidak mengarah kepada kemajuan perekonomian atupun peningkatan pendapatan masyarakat. Selama dalam usaha pertanian padi pola kehidupan masyarakat Di desa Parulohan terlihat tidak mengalami sedikit perkembangan ataupun kemajuan. Hasil yang didapatkan para petani dari usaha pertanian padi hanya bisa untuk memenuhi keperluan

47

Pesta pamasu-masuon atau mangadati artinya pesta perkawinan.

Manandoki artinya pesta untuk orang yang meninggal dunia, manandoki digunakan untuk pestaorang tua/ lanjut usia (semua anaknya sudah berumah tangga).


(25)

makan keluarga saja, terbukti dengan minimnya alat-alat pertanian yang dapat membantu petani dalam pengelolaan lahan pertanian. Hal ini mengakibatkan perekonomian masyarakat di desa ini sulit untuk mengalami kemajuan.

Upaya yang dilakukan oleh para petani untuk meningkatkan hasil produksi pertanian padi terlihat sia-sia dan tidak membuai hasil. Semakin lama masyarakat semakin tidak bisa mempertahankan hasil produksi panen padi, tanaman padi yang menjadi tanaman pokok di desa ini pada saat itu semakin merosot dan menghantar masyarakat pada kemiskinan yang membuat perekonomian masyarakat juga menurun. Keadaan yang semakin mengancam kelangsungan hidup masyarakat apabila masyarakat tidak segera menemukan solusi yang tepat dan menemukan tanaman lain yang bisa memperbaiki kehidupan para petani. Tanaman padi yang ditanam sekali dalam setahun, belum tentu bisa mendapat hasil sesuai dengan yang diiginkan oleh para petani. Berbagai kendala yang mengakibatkan merosotnya pola usaha pertanian padi Desa Parulohan, sacara singkat dapat dijelaskan faktor penyebabnya adalah:

1. Keterbatasan sarana maupun prasarana yang digunakan petani.

Minimnya sarana dan prasarana pertanian membuat petani sulit untuk memperluas lahan pertanian sehingga produki hasil pertanian yang didapatkan para petani juga tidak mengalami peningkatan. Contohnya dalam hal pengolahan lahan, petani di desa ini hanya bisa menggunakan alat-alat yang sederhana saja.

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam hal peningkatan budidaya pertanian (hanya berdasarkan pengalaman).

3. Sistem ataupun pola usaha pertanian yang tidak berubah.

Penurunan hasil produksi pertanian padi masyarakat, membuat masyarakat petani cenderung tidak mampu untuk membiayai kebutuhan selama setahun. Maka sulit bagi


(26)

para petani untuk tetap bertahan dengan menanam padi saja. Hasil panen yang dihasilkan biasanya untuk kelangsungan hidup selama setahun, namun tidak jarang juga masyarakat harus menjual hasil panen sebagian untuk biaya sekolah anaknya itupun jika hasil panen tanaman padi bagus. Namun, lain hal lagi jika para petani mengalami kegagalan panen. Masyarakat harus berusaha menghemat biaya hidup sehari-hari, dan harus mencari solusi lain yaitu mencari tanaman lain yang bisa mencukupi kebutuhan perekonomian keluarga. Akibat hasil tanaman padi yang sangat menurun masyarakat kesulitan terhadap kelangsungan hidupnya, hal inilah yang membuat perekonomian masyarakat hanya seperti jalan di tempat. Berkurangnya hasil produksi pertanian padi dari tahun ke tahun,membuat masyarakat berpikir dan melirik tanaman yang lebih cocok dan sesuai dengan kondisi alam dan iklim Desa Parulohan.

3.2 Masa Bercocok Tanam Padi dan Ubi

Semakin menurunya hasil produksi pertanian padi yang tidak cukup lagi untuk membutuhi kebutuhan perekonomian keluarga para petani. Keadaan ini menuntut masyarakat mencari alternatif lain untuk mencari tanaman yang lebih cocok selain padi, untuk membantu keterpurukan perekonomian yang dialami petani. Sebagai solusi yang tepat dalam perbaikan pertanian dan perekonomian, para petani harus mencari tanaman yang lebih cocok dan sesuai dengan keadaan alam di desa ini. Usaha pertanian yang hanya mengharapkan hasil tanaman padi memang sudah tidak sanggup lagi untuk mencukupi kebutuhan petani.

Untuk mengatasi keadaan pertanian dan perekenomian yang semakin merosot, para petani memilih bercocok tanam ubi sebagai solusi yang tepat untuk memenuhi dan menambah kebutuhan ekonomi keluarga. Awalnya jenis tanaman ubi yang ditanam di Desa Parulohan hanya dua jenis yaitu ubi jalar dan ubi kayu yang sering disebut dengan


(27)

banyak membantu dan menguntungkan masyarakat petani. Selain menjadi makanan pokok, padi juga bisa dijual yang bisa menambah penghasilan masyarakat.

Dalam hal penanaman tanaman padi dan ubi, para petani melakukanya dengan pola atupun sistem berbeda. Untuk areal penanam ubi para petani di desa ini hanya menanam di daerah perladangan saja, lahan penanaman ubi biasanya ditanam dekat dengan pemukiman penduduk. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya ancaman hewan liar seperti babi hutan. Berbeda dengan lahan untuk tanaman padi, lahan penanaman padi yang biasanya ditanam di persawahan dan perladangan. Waktu penaman ubi dan padi yang dilakukan petani di desa ini juga berbeda. Para petani yang biasnya menanam padi hanya sekali dalam satu tahun tetapi untuk penanaman ubi dilakukan secara tidak beraturan, pola penanaman bisa dilakukan kapan saja.

Pola penanaman dan perawatan ubi yang hanya menggunakan cara sederhana, hal ini banyak membantu petani selama masa bercocok tanam ubi. Apabila dibandingkan dari segi pengelolaan lahan dan pengurusan tanaman. Tanaman ubi memang lebih mudah dilakukan oleh petani, untuk pengelolaan lahan penanaman ubi petani biasanya hanya menggunakan cara yang sederhana yaitu: cukup dengan mencangkul lahan yang digunakan sebagai lahan penanaman ubi. Tanaman ubi yang bisa ditanaman tanpa mengeluarkan modal, untuk hal pengurusan para petani biasanya hanya menggunakan pupuk alami (pupuk kandang) tanpa menggunakan bantuan pestisida dan pupuk organik lain.

Bagi petani di Desa Parulohan bercocok tanam ubi merupakan usaha sampingan selain bercocok tanam padi. Adapun latar belakang pertanian ubi dilakukan disebabkan oleh karena minimnya sumber mata pencaharian hidup, juga karena semakin menurunya hasil produksi pertanian padi. Jika dilihat dari segi manfaat dan fungsi hasil tanaman, hasil pertanian padi memang lebih ekonomis (dapat diperjualbelikan) sedangkan hasil


(28)

pertanian ubi hanyalah dimanfaatkan sebagai sumber makanan tambahan yang dijadikan para petani akibat menurunya hasil produksi padi. Akibat kurangnya hasil pertanian padi, masyarakat melakukan penghematan dengan melakukan sebuah tradisi. Bagi petani di Desa Parulohan tradisi ini sering disebut dengan manggadong48. Tradisi manggadong

bukan hanya dilakukan oleh sebagian petani, namun hampir seluruh rumah tangga juga merasakanya. Menurut cerita dari beberapa petani di Desa Parulohan (yang berumur 50 tahun ke atas), bagi mereka manggadong menjadi sebuah moment/kisahyang tak terlupakan, manggadong bukanlah hanya cerita belaka namun tradisi ini menggambarkan betapa pahitnya kondisi kehidupan yang dirasakan oleh petani pada saat itu.49

Selama dalam masa bercocok tanam ubi keadaan petani di Desa Parulohan hampir tidak ada perubahan dengan keadaan yang sebelumnya selama bercocok tanam padi. Nilai dan harga jual ubi yang tidak laku di pasaran semakin mempersulit petani dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga petani hanya bisa menjual hasil panen padi tanpa memanfaatkan hasil tanaman ubi yang hanya digunakan sebagai makanan tambahan selain nasi. Nilai harga jual ubi yang tidak laku di pasaran (diperdagangkan) semakin menambah rasa malas dan kejenuhan para petani untuk bertani. Para petani hanya bisa memanfaatkan ubi sebagai makanan tambahan disamping sebagai makanan hewan ternak mereka. Dalam kondisi yang sama, para petani terus dilanda oleh hal sama dikarenakan hasil panen ubi yang tidak begitu bermanfaat bagi masyarakat.

Hasil produksi pertanian padi dari tahun ke tahun mengalami penurunan, juga hasil pertanian ubi yang tidak laku dijual membuat masyarakat kembali mengalami

48 Manggadong yaitu tradisi memakan ubi sebelum makan. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk penghematan sumber makanan pokok yaitu beras. Tradisi manggadong biasanya dilakukan satu jam sebelum makan, bagi masyarakat di Desa Parulohan, manggadong identik dengan ikkan nahona tutung ( ikan asin yang dibakar/ dipanggang) karena manggadong lebih enak ditambah dengan ikan asin yang dibakar ditambah dengan cabai yang digiling.


(29)

kesulitan dalam perekonomian. Keberhasilan masyarakat Desa Parulohan dalam mengelola tanaman ubi seolah tidak berarti, sehingga kehidupan masyarakat Desa Parulohan ini kembali sulit. Dalam hal pendidikan terutama untuk kebutuhan sekolah anak petani di Desa Parulohan terpaksa menjual tanah untuk menutupi biaya pendidikan anaknya, namun ada juga masyarakat yang tidak mau menjual tanahnya sehingga mereka menarik kembali anaknya untuk tidak melanjutkan pendidikannya ke tingkat tingkat lebih tinggi. Masih ada pola pikir masyarakat yang lebih mementingkan warisan untuk anaknya nanti daripada untuk menyekolahkan anaknya. Namun, ada sebagian warga masyarakat yang rela menjual tanahnya demi keperluan pendidikan anaknya.

Mengingat kegiatan usaha pertanian padi dan ubi di Desa Parulohan yang pada saat itu yang sedang mengalami pasang surut. Maka pada saat berakhirnya musim panen padi, para kepala keluarga (kaum lelaki) yang ada di desa ini berinisiatif mencari pekerjaan sampingan ke daerah lain. Adapun kegiatan seperti ini disebut dengan istilah

marripang50, pada saat itu para kepala keluarga kebanyakan pergi mencari pekerjaan ke daerah Leidong sabagai buruh pada musim panen padi. Para kepala keluarga yang sedang

marripang, mereka harus rela berpisah dengan anggota kelurganya.51

Kondisi dan keadaan pertanian yang tidak mendukung pola kehidupan para petani, disertai kurangnya harga jual produksi pertanian ubi. Kondisi seperti ini membuat masyarakat menjadi lebih sulit dan kehidupan serta perekonomian yang itu kembali lagi ke titik nol. Banyak masyarakat yang tetap mencoba untuk menanam tanaman padi dan namun tetap tidak mendapatkan hasil yang layak. Mininmya sarana dan prasarana pertanian untuk untuk pengelolaan produksi tanaman padi seperti mengurus serta obat

50 Marripang yaitu merantau ke daerah lain dalam waktu yang singkat, biasanya dalam waktu 1-2 bulan. Pada saait itu kebanyakan para kepala keluarga dari Desa Parulohan banyak yang bekerja ke daerah Leidong (sekarang menjadi kawasan Labuhan Batu Usaha). Disana mereka dipekerjakan sebagai buruh harian dan adajuga sebagai buruh borongan pada musim panen padi.


(30)

pengendalian hama semakin mengurangi hasil panen padi petani. Selain itu dibarengi juga dengan harga ubi yang tidak laku dipasaran pada saat itu semakin membuat masyarakat malas untuk mengusahakan usaha pertanian ubi.

Keterbatasan ekonomi petani di Desa Parulohan sebelum tahun bercocok tanam kopi, sangat jelas kelihatan. Ini terlihat dari tingkat pendidikan masyarakat yang rendah. Sebelum tahun 1960, pendidikan di Desa Parulohan ini sangat rendah, masih banyak masyarakat yang menyekolahkan anaknya hanya sebatas tingkat SD (Sekolah Dasar) dan yang paling tinggi saat itu adalah hanya setingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Rendahnya perekonomian masyarakat yang hanya mengandalkan tanaman padi dan ubi sebagai mata pencaharian juga dapat dilihat dari bentuk-bentuk rumah yang ada di Desa Parulohan. Rumah-rumah tempat tinggal masih tetap sederhana, seperti rumah gubuk kecil dan masih banyak ditemukan rumah-rumah penduduk yang tidak layak untuk ditempati. Sekalipun ada yang sudah mempunyai rumah Batak (rumah bolon) itu adalah beberapa orang saja, karena masyarakat yang mempunyai rumah bolon adalah masyarakat yang sudah dikategorikan kaya pada saat itu. Pembangunan terhadap infrastruktur pada saat itu juga belum maju di Desa Parulohan, salah satu contohnya adalah sekolah yang ada di desa ini hanyalah sekolah dasar.

Keadaan pertanian yang tidak mendukung pola kehidupan petani di Desa Parulohan pada saat itu. Kondisi ini memaksa petani berusaha untuk mencari solusi ataupun jalan keluar, yaitu dengan mencari tanaman yang lebih cocok untuk daerah Desa Parulohan yang kebetulan wilayah daerah ini daerah dataran tinggi. Masyarakat mencari tanaman yang lebih mudah perawatannya dan tidak terlalu banyak memakan tenaga serta pemeliharaan yang intensif.


(31)

BAB IV

LATAR BELAKANG DAN PERKEMBANGAN PERTANIAN KOPI

DI DESA PARULOHAN

4.1 Latar Belakang Pertanian Kopi di Desa Parulohan

Selama masa bercocok tanam padi dan ubi kondisi dan pertanian di Desa Parulohan terlihat seperti hanya berjalan di tempat saja. Hasil produksi pertanian padi dan ubi yang ditanam oleh para petani hasilnya belum bisa dirasakan oleh masyarakat semaksimal mungkin. Sistem dan pola usaha pertanian yang terus tak ada perubahan, juga kurangnya sarana dan prasarana pertanian semakin mempersulit masyarakat dalam upaya peningkatan hasil produksi pertanian padi. Usaha pertanian bagi para petani seolah- olah hanya kegiatan rutin saja yang tidak membuai hasil yang berarti.

Dari tahun ke tahun produksi padi di Desa Parulohan mengalami penurunan yang drastis. Semakin lama masyarakat semakin tidak bisa mempertahankan hasil panen padi dan ubi. Tanaman padi yang menjadi tanaman komoditas petani di Desa Parulohan menjadi merosot dan menghantar masyarakat pada kemiskinan dan semakin maraknya kesulitan pemenuhan kebutuhan hidup. Keadaan ini akan menjadi ancaman untuk kelangsungan hidup masyarakat apabila masyarakat tidak segera menemukan solusi yang tepat dan menemukan tanaman lain yang lebih mampu meningkatkan kehidupan mereka. Tanaman padi yang ditanam secara serentak pada bulan November belum tentu bisa mendapat hasil sesuai dengan hati para petani, dan tidak dapat dipastikan hasil setiap tahunnya.


(32)

Akibat kesulitan yang dialami petani Desa Parulohan sehingga hampir seluruh masyarakat memilih solusi dan bersedia menanam tanaman yang lebih cocok yaitu kopi. Para petani mengganggap bahwa jalan terbaik untuk memperbaiki usaha pertanian hanya dapat dilakukan dengan memilih tanaman yang dapat diperjual belikan, dan bukan hanya sebagai sumber kebutuhan kebutuhan seperti tanaman ubi. Selain dapat diperdagangkan, tanaman kopi juga mudah diurus tanpa membutuhkan perawatan yang membutuhkan biaya yang banyak. Kondisi alam dan iklim di Desa Paruohan yang sangat cocok, hal ini yang menjadi salah satu faktor pendukung yang membuat masyarakat berminat untuk mencoba menanam kopi.

4.2 Awal Mula dan Perkembangan Pertanian Kopi di Desa Parulohan

Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti sejak kapan tanaman kopi dikenal dan dikembangkan, dan siapa orang yang pertama kali menanam kopi di Desa Parulohan. Namun dari informasi yang penulis dapatkan, awal mulanya pertanian kopi di Desa Parulohan dimulai sejak awal tahun 1960. Adanya minat masyarakat untuk menanam kopi awalnya hanya sebagai percobaan saja, namun lama-kelamaan semakin berkembang. Kopi yang bukan hanya menjadi barang dagangan, kopi juga dapat dikomsumsi sebagai bahan minuman sehingga menarik simpati dari para petani di desa ini.52

Percobaan untuk menanam kopi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Parulohan ternyata membuahkan hasil yang memuaskan. Hal ini mengakibatkan semakin bertambahnya keinginan masyarakat untuk menambah lahan pertanian kopi mereka. Lambat laun masyarakat menganggap tanaman ini menjadi jalan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat serta meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Parulohan.

Di Indonesia, tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC pada periode antara tahun 1696-1699. Penanaman tanaman kopi di Indonesia mulanya hanya bersifat


(33)

coba-coba (penelitian) tetapi karena hasil yang memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka VOC menyebarkan bibit kopi ke berbagai daerah agar penduduk menanamnya. Perkembangan kopi lebih meluas lagi ketika adanya peraturan yang disebut “cultur stelsel” atau lebih dikenal dengan tanam paksa. Salah satu jenis tanaman yang ditanam pada jaman tanam paksa adalah tanaman kopi. Mulai saat itulah masyarakat Indonesia mengenal kopi.

Dalam perkembanganya, adapun jenis kopi yang pernah dibudidayakan di Desa Parulohan yaitu:

4.2.1 Masa Pertanian Kopi Robusta

Pada awalnya jenis kopi yang pertama kali dikembangkan petani di Desa Parulohan yaitu jenis kopi Robusta.53 Bibit kopi robusta yang ditanam oleh para petani di desa ini diperoleh dari penduduk setempat yang bermigrasi ke wilayah Kabupaten Dairi yang telah lama mengenal dan bercocok tanam kopi Robusta. Pola usaha pertanian kopi memang sudah jauh lebih lama dikembangkan di Kabupaten Dairi sebelum petani di Desa Parulohan mengenal dan mengembangkan pertanian kopi.54

Awalnya loksi yang digunakan untuk penanaman kopi Robusta di Desa Parulohan belum menggunakan lahan khusus seperti pola yang dilakukan untuk penanaman kopi sekarang ini. Kopi Robusta hanya ditanam di sekitar areal pertanian yang dekat ataupun tidak dari lokasi pemukiman penduduk, sehingga pada saat itu hampir di seluruh areal pertanian yang dekat dengan perkampungan di desa ini dihiasi dengan tanaman kopi Robusta. Pola penanaman kopi yang hanya ditanam di areal pertanian yang dekat dengan perkampungan dilakukan untuk mempermudah para petani dalam melakukan pengurusan,

53

Adapun ciri-ciri kopi robusta yaitu:pohon tinggi dan banyak mengeluarkan cabang reproduksi, daun sempit dengan permukaan berombak dan daun mudah biasanya berwarna kemerahan, buah mudah berwarna coklat kemerahan.


(34)

dan juga tidak merugikan ataupun menghabiskan waktu para petani untuk membuka lahan yang baru. Pada saat areal pertanian yang sebelumnya digunakan para petani untuk lahan penanaman ubi beralih fungsi menjadi lahan penanaman kopi Robusta.

Sekalipun petani di Desa Parulohan pada saat itu telah bercocok tanam kopi Robusta, namun para petani tidak meninggalkan tanaman padi dan ubi. Hanya saja padi yang ditanam pada saat itu tidak sebanyak dan seluas seperti yang sebelumnya. Padi yang ditanam sekali dalam setahun ini hanya untuk kebutuhan sehari-hari saja yaitu untuk kebutuhan makan dan adat. Tanaman ubi juga tidak mereka tinggalkan karena tanaman tersebut bisa ditanam berdampingan dengan tanaman kopi. Pertanian kopi Robusta menjadi tanaman utama masyarakat desa ini pada saat itu, tetapi pada saat itu belum seluruhnya yang menanam kopi Robusta. Manfaat dan fungsi hasil pertanian padi dan ubi yang tidak boleh terlepas dari kehidupan para petani pada saat itu, menjadi pengaruh sehinga para petani tetap menanam padi dan ubi. Selain untuk memenuhi makanan pokok keluarga, padi juga sangat dibutuhkan untuk keperluan yang lain contohnya: untuk keperluan adat, dll.

Masuknya tanaman kopi ke Desa Parulohan yang semakin tahun semakin meningkatkan antusias petani untuk mengembangkan dan memperluas lahan penanaman kopi. Setelah beberapa tahun minat masyarakat dalam usaha pertanian semakin bertambah. Hasil usaha pertanian kopi bukan hanya untuk dikonsumsi atau hanya untuk bahan minum saja bagi masyarakat, hasil pertanian kopi robusta juga mempunyai arti ekonomi yaitu sebagai barang dagangan untuk membutuhi ekonomi keluarga para petani.

Berkembangnya usaha pertanian kopi Robusta di Desa Parulohan memang bukan hanya usaha dari petani saja, hal ini didukung oleh kondisi tanah yang subur dan iklim yang cocok serta tersedianya tenaga kerja yang cukup untuk mengembangkan pertanian kopi. Pola pertanian kopi yang tidak banyak mengeluarkan modal dan tenaga yang


(35)

dibutuhkan hanya perawatan saja. Dalam hal pemupukan juga tanaman kopi tidak terlalu banyak membutuhkan pupuk dan petisida, biasanya di areal penanaman kopi Robusta sangat jarang ditemui hama. Sekalipun ada hama, itu hanyalah semut yang bersarang di sekitar buah kopi karena kopi itu manis.

Selama dalam masa pertanian kopi Robusta perkembangan pola pertanian dan perekonomian masyarakat di Desa Parulohan memang belum terlihat secara menyeluruh. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat dalam mengelolah dan perawatan tanaman kopi Robusta, para petani belum tahu pasti tata cara proses pemasaran dan penjualan harga kopi. Untuk menjual dan memasarkan hasil pertanian kopi, para petani saat itu selalu kewalahan karena minimnya sarana transportasi( pengangkutan) untuk mengangkut hasil-hasil pertanian yang ingin dijual ke onan.55 Setiap hari pekanya masyarakat petani selalu kesulitan untuk mengangkut hasil pertanian karena hanya mengggunakan tenaga mereka sendiri. Bagi petani yang memelihara kerbau, mereka sedikit terbantu dengan memanfaatkan kerbau peliharaaan mereka sebagai alat angkutan. Masa pertanian kopi Robusta yang tidak bertahan lama, hanya bisa bertahan dalam waktu yang singkat saja. Dari data informasi penulis dapatkan, periode pertanian kopi robusta di Desa Parulohan berlangsung sekitar kurang lebih 10 tahun. Kurangnya minat para para petani untuk bercocok tanam kopi robusta disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: masuknya bibit kopi yang baru (dalam bahasa lokal jenis kopi ini sering disebut dengan kopi Lasuna atau kopi Djember), jenis kopi Lasuna yang lebih tinggi harganya di pasaran dan lebih cepat berproduksi (berbuah). Masa pertanian kopi robusta di desa ini yang bisa bertahan dalam waktu yang cukup singkat, pada saat itu keuntungan ataupun manfaat yang diperoleh petani dari pertanian kopi Robusta belum mempunyai

55 Onan artinnya pasar ataupun pajak. Jarak pajak ke desa Parulohan sekitar 3 Km, untuk wilayah Kecamatan Lintong Nihuta hari pekan dilaksanakan pada hari Senin.


(36)

pengaruh/dampak yang besar terhadap perubahan pola kehidupan petani di Desa Parulohan.56

4.2.2 Peralihan dari Kopi Robusta Menjadi Kopi Lasuna

Di awal tahun 1970 adalah terjadinya perubahan jenis pertanian di Desa Parulohan, yaitu dari jenis kopi yang berumur panjang menjadi jenis kopi yang berumur pendek. Jenis kopi yang berumur pendek itu adalah jenis kopi Lasuna.57Ada banyak hal yang menyebabkan masyarakat dengan mudah menerima jenis kopi lasuna yang pada saat itu menjadi tanaman komoditas di Desa Parulohan yaitu: mulai dari harga jual kopi, kopi lasuna lebih cepat berproduksi (kopi lasuna sudah bisa dipanen ketika kopi sudah berumur 2-3 tahun) juga cara pengurusan dan penanaman kopi lasuna yang tidak begitu rumit dan lebih praktis.

Kopi merupakan tanaman holtikultura (tanaman jangka panjang) yang tumbuhnya seperti pohon. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan tingginya bisa mencapai 4 meter. Daunnya tumbuh berhadapan dengan batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Tanaman kopi sudah bisa di panen ketika kopi berumur 3 tahun, tetapi semua tergantung dengan iklim, ketinggian tempat, serta perawatan dan pengurusan yang baik juga. Kopi lasuna dapat ditanam dengan baik jika ketinggian tempat sekitar 700-1700 m dpl. Desa Parulohan yang merupakan daerah pengunungan, ketinggian tempatnya berkisar 1500 m dpl58. Jika dilihat keadaan alam dan iklim, Desa Parulohan sangat cocok dijadikan sebagai lahan pertanian jenis kopi lasuna. Hal ini juga menjadi faktor pendukung sehingga petani lebih antusias memilih dan menanam kopi lasuna.

56 Wawancara dengan Lasminar Siregar di Lobutua, 1 Agustus 2013. 57

Jenis kopi lasuna sering juga disebut dengan kopi jember. Adapun alasan mengapa kopi ini disebut kopi ini berumur pendek yaitu karena jenis kopi ini lebih cepat berproduksi/ mengahasilkan. Berbeda dengan kopi robusta, hanya dengan umur 2-3 tahun kopi lasuna sudah bisa di panen.


(37)

Salah Satu hal (alasan) yang melatarbelakangi ketertarikan petani untuk menanam kopi Lasuna yaitu karena penanamannya lebih praktis dibandingkan dengan pertanian Pertanian kopi Robusta, kemudian juga petani bisa memanen hasil pertanian kopi satu kali dalam satu minggu ataupun satu kali dalam dua minggu. Satu hal yang paling penting juga yaitu hasil pertanian kopi yang bisa di panen setiap minggunya, sehingga untuk setiap minggunya para selalu mempunyai hasil yang menetap meskipun dalam jumlah yang berubah-ubah.59

Jenis Kopi Jember atau yang sering disebut oleh petani Desa Parulohan dengan kopi Lasuna. Jenis kopi ini merupakan salah satu jenis kopi yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Kopi jember ini awalnya berasal dari Ethiopia dan Albessinia. Jenis kopi ini adalah jenis kopi yang pertama kali dikembangbiakkan serta dibudiayakan oleh manusia, bahkan merupakan kopi yang paling banyak diusahakan sampai abad ke-19. Kopi adalah jenis tanaman untuk daerah tropis. Dalam pertanian kopi, ketinggian tempat dan curah hujan akan berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman kopi.60

Pola pertanian Kopi lasuna yang terlihat berbeda dengan pola pertanian kopi robusta yang sebelumnya yang dilakukan petani di Desa Parulohan. Perkembangan pola pertanian terlihat jelas setelah masuknya kopi lasuna, peralihan dari kopi robusta ke kopi lasuna mendapat respon yang baik dari masyarakat. Masuknya kopi lasuna membuat petani di Desa Parulohan semakin antusias sehingga petani semakin memperluas lahanya untuk areal penanaman kopi. Petani yang sebelumnya hanya menanam kopi di tempat-tempat tertentu, namun setelah bercocok tanam kopi lasuna penananaman kopi dilakukan dimana saja.

59 Wawancara dengan Rusmedi Siregar di Lobutua, 2 Agustus 2013.

60 Sri Najiyarti dan Danarti, Kopi: Budidaya dan Penanganan Lepas Panen, Jakarta: Penebar Swadaya, 1999, hal 15.


(38)

Sebelum penanaman kopi dimulai, pada umumnya para petani menyiapkan lahan dan bibit kopi terlebih dahulu. Lahan yang ingin ditananami kopi, biasanya petani menggunakan lahan baru yang belum pernah digunakan lokasi penanaman kopi. Bibit kopi lasuna yang pertama ditanaman petani di Desa Parulohan tidak jelas darimana diperoleh dan siapa yang membawa bibit kopi ini ke Desa Parulohan. Bibit kopi lasuna sebelumnya ditanam hanya beberapa batang saja. Namun setelah sebagian petani berhasil dan menuai hasil yang memuaskan, masyarakat semakin berlomba-lomba menanam kopi di lahanya sendiri. Masyarakat berusaha untuk mendapatkan mendapatkan bibit kopi lasuna, bibit kopi yang ditanami masyarakat dibuat dalam bentuk polibag. Pembibitan kopi yang dibuat dalam bentuk polibag biasanya digunakan oleh petani yang ingin menanam kopi dalam jumlah yang besar. Sebagian petani juga menggunakan bibit kopi alami, petani di Desa Parulohan menyebutnya dengan Lata ni Kopi61.

Cara penanaman dan perawatan tanaman kopi yang sangat berpengaruh terhadapa hasil produksi hasil pertanian kopi. penanaman. Ada banyak hal yang dilakukan oleh para petani dalam meningkatkan produksi pertanian kopi yaitu mulai dari cara penanaman, letak tanaman, dan ukuran/jarak tanaman. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, para petani biasnya menanam kopi dengan jarak tanaman sekitar 3 meter. Jarak kopi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan serta produksi tanaman kopi, karena jarak tanaman kopi yang terlalu rapat akan membuat kopi sulit untuk berkembang. Tanaman kopi yang belum bisa di panen atau belum mencukupi umum, untuk menunggu hasil panen tanaman kopi tersebut para petani menerapkan pola pertanian tumpang sari di lahan pertanian kopi. Selain menanam tanaman palawija, para petani juga menanam pohon dadap dan lamtoro

61 Lata yaitu biji kopi yang berjatuhan dan tumbuh akibat pemetikan kopi yang terlalu lama ataupun yang jatuh saat memetik kopi.


(39)

yang berpungsi sebagai pahon pelindung untuk mengurangi intensitas cahaya matahari karena tanaman kopi tidak cocok dengan terlalu banyak cahaya.

Meningkatnya produksi kopi diiringi dengan naiknya harga pasaran kopi dunia sejak Oktober 1976. Harga kopi yang terus mengalami peningkatan, kenaikan harga kopi tersebut diakibatkan terjadinya gagal panen di negara Brasilia.62 Kenaikan harga kopi tahun 1976 turut dirasakan juga oleh petani di Desa Parulohan. Dari pemaparan salah satu petani di Desa Parulohan, naiknya harga kopi baru bisa dirasakan pada tahun 1976. Naiknya harga kopi yang baru pertama kalinya dirasakan oleh para petani, keadaan ini membuat masyarakat terus berupaya memperluas lokasi penanaman kopi. Pada periode tahun tersebut keadaan petani di Desa Parulohan mengalami banyak perubahan, dikarenakan tingginya harga kopi pada saat itu. Harga kopi yang pada saat itu melambung tinggi, dimana perbandingan antara harga beras dan harga kopi sangat jauh. Harga kopi 1

tumba63 ( 2 liter) lebih mahal dari dibandingkan dengan 1 kaleng beras. Pada saat itu harga kopi mencapai Rp 4.000 per tumba sedangkan harga beras Rp 1.000 per kaleng.64

Kenaikan harga kopi tersebut membawa dampak yang positif terhadap minat petani untuk menanam kopi. Para petani petani terus berupaya dan memperluas lahan pertanian kopi yang tentunya mengakibatkan peningkatan luas dan produktivitas tanaman kopi di Desa Parulohan. Hasil panen kopi yang sudah bisa mencukupi semua kebutuhan keluarga, sehingga hampir sebagian besar petani pada saai itu lebih memprioritaskan pertanian kopi. Harga kopi yang tidak sebanding dengan harga tanaman lain seperti padi, ubi dan tanaman palawija pada masa itu. Untuk memperoleh beras petani tidak lagi menanam padi, para petani lebih mempokuskan untuk bercocok tanam kopi. Sebagian

62

Siahaan, E.K. Laporan Survey Monografi Kebudayaan Batak Toba Kabupaten Tapanuli Utara, Medan: Departemen Kebudayaan, hal 21-22.

63 Tumba artinya liter, 1 tumba biasanya berukuran 2 liter.


(40)

pendapatan dari hasil panen kopi disisihkan untuk membeli beras dari pasar dan hasil pertanian padi lebih diutamakan untuk kepentingan adat.

Kehidupan petani di Desa Parulohan yang selama beberapa puluh tahun sebelumnya sangat sulit mengalami perkembangan. Banyak usaha yang dilakukan para petani untuk keluar dari lingkaran kesengsaraan dan kemiskinan. Usaha yang yang berdampak positif setelah masuknya kopi lasuna, masuknya kopi lasuna menjadi jalan yang tepat yang mampu mengubah nasib para petani di Desa Parulohan. Perkembangan pertanian kopi ini sangat pesat di Desa Parulohan, sehingga masyarakat semakin banyak dan berlomba-lomba untuk membudidayakan tanaman kopi. Setelah beberapa tahun petani berusaha mengembangkan usaha pertanian kopi, tanaman kopi pun berbuah dan menghasilkan hasil yang cukup maksimal. Hal ini menambah semangat dari para patani di Desa Parulohan untuk membudidayakan tanaman kopi lebih banyak lagi, sekalipun dalam proses penanaman kopi ini harus membutuhkan perawatan/pengurusan yang harus maksimal. Namun, hal itu bukan menjadi masalah bagi para petani, karena keuntungan yang didapat dari hasil pertanian kopi. Semakin lama, pertanian kopi semakin meningkat dan masyarakat sangat antusias untuk menanam kopi dengan memperluas dan membuka lahan yang baru untuk lahan pertanian kopi.

Setelah dalam beberapa tahun petani di Desa Parulohan melangsungkan hidup dalam usaha bercocok tanam kopi Lasuna. Petani di desa ini tak pernah jenuh dan terus berupaya untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi dan hasil pertanian kopi. Proses dan pola kehidupan petani yang sangat bergantung kepada tanaman kopi, kondisi ini seolah-olah memaksa para petani untuk lebih mengembangkan usaha bercocok tanam kopi. Pola kehidupan masyarakat di Desa Parulohan pada saat itu terlihat homogen (tidak beragam dan hanya menggantungkan hidup dari usaha bercocok tanam kopi Lasuna).


(41)

Selama dalam usaha bercocok tanam kopi Lasuna, proses kehidupan petani di desa Parulohan memang mengalami banyak perubahan. Namun, masih banyak usaha yang harus dilakukan oleh petani untuk meningkatkan perkembangan pertanian dan perekonomian para petani. Adapun usaha yang dilakukan para petani untuk meningkatkan pendapatan dan pertanian kopi yaitu mencari bibit kopi yang lain yang tidak jauh berbeda peran dan mamfaatnya dengan kopi Lasuna. Dengan keadaan yang seperti inilah masyarakat berusaha untuk mencari tanaman kopi lain yang cocok untuk daerah Desa Parulohan.

4.2.3 Masuknya Kopi Sigagar Utang dan Bertahanya Kopi Lasuna

Pola kehidupan petani di Desa Parulohan yang lebih memprioritaskan pertanian kopi sebagai sumber mata pencaharian hidup. Hal ini mengakibatkan para petani lebih mempokuskan bercocok tanam kopi dan ingin mencari jenis kopi lain selain kopi Lasuna guna menambah sumber penghasilan selain bercocok tanam kopi Lasuna. Pertanian kopi yang berkembang begitu pesat membuat minat para petani terus mengupayakan peningkatan pertanian kopi, jika dilihat secara kasat mata keberadaan kopi lasuna seolah-olah masih belum memuaskan bagi para petani. Usaha pertanian kopi lasuna yang memang banyak membawa perubahan di Desa Parulohan. Namun, bagi para petani masih sangat mengharapkan keberadaan jenis kopi lain yang sebagai jalan satu-satunya dalam upaya pengembangan usaha petanian kopi.

Pentingnya kopi sebagai sumber kehidupan para petani di Desa Parulohan pada saat membuat masyarakat ingin mencari bibit jenis kopi lain salain kopi lasuna. Namun harapan yang diinginkan petani tercapai dengan masuknya jenis kopi lain yaitu kopi Sigarar utang. Jenis kopi Sigarar utang memang berbeda dengan kopi lasuna, namun jika dilihat dari variatesnya ke dua jenis kopi ini merupakan jenis kopi Arabika. Perbedaanya hanya tampak dari tinggi dn bentk pohonya.


(42)

Masuknya bibit kopi Sigarar utang di Desa Parulohan pertama kali dibawakan oleh salah satu petani yang bernama Binsar Sihombing. Beliau adalah pemilik lahan pertanian kopi terluas di Desa Parulohan pada saat itu, hampir sebagian besar hasil produksi dari Desa Parulohan panen kopi didominasi oleh hasil pertanian kopi yang dimilikinya. Pertanian kopi Sigarar utang di Desa Parulohan ini dimulai pada tahun 1988, bibit kopi sigarar utang diperoleh dari salah satu dusun yang bernama Huta Batu Gajah, Desa Paranginan Utara, Kecamatan Paranginan. Kopi sigarar utang yang dikembangkan di desa ini merupakan jenis Arabica. Bagi petani di Desa Parulohan kopi sigarar utang mempunyai banyak nama atau istilah, sebagian masyarakat ada juga yang menyebutnya dengan kopi Peddek (pendek) dan kopi sataon (satu tahun).65

Kopi arabika Sigarar utang termasuk kopi berperawakan semi katai yang tersebar luas pada beberapa kabupaten di wilayah Propinsi Sumatera Utara seperti di Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir, Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal, secara ekonomi membawa dampak positif bagi petani. Menurut pengakuan petani setempat, kopi tersebut pertama kali dijumpai pada tahun 1987 di dusun Batu Gajah, Desa Paranginan Utara , Kecamatan Paranginan di kebun kopi milik Oppung Sopan. Pada awalnya berjumlah belasan pohon, tetapi saat ini tinggal 3 (tiga) pohon yang hidup terdiri dari dua tipe berbeda. Identifikasi terhadap morfologi keturunan segregasinya, diduga salah satu tetuanya adalah jenis Typica BLP, sedangkan sifat ruasnya yang pendek dan katai berasal dari Catimor. Tanaman kopi Sigarar utang

65

Nama kopi peddek dibuat karena bentuk kopi ini yang terlihat pendek, biasanya kopi ini hanya setinggi badan manusia. Bagi masyarakat yang menyebutnya dengan nama kopi sataon, nma ini dibuat karena kopi sigrarar utang yang sangat cepat menghasilkan (panen). Dari pemaparan para petani, kopi ini sudah bisa dipanen dalam jangka satu tahun dari masa penanaman.


(43)

mempunyai perawakan semi katai, ruas cabang pendek, tajuk rimbun menutup seluruh permukaan pohon sehingga batang pokok tidak tampak dari luar.66

Puncak Perkembangan pertanian kopi di Desa Parulohan dimulai di era awal tahun 1990. Perkembangan pertanian di Desa Parulohan terlihat jelas setelah masuknya kopi sigarar utang. Di era inilah Masyarakat semakin banyak yang membudidayakan tanaman kopi. Di awal tahun 1992 bisa dipastikan masyarakat di desa ini semuanya melakukan pertanian kopi. Masyarakat menjadi petani kopi seluruhnya karena masyarakat sudah fokus ke pertanian kopi. Bahkan ada juga masyarakat yang tidak lagi mengerjakan sawah untuk pertanian padi karena masyarakat tersebut merasa lebih banyak keuntungan dengan melakukan pertanian kopi. Masyarakat tersebut mengubah persawahan menjadi ladang untuk menanam kopi.

Peningkatan pembudidayaan terhadap tanaman kopi di Desa Parulohan tentu berdampak pada jumlah tanaman kopi yang ditanam serta luas lahan yang bertambah digunakan. Peningkatan luas lahan ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel I

Perkembangan Luas Lahan Pertanian Kopi di Desa Parulohan tahun 1988 sampai tahun 2002.

NO TAHUN LUAS LAHAN (Ha)

1 1988 22

2 1990 25

3 1992 75

4 1994 87

66 Hulupi, R, Laporan Identifikasi dan Karakterisasi Kopi Arabika Sigarar Utang, Medan:Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2002.


(44)

5 1996 94

6 1998 102

7 2000 108

8 2002 120

Sumber : Wawancara dengan Hotman Sinaga, Taripar Sihombing, Sabam Samosir, Marudut Siregar, Luat Sihombing, di Desa Parulohan, serta data dari Sekretaris

Desa Parulohan (3Agustus 2013).

Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 1988 hingga tahun 2002 lahan pertanian kopi di Desa Parulohan terus mengalami peningkatan. Luas lahan pertanian yang meningkat secara pesat terjadi pada tahun 1992. Pada saat itu sebagian besar masyarakat di Desa Parulohan membudidayakan kopi Lasuna dan kopi Sigarar utang.

Setelah 3 tahun petani mencoba dan membudidayakan pertanian kopi sigarar utang, kopi sigarar utang pun berbuah dan menghasilkan hasil yang cukup maksimal. Hal ini menambah semangat para petani untuk membudidayakan tanaman kopi lebih banyak lagi. Sekalipun dalam proses penanaman kopi ini harus membutuhkan tenaga yang sangat banyak namun tidak menjadi masalah bagi masyarakat karena masyarakat melihat keuntungan yang didapat dari hasil pertanian kopi. Semakin lama, pertanian kopi semakin meningkat dan masyarakat sangat antusias untuk menanam kopi dan membuka lahan yang dulu tidak pernah dikerjakan oleh petani.

Bertambahhnya minat para petani di desa Parulohan di desa Parulohan untuk membudidayakan pertanian kopi sigarar utang didukung oleh beberapa faktor. Jika dibandingkan antara kopi sigarar utang dan kopi lasuna memang memiliki perbedaaan. Bukan hanya hasil panen dari kopi sigarar utang yang lebih memuaskan, tetapi juga karena kopi jenis ini memiliki banyak keunggulan. Adapun keunggulan dari kopi sigarar utang yakni, lebih cepat berbuah setelah ditanam (cukup hanya memakan waktu sekitar 1-


(45)

2 tahun dari masa penanaman), bentuk batang yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu besar, masa panen raya 2 kali dalam setahun (antara September-November dan Maret-Mei). Proses pemeliharaan dan perawatan kopi sigarar utang yang lebih paraktis dibandingkan dengan kopi lasuna, kopi sigarar utang lebih mudah diurus dan dipetik karena bentuk pohon kopi tersebut yang tidak terlalu besar dan juga tidak tinggi.

Pertanian kopi yang berkembang semakin pesat di Desa Parulohan juga berpengaruh terhadap pola kehidupan dan cara kerja para petani. tanaman kopi yang semakin tahun semakin bertambah, hal ini mempengaruhi cara kerja serta tenaga kerja yang dibutuhkan masyarakat semakin banyak. Para petani juga belajar untuk mengetahui dan cara membudidayakan tanaman kopi dengan baik. Untuk masa penanaman sampai proses perawatan tanaman kopi masyarakat hanya memakai alat-alat yang sederhana dan tenaga sendiri, seperti melubangi wadah tempat kopi ditanam, membersihkan lahan dari rumput liar. Para petani menggunakan tenaga sendiri dari awal penanaman sampai masa produksi tanaman kopi.

Dalam hal perawatan dan peningkatan hasil panen kopi para petani menggunakan teknik ataupun cara yang bisa meningkatkan hasil panen pertanian kopi semakin baik. Dalam melakukan pembibitan, petani biasanya mencari biji kopi pilihan yang buahnya lebih besar, dan seluruh permukaan kulit kopi itu berwarna merah. Setelah melakukan pemilihan, kulit kopi itu dikupas lalu dikeringkan. Bibit kopi yang sangat berpengaruh terhadap ketahanan tanaman kopi, sebelum melakukan pembibitan para petani harus terlebih dahulu menyediakan kompos lalu diisi kedalam polibag. Bibit kopi yang dibuat dalam polibag mempunyai perbedaan dengan bibit kopi yang alami (lata), bibit kopi yang pembibitan dibuat dalam polibag biasanya lebih bagus karena bisa ditanam di setiap waktu (tanpa menunggu musim penghujan datang). Ada sedikit perbedaan dengan bibit kopi yang alami, bibit kopi yang alami mempunyai resiko yaitu sering mati di lokasi


(46)

penanaman dan harus membutuhkan curah hujan yang tinggi. Sedangkan untuk perawatan petani menggunakan cara-cara tertentu. Untuk meningkatkan hasil panen yang memuaskan berbagai hal yang dilakukan petani antara lain: melakukan pemupukan 2 kali dalam setahun (jenis pupuk yang digunakan biasanya TSP dan Urea, bagi sebagian petani ada juga yang menggunakan pupuk alami seperti kompos dan kotoran ternak), mencegah tumbuhnya rumput liar dengan melakukan sistem pertanian tumpang sari di areal penanam kopi, menanam pohon pelindung (dadap dan lamtoro) diselah tanaman kopi untuk mengurangi intensitas cahaya matahari.

Tenaga yang dibutuhkan pada masa panen raya kopi di Desa Parulohan sangat berbeda dengan tenaga pada saat penanaman serta perawatan kopi. Masa panen merupakan hal yang sangat membahagiakan bagi petani sekaligus hal yang sangat melelahkan. Masa panen kopi biasanya dilakukan ketika kopi sudah berumur 3 tahun dan buah kopi sudah itu memerah. Bagi petani di Desa Parulohan, tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang paling utama dalam pengolahan lahan pertanian. Untuk itu seluruh potensi dan sumber daya yang ada di dalam keluarga digunakan semaksimal mungkin. Tenaga dan peran anggota keluarga yang sangat dibutuhkan, sehingga para petani sangat mengandalkan tenaga keluarga untuk memetik pada saat panen raya. Bukan hanya orangtua yang pergi memetik kopi ke ladang, namun anak-anak juga ikut memetik kopi. Sepulang dari sekolah hampir semua anak-anak pergi ke ladang membantu orangtuanya memetik kopi. Anak-anak biasanya memetik kopi yang ukuran yang lebih pendek ataupun kopi yang baru berbuah.

Akibat produksi pertanian kopi yang terus mengalami peningkatan. Pada saat panen raya para petani sering kewalahan untuk mencari tenaga kerja yang bisa dipekerjakan untuk memetik kopi. Pada saat panen raya petani Desa Parulohan selain menggunakan tenaga dari anggota keluarga untuk tenaga kerja, petani juga memanfaatkan


(47)

tenaga kerja upahan. Tenaga kerja upahan ini biasanya berasal dari suku-suku lain ataupun daerah lain (tenaga kerja upahan berasal dari berbagai suku, seperti suku Jawa, Nias dan suku lainya). Sebagian dari tenaga kerja upahan ini bahkan ada yang tinggal dan menetap di Desa Parulohan. Bagi sebagian petani ada juga yang menggunakan sistem kerja marsiruppa (gotong royong) demi menghemat pengeluaran.

Setelah selesai melakukan pemetikan kopi. Para petani biasanya melakukan penggilingan kopi setiap hari Sabtu, kopi yang sudah digiling dimasukkan ke karung dan minggu paginya dijemur sampai benar-benar kering. Petani di desa memamfaatkan kulit kopi yang telah selesai digiling, kulit kopi ini digunakan dan diolah menjadi kompos yang dicampur dengan kotoran ternak. Dalam melakukan penggilingan petani di desa ini ada yang menggunakan gilingan tangan dan ada juga yang menggunakan gilingan mesin. Setiap hari minggunya masyarakat Desa Parulohan terlihat sibuk dengan aktivitas yang sama yaitu menjemur kopi.

Berkembangnya pola usaha pertanian kopi di Desa Parulohan diikuti yang juga menyebabkan berkembangnya pemasaran kopi. Meningkatnya hasil pertanian kopi sehingga menyebabkan munculnya usaha-usaha baru, sebagian dari petani ada yang bekerja sebagai pedagang kopi sering disebut dengan panjuar67. Pada awalnya tauke kopi

di desa ini hanya ada empat orang. Namun seiring banyaknya produksi kopi dari desa ini, semakin lama banyak bermunculan para tauke kopi. Tauke yang ada di desa ini memasarkan kopi tersebut keluar dari desa ke agen yang lebih besar untuk dilakukan penggilingan tahap kedua. Para petani tidak perlu jauh-jauh untuk memasarkan kopi mereka, karena tauke sendirilah yang mendatangi rumah-rumah penduduk untuk membeli

67 Panjuar sama artinya dengan tauke, ada hal yang unik di Desa Parulohan, kata yang Panjuar yang sama artinya dengan tauke namun di desa ini kata panjuar digunakan khusus untuk tauke kopi perempuan.


(48)

kopi tersebut. Selain menjualnya ke tauke kopi yang terdekat, sebagian petani ada juga menjual hasil panen kopinya ke agen yang lebih besar.

Meningkatnya hasil produksi pertanian kopi di Desa Parulohan yang dikuti juga dengan munculnya sistem pemasaran kopi yang baru. Munculnya sistem pemasaran kopi diakibatkan juga harga kopi yang terus meningkat. Di Desa Parulohan ada dikenal sistem pemasaran kopi yang terikat yaitu semacam kewajiban masyarakat untuk menjual hasil panen kopinya kepada tauke tertentu. Sistem pemasaran kopi yang terikat ini biasanya dilakukan oleh petani yang membutuhkan modal dan meminjam uang dari tauke tertentu, setelah itu ada kesepakatan antara petani kopi dengan tauke. Petani yang meminjam uang harus membayar utang yang dipotong dari hasil penjualan kopi. Keterikatan pemasaran kopi di desa ini sering kali terjadai akibat peminjam uang yang dilakukan para petani terhadap para tauke.

Sekalipun masyarakat bertani kopi dan menghasilkan kopi yang cukup banyak, namun di desa ini tidak ada ditemukan petani yang mengolah biji kopi untuk bahan minuman. Masyarakat yang ingin mengkomsumsi kopi, pada umumnya masyarakat di desa membeli bibit kopi pasar ataupun dari desa lain. Para petani di desa ini mengangap bahwa keuntungan yang di dapat dari hasil pertanian sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa harus melakukan pengolahan bibit untuk dijual dan kebutuhan komsumsi mareka. Tradisi kehidupan para petani khususnya para laki-laki yang cenderung peminum kopi, pentingnya kopi untuk dijadikan bahan minuman sehingga di desa ini ada sebuah tradisi yaitu tradisi mangopi68. Kebiasaan yang menjadi

ciri khas masyarakat di desa ini, pada umumnya masyarakat menjamu tamunya dengan minuman kopi.

68 Mangopi artinya minum kopi. Kata mangopi biasanya dipakai sebagai bahasa sehari-hari yang menunjukkan adanya ikatan kekeluargaan di kalangan masyarakat. Bagi masyarakat di Desa Parulohan mangopi biasanya dilakukan di kedai, di rumah dan di lahan pertanian kopi.


(49)

Satu hal yang unik yang terjadi dalam pola kehidupan petani kopi di Desa Parulohan setelah masuknya kopi Sigarar utang. Kopi yang bernama Sigarar utang (pembayar Utang), nama kopi ini dilatarbelakangi dari perubahan pola kehidupan para petani. Masuknya kopi Sigarar utang juga diiringi dengan meningkatnya harga kopi yang semakin menambah pendapatan dan minat para petani untuk memperluas hasil panen pertanian kopi. Akibat harga kopi yang terus meningkat, membuat segala jenis kopi laku dipasaran tanpa ada perbedaan. Para petani sedikit terbantu karena para petani bisa menambah penghasilanya selain dari hasil panen kopi, selain hanya dari panen kopi para petani juga memanfaatkan biji kopi yang berjatuhan pada saat pemetikan kopi. pekerjaan seperti ini sering disebut dengan masiteni binatang ataupun makkaisi69. Masiteni

binatang/makkaisi sering dilakukan setelah selesai pemetikan kopi, untuk pekerjaan

seperti ini para petani memanfaatkan tenaga anak-anaknya karena hal ini bukanlah pekerjaan yang rumit.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai petani, bagi sebagian petani di Desa Parulohan yang areal pertanianya jauh dari perkampungan. Bila musim mengharuskan, sebagian dari petani kadang-kadang ada yang tidak pulang ke rumah sampai beberapa hari. Biasanya hal seperti ini dilakukan pada masa panen raya pertanian kopi. Kegiatan seperi ini sering disebut dengan marborgin (tinggal di lahan pertanian dalam beberapa hari). Pada saat-saat seperti itu anak-anak dari para petani sering kali terbengkalai karena selalu sibuk dengan urusan panen kopi

69

Masiteni binatang yaitu pekerjaan untuk mencari biji yang berada di lahan pertanian, biji kopi yang diambil adalah biji kopi dari kotoran binatang-binatang liar seperti musang. Di Desa Parulohan sering kali ditemukan biji kopi yang berasal dari hasil kotoran binatang liar. Berbeda dengan masa sekarang, jenis biji kopi seperti ini sering disebut dengan kopi luwak yang harganya sangat mahal di pasaran. Jenis kopi luwak dari hasil kotoran binatang-binatang liar biasanya lebih tinggi dari harga kopi yang dipetik oleh manusia. Makkaisi yaitu: pekerjaan yang sering dilakukan untuk mencari biji-biji kopi yang terjatuh ataupun akibat keterlambatan memetik kopi.


(50)

Meningkatnya hasil pertanian kopi Sigarar utang yang semakin lama semakin dikembangkan oleh petani di Desa Parulohan. Namun pada saat itu keberadaan kopi Lasuna tidak bisa terlepas dan terus dipertahankan oleh petani, para petani menggangap bahwa awal perkembangan pertanian kopi di Desa Parulohan diawali dari masuknya kopi Lasuna. Selain keberadaan kopi Lasuna yang masih sangat penting dan tetap dipertahankan disamping bercocok tanam kopi sigarar utang, pertanian kopi kopi Lasuna juga mempunyai nilai lebih yang membuat para petani terus menanaminya disamping menanam kopi sigarar utang.

Keberadaan kopi lasuna yang masih terus dipertahankan oleh sebagian petani. Peran dan manfaat penting kopi sigarar utang yang tak jauh berbeda dengan kopi Lasuna. Jika dilihat dari luas areal penanaman dan jumlah petani yang menanam kopi Lasuna, hanya memiliki sedikit perbedaan dengan luas areal dan jumlah penanaman kopi Sigarar utang. Keberadaan kedua jenis yang sangat penting, hal inilah yang membuat pola kehidupan masyarakat di desa Parulohan memiliki perbedaan yaitu petani kopi Lasuna dan petani kopi Sigarar utang.


(51)

BAB V

POLA STRATEGI KEHIDUPAN PETANI KOPI LASUNA DAN PETANI KOPI SIGARAR UTANG SERTA DAMPAK PERTANIAN KOPI TERHADAP

PETANI DI DESA PARULOHAN

5.

1 Pola Hidup Petani Kopi Lasuna dan Sigarar utang

Desa Parulohan merupakan salah satu unit pemukiman penduduk di Kecamatan Lintong Nihuta yang mempunyai potensi besar untuk pengembangan pertanian kopi. Masuknya tanaman kopi Sigarar utang sebagai tanaman kopi yang terakhir dibudidayakan oleh para petani setelah pertanian kopi Lasuna. Masuknya tanaman yang baru yang sering kali mengakibatkan adanya peralihan terhadap jenis tanaman yang dikembangkan oleh petani di Desa Parulohan. Namun, keberadaan tanaman kopi Sigarar utang bukanlah sebuah hal yang membuat petani meninggalkan tanaman kopi Lasuna seperti dalam pertanian kopi Robusta yang sebelumnya. Pola kehidupan penduduk yang memprioritaskan pertanian kopi Lasuna dan Sigrarar utang, kedua jenis tanaman kopi ini mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat di Desa Parulohan.

Keberadaan Kopi Lasuna dan Sigarar utang yang merupakan sumber utama mata pencaharian petani di Desa Parulohan. Jenis mata pencaharian para petani yang sering kali menyebabkan adanya perbedaan/ketimpangan sosial dalam proses kehidupan para petani. Namun, jika dilihat secara kasat mata keberadaan kedua jenis kopi yang menjadi tanaman prioritas petani di Desa Parulohan mempunyai fungsi dan pengaruh yang sama. Pentingnya keberadaan kedua jenis kopi membuat pola kehidupan petani di Desa Parulohan bermata pencaharian sebagai petani kopi Lasuna dan Sigarar utang.

Perbedaan jenis kopi yang dikembangakan oleh petani di desa ini, mengakibatkan sumber penghasilan ataupun pendapatan petani di desa mempunyai perbedaan. Perbedaan yang dipengaruhi oleh jenis tanaman yang tentunya mengakibatkan adanya perbedaan


(52)

terhadap pola hidup bagi para petani. Pola hidup petani kopi lasuna dan petani kopi sigarar tentunya memiliki perbedaan dan persamaan, adapun perbedaan dan persamaan hanya nampak dari:

5.2 Pola Usaha Tani

5.2.1 Areal Penananaman Kopi

Areal ataupun lahan yang pertanian yang sangat berpengaruh terhadap hasil produksi pertanian kopi. Bagi petani di desa Parulohan, lahan penanaman kopi Lasuna dan kopi Sigarar utang ditanam ditempat yang berbeda. Lokasi pertanian kopi Lasuna di desa ini pada umunya lokasinya jauh dari pemukiman penduduk. Berbeda dengan lokasi pertanian kopi Sigarar utang, lokasi penanaman kopi sigarar utang hampir tidak ada yang jauh dari pemukiman penduduk. Lokasi pemukiman penduduk di desa seluruhnya dikeliling oleh lahan pertanian kopi sigarar utang. Dari pandangan dekat ataupun jauh desa ini dihiasi dengan indahnya pertanian kopi sigarar utang, pola penanaman kopi Sigarar utang yang rapi membuat keadaan di desa ini juga semakin sejuk. Hampir di setiap rumah penduduk dihiasi dengan adanya bibit kopi dalam polibag yang disusun dengan barisan yang rapi.

Di Desa Parulohan dikenal berbagai nama tempat yang membedakan lahan pertanian yang satu dengan lahan pertanian yang lain, dan dari nama tempat itu kita bisa mengetahui tanaman apa saja yang ditanam oleh penduduk disana. Lahan penanaman kopi Lasuna bagi masyarakat di desa ini menyebutnya dengan Holbung70, pada umunya lokasi ini dijadikan sebagai lokasi penanaman kopi Lasuna dan jaraknya jauh dari pemukiman penduduk (jaraknya kira-kira 4-5 Km dari pemukiman penduduk). Setiap harinya petani yang ingin bekerja ke Holbung menempuh jarak yang agak jauh dengan

70 Holbung artinya Lembah. Awalnya daerah holbung merupakan kawasan hutan namun seiring perkembangan pertanian di desa ini, daerah holbung digunakan sebagai lokasi untuk pertanian kopi Lasuna. Petani yang mengelolah dan membukadaerah holbung biasnya menggunakan sitem kerja tebang bakar.


(53)

menggunakan alat transportasi tradisional yang biasa disebut dengan pedati.71 Selain menggunakan pedati, petani juga ada yang menggunakan kendaraan roda dua (sepeda motor dan sepeda). Dan untuk lokasi penanaman lahan penanaman kopi Sigarar utang biasa disebut dengan pargadongan.72

5.2.2 Luas Lahan Pertanian Kopi

Luas lahan pertanian menjadi faktor penting yang mempengaruhi tingkat pendapatan ataupun penghasilan para petani. Sama halnya seperti pola kehidupan petani di Desa Parulohan, tingkat penghasilan ataupun pendapatan petani di desa ini sangat dipengaruhi oleh luas lahan pertanian kopi. Petani yang mempunyai lahan pertanian kopi yang luas mempunyai perbedaan dengan petani yang lahan pertanianya yang pas-pasan, artinya semakin luas lahan pertanianya maka semakin banyaklah pendapatanya.

Satu hal yang sangat mempengaruhi kehidupan petani di Desa Parulohan. Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab I, peran penting tanah sebagai tempat tinggal masyarakat disamping sebagai faktor pendukung peningkatan pola pertanian. Dari pengamatan pengamatan penulis ke lapangan apabila dilihat dari tingkat luas lahan pertanian kopi, petani yang mempunyai lahan pertanian yang lebih luas pada umumnya adalah petani yang yang berasal dari keturunan Raja Huta (pemilik huta). Hal ini sangat dipengaruhi oleh adanya sistem penguasaan tanah yang lebih didominasi oleh pemilik

huta. Bagi marga boru (keturunan dari marga lain) yang ingin memperluas lahan

pertanianya, mereka harus berupaya bekerja keras untuk bisa membeli tanah dari kalangan pemilik huta. Para marga boru di desa ini pun tak segan untuk menyewa lahan pertanian dari pemilik huta.

71 Bagi petani di Desa Parulohan pedati sebagai angkutan pertanian, sampai sekarang keberadaan angkutan ini masih banyak ditemukan di Desa Parulohan. Selain menjadi alat angkutan, pedati menjadi icon penting di Desa Parulohan yang keberadaanya sudah jarang ditemukan di daerah lain.

72 Pargadongan artinya ubi. dulunya lokasi ini dijadikan sebagai lokasi penanaman ubi dan beralih meniadi lokasi pertanian kopi Sigarar utang.


(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

UCAPAN TERIMAKASIH...ii

DAFTAR ISI...iv

ABSTRAK...ix

BAB I. PENDAHULUAN...1

1.1Latar Belakang Masalah...1

1.2Rumusan Masalah Penulisan...8

1.3Tujuan dan Manfaat Penulisan...8

1.4Tinjauan Pustaka...10

1.5Metode Penelitian...12

BAB II. Gambaran Umun Desa Parulohan Hingga Tahun 1988...14

2.1 Asal Usul NamaDesa...14

2.2 Latar Belakang Historis Desa Parulohan...15

2.3 Kondisi Geografis Desa Parulohan...18

2.3.1 Letak dan Keadaan Alam...18

2.3.2 Keadaan Tanah dan Status Kepemilikan Lahan...19

2.4 Kondisi Sosial Budaya dan Sistem Kemasyarakatan...22

2.5 Keluarga dan Kekerabatan...26

2.6 Kepercayaan dan Upacara...30

2.7Pola Pemukiman, Keadaaan Fisik dan Status Kepemilikan Rumah Warisan...31


(2)

2.11 Bentuk Kesenian Hidup...40

BAB III. Kondisi dan Mata Pencaharian Petani di Desa Parulohan Sebelum Masuknya Tanaman Kopi...41

3.1 Masa Bercocok Tanam Padi...42

3.2 Masa Bercocok Tanam Padi dan Ubi...51

BAB IV. Latar Belakang dan Perkembangan Pertanian Kopi di Desa Parulohan...56

4.1 Latar Belakang Pertanian Kopi di Desa Parulohan...56

4.2 Awal Mula dan Perkembangan Pertanian Kopi di Desa Parulohan...57

4.2.1 Masa Pertanian Kopi Robusta...58

4.2.2 Peralihan dari Kopi Robusta menjadi Kopi Lasuna...61

4.2.3 Masuknya Kopi Sigarar Utang dan Bertahannya Kopi Lasuna...66

BAB V. Pola Strategi Kehidup Petani Kopi Lasuan dan Petani Kopi Sigarar Utang Serta Dampak Pertanian Kopi Terhadap Petani di Desa Parulohan...77

5.1 Pola Hidup Petani Kopi Lasuna dan Sigarar Utang...77

5.2 Pola Usaha tani...78

5.2.1 Areal Penanaman Kopi...78

5.2.2 Luas Lahan Pertanian Kopi...79

5.3 Pengetahuan dan Teknologi Pertanian...81

5.3.1 Upaya Pemanfaatan Lahan...81


(3)

5.3.3 Sistem Pemasaran Pertanian Kopi yang Tidak

Berbeda...84

5.3.4 Peningkatan Peralatan Pertanian...85

4.3.4 Penerapan Pola Pertanian Tumpang Sari...86

5.4 Dampak Pertanian Kopi Terhadap Kehidupan Sosial Petani di Desa Parulohan...88

5.4.1 Dampak Positif...89

1. Tingkat Pendapatan...89

2. Tingkat Pendidikan...93

3. Tingkat Kesehatan...96

4. Tumbuhnya Usaha Pemasaran Kopi...97

5.4.2 Dampak Negatif...99

1. Berkurangnya Rasa Kepedulian Masyarakat...99

2. Masyarakat Lebih Komsumtif...101

3.Adanya Penggarapan Tanah...102

BAB VI. Kesimpulan ...104

Saran ...106

Daftar Pustaka...107 Daftar Informan


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Perkembangan luas lahan pertanian kopi di Desa Parulohan dari tahun 1988 sampai tahun 2002.

Tabel II. Perbandingan luas pertanian kopi Lasuna dan kopi Sigarar utang di Desa Parulohan sampai tahun 2002.


(5)

ABSTRAK

Pola kehidupan petani di Desa Parulohan yang hingga saat ini sebagian besar masyarakatnya hidup dari usaha pertanian. Usaha pertanian yang dari awalnya telah lama dilakukan masyarakatnya mengalami berbagai perubahan ataupun perkembangan, mulai dari peralihan jenis tanaman juga diikuti dengan perubahan pola dan sistem pertanianya. Adapun peralihan itu dimulai dari pertanian padi, pertanian ubi dan yang terakhir pertanian kopi. Adanya peralihan jenis tanaman di pertanian di desa ini memang bukanlah keinginan dari para petani. Namun, hal ini disebabkan berbagai faktor akibat yang memaksa para petani melakukan peralihan terhadap tanaman pertanian.

Pola kehidupan petani dalam sebuah dalam suatu desa sering dikaterogikan sebagai kehidupan yang seragam tanpa ada perbedaan. Namun, pola kehidupan petani di Desa Parulohan amatlah berbeda dengan pola kehidupan petani seperti yang terjadi di desa lain. Adanya dua jenis tanaman pertanian di desa ini, yaitu kopi Lasuna dan Sigarar Utang. Keberadaan kedua jenis tanaman kopi ini merupakan sumber penghasilan utama bagi para petani di Desa Parulohan dari era tahun tahun 1970 an hingga sekarang. Dalam hal manfaat, cara penanaman, perawatan dan pemasaran hasil produksi kedua kopi ini hampir tidak ada perbedaan. Hal ini yang menyebabkan sehingga pola kehidupan petani di Desa Parulohan terlihat berbeda yaitu petani kopi Lasuna dan kopi Sigarar utang.

Usaha pertanian padi yang telah sekian lama telah dibudidayakan oleh para petani di Desa Parulohan yang beralih lagi ke usaha pertanian ubi. Namun, usaha pertanian itu tidak selamanya bisa bertahan sesuai dengan keinginan dan harapan para petani. Usaha pertanian padi dan ubi di Desa Parulohan yang sekian lama sangat sulit untuk mengalami perkembangan, para petani selalu berada dalam kondisi kemiskinan, kebodohan dan tingkat


(6)

semangat dan putus terbayar dengan adanya masuknya tanaman kopi. Perkembangan usaha pertanian yang tampak setelah masuknya kopi Lasuna dan mencapai puncak di era masuknya kopi Sigarar utang. Sebutan nama kopi Sigarar utang yang artinya alat pembayar utang, menandakan puncak perkembangan pertanian kopi dan lepasnya para petani dari lingkaran kemiskinan dan kebodohan.