Petani Kopi Lasuna dan Petani Kopi Sigarar Utang di Desa Parulohan Kecamatan Lintong Nihuta (1988-2002)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Terbitnya sebuah buku di Hindia Belanda yang berjudul: “Max Havelaar atau
Lelang Kopi Maskapai Dagang Belanda ”1 yang ditulis Eduart Douwes Dekker alias

Multatuli tahun 1859. Hal ini menunjukkan bahwa kopi merupakan salah satu tanaman
komoditas pertanian di era diterapkanya sistem tanam paksa (cultuurstelsel)2 yang
memberikan keuntungan besar bagi pemerintahan Belanda di Indonesia. Hal ini juga tidak
terlepas dari arti penting tanaman kopi sebagai tanaman komoditas yang sangat
menguntungkan sebagai komoditas ekspor dunia hingga sekarang.
Kopi sebagai tanaman komoditas pertanian mempunyai peran penting dalam
sejarah pertanian di Indonesia. Kopi bukanlah tanaman asing yang masih baru dikenal
dan ditanami oleh petani di Indonesia, namun sampai sekarang keberadaan kopi tidak
boleh terlepas dari kehidupan petani di beberapa daerah di Indonesia. Sebagai negara
agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya dari sektor
pertanian, pertanian menjadi sumber utama mata pencaharian yang tidak bisa terlepas
dalam proses keberlangsungan hidup para petani di Indonesia. Keberlangsungan hidup
petani sangat dipengaruhi oleh jenis tanaman yang merupakan faktor bagaimana para
petani bisa mengelolahnya dan menjadikanya sebagai sumber kehidupan.


1

Max Havelaar atau Lelang Kopi Dagang Belanda adalah sebuah buku roman yang mengisahkan
bentuk tanam paksa (Cultuur Stelsel) kopi yang dilbuat oleh Johannnes Van Den Bosh, buku ini lahir
sebagai bentuk gugatan kolonialisme Belanda di Indonesia yang menunjukkan adanya politik penghisapan
yang dilakukan oleh Belanda kepada petani di Indonesia, buku ini juga sering disebut” The Book That
Killed Colonialism”.
2
Cultuur Stelsel atau yang lazim disebut tanam paksa yaitu suatu cara ataupun politik yang
dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk menguasai/ mengeksploitasi sumber daya alam dari
hasil pertanian masyarakat Indonesia.

1

Universitas Sumatera Utara

Jenis mata pencaharian merupakan faktor pembeda yang pokok dan penting3.
Pertanian merupakan ciri utama kehidupan masyarakat di pedesaan, adalah petunjuk
betapa eratnya keterkaitan antara pertanian dan desa. Petani adalah subjek dan sekaligus
objek pertanian, tanpa petani pertanian tidak ada. Bidang pertanian cukup mengandung

variasi dan kompleksitas yang memiliki pengaruh terhadap proses perubahan dan
keberlangsungan kehidupan petani khususnya di daerah pedesaan.
Petani secara umum sering dipahami sebagai suatu ketegori sosial yang seragam
dan bersifat umum, artinya sering tidak disadari adanya difrensiasi atau perbedaanperbedaan dalam berbagai aspek yang terkandung dalam komoditas petani ini. Perbedaan
dalam skala besar kecilnya usaha pertanian, jenis-jenis tanaman, sistem pertanian yang
diterapkan akan mengakibatkan terjadinya perbedaan-perbedaan terhadap pola kehidupan
petani. Selama ini kita lebih memperhatikan komoditas sebagai subjek dan sekaligus
objek pertanian, akibatnya petani sebagai inti dari pertanian sering luput dari pertanian.
Desa sebagai tempat tinggal maupun tempat pemenuhan kebutuhan mempunyai
karakteristik yang tentu tidak sama antara desa yang satu dengan yang lain.
Keberagaman kehidupan petani di pedesaan adalah ciri khas tersendiri yang dimiliki
suatu desa berdasarkan jenis tanaman, sumber penghasilan dan faktor lain yang
mendukung kehidupan manusia di desa tersebut. Perbedaan itu banyak terjadi di beberapa
desa yang dapat membedakan pola perubahan kehidupan petani di desa tertentu.
Desa Parulohan terletak di Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang
Hasundutan. Pemukiman di Desa Parulohan belum jelas sejak kapan berdirinya, dan siapa
orang yang pertama bertempat tinggal di desa Parulohan. Namun, seiring perjalanan
waktu Desa Parulohan mengalami banyak perubahan dan sampai sekarang Desa

3


Raharjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian , Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1999, hal. 40.

2

Universitas Sumatera Utara

Parulohan masih tetap dihuni masyarakat. Sebagian besar masyarakat yang bertempat
tinggal di desa ini adalah suku Batak Toba yang mayoritas beragama kristen Protestan.
Pola kehidupan masyarakat yang berdomisili di Desa Parulohan ditandai dengan adanya
keberagaman marga dan huta yang berbeda-beda. Masing-masing marga hidup secara
berkelompok menurut jenis marga yang menempati satu huta 4, ada juga yang membentuk
perkampungan baru yang disebut dengan lumban 5 yang di huni oleh satu oppu6.
Proses keberlangsungan hidup masyarakat di Desa Parulohan terlihat sangat asri
dengan rasa solidaritas yang sangat kuat, dipengaruhi oleh tradisi adat dan budaya Batak
Toba yang turun-temurun sebagai warisan dari nenek moyangnya. Tradisi dan budaya
asli batak Toba berlangsung dalam kehidupan masyarakat, baik dalam upacara-upacara
adat maupun kegiatan sosial lainya. Di samping keberagaman marga, masyarakat di desa
ini juga mempunyai sistem sosial yaitu Paradatan dan Sarikkat, yang menjadi sebuah

pengikat masyarakat dalam acara adat, pesta dan upacara-upacara keagamaan lainya.
Letak Desa Parulohan yang berada di daerah pengunungan, suhu udaranya yang
dingin ditambah dengan keadaan tanahnya adalah potensi yang menjadi penyebab
sehingga desa ini cocok menjadi daerah pertanian terutama untuk tanaman kopi. Hal
tersebut menjadikan sebagian besar masyarakat di Desa Parulohan hidup petani dan
sebagian kecilnya bekerja sebagai PNS, buruh dan pedagang. Selain mengembangkan
usaha pertanian, para petani kopi juga memelihara hewan ternak sebagai kerja sampingan
seperti kerbau, ayam dan babi. Tanaman prioritas petani di desa ini adalah kopi, kopi
sebagai tanaman prioritas petani dan menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat
yang mendukung perkembangan sosial ekonomi masyarakat di Desa Parulohan.
4

Huta adalah pola ataupun bentuk pengkampungan suku batak Toba, bentuknya berhadap-hadapan
, yang dihubungkan oleh dua bahal (gerbang) yaitu bahal jolo (depan) dan bahal pudi (belakang) yang
dikelilingi oleh bambu.
5
Lumban artinya perkampungan baru yang dihuni oleh satu marga.
6
Saoppu dalam bahasa batak Toba artinya satu keturunan (satu marga).


3

Universitas Sumatera Utara

Pola pertanian di Desa Parulohan yang terus mengalami perubahan seiring dengan
peralihan tanaman prioritas petani. Sebelum bercocok tanam kopi, jenis tanaman yang
ditanam petani di desa ini adalah ubi dan padi. Proses penanaman ubi dan padi dilakukan
dengan cara ladang berpindah pindah (nomaden). Untuk menambah penghasilan, selain
bercocok tanam ubi dan padi para petani di desa juga memelihara berbagai hewan ternak
sebagai pekerjaan sampingan. Masuknya tanaman kopi, membuat sistem pertanian di desa
ini mengalami perubahan yaitu sistem pertanian berpindah-pindah menjadi sistem
menetap.
Dari 22 desa yang ada di Kecamatan Lingtong Nihuta Desa Parulohan adalah desa
penghasil kopi terbesar yang ada di Kecamatan Lintong Nihuta. 7 Jenis kopi yang di
tanami masyarakat di Parulohan yaitu jenis kopi Arabika yang menurut variatesnya ada 2
jenis yaitu kopi Lasuna dan kopi Sigarar utang8. Awalnya kopi yang pertama ditanam
masyarakat di Desa Parulohan adalah jenis kopi Lasuna, dalam bahasa lokal kopi Lasuna
ini sering juga disebut dengan kopi Djember. Awal tahun 1970 kopi Lasuna menjadi salah
satu tanaman prioritas petani di Desa Parulohan, dan pada tahun 1988 ditemukan bibit
kopi lokal yaitu kopi Sigarar utang.

Dari hasil wawancara penulis dengan salah satu petani kopi di Desa Parulohan.
Masuknya kopi lasuna di desa ini tidak diketahui kapan dan siapa orang yang pertama
kali membawa dan menanam kopi lasuna di Desa Parulohan. Berbeda dengan kopi sigarar
utang, bibit kopi sigarar utang pertama kali ditanam salah seorang petani kopi yang
bernama oleh Binsar Sihombing, beliau adalah petani kopi yang memiliki areal terluas

7

Janiar Elisabet L Tobing, Peranan tenaga Kerja wanita Pada Usahatani Kopi dan Sikapnya
Dalam Peran Ganda Rumah Tangga (Studi Kasus: Desa Parulohan, Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten
Humbang Hasundutan), Skripsi Jurusan Pertanian USU, 2009. Hal. 30.
8
Sigarar utang artinya alat pembayar ataupun pelunas utang. Berdasarkan surat keputusan
Menteri Pertanian Nomor 205/kpts/sr. 120/4/2005 tanggal 12 April 2005, kopi sigarar utang merupakan
kopi lokal variates unggul yang ditemukan di kecamatan Paranginan yaitu variates sigarar utang yang
menjadi Variates Nasional.

4

Universitas Sumatera Utara


tanaman kopi di Desa Parulohan. Bibit kopi sigarar utang berasal dari dusun yang
bernama huta Batu Gajah, desa Paranginan Utara, Kecamatan Paranginan tahun 19889.
Awalnya bibit kopi sigarar utang ditanam hanya sebagai bahan percobaan, namun karena
hasil yang memuaskan sehingga masyarakat tertarik dan langsung menanaminya.
Masuknya jenis kopi Sigarar utang yang semakin menambah dan menambah
minat petani di desa ini untuk mengembangkan dan bercocok tanam kopi. Keberadaan
kopi sigarar utang yang tidak mempengaruhi terhadap keberadaan kopi Lasuna, sehingga
keberadaan kopi lasuna masih tetap dipertahankan dan dibudidayakan oleh para petani.
Namun sebagian masyarakat ada juga yang tetap mempertahankan dan menanam kopi
lasuna, bahkan ada yang menanam kopi sigarar utang tanpa menghilangkan kopi lasuna.
Adanya bibit kopi sigarar utang yang merupakan bibit kopi terbaru membuat masyarakat
semakin memperluas areal pertanianya.
Keberadaan kopi lasuna dan sigarar utang membawa banyak perubahan terhadap
pola ataupun sistem pertanian oleh petani kopi di Desa Parulohan. Hal tersebut terlihat
dari semakin meluasnya areal pertanian untuk kopi, juga tampak dari beralihnya pungsi
harangan10, tombak11, dan hauma 12 menjadi areal pertanian. Hal tersebut juga

dipengaruhi oleh turunya harga kopi Robusta di akhir tahun 1970-an, membuat
masyarakat semakin mengembangkan pertanian jenis kopi lasuna dan sigarar utang.

Kopi sebagai faktor produksi dan sumber penghasilan yang menjadi pembeda pola
kehidupan petani di Desa Parulohan. Jenis tanaman kopi yang ditanam oleh petani, baik
kopi Lasuna maupun kopi Sigarar utang memiliki potensi ataupun nilai lebih yang

9

Wawancara dengan Tumpal Sihombing di Banjar Ganjang, 15 Mei 2013
Harangan artinya padang rumput yang luas, tempat penggembalaan kerbau.
11
Tombak artinya hutan atupun ladang yang belum dikelolah, sebagai tempat masyarakat mencari
kayu bakar dan sebagainya.
12
Hauma artinya daerah persawahan, di Desa Parulohan sebagian sawah masyarakat beralih fungsi
menjadi areal penanaman kopi.
10

5

Universitas Sumatera Utara


menjadi faktor yang menarik niat masyarakat sehingga keberadaan kedua jenis kopi tetap
dipertahankan dan ditanam oleh petani.
Keberhasilan petani di Desa Parulohan dalam mengembangkan usaha pertanian
kopi terlihat jelas setelah masuknya kopi Lasuna dan kopi Sigarar utang. Jika dilihat dari
jumlah produksi dan luas areal pertanian, luas pertanian kopi lasuna dan Sigarar utang
keduanya tidak jauh berbeda. Bagi petani di Desa Parulohan, perbedaan jenis tanaman
yang ditanami oleh petani bukanlah sebuah hal yang menyebabkan adanya perbedaan
ataupun kesalahpahaman dalam masyarakat.
Proses keberlangsungan hidup petani di Desa Parulohan yang tidak bisa terlepas
dari keberadaan kopi. Kopi menjadi tanaman yang pokok dan sumber penghasilan yang
membedakan dua objek yang berbeda yaitu kehidupan petani kopi lasuna dan petani kopi
sigarar utang. Kopi lasuna dan kopi sigarar utang mempunyai makna dan dampak
terhadap keberlangsungan hidup petani di desa Parulohan.
Bagi petani di Desa Parulohan tanaman kopi bukanlah hanya sebagai bahan
minuman, tetapi menjadi komoditas unggulan sebagai penunjang kehidupan petani.
Kedua jenis kopi yaitu kopi Lasuna dan kopi Sigarar Utang menjadi icon penting di desa
ini. Hasil usaha pertanian kopi yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan
petani. Meningkatanya hasil pertanian kopi di desa ini, sehingga tingkat sosial dan budaya
masyarakat terlihat merata tanpa ada perbedaan yang mencolok dalam kehidupan
masyarakat.

Dengan demikian, melakukan pengkajian terhadap petani kopi lasuna dan petani
kopi sigarar utang di Desa Parulohan, dalam waktu dan wilayah yang sama merupakan
alasan dan tujuan yang terpenting yang akan dilakukan oleh penulis. Menariknya
keberadaan kopi lasuna dan kopi sigarar utang berkontribusi banyak membidani
perubahan sosial (sosial change) dan perbedaan petani di desa Parulohan.

6

Universitas Sumatera Utara

Akhirnya berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik mengkajinya dalam
konteks sejarah pedesaan, yang sifatnya komparatif (perbandingan) dua objek yang
berbeda yaitu petani kopi Lasuna dan petani kopi Sigarar utang. Oleh sebab itu
pembabakan dalam penulisan yang dilakukan oleh penulis tidak terlalu meluas, maka
ditentukan periodesasi yang tepat. Penelitian ini di awali mulai dari tahun 1988, yang
diprakarsai dengan dimulainya pertanian kopi Sigarar utang. Jangkauan waktu (scope
temporal) penelitian ini diakhiri pada tahun 2002, dengan tujuan untuk mengetahui

bagaimana keadaan dan perubahan yang terjadi khususnya bagi petani dan pertanian kopi
di Desa Parulohan selama kurun waktu 14 tahun.

Akhirnya, pemilihan topik ini tentunya berdasarkan kedekatan emosional dan
intelektual penulis.13 Meksipun demikian, penulis tetap bersikap kritis dalam melakukan
penelitian agar hasilnya objektif. Dalam penelitian ini penulis bebas dari tarik ulur
kepentingan apapun, kecuali untuk kepentingan akademis.

1.2 Rumusan Masalah
Dalam rangka melakukan sebuah penelitian yang menjadi landasan dari penelitian
itu sendiri adalah apa yang menjadi akar permasalahannya. Berangkat dari latar belakang
di atas, maka dibuatlah suatu perumusan mengenai masalah yang hendak diteliti sebagai
landasan utama dalam penelitian sekaligus menjaga sinkronisasi dalam uraian penelitian.
Untuk mempermudah penulisan dalam upaya menghasilkan penelitian yang objektif,
maka pembahasannya dirumuskan terhadap masalah-masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi kehidupan masyarakat di Desa Parulohan hingga tahun
1988?

13

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah , Yogyakart: PT. Bentang Pustaka,2005, hal. 91-93.

7

Universitas Sumatera Utara

2. Bagaimana kondisi dan mata pencaharian masyarakat di Desa Parulohan
sebelum masuknya tanaman kopi?
3. Bagaimana latar belakang dan perkembangan pertanian kopi di Desa
Parulohan?
4. Bagaimana pola kehidupan petani kopi Lasuna dan petani kopi Sigarar utang
serta dampak pertanian kopi terhadap kehidupan petani di Desa Parulohan ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Setelah memperhatikan apa yang menjadi permasalahan yang akan dikaji oleh
penulis maka yang menjadi permasalahan yang selanjutnya adalah apa yang menjadi
tujuan penulis dalam penelitian ini, serta mamfaat yang didapatkan dari hasil penulisan.
Memang masa lalu tidak dapat ditampilkan dalam rekonstruksi seutuhnya, namun
rekonstruksi manusia perlu dipelajari sehingga diharapkan mampu memberikan pelajaran
bagi manusia di masa kini dan masa yang akan datang.
Adapun tujuan penulisan ini adalah:
1. Mengetahui dan menjelaskan kondisi kehidupan masyarakat di Desa
Parulohan sebelum tahun 1988.
2. Mengetahui dan menjelaskan mata pencaharian petani di Desa Parulohan
sebelum serta setelah masuknya tanaman kopi.
3. Mengetahui dan menjelaskan bagaimana kondisi petani dan perkembangan
pertanian di Desa parulohan setelah masuknya tanaman kopi.
4. Mengetahui proses dan pola kehidupan petani kopi Lasuna dan petani kopi
Sigarar utang serta dampak pertanian kopi terhadap petani di Desa Parulohan.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Menambah pengetahuan sekaligus memotivasi peneliti dalam menghasilkan
karya-karya historiografi serta memberikan referensi literatur yang berguna

8

Universitas Sumatera Utara

terhadap dunia akademis, terutama dalam studi sejarah guna membuka ruang
penulisan sejarah yang berikutnya.
2. Menjadi suatu deskripsi yang berguna bagi pemerintah dan khususnya
masyarakat Desa Parulohan dalam menyelenggarakan proses pembangunan
sarana dan prasarana di bidang pertanian.
3. Sebagai bahan masukan dan perbandingan, juga sebagai literartur dan pustaka
tambahan bagi mahasiswa jurusan sejarah dan pihak yang memerlukan.

1.4 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah pintu gerbang pengantar dalam melakukan penelitian ini.
Tinjauan pustaka sangatlah diperlukan dalam suatu penelitian dimana hal ini dapat
berpungsi sebagai sumber pendukung penelitian sehingga hasil penelitian sesuai dengan
yang diharapkan. Oleh sebab itulah relevansi literatur yang digunakan menjadi sebuah
tuntutan dalam sebuah penelitian. Untuk itu, beberapa refrensi yang di gunakan penulis
diantaranya:
“Perkembangan Pertanian di Indonesia” yang ditulis oleh Jan H. M. Oudejans
(1995). Buku ini menjelaskan kronologi tentang sejarah perkembangan pertanian di
Indonesia, yang dimulai dari era masuknya pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia
sampai sekarang. Buku ini berusaha menjelaskan bagaimana pengaruh, juga menguraikan
pengaruh kebijakan Belanda yang turut mengantarkan keberhasilan kegiatan pertanian
sampai saat ini.

Masuknya pemerintahan Belanda di Indonesia, yang mempunyai

pengaruh penting dalam usaha pengembangan perkebunan swasta dan pertanian rakyat
(Bevolkingscultuur) di Indonesia yaitu tembakau, kopi, kakao, kelapa sawit, tebu yang

merupakan tanaman komoditas ekspor yang mempunyai nilai tinggi dari masa kolonial
sampai sekarang.

9

Universitas Sumatera Utara

Penulis terinspirasi dari sebuah skripsi jurusan pertanian Universitas Sumatera
Utara yang berjudul : Peranan Tenaga Wanita pada Usahatani Kopi dan Sikapnya
Terhadap Peran Ganda Rumah Tangga ( studi kasus, desa Parulohan, kecamatan
Lintong Nihuta kabupaten Humbang Hasundutan) yang ditulis oleh Janiar Elisabet L.

Tobing tahun 2008. Meskipun skripsi ini pembahasanya secara umum dan terfokus pada
peran tenaga wanita dalam usahatani kopi, skripsi ini membantu penulis dalam
mengelaborasi data tentang keaadan petani dan perkembangan pertanian kopi di Desa
Parulohan.
Yang ditulis oleh Drs. Raharjo, M. Sc. (1999) berjudul Pengantar Sosiologi
Pedesaan dan Pertanian. Buku ini menguraikan tentang

dasar pemahaman tentang

masyarakat pedesaan yang dikaji dalam perspektip sosiologis, juga berbagai konsep,
fenomena, serta imformasi tentang masyarakat desa umumnya di dunia maupun Indonesia
khususnya. Dari buku ini juga dapat dilihat beberapa persoalan-persoalan mengenai
proses perubahan masyarakat pedesaan, juga hubungan antara pertanian dengan pedesaan.
Buku Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara (2011), yang berjudul Kopi
Arabika di Sumatera Utara. Buku ini menjelaskan tentang perkembangan pertanian kopi

Arabika di Sumatera Utara sebagai tanaman komoditas petani di berbagai kabupaten di
Sumatera Utara. Buku ini juga membahas tentang pedoman-pedoman teknis budidaya
tanaman kopi sebagai bahan acuan untuk petani kopi dalam mengembangkan pertanian
kopi di Sumatera Utara.
Buku yang ditulis oleh Pujo Suharso (2002), yang berjudul Tanah, Petani, Politik
Pedesaan. Buku ini mengkaji tentang konteks kehidupan yang bercorak agraris, persoalan

pedesaan dan dinamika kehidupan petani. Strategi survival petani menghadapi gelombang
modernisasi pertanian yang dikaitkan dengan kehidupan petani merupakan pijakan untuk

10

Universitas Sumatera Utara

mendorong perekononomian lewat peningkatan pertanian menjadi kajian yang
dipokuskan dalam penulisan buku ini.

1.5 Metode Penelitian
Dalam penulisan sejarah ilmiah, pemakaian metode sejarah ilmiah sangatlah
penting. Metode penelitian sejarah lazimnya disebut sebagai metode sejarah. Metode
penelitian ini dimaksudkan untuk merekontruksi masa lampau manusia sehingga
menghasilkan suatu karya ilmiah yang bernilai. Penelitian ini menggunakan metode
sejarah yaitu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dari peninggalan
masa lampau14. Ada beberapa tahap yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahap
heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi15.
Langkah pertama yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah heuristik atau
pengumpulan data atau bahan-bahan sebanyak mungkin yang memberi penjelasan tentang
masalah dalam penelitian yaitu pertanian kopi di Desa Parulohan. Pengumpulan data ini
dilakukan dengan dua cara yaitu melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi
kepustakaan yaitu mencari sumber tertulis yang berasal dari buku seperti dari
perpustakaan, perpustakaan daerah maupun dari toko-toko buku lainnya, majalah, surat
kabar, hasil laporan penelitian, dan data yang diperoleh dari internet. Penulis mencari
sumber tentang pertanian kopi serta perubahan yang terjadi di Desa Parulohan terutama
di bidang ekonomi. Kopi mampu menaikkan tingkat perekonomian masyarakat di Desa
Parulohan. Studi lapangan dilakukan dengan cara mewawancarai para petani kopi seperti
Tumpal Sihombing, Arpin Sihombing, dll. Selain wawancara terhadap petani, penulis
juga melakukan pengamatan langsung ke lapangan.
14

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah ( terjemahan. Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI
Press,1971, hal 18.
15
Dudung Abdurahman, Metode Sejarah , Yogyakarta: Logos, 1999, hal 35.

11

Universitas Sumatera Utara

Langkah berikutnya, melakukan kritik terhadap sumber. Untuk memeriksa
keabsahan sumber melalui kritik intern yang bertujuan untuk memperoleh fakta yang
kredibel dengan cara menganalisis isi ataupun penjelasan dalam sumber tertulis dan kritik
ekstern dalam memperoleh fakta yang otentik dengan cara meneliti asli atau tidaknya
sumber tersebut. Data yang ada tentang pertanian kopi di Desa Parulohan sangat perlu
dilakukan kritik sumber. Sesudah melakukan langkah pertama dan langkah kedua berupa
heuristik dan kritik sumber, langkah selanjutnya dilakukan interpretasi. Langkah ini
merupakan metode yang dilakukan untuk menafsirkan fakta-fakta yang sudah diseleksi
dan menghasilkan data yang valid.
Langkah terakhir yang dilakukan dalam metode penelitian ini adalah metode
penulisan sejarah atau historiografi. Langkah ini penulis menjabarkan data hasil
penelitian sekaligus rangkaian secara kronologis dan sistematis dalam bahasa tulisan
dapat berbentuk deskriptif naratif sehingga menghasilkan sebuah karya ilmiah sejarah.
Langkah ini menuliskan hasil yang didapatkan selama penelitian yaitu seperti apa
pertanian kopi di Desa Parulohan, pertanian yang dilakukan oleh masyarakat sebelum
pertanian kopi dan juga perkembangan maupun dampak

pertanian kopi terhadap

masyarakat di Desa Parulohan.

12

Universitas Sumatera Utara