Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata dan Pemilihannya sebagai Bahan Ajar di SMA

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

PADA NOVELSEBELAS PATRIOTKARYA ANDREA HIRATA DAN PEMILIHANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA

Oleh

JUSMALINDA

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan karakter pada novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata dan pemilihannya sebagai bahan ajar di SMA. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter pada novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata dan kelayakannya sebagai bahan ajar di SMA.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata. Peneliti menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter yang meliputinilai jujur, nilai disiplin, nilai percaya diri, nilai peduli, nilai mandiri, nilai gigih, nilai tegas, nilai bertanggung jawab, nilai kreatif, nilai bersikap kritis, nilai kerja sama.

Setelah dilakukan penelitian, ditemukan tujuh nilai pendidikan karakter yang meliputi14 nilai gigih, 13 nilai peduli, 6 nilai kreatif, 4 nilai percaya diri, 2 nilai kerja sama, 1 nilai jujur,dan1 nilai disiplin. Selain itu, novel ini layak untuk


(2)

ii

kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Isi novel ini memunyai relevansi dengan standar kompetensi membaca memahami hikayat, novel Indonesia atau novel terjemahan dan kompetensi dasar yaitu menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia atau novel terjemahan pada kelas XI semester 1.


(3)

(Skripsi)

Oleh JUSMALINDA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

Oleh JUSMALINDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(5)

HALAMAN JUDUL Halaman

ABSTRAK ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

RIWAYAT HIDUP DAN PENDIDIKAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

SANWACANA... vi

DAFTAR ISI... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Pengertian Sastra ... 6

B. Pengertian Novel ... 8

C. Unsur Novel ... 9

D. Tema dalam Novel ... 10

1. Pengertian Tema... 10

2. Cara Menemukan Tema ... 12

E. Pendidikan Karakter... 12

1. Nilai Jujur... 16

2. Nilai Disiplin... 19

3. Nilai Percaya Diri... 20

4. Nilai Peduli ... 22

5. Nilai Mandiri... 24

6. Nilai Gigih... 26

7. Nilai Tegas ... 28

8. Nilai Bertanggung Jawab ... 30

9. Nilai Kreatif ... 33

10. Nilai Bersikap Kritis ... 35


(6)

x

A. Desain Penelitian ... 45

B. Sumber Data ... 46

C. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 46

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Hasil Penelitian ... 47

B. Tema dalam Novel ... 47

C. Bahasan Hasil Penelitian... 48

1. Nilai Gigih... 48

2. Nilai Peduli ... 65

3. Nilai Kreatif ... 80

4. Nilai Percaya Diri... 85

5. Nilai Kerja Sama ... 89

6. Nilai Jujur... 92

7. Nilai Disiplin... 93

8. Nilai Mandiri... 95

9. Nilai Tegas ... 95

10. Nilai Bertanggung Jawab ... 96

11. Nilai Bersifat Kritis ... 96

D. PemilihannyaSebagai Bahan Ajar... 97

1. Bahasa ... 98

2. Psikologi... 100

3. Latar Belakang Budaya ... 102

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 104

A. Simpulan ... 104

B. Saran... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107


(7)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. Al Insirah:6)

”Doa adalah penyelesaian stres terbaik.” (Mario Teguh)

”Hidup itu seperti kendaraan. Lampu depannya lebih terang daripada lampu belakang. Masa depan lebih harus lebih cerah dari masa lalu.”


(8)

Kupersembahkan karyaku ini kepada orang-orang tersayang.

Kedua orang tuaku, yang selalu memberikan dukungan dan terus berjuang tanpa mengenal lelah demi memberi kehidupan dan pendidikan yang terbaik untuk

anak-anaknya.

Kakak-kakakku: Desi Kartika, Fahlevi, Junaidi, dan Indah Setya Wati, terima kasih atas dukungan, pengertian, dan pengorbanannya.

Adik-adikku: Asna Wati, Rosita Diana, Nurhidayattuloh, dan Roicha Aryani, yang selalu memberikan semangat dan saran yang sangat berharga.


(9)

Judul : Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Sebelas PatriotKarya Andrea Hirata dan Pemilihannya sebagai Bahan Ajar di SMA Nama Mahasiswa : Jusmalinda

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743041022

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Bandar Lampung, Juli 2012 MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing 1

Dr. Muhammad Fuad, M. Hum. NIP 19590722 1986031003

Dosen Pembimbing 2

Drs. Kahfie Nazaruddin, M. Hum. NIP 19610104 1987031004

2. Ketua Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Seni

Drs. Imam Rejana, M. Si. NIP 19480410211978031004


(10)

Penulis dilahirkan di Gayabaru pada 16 Mei 1988. Penulis adalah anak kedua dari pasangan Hasyim dan Nuriyah. Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Gayabaru, Kecamatan Seputih Surabaya, Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2000. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ditempuh di MTs Manbaul Ulum Gayabaru, Kecamatan Seputih Surabaya, Lampung Tengah diselesaikan tahun 2003. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Metro pada tahun 2007. Tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.


(11)

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Karakter pada NovelSebelas PatriotKarya Andrea Hirata dan Pemilihannya sebagai Bahan Ajar di SMA”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Dalam penulisan skripsi ini penulis benyak mendapatkan banyak bantuan,

bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak berikut ini.

1. Dr. Muhammad Fuad, M. Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan pengetahuan, nasihat, arahan, saran, dan motivasi kepada penulis.

2. Drs. Kahfie Nazaruddin, M. Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan pengetahuan, nasihat, arahan, saran, dan motivasi kepada penulis.

3. Drs. Imam Rejana, M. Si., selaku dosen pembahas yang telah memberikan pengetahuan, nasihat, arahan, kritik, saran, dan motivasi yang sangat bermanfaat bagi penulis.


(12)

vii

5. Dr. H. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta stafnya.

6. bapak dan ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. yang telah membekali ilmu pengetahuan yang

bermanfaat bagi penulis.

7. ayah dan ibu tercinta (Hasim dan Nuriyah) yang selalu setia mendoakan, memberi motivasi, dukungan, upaya, serta kasih sayang yang tulus kepada penulis.

8. kakak dan adik-adikku yang selalu mendoakan dan memberiku motivasi dan seluruh keluarga besar Hasim dan Nuriyah yang telah memberiku kasih sayang. 9. teman-teman di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

(Batrasia) NR angkatan 2007 FKIP Unila Terima kasih atas kekompakan dalam menuntut ilmu dan indahnya kebersamaan dalam suka dan duka. Akan

kukenang selama hidupku bahwa kalian adalah keluarga kecilku di kampus hijau Unila.

10. teman-teman PPL seperjuangan di SMA Bina Mulya Bandarlampung.

11. seseorang yang selalu memberi perhatian, dukungan, motivasi, pengertian dan selalu mengajarkan arti kesabaran.


(13)

viii bermanfaat bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, Juli 2012

Penulis, Jusmalinda


(14)

A. Latar Belakang Masalah

Prosa adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang di antaranya adalah novel. Novel memiliki dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur karya sastra yang membangun dari luar. Di dalam meneliti unsur instrinsik sebuah novel kita dapat meneliti nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel tersebut.

Karakter berarti watak atau tabiat. Selain itu, karakter sering dikaitkan dengan kejiwaan. Jadi, karakter adalah sistem keyakinan dan kebiasaan yang ada dalam diri seseorang yang mengarahkannya dalam bertingkah laku.

Nilai pendidikan karakter dapat dijadikan salah satu bahan ajar oleh seorang guru, seorang guru haruslah teliti dalam memilih bahan ajar untuk peserta didik

misalnya saja novel yang akan dipilih guru untuk bahan ajar. Setelah membaca sebuah novel pembaca diharapkan mendapat pemahaman tentang apa yang terjadi pada masyarakat pada waktu novel itu bercerita.


(15)

Alasan peneliti memilih novelSebelas Patriot karya Andrea Hirata sebagai subjek penelitian adalah sebagai berikut.

1. Bahasa yang digunakan mudah dipahami, menarik, dan sangat inspiratif, serta kisahnya yang menggetarkan semangat untuk mewujudkan impian sekaligus memberikan keyakinan bahwa kesungguhan akan membuahkan keberhasilan. 2. Ceritanya mampu memberikan motivasi bagi pembaca dalam menjalani hidup

dan menjadikan diri lebih bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan agama.

3. Novel ini disampaikan bukan hanya sebagai karya seni, tetapi juga

mengandung proses pendidikan dan pembudayaan untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal dan tidak kenal menyerah demi mewujudkan cita-cita dan membahagiakan orang-orang di sekitar kita.

4. Novel ini terinspirasi dari kisah nyata sehingga dapat menginspirasi pembaca agar lebih baik dan lebih menghargai sesama manusia.

NovelSebelas Patriotmenyuguhkan kisah yang menggetarkan dan sangat inspiratif tentang cinta seorang anak kepada ayahnya. Anak tersebut ingin membuat orang tuanya bangga padanya sehingga pada suatu hari anak tersebut berjuang mati-matian untuk membelikan kaos yang bertandatangankan pemain sepak bola favoritnya. Novel tersebut juga mengisahkan tentang pengorbanan seorang ayah untuk keluarganya. Makna menjadi orang Indonesia dan kegigihan seseorang untuk menggapai mimpi serta perjuangan seorang untuk membela negara tercinta dengan bermain sepak bola hingga mengorbankan tempurung kakinya yang dihancurkan oleh Belanda.


(16)

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang nilai-nilai pendidikan karakter, yang meliputi nilai jujur, nilai disiplin, nilai peduli, nilai mandiri, nilai gigih, nilai tegas, nilai bertanggung jawab, nilai kreatif, nilai bersikap kritis, nilai kerja sama, dan mengetahui pemilihannya sebagai bahan ajar di SMA terdapat pada kompetensi mengenai pembelajaran sastra, khususnya novel dengan standar kompetensi membaca: memahami hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan; dan kompetensi dasar yaitu menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/novel terjemahan pada kelas XI, semester 1.

Penelitian mengenai nilai-nilai dalam novel atau karya sastra sudah pernah diteliti oleh Feni Patriani dengan judul “Nilai-Nilai Edukatif dalam NovelNegeri 5 MenaraKarya Ahmad Fuadi dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Feni Patriani terletak pada aspeknya yakni, peneliti lebih mengacu pada nilai-nilai pendidikan karakter dan pemilihannya sebagai bahan ajar di SMA, sedangkan Feni Patriani

menitikberatkan penelitiannya pada nilai-nilai edukatif pada novel dan kelayakannya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata dan pemilihannya sebagai bahan ajar di SMA?”


(17)

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk

1. mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novelSebelas Patriot karya Andrea Hirata, dan

2. menilai kelayakan novel tersebut untuk dijadikan sebagai alternatif bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis. 1. Manfaat Secara Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas ilmu, terutama di bidang sastra Indonesia yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter.

2. Manfaat Secara Praktis

Selain manfaat secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan juga dapat dimanfaatkan secara praktis, misalnya sebagai berikut.

a. Membantu guru Bidang Studi Bahasa Indonasia di Sekolah Menengah Atas dalam memberikan bahan pembelajaran yang berkaitan dengan sastra, terutama nilai-nilai pendidikan karakter.

b. Membantu siswa dalam memahami dan mengapresiasikan karya sastra, terutama karya sastra yang berupa novel.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Sumber data pada penelitian ini adalah novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh PT Bentang Pustaka, Yogyakarta, cetakan pertama Juni 2011, dengan tebal buku 112 halaman. Ruang lingkup penelitian ini yaitu


(18)

nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel tersebut; meliputi nilai-nilai jujur, nilai disiplin, nilai percaya diri, nilai peduli, nilai mandiri, nilai gigih, nilai tegas, nilai bertanggung jawab, nilai kreatif, nilai bersikap kritis, dan nilai kerja sama; dan pemilihannya sebagai bahan ajar di SMA.


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sastra

Sastra merupakan kata serapan yang berasal dari Bahasa Sanskerta yaitu,shastra. Sastra berarti teks yang mengandung“instruksi” atau “pedoman”, berasal dari kata dasarsasyang berarti “intruksi” atau “ajakan”. Di dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakanuntuk merujuk kepada “kesusastraan”atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Kesusastraan atau sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis dan sastra lisan (sastra oral). Sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori sastra adalah pantun, puisi, sajak, pribahasa, majas, novel, cerita/cerpen (tertulis maupun lisan), syair, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi, (Agni, 2000:1).

Sastra berdasarkan makna kata sastra dari berbagai bahasa berbeda-beda. Sebagai contoh,schrifftum(Jerman) yang berarti segala sesuatu yang tertulis, Sedangkan dichtungterbatas pada tulisan yang tidak langsung berkaitan dengan kenyataan, jadi yang bersifat rekaan, dan secara implisit ataupun eksplisit dianggap

memunyai nilai estetik.Geletterd(Belanda) berarti orang yang berperadaban dengan kemahiran khusus di bidang sastra. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, secara obyektif sastra dapat didefinisikan sebagai karya seni yang


(20)

otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca. Berdasarkan teori mimetik, karya sastra dianggap sebagai tiruan alam atau kehidupan (Teeuw, 1988:9).

Secara etimologis, kata“sastra”berasal dari bahasa sansekerta artinya tulisan, karangan. Akan tetapi,sekarang pengertian “kesusastraan” berkembang melebihi pengertian etimologis tersebut, kata “indah”sangat luas maknanya tidak saja menjangkau pengertian-pengertian, tetapi terutama adalah pengertian-pengertian yang bersifat rohaniah, misalnya bukankah pada wajah yang jelek orang masih bisa menemukan hal-hal yang indah (Esten, 1978:9).

Karya sastra juga merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat menimbulkan kesan yang indah pada jiwa pembaca. Imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan gambar-gambar kejadian

berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang dengan menggunakan bahasa. Berdasarkan bentuknya, karya sastra terdiri atas tiga jenis, yakni puisi, prosa, dan drama. Prosa secara etimologi adalah karya sastra yang berisi ide, pikiran, dan pengalaman pengarang dengan menggunakan bahasa langsung dan bebas (Zulfahnur, 1996:22). Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi, teks (naratif), atau wacana naratif. Hal ini berarti prosa (fiksi) merupakan cerita rekaan yang tidak didasarkan pada kebenaran sejarah (Abrams dalam Nurgiantoro, 2010:2). Salah satu contoh prosa fiksi tersebut adalah novel. Novel merupakan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.


(21)

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut yang menjelaskan tentang sastra, penulis mengacu pada pendapat Abrams yang menyatakan bahwa karya sastra dipandang sebagai ekspresi sastrawan, sebagai curahan perasaan, luapan perasaan, dan pikiran sastrawan yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Hal ini sesuai dengan pemikiran anak diusia remaja khususnya dijenjang Sekolah Menengah Atas.

B. Pengertian Novel

Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia dalam jangka yang lebih panjang dimana terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup antara para pelakunya (Esten, 1978:12). Latar belakang sejarah, zaman, dan latar belakang kemasyarakatan punya pengaruh yang besar dalam proses penciptaan, juga dalam penulisan novel (Esten, 1978:40). Dilanjutkan lagi novel adalah semua karya sastra Indonesia asli, bukan saduran yang berbentuk novel, ukuran untuk menentukan novel Indonesia selain keaslian bukan terjemahan atau saduran adalah pemakaian bahasa Indonesia sebagai mediannya (Esten, 1978:46).

Istilah novel berasal dari kata Latinnovellusyang diturunkan pula dari katanovies yang berarti “baru” cerita yang baru muncul kemudian sesudah drama, puisi, dan lain-lain (Tarigan, 1991:164). Pengertian novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (KBBI 2007:788).

Mendefinisikan novel sebagai suatu cerita dengan suatu alur yang cukup panjang mengisi satu buku atau lebih, yang menggarap kehidupan pria atau wanita yang


(22)

bersifat imajinatif (Tarigan, 1991:164). Sementara itu, menyatakan novel adalah penggambaran lingkungan kemasyarakatan serta jiwa tokoh yang hidup di suatu masa pada suatu tempat (Rampan, 1984:17).

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa novel adalah salah satu bentuk karya sastra dalam bentuk cerita yang panjang dan isinya menggambarkan, melukiskan, atau menceritakan berbagai kejadian atau peristiwa dalam kehidupan dengan menampilkan tokoh-tokoh; bersifat realistis atau diadaptasi dari

kenyataan; memiliki unsur-unsur yang lengkap, seperti tokoh dan

penokohan/perwatakan, tema, amanat, latar atau setting, alur atau plot, sudut pandang(point of view), dan gaya bahasa atau majas; serta mengandung nilai-nilai kehidupan. Sebagai sebuah karya sastra novel memiliki unsur-unsur yang

membangun, baik dari luar maupun dari dalam.

C. Unsur Novel

Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu keseluruhan yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel memunyai bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menggantungkan. Unsur-unsur tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri, tetapi secara tidak langsung memengaruhi karya sastra. Secara lebih khusus, unsur ini memengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra dan cukup berpengaruh


(23)

biografi pengarang, keadaan psikologi, ekonomi, politik, agama, sosial, dan pendidikan di dalamnya.

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun dari dalam karya sastra itu sendiri. Unsur ini dapat mewujudkan sebuah totalitas yang memunyai nilai estetik

antarunsurnya dan berkaitan satu sama lain. Unsur-unsur ini juga yang

menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud (Nurgiyantoro, 2010:210). Unsur intrinsik dalam karya sastra misalnya tokoh, alur, penokohan, latar, dan tema. Adapun tema dalam karya sastra akan diuraikan sebagai berikut.

D. Tema dalam Novel

Setiap karya sastra memiliki tema. Tema adalah hal yang sangat penting untuk menilai sebuah karya sastra. Tema merupakan salah satu unsur intrinsik sebuah karya sastra. Adapun pengertian tema sebagai berikut.

1. Pengertian Tema

Tema merupakan pemikiran utama yang menjadi persoalan bagi pengarang dan pembaca. Tema diungkapkan dalam sebuah karya sastra. Tema masih bersifat netral, belum memiliki tendensi (kecendrungan) memihak dan masih merupakan persoalan yang harus dibahas. Kita tidak dapat menolak atau mengharamkan sebuah karya sastra hanya karena temanya, karena tema merupakan salah satu amanat di dalam novel (Esten, 1978:22).


(24)

Tema merupakan gagasan dasar yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan menyangkut perasaan-perasaan atau perbedaan-perbedaan. Hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu dalam karya sastra ditentukan berdasarkan temanya. Tema bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran pristiwa-konflik-situasi tertentu. Termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain, karena hal-hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang ingin disampaikan. Tema merupakan pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema memunyai generalisasi yang umum, lebih luas, dan abstrak (Nurgiantoro, 2010:68).

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai tema tersebut, peneliti lebih mengacu pada pendapat Nurgiantoro, karena tema merupakan gagasan dasar yang

terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan menyangkut perasaan-perasaan atau perbedaan-perbedaan. Hadirnya pristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu dalam karya sastra ditentukan berdasarkan temanya. Tema bersifat ”mengikat”.

Tema dalam karya sastra lebih dari satu interpretasi. Hal ini yang menyebabkan tidak mudahnya kita dalam menentukan suatu tema dalam sebuah karya sastra. Adapun yang disebut tema pokok dan tema tambahan dalam sebuah karya sastra adalah sebagai berikut.

a) tema mayor merupakan makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya sastra. Menentukan sebuah pokok sebuah cerita pada hakikatnya merupakan aktivitas memilih, mempertimbangkan, dan menilai, di


(25)

antara sejumlah makna yang ditafsirkan ada dikandung karya yang bersangkutan.

b) tema minor merupakan makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita, dapat didefinisi sebagai makna bagian atau makna tambahan. Dengan demikian, banyak atau sedikitnya tema minor bergantung pada banyak sedikitnya makna tambahan yang dapat ditafsirkan dari sebuah cerita novel. Penafsiran makna itu harus dibatasi pada makna-makna yang terlihat

menonjol, di samping memunyai bukti-bukti konkret yang terdapat pada karya itu yang dapat dijadikan dasar untuk mempertanggungjawabkannya.

2. Cara Menentukan Tema

Langkah-langkah untuk menentukan sebuah tema adalah memahami isi cerita secara keseluruhan. Mencari kejelasan ide-ide, perwatakan, pristiwa, konflik, dan latar. Pembaca perlu memahami keadaan tokoh utama, karena biasanya tokoh utama dibebani dengan tugas membawakan tema. Untuk mengetahui tema dalam novel kita harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti apa motivasinya? Apa masalah yang dihadapi? Bagaimana perwatakannya? Bagaimana sikap dan

pandangan terhadap permasalahan yang terjadi? Apa dan bagaimana cara yang dipikir, dirasa, dan dilakukannya? Bagaimana keputusan yang diambil?

(Nurgiantoro, 2010:85)

E. Pendidikan Karakter

Karakter sebagai suatu’moral excellence’atau akhlak dibangun di atas berbagai kebajikan (virtues) yang pada gilirannya hanya memiliki makna ketika dilandasi atas nilai-nilai yang berlaku dalam budaya (bangsa). Karakter bangsa Indonesia


(26)

adalah karakter yang dimiliki warga negara bangsa Indonesia berdasarkan tindakan-tindakan yang dinilai sebagai suatu kebajikan berdasarkan nilai yang berlaku di masyarakat dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa diarahkan pada upaya mengembangkan nilai-nilai yang mendasari suatu kebajikan, sehingga menjadi suatu kepribadian diri warga negara (Kemendiknas, 2010: iii).

Secara etimologis, karakter berarti watak atau tabiat. Ada juga yang

menyamakannya dengan kebiasaan. Selain itu, ada yang mengaitkannya dengan keyakinan. Bahkan, disamakan dengan akhlak. Berdasarkan pengertian ini, yang jelas karakter sering dikaitkan dengan kejiwaan. Oleh karenanya, menurut ahli psikologi, karakter adalah sistem keyakinan dan kebiasaan yang ada dalam diri seseorang yang mengarahkannya dalam bertingkah laku. Hukum yang menarik terkait karakter. “Pikiran menghasilkan ucapan; ucapan mempengaruhi tindakan; tindakan menghasilkan kebiasaan; kebiasaan membentuk karakter; karakter menentukan nasib”(Kemdiknas, 2012).

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan


(27)

karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat (Kemendiknas, 2012).

Sebuah usaha dari individu, baik secara pribadi (melalui pengolahan pengalaman sendiri), maupun secara sosial (melalui pengolahan pengalaman atas struktur hidup bersama, khususnya, perjuangan pembebasan dari struktur yang menindas) untuk membantu menciptakan sebuah lingkungan yang membantu pertumbuhan kebebasannya sebagai individu, sehingga individualitas dan keunikannya dapat semakin dihargai (Albertus, 2011:193).

Karakter lebih bersifat subyektif, sebab berkaitan dengan struktur antropologis manusia dan tindakannya dalam memaknai kebebasannya, sehingga ia

mengukuhkan keunikannya berhadapan dengan orang lain. Sementara itu,

pendidikan senantiasa berkaitan dengan dimensi sosialitas manusia. Manusia sejak kelahirannya sudah membutuhkan kehadiran orang lain dalam menopang

hidupnya. Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan keseluruhan dinamika relasional antarpribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Agar pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya, sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka. Secara singkat pendidikan karakter bisa diartikan sebagai sebuah bantuan sosial agar individu itu dapat menghayati kebebasannya dalam hidup bersama orang lain dalam dunia ini pendidikan (Doni dalam Aqib, 2011:39).


(28)

Pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang. Atas dasar

pemikiran tersebut, pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah (Kemendiknas, 2012).

Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,

lingkungan, maupun bangsa, sehingga dapat terwujud insan kamil. Supaya lebih mudah memahami makna pendidikan karakter, mesti mengerti makna dari karakter itu sendiri terlebih dahulu. Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, prilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Sementara itu yang disebut dengan berkarakter ialah berkepribadian, berprilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak (Sudrajat dalam Aunillah, 2011:19).

Karakter mengacu kepada serangkaian sikap, prilaku, motivasi, dan keterampilan. Makna karakter itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark”atau menandai dan memfokuskan pada aplikasi nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus,


(29)

dan berkepribadian jelek dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang prilakunya sesuai dengan kaidah moral dinamakan karakter mulia (Mustofa dalam Aunillah, 2011:20).

Ada beberapa bentuk pendidikan karakter yang sangat perlu diajarkan kepada peserta didik sejak dini, diantaranya adalah jujur, disiplin, percaya diri, peduli, mandiri, gigih, tegas, bertanggung jawab, kreatif, dan kerja sama. Berikut paparannya secara rinci mengenai kesebelas nilai pendidikan karakter.

1. Jujur

Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Kejujuran merupakan salah satu sikap yang penting untuk dimiliki oleh semua lapisan masyarakat, maka perlu bagi sekolah-sekolah untuk menanamkan sikap ini kepada para peserta didik agar mereka memahami pentingnya bersikap jujur sejak dini. Menanamkan kejujuran kepada peserta didik sejak dini tentu saja dapat dilakukan saat mereka masih duduk di bangku sekolah dasar (Aunila,2011:47).

Jujur merupakan sikap seseorang yang lurus hati, tidak berbohong bila berkata dan tidak curang dalam bertingkah laku. Sikap jujur adalah ketulusan hati, kelurusan hati yang ditunjukan oleh seseorang terhadap orang lain atau lingkungan di tempat ia berada (KBBI, 2007:479).

Contoh 1.1:

Kadang Ali membawa uang yang tak seberapa jumlahnya. Tapi berapa pun penghasilannya, kadang 30 ribu kadang lebih dari itu, selalu ia serahkan kepada istri tercintanya. Ia menjelaskan dengan lembut bahwa


(30)

ia hanya berhasil mendapat uang segitu yang juga diterima dengan baik oleh istrinya (Kompas, 2012).

Data tersebut menggambarkan sikap jujur, yakni jujur merupakan hal yang cukup langka kita temukan di zaman seperti ini. Akan tetapi, tidak dengan pak Ali, ia selalu saja jujur kepada isterinya tentang penghasilan yang ia peroleh dari hasilnya bekerja sebagai tukang ojek. Banyak atau sedikit hasil yang ia peroleh, selalu ia berikan kepada istrinya. Kejujuran pak Ali dalam berprilaku dapat dipetik siswa sebagai sebuah pelajaran. Kelak siswa dalam menanamkan dan melakukan prilaku jujur dalam kehidupannya dari hal yang terkecil sekalipun. Oleh karena saat ini banyak siswa yang berprilaku tidak jujur, seperti bila mendapatkan nilai ulangan yang kecil siswa tidak mau menunjukkan hasil ulangannya tersebut kepada orang tuanya dengan alasan takut dimarah, padahal disaat siswa bersikap jujur mengenai hasil ulangan yang ia peroleh pasti orang tua siswa tersebut akan menghargai kejujuran anaknya dan tidak memarahi siswa tersebut .

Contoh 1.2:

Walhasil, takkala saya diajak menemani Ustad Arifin di sebuah acara di radio, tak diduga saya diminta untuk menyampaikan pengakuan tentang masa-masa kelamku yang penuh dengan noda hitam. Rupanya istriku juga menyimaknya. Ia baru mengetahui borok-borokku selama beberapa tahun yang sengaja kusembunyikan melalui siaran itu. Betapa

jengkelnya istriku karena selama ini aku bohongi. Setelah aku tiba dirumah, ia mencecar dengan berbagai pertanyaan dengan nada sedikit emosi.

Saya terima. Harus kuakui, saya memang banyak berbohong kepadanya takkala masih bergelut dengan maksiat. Takkala hari-hariku penuh dengan lembar-lembaran kelam. Akan tetapi dengan kesabaranku dan perilakuku yang telah berubah di bawah bimbingan Ustadz Arifin Ilham, akhirnya isteriku berucap syukur (Kompas, 2012).

Sepandai-pandainya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga, mungkin itulah ungkapan yang tepat untuk cuplikan di atas. Walaupun ia sudah berusaha


(31)

menyembunyikan kejujuran mengenai keadaan masa lalunya kepada istrinya, tetapi akhirnya istrinya mengetahui mengenai hal tersebut dengan cara yang tak diduga. Akan tetapi, karena keberaniannya mengungkap sebuah kejujuran yang selama ini telah disembunyikannya dan berjanji akan menjadi sosok yang lebih baik lagi, akhirnya sang istri mau memaafkan suaminya. Apapun keadaan kita, kita tidak boleh menyembunyikannya dari lingkungan sekitar, apa lagi harus sampai berbohong, karena walapun jujur sulit untuk dilakukan, tetapi dengan kejujuran maka kita memperoleh hasil yang baik pula. Sikap berani dalam mengungkapkan sebuah kejujuran pada cuplikan di atas, dapat diteladani oleh siswa. Oleh karena dengan sikap jujur apa adanya, siswa dapat menjalankan kehidupannya dengan lebih baik lagi dan lebih bermakna.

Contoh 1.3:

Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah menyanjung orang-orang yang memunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka. Termasuk dalam jujur adalah jujur kepada Allah, jujur dengan sesama, dan jujur kepada diri sendiri (Kompas, 2012).

Jujur merupakan hal yang sederhana. Namun, sangat sulit untuk dilakukan. Seperti kutipan tersebut dalam agama pun AllahSubhanahu Wataalamenyukai sebuah kejujuran dan akan ada nikmat dari kejujuran yang dilakukan. Hal itu dapat dijadikan salah satu bahan ajar agar siswa kelak menjadi siswa yang berkepribadian jujur dalam bersikap dan bertindak. Baik dalam lingkungan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat.


(32)

2. Disiplin

Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Menipisnya atau bahkan hilangnya sikap disiplin pada peserta didik memang merupakan masalah yang serius yang dihadapi oleh dunia pendidikan. Dengan tidak adanya sikap disiplin tentu saja proses pendidikan tidak akan berjalan secara maksimal, sehingga keadaan itu akan menghambat tercapainya cita-cita pendidikan. Akibat lain yang bakal ditimbulkan oleh peserta didik yang karakter disiplinnya kurang terbangun dengan baik adalah terpupuknya kebiasaan dan kecendrungan untuk berani melakukan berbagai pelanggaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Hal ini tentu saja dapat mendatangkan masalah tersendiri bagi peserta didik yang bersangkutan (Aunila, 2011:55).

Disiplin adalah tata tertib ketaatan kepada peraturan-peraturan yang berlaku (KBBI, 2007:268). Disiplin adalah salah satu sifat yang dimiliki oleh seseorang yang taat kepada peraturan yang berlaku di lingkungan tempat seseorang tersebut berada.

Contoh 2.1 :

Wayan Widiarta lima tahun mengabdi di puskesmas Way jepara, Lampung Timur, mendapat predikat sebagai dokter teladan se-Kabupaten Lampung Timur (Kompas, 2012).

Data tersebut mendefinisikan kedisiplinan seseorang dokter yang mengabdikan dirinya di sebuah puskesmas. Hingga akhirnya ia pun mendapatkan predikat sebagai dokter teladan. Hal ini dapat dicontohkan kepada pesera didik agar mereka menjadi disiplin dalam bekerja dan gigih untuk mengajar cita-cita, sebab dengan mencontohkan kedisiplinan seseorang maka siswa atau peserta didik


(33)

diharapkan akan terpacu untuk menjadi disiplin. Saat ini kedisiplinan sangatlah penting agar kehidupan siswa tersebut lebih baik dari yang sebelumnya.

Contoh 2.2 :

Manny Pacquiao telah bermetamorfosis juara duniapound to poundini bukan lagi pria bengal yang kerap berjudi dan menghabiskan waktu di klub malam. Itu adalah gambaran dirinya di massa silam. Kini ia telah menjadi petinju yang lebih disiplin. Ia lebih rajin mempelajari alkitab dan banyak menghabiskan waktu untuk keluarga dan Pacquiao merasa sangat bahagia dengan perubahan tersebut (Kompas, 2012).

Data tersebut menggambarkan kedisiplinan seorang petinju, yang dahulunya dia adalah penjudi dan melakukan perbuatan yang tidak mengenakan di masyarakat. Namun, dengan keinginannya yang mau merubah dirinya kearah yang lebih baik ia buktikan bahwa dirinya juga mampu untuk disiplin dalam berlatih tinju dan bertanggung jawab kepada keluarganya untuk menafkahi mereka. Sikap disiplin tersebut dapat diajarkan kepada peserta didik agar mereka dapat memperbaiki sikap mereka yang kurang baik, agar kelak mereka dapat berguna di masyarakat sekitar dan juga dapat bertanggung jawab dengan perbuatan yang telah mereka lakukan.

3. Percaya Diri

Percaya diri merupakan tingkah laku seseorang yang yakin akan dirinya sendiri, yakin akan apa yang sedang dilakukannya, seseorang tersebut dapat melakukan suatu hal atau keinginan yang ia inginkan. Percaya diri merupakan kegiatan yang luar biasa. Percaya diri laksanareactoryang membangkitkan segalaenergyyang ada pada diri seseorang untuk mencapai sukses. Sebagai generasi penerus bangsa, sikap percaya diri sangat penting ditanamkan pada peserta didik agar tumbuh menjadi sosok yang mampu mengembangkan potensi dirinya (Aunila, 2011:60).


(34)

Contoh 3.1:

“Di kepalaku berkecamuk badai mimpi: Tekad sudah aku bulatkan: kelak aku ingin menuntut ilmu ke luar negeri, kalau perlu sampai ke Amerika. Dengan sepenuh hati, aku torehkan tekad ini dengan huruf besar-besar. Ujung penaku sampai tembus kehalaman sebelahnya. Meninggalkan jejak yang dalam. “Man jadda wajadda. Bismilah”. Aku yakin Tuhan Maha Mendengar” (Fuadi, 2009:212).

Percaya kepada diri sendiri akan kemampuan yang ada di dalam diri kita akan menumbuhkan semangat dalam diri kita. Contoh tersebut menggambarkan keyakinan yang ada di dalam diri, membuat tokoh aku yakin bahwa ia dapat menggapai mimpinya untuk bersekolah di luar negeri. Hal tersebut dapat dijadikan salah satu contoh sikap percaya diri kepada peserta didik agar mereka dapat memiliki sikap percaya diri, sehingga mereka dapat diterima oleh

masyarakat di tempat mereka berada.

Contoh tersebut sesuai untuk dijadikan sebagai bahan ajar di sekolah khususnya sekolah menengah atas agar mereka memiliki sikap percaya diri.

Contoh 3.2:

”Guru sekolah dasar (SD) harus dapat memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada siswa untuk dapat mengerjakan soal ujian nasional (UN) sebaik-baiknya.”Hal itu diungkapkan kepala bidang Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (Kompas, 2012).

Penanaman sikap percaya diri pada siswa merupakan hal yang harus dilakukan oleh seorang guru kepada setiap anak didiknya agar anak didik tersebut dapat menjalankan segala sesuatu tanpa bantuan dari orang lain. Seperti pada saat mengerjakan UN, karena saat ini sulit sekali menemukan siswa yang benar-benar murni dalam mengerjakan UN dari hasil kemampuannya sendiri.


(35)

4. Peduli

Sikap peduli terhadap orang lain merupakan sikap yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia, terutama saat bangsa ini mengalami banyak masalah/musibah dan bencana. Namun, untuk menumbuhkan rasa kepedulian kita tidak perlu menunggu bencana terjadi. Hal ini karena setiap saat selalu ada banyak hal yang meminta kepedulian kita. Kepedulian merupakan sikap yang tidak bisa tumbuh dengan sendirinya, sebab perlu diadakan latihan, pengenalan,dan penanaman yang intens, sehingga nilai-nilai kepudilan tersebut akan tumbuh dan berakar kuat pada diri seseorang (Aunila, 2011:60).

Tiba-tiba saja Ibnu Jad’an teringat akan salahseorang tetangganya yang hidup dengan tujuh orang anak. Hati Ibnu Jad’an kian merintih mana kala mengingat keadaan ekonomi tetangganya ini. Mafhum di kalangan banyak orang di kota itu, kehidupan tetangganya ini sangat memprihatinkan. Ia sangat miskin. Ibnu Jad’an tak sanggup membayangkan bagaimana kesulitan hidup yang dihadapi keluarga ini.

“Demi Allah, saya akan meyedekahkan unta ini bersama anaknya, kepada tetangga saya karena Allah swt berfirman,‘kamu sekali-sekali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cinta.” (QS. Ali Imran: 92).

Bersedekah tidak akan membuat harta kita berkurang, tetapi justru akan menambahnya. Oleh karena dengan bersedekah, kita juga menunjukkan sikap kepedulian kita terhadap sesama. Seperti Ibnu Jad’an yang memberikan dua ekor unta kepada tetangganya yang kurang mampu, agar tetangganya tersebut


(36)

mendapat kehidupann yang lebih baik lagi. Kepedulian terhadap sesama

merupakan suatu kewajiban, karena manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sikap peduli terhadap sesama seperti yang dilakukan Ibnu Jad’an merupakan teladan sikap yang baik untuk siswa, agar kelak dalam

kehidupannya siswa memiliki rasa kepedulian terhadap sesama di mana pun siswa tersebut berada. Jika kita bersikap peduli terhadap orang yang memerlukan

pertolongan, kelak suatu saat bila kita membutuhkan pertolongan maka akan ada membantu kita lepas dari permasalahan yang kita hadapi.

Contoh 4.1:

Perhatian yang diperlihatkan Arifin pada para jamaah, tidak terkecuali aku yang baru pertama terlihat dimasjid kala itu, membuat keinginan tobatku semakin tinggi. Setiap kali ada kesempatan, saya coba

berkonsultasi dengannya agar hari depan jauh lebih terarah. Mulai saat itu, setiap kali ada jadwal-jadwal dzikir Arifin di daerah Jakarta, saya selalu hadir mengikuti. Rohaniku yang selama ini kering-kerontang mulai terisi. Saya merasa lebih tenang dan damai (Kompas, 2012). Kepedulian terhadap keadaan orang di sekitar kita dapat membuat seseorang lebih dihargai. Contohnya yang dilakukan Ustadz Arifin yang memberikan perhatian kepada setiap jamaahnya, sehingga membuat jamaahnya merasa sebagai sosok yang dihargai walaupun jamaahnya memiliki masa lalu yang tidak baik, tetapi Ustad tidak membeda-bedakannya, sehingga membuat si pelaku ingin

memperbaiki diri dan kesalahannya di masa lalu. Sikap peduli terhadap rekan yang memiliki masalah dapat membuat orang tersebut merasa tidak sendirian menghadapi masalah yang dihadapinya. Bukan malah menjauh dari orang yang bermasalah tersebut. Begitu juga dengan siswa, bila ada temannya yang memiliki masalah, siswa tersebut harus peduli, agar temannya tidak merasa sendiri dan


(37)

dapat bangkit dari masalah yang dihadapinya. Walaupun sangat kecil dan sederhana, sikap peduli dapat memiliki makna yang mendalam.

Contoh 4.2:

Sebagian dari jerih payah bekerja sebagai artis di negeri orang dimanfaatkan Tania untuk membantu komunitas tak mampu di Negerinya, Indonesia. Ia antara lain membangun sumur bagi warga miskin di desa di Garut, Jawa Barat.”sekarang hidupku 100 persen untuk akting. Akting membuatku senang, aku tidak mau sedih dalam hidupku (Kompas, 2012).

Data tersebut menggambarkan sikap peduli seorang artis terhadap masyarakat pedesaan yang kesulitan air bersih. Walaupun banyak yang menganggap

kehidupan sebagai artis adalah kehidupan yang gemerlap dan tidak memedulikan lingkungan sekitar. Namun, Tania dapat membuktikan dirinya memiliki sikap peduli kepada lingkungan sekitar. Dengan cara membangun sumur-sumur untuk membantu keluarga yang tidak mampu dan kekurangan air bersih. Hal tersebut dapat dijadikan salah satu contoh untuk mendidik anak agar mereka memiliki sikap peduli terhadap lingkungan sekitar.

5. Mandiri

Mandiri adalah sikap seseorang yang dalam keadaan berdiri sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Mandiri merupakan sebuah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Memunyai peserta didik yang mandiri memang merupakan dambaan setiap guru, sebab dengan sikap itu, proses belajar yang dijalani oleh peserta didik akan menjadi lancar, sehingga guru juga dapat menikmati tugas mengajarnya. Peserta didik yang mandiri bisa melayani kebutuhannya sendiri sekaligus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri (Aunila, 2011:72).


(38)

Mandiri adalah keadaan seseorang yang dapat berdiri sendiri yang dapat berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain (KBBI, 2007:710). Mandiri adalah sikap seseorang yang dapat melakukan pekerjaan atau menyelesaikan masalah yang ia hadapi sendiri.

Contoh 5.1:

Akhirnya, saya memutuskan keluar dari tempat kerjaku. Saya ingin merintis usaha sendiri yang lebih bersih di bidang perdagangan pelumas, sekaligus menjadi konsultan. Di saat pikiran masih kalut diselimuti oleh bayang-bayang gelimang dosa masa lalu, tiba-tiba keingintahuanku tentang jamaah dzikir muncul setelah melihat perkembangannya dari hari ke hari kian ramai (Kompas, 2012). Berani mengambil tindakan untuk memciptakan lapangan pekerjaan sendiri merupakan sikap kemandirian yang sangat baik. Selain dapat membantu orang lain untuk mendapatkan lapangan pekerjaan dengan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri kita dapat lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang telah dirintis dari awal. Sikap mandiri pada contoh di atas, dapat dijadikan contoh bagi siswa, agar siswa tidak bergantung kepada orang lain dalam menjalani kehidupannya, seperti dalam hal pekerjaan. Siswa dapat meniru sikap pelaku tersebut dengan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan dapat membantu orang lain.

Contoh 5.2:

Namun, lagi-lagi hati kecilku berkata agar aku berani untuk mengubah nasib. Saat itu, terbersit dalam benakku untuk merantau ke Jakarta. Kupilih ibu kota negara dengan segala gemerlap dan ingar-bingarnya, Jakarta toh cukup banyak memberi kesempatan bagi siapa saja yang memiliki kemampuan dan keuletan (Kompas, 2012).

Nasib kita berada di tangan kita sendiri, itulah petikan pepatah yang pernah kita dengar. Apabila kita tidak bertindak, maka nasib kita tidak akan berubah. Seperti


(39)

pada kutipan di atas, tokoh aku memberanikan diri mengadu nasib ke Jakarta, karena ia bertekad untuk mengubah nasibnya, ia tidak mau bergantung kepada orang lain. Sikap kemandiriannya tersebut dapat dijadikan contoh bagi siswa agar kelak siswa menjadi sosok yang mandiri terutama dalam kehidupan pribadinya saai ini maupun saat siswa telah terjun ke masyarakat.

6. Gigih

Gigih merupakan keteguhan memegang pendapat, mempertahankan pendirian atau keuletan. Saat ini peserta didik dari semua jenjang perlu diajarkan mengenai nilai kegigihan. Kegigihan ialah semangat pantang menyerah yang diikuti

keyakinan kuat dan mantap untuk mencapai impian dan cita-cita. Dalam kenyataannya, nilai-nilai tersebut sangat dibutuhkan oleh semua orang agar mereka selalu memiliki semangat yang besar dan tidak mudah putus asa dalam mencapai cita-cita (Aunila, 2011:75).

Sikap gigih atau kerja keras serta optimis termasuk di antara akhlak mulia yakni percaya akan hasil positif dalam segala usaha. Oleh karena itu, manusia harus optimis dan tidak boleh pesimis. Perhatikan Firman Allah SWT berikut yang artinya : “…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…” (QS Ar-Ra’d :11).

Manusia sebagai makhluk yang bersifat individu dan sosial selalu memunyai keinginan untuk meningkatkan kemajuan prestasi serta taraf hidupnya.

Kebutuhan-kebutuhan hidupnya selalu ingin dipenuhi dengan berbagai macam cara, agar keinginan tersebut dapat tercapai sehingga mendapatkan rezeki yang halal dantayyib(baik).


(40)

Caranya telah diisyaratkan dalam firman Allah yang artinya :“Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak–banyak agar kamu beruntung”(QS Al-Jumu’ah :10).

Gigih adalah sikap seseorang yang tetap teguh pada pendirian atau pikiran, keras hati. Ulet dalam bekerja. Kegigihan, keteguhan memegang pendapat atau

mempertahankan pendiriannya (KBBI, 2007:363). Contoh 6.1:

September 2003, saya berikrar untuk menjalankan 7 sunnah harian sebagaimana disarankan Ustadz Arifin Ilham. Sunnah-sunnah harian yang dimaksud adalah melanggengkan shalat tahajjud, tadabbur al-quran, shalat subuh berjamaah di masjid, shalat dhuha setiap hari, bersedekah, menjaga wudhu dan dzikir atau istighfar setiap saat. Alhamdulillah, hingga saat ini saya tidak pernah putus menjalankan amalan-amalan itu. Dimanapun berada, saya berusaha biasa shalat subuh berjamaah di masjid. Saya merasakan bahwa ibadah adalah kebutuhan kita. Oleh karena itu, saya berkewajiban untuk menyelamatkan saya dan keluarga saya di akhirat, saya tidak mau lagi merekayasa segala sesuatu yang membuat saya tidak amanah lagi (Kompas, 2012).

Senantiasa gigih melakukan apa yang telah kita niatkan dalam diri dapat membuat kehidupan kita menjadi lebih baik lagi. Seperti pada kutipan tersebut sang pelaku selalu berusaha menjalankan 7 sunnah harian setiap hari, ia selalu berusaha dapat melakukan semuanya dengan baik setiap harinya, sehingga membuat

kehidupannya kini menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Berusaha melakukan apa yang telah kita niatkan di dalam hati memerlukan sebuah usaha yang cukup gigih. Oleh karena di tengah perjalanan banyak sekali godaan yang mengganggu kita untuk meninggalkan hal tersebut. Namun, dengan berusaha gigih maka apa yang telah kita niatkan akan berjalan dengan baik. Sikap gigih dalam melakukan sesuatu hal seperti yang dicontohkan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan


(41)

sehari-hari siswa, agar siswa menjadi sosok yang tidak mudah menyerah dengan keadaan dan selalu memegang teguh prinsipnya dalam kehidupannya.

Contoh 6.2:

Ada seorang yang cacat. Tangan kanannya tidak bisa ia gerakan sejak ia lahir. Kaki kanannya pun pincang. Namun, pria ini sangat aktif dengan menggunakan tangan kirinya. Ia belajar bersama anak-anak normal di sekolah. Segala pekerjaan ia lakukan dengan tangan kirinya. Ia tidak minder. Ia melakukan semua pekerjaan rumah dengan baik dan benar. Di sekolah, ia bukan anak yang bodoh. Otaknya encer. Ia sering menduduki rangking pertama dalam kelasnya (Kompas, 2012).

Data tersebut menggambarkan kegigihan seorang yang cacat. Tangan kanannya tidak bisa ia gerakan sejak ia lahir. Kaki kanannya pun pincang. Namun, ia sangat aktif dengan menggunakan tangan kirinya. Ia belajar bersama anak-anak normal di sekolah. Ia memiliki sikaf gigih dalam setiap usaha yang ia lakukan. Segala pekerjaan ia lakukan dengan tangan kirinya. Ia tidak minder. Ia melakukan semua pekerjaan rumah dengan baik dan benar. Hingga di sekolah, ia bukan anak yang bodoh. Otaknya encer. Karena kegigihannya ia sering menduduki rangking pertama dalam kelasnya. Sikap gigih yang digambarkan pada data tersebut dapat dijadikan salah satu bahan pembelajaran di sekolah agar siswa dapat bersikap gigih dalam kehidupannya.

7. Tegas

Tegas merupakan salah satu sikap manusia yang jelas, terang-terangan, pasti, dan tidak ragu-ragu dalam menjalankan kehidupannya. Ketegasan merupakan salah satu nilai yang perlu ditanamkan pada peserta didik. Sikap ini diperlukan olehnya dalan menjalani pergaulan, terutama agar ia mampu memutuskan hal yang benar dan yang keliru. Ketegasan juga diperlukan agar ia bisa menyatakan sesuatu yang


(42)

ia inginkan tanpa harus melukai perasaan orang lain sekaligus dapat memilih untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan.

Secara psiologis ketegasan bisa membuat peserta didik lebih percaya diri dan lebih menghargai dirinya sendiri. Sebab ia juga memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik. Selain itu, ketegasan juga akan membuatnya menjadi pandai menyelesaikan masalah-masalah dalam hidupnya, lihai mencari solusi terbaik bagi dirinya, serta trampil dalam memilih prioritas, sehingga ia mengetahui hal yang penting untuk dipikirkan (Aunila, 2011:79).

Tegas adalah jelas dan terang, benar, nyata, dan pasti tidak ragu-ragu dalam melakukan pekerjaan (KBBI, 2007:1155). Sikap tegas sangatlah penting untuk diajarkan kepada siswa agar siswa tersebut memiliki sikap tegas dan tidak ragu-ragu dalam melakukan pekerjaan yang sedang ia kerjakan.

Contoh 7.1:

Peran wasit menjadi krusial tat kala tim-tim terbaik Eropa berlaga di hadapan jutaan penonton di seluruh dunia. Dengan tugas berat itu, wasit sering kali mendapat cibiran karena memang tidak mudah mengambil keputusan adil bagi kedua pihak. Ironisnya, tim yang berlaga pun acap melakukan tindakan-tindakan kurang sportif, misalnya memprovokasi wasit.

Hal seperti itulah yang ingin dihindari oleh para perangkat pertandingan. Pekan ini para wasit yang akan dilibatkan di Piala Eropa 2012

mendapatkan pelatihan khusus sebelum mereka menunaikan tugas di Polandia dan Ukraina (Kompas, 2012).

Data tersebut menggambarkan sikap tegas saat menjadi wasit dalam permainan sepak bola. Data tersebut menggambarkan sikap tegas walaupun sikap tegas sangatlah sulit untuk dilakukan, tapi seseorang harus memiliki sikap tegas di saat dalam keadaan apapun. Sikap tegas tersebut dapat diajarkan kepada peserta didik,


(43)

agar mereka dapat menjadi seseorang yang tegas dalam setiap tingkah laku yang mereka kerjakan.

Contoh 7.2:

Untuk wasit yang dianggap melakukan kesalahan, komite wasit sudah melakukan tindakan. Ada sistem promosi degrasi dan hal itu tak perlu menunggu evaluasi akhir musim. Sanksi untuk wasit yang kurang bagus bisa diistirahatkan sementara atau hingga akhir musim (Kompas, 2012). Data tersebut menggambarkan sikap tegas dari komite wasit untuk menghukum wasit yang kurang bagus. Data tersebut dapat dijadikan salah satu contoh kepada peserta didik untuk mencontohkan salah satu sikap tegas seseorang pemimpin. Sebab menjadi seorang pemimpin tidak mudah apalagi ketika ia mengambil suatu keputusan, harus ia pikirkan secara matang apa untung dan ruginya terhadap dirinya maupun terhadap orang-orang yang dipimpinnya kelak. Contoh tersebut sanggatlah baik untuk dicontohkan kepada peserta didik agar mereka memiliki sikap tegas. Sebab, dengan sikap tegas mereka diharapkan dapat diterima oleh masyarakat tempat mereka tinggal kelak.

8. Bertanggung Jawab

Tanggung-jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Bertanggung jawab adalah salah satu sikap seseorang yang dapat dipercaya bila diberi kewajiban atau tanggungan.

Rasa tanggung jawab merupakan pelajaran yang tidak hanya perlu diperkenalkan dan diajarkan, namun juga perlu ditanamkan kepada peserta didik, baik pada masa prasekolah maupun pada masa sekolah. Peserta didik yang terlatih atau dalam


(44)

dirinya sudah tertanam nilai-nilai tanggung jawab, kelak ia akan tumbuh menjadi pribadi yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan aktivitasnya. Kesungguhan dan tanggung jawab inilah yang akhirnya dapat mengantarkannya dalam mencapai keberhasilan seperti yang diinginkan (Aunila, 2011:83).

Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu (KBBI, 2007:1139). Tanggung jawab wajib diajarkan kepada peserta didik agar mereka dapat mempertanggung jawabkan apa yang mereka lakukan atau apa yang sedang mereka kerjakan.

Contoh 8.1:

Ali juga selalu menjaga janjinya pada pelanggannya. Pernah ia tidak tidur semalaman karena telah berjanji mengantar seorang penumpangnya pada pukul 4 subuh. “ Gak apa-apa gak tidur, ntar yang sudah dijanjiin bias telat kan kasihan,” ujar Hamdah lagi (Kompas, 2012).

Bertanggung jawab terhadap pekerjaan merupakan kewajiban bagi kita semua, seperti contoh sikap yang dimiliki oleh pak Ali. Sebagai seorang tukang ojek, beliau sangat bertanggung jawab terhadap pekerjaannnya. Beliau sampai tidak tidur karena akan mengantar pelanggannya, ia tidak mau mengecemakan pelanggannya. Teladan sikap bertanggung jawab yang dimiliki pak Ali dapat menjadi teladan sikap bagi siswa, siswa dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah dilakukan pak Ali terhadap pekerjaannya. Agar kelak jika sudah memasuki dunia kerja, para siswa dapat bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diembannya.

Contoh 8.2 :

Masalah yang masih terlihat jelas adalah soal ketegasan wasit ketika menghadapi protes yang dilakukan secara keras oleh sejumlah pemain. Meski menerima perlakuan yang kurang pantas, seperti diteriakan atau bahkan ditendang dan dipukuli, wasit tidak mengeluarkan kartu. Hal ini


(45)

terjadi ketika wasit Maslan Ikhsan memimpin partai Pelita Jaya vs PSMS. Wasit menghukum kami dengan penalti tanpa alasan yang jelas. Ini sangat membuat kami kecewa. Jadi jangan menyalahkan kami jika melakukan protes (Kompas, 2012).

Data tersebut menggambarkan sikap tanggung jawab seorang wasit dengan pertandingan yang ia pimpin. Sebab sangatlah sulit untuk menjadi seorang wasit. Karena, harus adil dan bertanggung jawab dengan keputusan yang ia ambil. Data tersebut memperlihatkan ketegasan seorang wasit yang ingin bertanggung dengan pekerjaannya. Hal ini dapat diajarkan kepada peserta didik agar mereka memiliki rasa tanggung jawab atas pekerjaan yang sedang mereka lakukan. Agar nantinya mereka dapat bertanggung jawab dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Contoh 8.3 :

Meski dalam kondidi ekonomi keluarga sederhana, Lisa yang mulai bergabung ke klub pada usia delapan tahun, ingin menunjukan suatu saat nanti dirinya bisa seperti Taufik Hidayat pemain bulu tangkis dunia, sekaligus duta MSC (Kompas, 2012).

Data tersebut menggambarkan sikap bertanggung jawab pemain bulu tangkis Monalisa untuk membahagiakan kedua orang tuanya dan orang-orang yang telah mendukung dirinya, hingga ia menjadi pemain bulu tangkis seperti sekarang ini. Ia giat untuk berlatih demi memperjuangkan dan bertanggung jawab dengan cita-cita dan oarng-orang yang telah mendukungnya hingga ia menjadi seperti saat ini. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran agar siswa dapat

bertanggung jawab dengan cita-citanya, agar kelak mereka menjadi apa yang mereka inginkan dan terus gigih dalam meraih cita-citanya.


(46)

9. Kreatif

Salah satu tujuan pendidikan adalah membentuk manusia agar memiliki karakter yang kreatif. Kreatif yakni berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Apabila pendidikan bertujuan membentuk karakter kreatif, tentunya setiap peserta didik dengan segala

potensinya dapat dilatih untuk menggagas ide-ide kreatif berdasarkan pengalaman hidupnya. Dalam rangka mengembangkan potensi kreativitas peserta didik, maka pendekatan yang bisa menenstimulus kemampuan terutama kemampuannya dalam menyelesaikan masalah secara sistematis sangatlah dibutuhkan. Kemampuan menyelesaikan masalah secara sistematis sangat (Aunila, 2011:87).

Kreatif adalah sikap seseorang yang memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan dapat mengkreasikan dapat memanfaatkan apa yang ada disekitarnya (KBBI, 2007:599)

Contoh 9.1:

Gunung Sugih, Tribun-Petualangan Edy (24), seorang tukang jambret yang kerap beraksi di Lampung Tengah, akhirnya berakhir. Tersangka dibekuk setelah dijebak oleh korbannya sendiri yang berpura-pura akan memberikan uang tebusan.

Cerita tersebut bermula ketika korban Ade Hilawati (22), warga Tanjung karang Barat(TKB), BandarLampung, membuat kesepakatan dengan tersangka yang merupakan warga Desa Tanjung Harapan, Kotabumi Utara, Lampung Utara.

Keduanya sepakat untuk bertemu di samping Masjid Istiqlal, Bandar Jaya, Rabu (9/5), sekitar pukul 06.30 WIB. Korban mendapat tawaran dari pelaku untuk menebus barangnya dengan uang senilai Rp. 500 ribu. Ade kemudian nekat bermalam di Mapolres Lampung Tengah dan menyusun rencana dengan pihak kepolisian. Tepat pukul 06.00 WIB, ditemani Kanit Buser Ipda Robiansyahferi dan beberapa anggota, korban berangkat menuju tempat yang sudah disepakati.


(47)

“Tidak lama setelah ditelpon, datang seorang laki-laki mengantarkan tas kepada korban. Kesempatan tersebut tidak kita disia-siakan. Pelaku langsung kita tangkap saat itu juga,” jelas Kasat Reskrim Polres Lampung Tengah, Ajun Komisaris Yustam Dwiheno (Kompas, 2012).

Sikap kreatif yang kita miliki dapat membuat kita lepas dari masalah yang dihadapi atau paling tidak membuat kita menemukan pemecahan dari masalah yang kita hadapi. Seperti hal yang dilakukan oleh Ade yang berhasil menjebak penjambret yang telah merampas tas-nya. Wanita itu berhasil mengajak si pelaku untuk bertemu menebus tas yang telah diambil, tanpa menaruh curiga si pelaku mau dan saat itu juga pelaku dibekuk aparat kepolisian yang telah mengatur strategi bersama Ade untuk menangkap pelaku tersebut . Setiap individu pasti memiliki ide kreatif di dalam dirinya, tinggal bagaimana caranya mengolah kemampuan tersebut . Hal tersebut juga patut dimiliki oleh siswa, agar kelak siswa dapat menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya dengan ide kreatif yang dimilikinya, seperti yang ada pada contoh di atas. Sikap kreatif yang

dikembangkan dengan baik dapat menambah nilai diri kita dalam masyarakat. Contoh 9.2 :

”Jadilah pelatih tenis yang benar dengan bekal ilmu kepelatihanyang mempuni. Jangan seperti tukang parkir.” ucap mantan buruh pabrik tegal ini. ”karena biasanya hanya memberi aba-aba kepada anak didiknya: ayo maju, mundur, kanan-kanan, kiri-kiri tanpa ada tindakan.”(Kompas, 2012). Data tersebut menggambarkan sikap kreatif seorang pelatih yang menggunakan istilah tukang parkir. Hanya dapat memberikan aba-aba saja. Tidak memberikan contoh secara konkret. Hal ini dapat menjadi salah satu contoh yang dapat diajarkan kepada peserta didik. Agar mereka dapat menciptakan atau


(48)

demikian mereka dapat giat belajar dan mencari sesuatu yang mereka belum temukan di dalam hidup mereka.

10. Bersikap Kritis

Berfikir kritis merupakan salah satu sifat tidak lekas percaya, selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan, tajam dalam menganalisis. Bersifat kritis dapat menjadikan peserta didik terbiasa bersifat logis sehingga ia tidak mudah dipermainkan sekaligus memiliki keteguhan dalam memegang sesuatu prinsip dan keyakinan (Aunila, 2011:93).

Kritis adalah keadaan kritis, gawat, dan genting. Bersikap tidak lekas percaya dan bersikap selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan. Tajam dalam menganalisis suatu masalah yang ada sedang dihadapi (KBBI, 2007:601). Contoh 10.1:

“Aku hanya sendirian. Jika ada orang lain aku berani. Tahukan hewan ini pentingnya pendidikan? Aku tak berani lebih dekat. Ia menganga dan bersuara rendah, suara dari perut yang menggetarkan seperti sendawa seekor singaatau seperti suara orang menggeser sebuah lemari yang sangat besar. Aku diam menunggu. Tak ada jalan alternatif dan kekuatan jelas tak berimbang. Aku mulai frekuensi. Suasana sunyi senyap, yang ada hanya aku, seekor buaya ganas, dan intaian maut”. Kami prihatin dan tegang mendengar kisah perjuangan Lintang menuju kesekolah” (Hirata, 2011:88).

Data tersebut menggambarkan sikap berpikir kritis seorang anak yang ingin melewati sebuah jalan. Namun, di tengah jalan tersebut ada seekor buaya yang siap memangsanya kapan saja. Karena ia sangat ingin pergi bersekolah ia pun menghitung jarak antara dia dan buaya dan dia terus memperhatikan buaya tersebut . Ia pun memikirkan bagaimana ia dapat selamat dari buaya tersebut dan


(49)

sampai ke sekolah dengan selamat. Hal ini dapat dicontohkan kepada peserta didik agar mereka memiliki sikap kritis dalam menghadapi setiap masalah. Contoh 10.2:

Seorang guru biologi dapat mengajukan masalah mengenai kloning manusia atau pembuatan bendungan untuk meningkatkan

kelangsungan hidup ikan. Kedua topik tersebut bisa mengundang beragam jenis pendapat dan dapat dijawaban dengan fakta-fakta pendukung yang ada. Informasi tentang itu dapat dilihat dari berbagai faktor, di antaranya kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, penelitian dari pihak akademisi, laporan LSM lingkungan hidup, dan sebagainya.

Tujuan pelatihan bukan untuk menemukan jawaban yang tepat, tetapi lebih kepada melatih proses berpikir kritis untuk mengembangkan kemampuan menemukan berbagai kebenaran sebagai alternatif. Memilih alternatif terbaik dan paling sedikit kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya(Kompas, 2012).

Data tersebut menggambarkan sikap kreatif seorang guru yang mengajarkan pelajaran biologi kepada peserta didiknya. Tujuan pelatihan bukan untuk

menemukan jawaban yang tepat, tetapi lebih kepada melatih proses berpikir kritis untuk mengembangkan kemampuan menemukan berbagai kebenaran sebagai alternatif. Memilih alternatif terbaik dan paling sedikit kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya. Dengan cara seperti yang ditunjukan tersebut seorang guru tersebut berharap agar siswa atau anak didiknya dapat bersikap kritis dengan pembelajaran yang telah diberikan oleh seorang guru tersebut .

11. Kerja Sama

Kerja sama merupakan salah satu sikap manusia di dalam kehidupannya saling bergotong royong, keadaan saling bahu membahu. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learningmerupakan istilah umum untuk sekuumpulan strategi pembelajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi


(50)

antarsiswa. Strategi ini menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah

mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajarinformation processing. Dalam pelaksanaan metode ini membantu siswa agar lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena prosesencodingdan interaksi yang terjadi di dalam pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif dilandaskan pada teori cognitivekarena menurut teori ini interaksi dapat mendukung pembelajaran.

Metode-metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabiladi terapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya kepada guru, kemampuan untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain, mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan

membandingkan dengan ide temannya, dan membantu siswa menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini.

Contoh 11.1:

“Ketika Mahar bernyanyi seluruh alam diam menyimak. Kami merasakan sesuatu tergerak di dalam hati bukan karena Mahar bernyanyi dengan tempo yang tepat, teknik vokal yang baik, nada yang pas, interpretasi yang benar, atau chord ukulele yang sesuai, tapi karena ketika ia menyanyikan Tennesse Waltz kami ikut merasakan kepedihan yang mendalam seperti kami sendiri telah kehilangan kekasih yang paling dicintai. Kemampuan menggerakkan inilah barangkali yang dimaksud dengan bakat. Siang itu, -ketika sedang menunggu azan zuhur, ternyata seorang seniman besar telah lahir di sekolah gudang kopra perguruaii Muhammadiyah. Mahar

mengakhiri lagunya secara fade out disertai linangan air mata.”

"...I lost my litle darling the night they were playing the beautiful Tennesse waltz..."

“Dan kami serentak berdiri memberi standing applause yang sangat panjang untuknya, lima menit! Bu Mus berusaha keras menyembunyikan air mata yang menggenang berkilauan di pelupuk mata sabarnya.”


(51)

“Tak disangka, beberapa menit yang lalu, ketika Bu Mus menunjak Mahar secara acak untuk menyanyi, saat hula!' nasib menyapanya. Itulah momen nasib yang sedang bertindak selaku pemandu bakat. Siang ini, komidi putar Mahar mulai menggelinding dalam velositas yang bereskalasi” (Hirata, 2011:138).

Data tersebut menggambarkan sikap kerja sama antara Mahan dengan teman-temanya. Ini terlihat ketika Mahar bernyanyi kami merasakan sesuatu tergerak di dalam hati, seluruh alam diam menyimak. Bukan karena Mahar bernyanyi dengan tempo yang tepat, teknik vokal yang baik, nada yang tepat interpretasi yang benar. Namun, karena ketika ia menyanyikan Tennesse Waltz kami ikut merasakan kepedihan yang mendalam seperti kami sendiri telah kehilangan kekasih yang paling dicintai.

Sikap kerja sama yang dicontohkan tersebut sangatlah baik untuk dicontohkan kepada peserta didik agar mereka memiliki sikap kerja sama. Terlebih ketika teman sedang mempersentasikan sesuatu ataupun disaat teman tersebut sedang berbicara saling dan tolong menolong ketika salah satu teman mereka

membutuhkan pertolongan atau bantuan. Contoh 11.2 :

Di pertemuan pertama misalnya United ditolong gol bunuh diri mantan pemain mereka Wes Brown untuk tiga angka di Old Trafford pada November lalu.Selain Brown ada John O’Shea dan Phil Bardsley yang eks United. Di laga pertama itu, Sunderland masih ditangani Steve Bruce yang juga bekas anak didik Sir Alax (Kompas, 2012).

Data tersebut menggambarkan sikap kerja sama antar kedua tim yang bermain sepak bola. Namun, kerja sama yang dicontohkan tersebut adalah perbuatan yang tidak baik untuk ditiru. Sebab, contoh tersebut memperlihatkan pertolongan dari mantan pemain United yang melakukan gol bunuh diri. Hal ini sama saja


(52)

memberikan contoh kepada anak didik kita agar berbuat curang. Walaupun niat mereka baik tapi bila dilakukannya dengan cara yang tidak baik maka hasilnya pun akan mengecewakan oleh sebab itu contoh di atas dapat dijadikan sebagai salah satu contoh sikap kerja sama yang tidak baik.

F. Pemilihan Bahan Ajar Bahasa Indonesia di SMA

Untuk menentukan pemilihan novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata sebagai salah satu bahan ajar perlu dilakukan analisis kesesuaiannya berdasarkan standar isi yang tercantum dalam Dekdiknas pada silabus KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SMA, terdapat kompetensi mengenai pembelajaran sastra, khususnya novel dengan standar kompetensi membaca memahami hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan, dan kompetensi dasar yaitu menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/novel terjemahan pada kelas XI semester 1 (Depdiknas, 2006:13).

Pada dasarnya tujuan pembelajaran sastra adalah untuk menumbuhkan rasa cinta dan kegemaran siswa terhadap sastra sehingga mampu mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal, serta kepekaan terhadap budaya dan lingkungannya. Pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Novel merupakan salah satu alternatif bahan pembelajaran kedalam komponen dasar kegiatan belajar mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah menengah atas (SMA).

Pembelajaran novel di sekolah menengah atas sangat penting karena dalam novel ini juga banyak pembelajaran yang dapat diambil untuk kehidupan di masyarakat. Penilaian terhadap pembelajaran novel kadang-kadang disepelekan oleh kalangan


(53)

awam karena kemampuan penghayatannya terhadap pembelajaran ini terlalu sempit dan pembelajaran novel tidak langsung dirasakan oleh subjek secara nyata, tidak seperti pembelajaran yang lainnya. Pernyatan tersebut juga dibahas dalam sebuah buku yang berjudul Metode Penelitian Sastra, dan pernyataan tersebut adalah sebagai berikut.

”Apabila karya sastra dianggap tidak berguna, tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan dan memahami masalah-masalah dunia nyata, maka tentu saja pengajaran sastra tidak akan ada gunanya lagi untuk diadakan. Namun, jika dapat ditunjukkan bahwa sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat yang selayaknya. Jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra juga dapat memberikan sumbangan yang besar untuk masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk

dipecahkannya”(Rahmanto, 1988:15).

Pembelajaran seperti ini dapat diwujudkan sesuai dengan apa yang diharapkan apabila pembelajaran sastra dilaksanakan dengan bijaksana, dapat mengantar para siswa berkenalan dengan pribadi-pribadi dan pemikir-pemikir besar di Indonesia serta pemikir-pemikir utama dari zaman ke zaman. Memang kita tetap akan hidup tanpa mengenal mereka, tetapi ini akan menyebabkan kita sering terkejut jika kita mendengar atau membaca apa yang dikatakan atau ditulis oleh orang lain

(Rahmanto, 1988:18). Sebagai seorang pengajar, guru dalam menyampaikan karya sastra tidak hanya memberikan teori-teori tentang sastra, tetapi juga memberikan hal-hal yang mengarah pada pembinaan apresiasi sastra yang mencakup adanya pemberian kesempatan untuk mencoba sendiri menciptakan sastra. Hal itu perlu diperhatikan guru karena mempelajari sastra dengan tepat dapat memberi manfaat bagi siswa, seperti (1) membantu keterampilan berbahasa


(54)

(2) meningkatkan pengetahuan sosial dan budaya (3) mengembangkan cipta dan karsa (4) menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988:16).

Dalam pengajara sastra, guru selain berpedoman pada tujuan juga harus

memperhatikan dalam memilih bahan pengajaran sastra yaitu (1) aspek bahasa; (2) aspek psikologi atau kematangan jiwa; dan (3) aspek latar belakang budaya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ketiga aspek tersebut sebagai indikator kelayakan novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata untuk dijadikan sebagai bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas. Ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bahasa

Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, melainkan juga ditentukan oleh faktor-faktor lain, seperti cara penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Penguasaan suatu bahasa tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap yang tampak jelas pada setiap individu. Oleh karena itu, agar pembelajaran sastra dapat lebih berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk memilih bahan pembelajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswa.

Dalam segi kebahasaan, pemilihan bahan pembelajaran sastra harus memiliki kriteria-kriteria tertentu, yaitu harus sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswa, harus diperhitungkan kosa kata yang baru, memperhatikan segi


(55)

ketatabahasaan, serta cara pengarang menuangkan ide-idenya dalam wacana itu sehingga pembaca dapat memahami kata-kata kiasan yang digunakan.

2. Psikologis

Perkembangan psikologis dari taraf anak menuju kedewasaan melewati tahap yang dapat dipelajari. Dalam memilih bahan pembelajaran sastra, tahap-tahap ini harus diperhatikan. Tahap perkembangan psikologis anak sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. Tahap ini pun berpengaruh terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama dan kemungkinan memahami situasi atau pemecahan problem yang dihadapi. Ada empat tahap perkembangan psikologis yang penting diperhatikan oleh guru untuk memahami psikologi anak-anak sekolah dasar dan menengah (Rahmanto, 1988:30). Empat tahap perkembangan psikologis tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun)

Pada tahap ini imajinasi anak-anak belum banyak diisi dengan hal-hal yang nyata, tetapi masih penuh dengan fantasi kekanak-kanakan.

b. Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)

Anak mulai meninggalkan fantasi dan berpikir mengarah kerealitas. Meski pandangan ke dunia ini masih sangat sederhana. Anak-anak mulai menyenangi cerita kepahlawanan, petualangan, bahkan kejahatan.

c. Tahap realisik (13 sampai 16 tahun)

Pada tahap ini anak mulai terlepas dari dunia fantasi. Mereka sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui


(56)

dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata.

d. Tahap generalisasi (16 tahun ke atas)

Pada tahap ini anak mulai tidak lagi hanya berminat pada hal-hal yang praktis saja, tetapi juga berminat untuk menemukan konsep konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena yang ada. Mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu dan terkadang mengarah kepada pemikiran filsafat untuk menentukan keputusan-keputusan moral.

Karya sastra dipilih untuk diajarkan hendaknya sesuai dengan tahap psikologis pada umumnya dalam suatu kelas. Usia anak SMA berada antara tahap realistik dan generalisasi. Tentu saja tidak semua siswa dalam satu kelas mempunyai tahap psikologis yang sama. Walaupun demikian, guru harus berusaha untuk

menyajikan karya sastra yang setidak-tidaknya secara psikologis dapat menarik minat sebagian besar siswa dalam kelas itu.

3. Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya meliputi hampir semua faktor kehidupan manusia dan lingkungan geografi, seni, olahraga, legenda, moral, dan etika. Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra yang berlatar belakang budaya yang erat dengan kehidupan mereka. Oleh karenanya, karya sastra yang disajikan hendaknya tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan pembayangan yang dimiliki para siswa.

Dalam banyak hal tuntutan semacam ini baik. Tuntutan itu mencerminkan adanya kesadaran bahwa karya sastra hendaknya menghadirkan sesuatu yang erat


(57)

berhubungan dengan kehidupan siswa. Selain itu, pemahaman terhadap budaya sendiri mutlak dilakukan sebelum kita mengenal dan memahami budaya luar (Rahmanto, 1988:32). Setelah dianalisis nilai-nilai pendidikan karakternya dapat diketahui apakah novel ini layak atau tidak untuk dijadikan sebagai bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas.


(58)

A. Desain Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata. Maka dari itu, perlu digunakan suatu metode untuk mencapai tujuan penelitian tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif diartikan sebagai suatu metode yang bermaksud untuk membuat deskripsi atau gambaran untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain (Moleong, 2005:6). Dalam metode kualitatif, metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen, seperti memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu maupun kelompok orang.

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata.Diterbitkan oleh PT Bentang Pustaka, cetakan pertama Juni 2011, dengan tebal buku 112 halaman.


(59)

C. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Pengumpulan data dan analisis data dalam novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata ini menggunakan teknik sebagai berikut;

1. membaca cermat novelSebelas Patriotsecara keseluruhan;

2. teknik simak catat yaitu menandai dan mencatat tiap pernyataan dari novel tersebut yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter; 3. membaca berulang-ulang novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata

untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang isinya;

4. menandai dan mencatat tiap pernyataan dari novel tersebut yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter;

5. menguraikan nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel Sebelas Patriotkarya Andrea Hirata;

6. menyajikan hasil analisis yang telah ditemukan dalam novelSebelas PatriotKarya Andrea Hirata;

7. menyimpulkan hasil analisis serta mengetahui kelayakan novel tersebut terhadap pemilihannya sebagai bahan ajar di SMA.


(60)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata dapat peneliti simpulkan sebagai berikut. Hasil analisis menunjukan bahwa novel Sebelas Patriotkarya Andrea Hirata memiliki tujuh nilai pendidikan karakter yang meliputi 14 nilai gigih, 13 nilai peduli, 6 nilai kreatif, 4 nilai percaya diri, 2 nilai kerja sama, 1 nilai jujur, 1 nilai disiplin, dan nilai mandiri, nilai tegas, nilai bertanggungjawab, serta kritis tidak terkandung dalam novel tersebut. Maka jumlah nilai-nilai pendidikan karakter yang ditemukan pada novelSebelas Patriot karya Andrea Hirata adalah sebanyak 41 data terlampir.

Nilai pendidikan karakter memiliki frekuensi paling banyak adalah pada nilai gigih dengan jumlah 14 data dari 41 data nilai-nilai pendidikan karakter yang ditemukan, dari banyaknya data nilai gigih yang peneliti temukan pada novel Sebelas Patriotkarya Andrea Hirata maka dapat dikaitkan dengan tema yang diangkat oleh Andrea Hirata dalam novelSebelas Patriotyaitu, jangan pernah menyerah dalam berusaha meraih cita-cita. Sesuai dengan indikator kelayakan dalam pemilihannya sebagai bahan ajar di SMA yaitu, bahasa, psikologis, dan latar belakang budaya.


(61)

Berdasarkan segi bahasa, novelSebelas Patriot karya Andrea Hirata

menggunakan bahasa Indonesia yang komunikatif. Sementara berdasarkan segi psikologis, novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata sesuai dengan kondisi psikologis siswa SMA yang ingin selalu tahu tentang kejadian yang ada di sekitar mereka. Andrea Hirata mencoba menyajikan fenomena-fenomena yang kerap terjadi di sekitar khususnya anak muda yaitu tentang kegigihan seseorang untuk membahagiakan orang tuannya terutama ayah. Untuk mengejar cita-citanya sebagai pemain sepak bola junior PSSI walaupun pada akhirnya ia gagal. Namun, ia tidak menyerah, ia terus berusaha membahagiakan Ayahnya. Berdasarkan segi latar belakang budaya, novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata

mengungkapkan latar belakang tokoh yang berasal dari Sumatra Selatan, sehingga novel tersebut tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan pembayangan yang dimiliki para siswa sehingga siswa dapat dengan mudah mengungkapkan isi cerita dan pesan-pesan yang terkandung dalam novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata tersebut.

Hal ini juga didukung dengan pemilihan bahan pembelajaran yang di sesuaikan dengan silabus terdapat kompetensi mengenai pembelajaran sastra, khususnya novel dengan standar kompetensi membaca memahami hikayat, novel

Indonesia/novel terjemahan, dan kompetensi dasar yaitu menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/novel terjemahan pada kelas XI semester 1.


(62)

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut. 1. Pembaca khususnya siswa SMA dapat memahami dan mengambil

manfaat nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Sebelas Patriotkarya Andrea Hirata dan menerapkannya dalam kehidupan nyata

2. Peneliti lain yang berkeinginan untuk meneliti novelSebelas Patriot karya Andrea Hirata dapat mengkaji dari segi kajian lain dan dapat juga penelitian ini dikembangkan lebih lanjut terutama pada nilai-nilai kehidupan yang multidimensi seperti nilai-nilai sosial ekonomi dan nilai sosial politik agar lebih komprehensif.


(1)

46

C. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Pengumpulan data dan analisis data dalam novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata ini menggunakan teknik sebagai berikut;

1. membaca cermat novelSebelas Patriotsecara keseluruhan;

2. teknik simak catat yaitu menandai dan mencatat tiap pernyataan dari novel tersebut yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter; 3. membaca berulang-ulang novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata

untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang isinya;

4. menandai dan mencatat tiap pernyataan dari novel tersebut yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter;

5. menguraikan nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel Sebelas Patriotkarya Andrea Hirata;

6. menyajikan hasil analisis yang telah ditemukan dalam novelSebelas PatriotKarya Andrea Hirata;

7. menyimpulkan hasil analisis serta mengetahui kelayakan novel tersebut terhadap pemilihannya sebagai bahan ajar di SMA.


(2)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata dapat peneliti simpulkan sebagai berikut. Hasil analisis menunjukan bahwa novel Sebelas Patriotkarya Andrea Hirata memiliki tujuh nilai pendidikan karakter yang meliputi 14 nilai gigih, 13 nilai peduli, 6 nilai kreatif, 4 nilai percaya diri, 2 nilai kerja sama, 1 nilai jujur, 1 nilai disiplin, dan nilai mandiri, nilai tegas, nilai bertanggungjawab, serta kritis tidak terkandung dalam novel tersebut. Maka jumlah nilai-nilai pendidikan karakter yang ditemukan pada novelSebelas Patriot karya Andrea Hirata adalah sebanyak 41 data terlampir.

Nilai pendidikan karakter memiliki frekuensi paling banyak adalah pada nilai gigih dengan jumlah 14 data dari 41 data nilai-nilai pendidikan karakter yang ditemukan, dari banyaknya data nilai gigih yang peneliti temukan pada novel Sebelas Patriotkarya Andrea Hirata maka dapat dikaitkan dengan tema yang diangkat oleh Andrea Hirata dalam novelSebelas Patriotyaitu, jangan pernah menyerah dalam berusaha meraih cita-cita. Sesuai dengan indikator kelayakan dalam pemilihannya sebagai bahan ajar di SMA yaitu, bahasa, psikologis, dan latar belakang budaya.


(3)

105

Berdasarkan segi bahasa, novelSebelas Patriot karya Andrea Hirata

menggunakan bahasa Indonesia yang komunikatif. Sementara berdasarkan segi psikologis, novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata sesuai dengan kondisi psikologis siswa SMA yang ingin selalu tahu tentang kejadian yang ada di sekitar mereka. Andrea Hirata mencoba menyajikan fenomena-fenomena yang kerap terjadi di sekitar khususnya anak muda yaitu tentang kegigihan seseorang untuk membahagiakan orang tuannya terutama ayah. Untuk mengejar cita-citanya sebagai pemain sepak bola junior PSSI walaupun pada akhirnya ia gagal. Namun, ia tidak menyerah, ia terus berusaha membahagiakan Ayahnya. Berdasarkan segi latar belakang budaya, novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata

mengungkapkan latar belakang tokoh yang berasal dari Sumatra Selatan, sehingga novel tersebut tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan pembayangan yang dimiliki para siswa sehingga siswa dapat dengan mudah mengungkapkan isi cerita dan pesan-pesan yang terkandung dalam novelSebelas Patriotkarya Andrea Hirata tersebut.

Hal ini juga didukung dengan pemilihan bahan pembelajaran yang di sesuaikan dengan silabus terdapat kompetensi mengenai pembelajaran sastra, khususnya novel dengan standar kompetensi membaca memahami hikayat, novel

Indonesia/novel terjemahan, dan kompetensi dasar yaitu menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/novel terjemahan pada kelas XI semester 1.


(4)

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut. 1. Pembaca khususnya siswa SMA dapat memahami dan mengambil

manfaat nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Sebelas Patriotkarya Andrea Hirata dan menerapkannya dalam kehidupan nyata

2. Peneliti lain yang berkeinginan untuk meneliti novelSebelas Patriot karya Andrea Hirata dapat mengkaji dari segi kajian lain dan dapat juga penelitian ini dikembangkan lebih lanjut terutama pada nilai-nilai kehidupan yang multidimensi seperti nilai-nilai sosial ekonomi dan nilai sosial politik agar lebih komprehensif.


(5)

107

DAFTAR PUSTAKA

Agni, Binar. 2000.Sastra Indonesia Lengkap.Jakarta:Hi-Fest Publishing. Albertus, Doni. 2011.Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo.

Aqib, Zainal. 2011:Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya.

Aunila, Nurla Isna 2011Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Laksana.

Depag. 2005.Al-quran.Bandung: J-ART.

Depdiknas.2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2007.Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Depdiknas. Esten, Mursal. 1978.Kesusastraan.Bandung: Angkasa.

Fuadi, Ahmad. 2009.Negeri 5 Menara.Jakarta: Gramedia.

Hirata, Andrea. 2011.Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Sebelas Patriot. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

http://bola.kompas.com/read/2012/05/04/02455363/Hukuman.Tegas.bagi.Provoka tor.Wasit. diunduh 12.05.2012

http://www.kemdiknas.co.id/pendidikan karakter/indeks.php. Diunduh 12.05.2012

Kemendiknas. 2009. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Pusat Kurikulum

Kemendiknas. 2010.Panduan Penerepan Pendidikan Karakter Bangsa. Jakarta: Pusat Kurikulum


(6)

Nurgiyantoro, Burhan. 1995.Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Universty Press.

Rahmanto, Bernandus. 1988.Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Tarigan, Henry Guntur. 1991.Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw, A. 2003.Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.

Universitas Lampung. 2007.Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Waridah, Ernawati. 2008.EYD dan Seputar Kebahasaan Indonesia.Jakarta: Kawan Pustaka.

Wiyatmi. 2005.Pengantar Kajian Sastra.Yogyakarta: Gajah Mada Universty Press.


Dokumen yang terkait

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA DAN PEMILIHANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA

0 17 69

Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata dan Pemilihannya sebagai Bahan Ajar di SMA

0 11 64

NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA BERMUATAN NILAI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

18 208 180

FRASA EKSOSENTRIS DALAM NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA Frasa Eksosentris dalam Novel Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata.

0 3 14

NILAI-NILAI NASIONALISME DALAM NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA DAN NOVEL MENERJANG BATAS KARYA Nilai-Nilai Nasionalisme Dalam Novel Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata Dan Novel Menerjang Batas Karya Estu Ernesto: Kajian Interteks Dan Implement

2 5 14

NILAI-NILAI NASIONALISME DALAM NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA DAN NOVEL MENERJANG BATAS KARYA Nilai-Nilai Nasionalisme Dalam Novel Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata Dan Novel Menerjang Batas Karya Estu Ernesto: Kajian Interteks Dan Implement

0 3 14

ASPEK EDUKATIF DALAM NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA: TINJAUAN SEMIOTIK DAN Aspek Edukatif Dalam Novel Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata: Tinjauan Semiotik Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 0 13

NILAI-NILAI NASIONALISME DALAM NOVEL Nilai-Nilai Nasionalisme Dalam Novel Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata: Tinjauan Semiotik.

0 3 13

PENDAHULUAN Nilai-Nilai Nasionalisme Dalam Novel Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata: Tinjauan Semiotik.

0 15 29

NILAI-NILAI NASIONALISME DALAM NOVEL Nilai-Nilai Nasionalisme Dalam Novel Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata: Tinjauan Semiotik.

0 1 16