3. Pelaku dan penyedia jasa logistik • masih berdaya saing rendah karena terbatasnya jaringan
bisnis pelaku dan penyedia jasa logistik lokal sehingga pelaku multinasional lebih dominan dan terbatasnya kualitas
dan kemampuan Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik Nasional.
• Kapal yang sudah tua biaya perawatan semakin mahal dan dibebankan kepada biaya logistik dan tidak memadai lagi
sehingga tidak efisien. Belum lagi masalah penyusutan barang selama perjalanan.
4. Sumber Daya Manusia • Persoalan yang mengemuka pada pelaku dan penyedia jasa
logistik terutama pada kualitas SDM serta kompetensinya, manajemen, minim pelatihan sehingga daya saing rendah.
5. Teknologi Informasi dan Komunikasi • Belum didukung oleh ketersediaan infrastruktur dan jaringan
yang handal, masih terbatasnya jangkauan jaringan pelayanan non seluler, dan masih terbiasanya menggunakan
sistem manual paper based system dalam transaksi logistik
10
6. Regulasi • Kebijakan logistik nasional masih parsial dan tersebar di beberapa
kementerian sehingga sulit untuk merumuskan kebijakan yang efektif, efisien, dan dapat terimplementasi.
7. Kelembagaan • Buruknya sistem kelembagaan yang ada, misalnya tergambar dari
sulitnya koordinasi lintas sektoral serta alpanya kelembagaan yang mengawal pelaksanaan pengembangan logistik nasional.
• Masalah lainnya adalah maraknya mark up anggaran, yang berujung pada korupsi.
• Logistik merupakan intergasi beberapa komponen sehingga harus ada suatu lembaga khusus yang menanganinya. Beberapa
komponen yang dimaksud adalah: transportasi, warehousing, distribusi dan usaha perdagangan.
• Pilihan yang muncul adalah membentuk kementerian khusus atau lembaga khusus.
• Masalah logistik di Thailand langsung ditangani oleh perdana menteri. Kondisi yang serupa juga terjadi di Korea Selatan dimana
urusan logistik diberikan kepada menteri tersendiri.
11
12
Sumber: WEF, 2012
• Beberapa masalah lainnya yang membebani pengusaha terkait dengan logistik adalah:
– Jembatan timbang yang tidak transparan, biaya sogor, banyak pungutan liar, biaya premanisme, hingga retribusi liar.
– One way tracking. Angkutan hanya mengangkut barang ketika proses pengiriman dan saat kembali dalam kondisi kosong. Hal
ini sangat tidak efisien. Inilah yang menyebabkan harga pengiriman barang ke Medan lebih mahal dibanding ke
Singapura Mansyrur, 2011.
– Masalah kredit kendaraan yang sangat sulit, sehingga pengusaha biasanya menggunakan dana pribadi yang relatif
terbatas.
13
• Pemerintah Mengeluarkan Perpres No. 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional
– Beberapa hal yang berpengaruh terhadap efektifitas regulasi tersebut adalah:
• Perlu adanya integrasi antara pemangku kebijakan sebagai pihak yang berperan dalam merumuskan langkah-langkah
strategis sistem logistik nasional. Misalnya Kemenko dan Perhubungan.
• Perlu melibatkan peran serta pemerintah daerah. Daerah harus turut dalam menyukseskan sistem logistik karena akan
berpengaruh besar terhadap distribusi barang dan jasa.
• Melibatkan stakeholder lainnya seperti BUMN, pengusaha, dan kepolisian.
14
15
Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
16
Belanja Pemerintah Menurut Fungsi
Fungsi ekonomi memeroleh anggaran 8,7 persen dari total anggaran menurut fungsi. Subfungsi telekomunikasi mengambil porsi nyaris 0 persen pada 2014, dengan anggara
Rp2,4 triliun.
Sumber: Kemenkeu, 2014, diolah
• Sasaran yang akan dicapai pada isu strategis peningkatan efisiensi sistem logistik dan distribusi antara lain:
– Menurunkan rasio biaya logistik nasional terhadap PDB menjadi sebesar 23,6 persen pada tahun 2015.
– Menurunkan dwelling time menjadi 6 hari; – Terjaganya stabilitas harga, khususnya kebutuhan pokok,
antarwilayah dan antarwaktu,. – Beberapa hal yang akan dilakukan adalah: i peningkatan
efisiensi jalur distribusi bahan pokok dan strategis; dan ii penurunan waktu dan biaya logistik pelabuhan.
18
• Pada Indonesian Summit Logistic ISL disimpulkan delapan fokus pembenahan logistik nasional:
1. 25 pelabuhan laut yang merupakan pintu gerbang utama perdagangan harus dibenahi, termasuk pengembangan pelabuhan
udara di setiap provinsi Indonesia dan terminal kargo di stasiun- stasiun kereta api.
2. Perlu penyelarasan atau harmonisasi yang berhubungan dengan operasional angkatan laut, darat, dan udara.
3. Perlu dicegah terjadinya stagnasi terhadap pergerakan arus barang. 4. Perlu dilaksanakan penerapan pelaksanaan 24 jamhari di seluruh
pelabuhan nasional. 5. Perlu penerapan secara penuh National Single Window NSW
terutama untuk Cargo Release System. 6. Harus ada percepatan pembangunan pelabuhan Tanjung Priok,
North Kalibaru dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community AEC 2015.
7. Perlu percepatan penyelesaian Jakarta Outer Ring Road JORR dari daerah industri ke Tanjung Priok.