ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KUNJUNGAN PARIWISATA DI TANJUNG SETIA, LAMPUNG BARAT

(1)

Gedungmeneng Bandar Lampung

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KUNJUNGAN WISATA PANTAI TANJUNG SETIA,

LAMPUNG BARAT (Skripsi)

Oleh

Nama : Gueldo Ibrahim NPM : 0711021050

Konsentrasi : Ekonomi Publik dan Fiskal Jurusan : Ekonomi Pembangunan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING DEMAND OF VISIT TANJUNG SETIA COAST, LAMPUNG WEST

By

GUELDO IBRAHIM

This study aimed to identify the profile of tourists visiting Tanjung Setia coast, knowing the demand curve for leisure travelers on the beach of Tanjung Setia, and determine the factors that affect the recreational demand on the beach of Tanjung Setia.

The data is taken primary and secondary data, where primary data obtained from questionnaires distributed to visitors and secondary data obtained from

government agencies and recreation-related.

The analysis tools are sampling methods, data analysis methods, the method of least squares trend, travel cost method and multiple linear regression analysis. The results showed the characteristics of visitors Tanjung Setia is very diverse, both from the region of origin, sex, age, occupation, income, and others. Analysis of cost data is the average cost of travel to the zone by the number of visits had no significant effect, due to seasonal variations. The results of the regression analysis of the factors thought to affect recreation demand shows that the average cost of travel, and facilities significantly affect the demand for recreation in Tanjung Setia coast.


(3)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KUNJUNGAN PARIWISATA DI TANJUNG SETIA,

LAMPUNG BARAT

Oleh

GUELDO IBRAHIM

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi profil wisatawan yang berkunjung ke Pantai Tanjung Setia, mengetahui kurva permintaan wisatawan terhadap rekreasi di pantai Tanjung Setia, dan mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan rekreasi di pantai Tanjung Setia

Data yang diambil adalah data primer dan sekunder, dimana data primer diperoleh dari kuesioner yang disebarkan ke pengunjung dan data sekunder di peroleh dari instansi dan tempat rekreasi yang terkait.

Alat analisis yang digunakan adalah menggunakan metode pengambilan contoh, metode analisis data, metode trend kuadrat terkecil, metode biaya perjalanan dan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukan karakteristik pengunjung Pantai Tanjung Setia sangat beragam, baik dari daerah asal, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendapatan, dan lain-lain. Analisis data biaya biaya perjalanan rata-rata berdasarkan zona terhadap jumlah kunjungan tidak berpengaruh nyata, karena adanya variasi musiman. Hasil analisis regresi terhadap faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan rekreasi menunjukan bahwa biaya perjalanan rata-rata,dan fasilitas berpengaruh nyata terhadap permintaan rekreasi di Pantai Tanjung Setia.

Kata Kunci : Pariwisata, Tanjung Setia, Biaya Perjalanan


(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN KUNJUNGAN WISATA PANTAI TANJUNG SETIA, LAMPUNG BARAT

Oleh

GUELDO IBRAHIM

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(5)

Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN

KUNJUNGAN WISATA PANTAI TANJUNG SETIA, LAMPUNG BARAT

Nama Mahasiswa : Gueldo Ibrahim Nomor Pokok Mahasiswa : 0711021050

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Hj. Neli Aida S.E,M.Si NIP: 196312151987032002

2. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Muhammad Husaini, S.E., M.Si NIP: 196012201989031004


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 8 November 1989 dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Benny Irwan dan Dra. Aty Nurdiana M.si. Pendidikan pertama penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 2 Palapa Bandar Lampung, lulus pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 9 Bandar Lampung, dan lulus pada tahun 2004, yang kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Bandar Lampung, dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan ke perguruan tinggi, yaitu di Universitas Lampung Jurusan Ekonomi Pembangunan melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis juga menjadi salah satu duta anti narkoba dan global warming yang diadakan koran harian Radar Lampung dan salah satu duta pariwisata kota Bandar Lampung pada tahun 2008. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Bank Indonesia Jakarta dan di Bank OCBC NISP Jakarta


(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Hj. Neli Aida,S.E.,M.Si ……….

Penguji Utama :Dr. Hi. Toto Gunarto,S.E.,M.Si ……….

2. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. NIP 196109041987031011


(8)

(9)

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISM

“ Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakn bahwa skripsi ini telah ditulis dengan

sungguh-sungguh dan tidak merupakan penjiplakan hasil akrya orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima

hukuman/sanksi sesuai peraturan yang berlaku “.

Bandar Lampung, Februari 2013 Penulis


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas kasih karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisata pantai Tanjung Setia, Lampung Barat“ ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung, jurusan Ekonomi Pembangunan.

Proses pembelajaran yang penulis alami selama ini memberikan kesan dan makna mendalam bahwa ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis masih sangat terbatas. Bimbingan, keteladanan dan bantuan dari berbagai pihak yang diperoleh penulis mempermudah proses pembelajaran tersebut. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dekan Fakultas Ekonomi Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. dan jajarannya.

2. Bapak Muhammad Husaini S.E.,M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E.,M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.

4. Ibu Hj. Nelly Aida S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.


(11)

Lampung.

7. Seluruh Staff dan Karyawan Jurusan Ekonomi Pembangunan, khususnya Bang Herman, Bu Mar, Mas Kus, Mbak Sri, Pakde kantin, Pakde Samiran. 8. Mr. Andy selaku pemilik penginapan Karang Nyimbor di Tanjung Setia. 9. Seluruh staff dan karyawan BPS Provinsi Lampung

10. Seluruh staff dan karyawan Dinas Pariwisata Lampung Barat.

11. Papa dan Mama tercinta yang selalu meminta keberhasilan penulis kepada Allah di setiap doanya.

12. Teman-teman mahasiswa Ekonomi Pembangunan angkatan 2007, Ratna, Imeh, Dhani, Pandy, Senna, Susi, Helen, Nani, Novi, Rika, Icon, Sance, Topan, Chandra, Zuki, Ari Jiun, Mas Kas, Najib, Andes, Wewe, dan teman-teman angkatan 2007 yang tidak sempat saya sebutkan.

13. Teman-teman angkatan 2008, 2009, 2010, serta kakak-kakak tingkat Jurusan Ekonomi Pembangunan.

14. Dua sahabat terbaik Wisnu dan Iqbal yang sedang berjuang menuju kesuksesan.

15. Teman-teman Keluarga Sosis, Icha, Ikhsan, Iswanti, Irwan, Jerry, Depe, Jenny, Roman, Nanda, David, Rully, dan Andres

16. Teman-teman BBC, Yudha, Teteh Oin, Ulung, Utari, Ray, Thomas, Tya, Nina, Nisa, dan Dian yang selama 4 tahun lebih menemani dengan canda, tawa dan sedih baik didalam maupun luar kampus.


(12)

18. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Februari 2013 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kerangka Pemikiran ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Ekonomi Publik ... 11

2.1.1 Peran Pemerintah Dalam Ekonomi ... 12

2.1.2 Beberapa Landasan Ekonomi Publik ... 12

2.2 Bentuk-bentuk Pariwisata ... 13

2.3 Barang Publik ... 16

2.4 Pajak ... 16

2.5 Permintaan……… 22

2.6 Hukum Permintaan………... 23

2.7 Perilaku Konsumen……….. 24

2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelian……….. . 29

2.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata………….. 33

2.10Pariwisata,Rekreasi dan Wisatawan ……… 35

2.11Permintaan Rekreasi………. 38

2.12Metode Biaya Perjalanan………. 40

III. METODE PENELITIAN ... 42

3.1. Metode Penelitian ... 42

3.2. Metode Analisis Data ... 44

3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Rekreasi ... 47

3.4. Batasan dan Pengukuran ... 48


(14)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 63

4.1. Profil Pengunjung ... 63

4.2. Pendugaan Jumlah dan Sebaran Daerah Asal Pengunjung ... 72

4.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Rekreasi Pantai Tanjung Setia ... 77

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

5.1. Kesimpulan ... 80

5.2. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Devisa Indonesia pada Tahun 2004-2009……….………….. 2 2. Pertumbuhan Turis Asing dan Lokal Pantai Wisata Tanjung Setia

Tahun 2006-2011 (persen)……… 6 3. Contoh Pendugaan Tingkat Kunjungan wisata Nusantara

di Pantai Tanjung Setia,Lampung Barat Tahun 2012 Berdasarkan

Jumlah Kunjungan Tahun 2006-2011 ……… 44 4. Contoh Pendugaan Tingkat Kunjungan wisata Nusantara

Tahun 2012 Berdasarkan Hasil Survei di Pantai Tanjung Setia,

Lampung Barat……… 45

5. Daftar jumlah sarana pendidikan di daerah Kabupaten Lampung Barat 53 6. Daerah asal Pengunjung Pantai Tanjung Setia September-Oktober 2012

(dalam persen)……….. 63 7. Kelompok Umur Pengunjung Pantai Tanjung Setia

September-Oktober 2012 (dalam persen)……… 64 8. Tingkat Pendidikan Pengunjung Pantai Tanjung Setia

September – Oktober 2012 (dalam persen)……… 64 9. Jenis Kelamin Pengunjung Pantai Tanjung Setia September – Oktober

2012 (dalam persen)……… 65 10. Jenis Pekerjaan Pengunjung Pantai Tanjung Setia September – Oktober

2012 (dalam persen)………... 65 11. Tingkat Pendapatan Pengunjung Pantai Tanjung Setia

September – Oktober 2012 (dalam persen)……….. 66 12. Sifat Kedatangan Pengunjung Pantai Tanjung Setia

September – Oktober 2012 (dalam persen)……….. 67 13. Lama Kunjungan Pengunjung Pantai Tanjung Setia


(16)

iv

15. Biaya Perjalanan Pengunjung Pantai Tanjung Setia

September –Oktober 2012 (dalam persen)……… 68 16. Faktor Keamanan dalam Kawasan Pantai Tanjung Setia

September –Oktober 2012 (dalam persen)………. 69 17. Tingkat Fasilitas Rekreasi yang ada Pantai Tanjung Setia

September –Oktober 2012 (dalam persen)……… 70 18. Pelayanan Pengelolaan Responden Pengunjung Pantai Tanjung Setia

September – Oktober 2012 (dalam persen)………. 70 19. Aksesbilitas Responden Pantai Tanjung Setia

September –Oktober 2012 (dalam persen)………. 71

20. Tingkat Kebersihan Pantai Tanjung Setia September – Oktober

2012 (dalam persen)………. 72

21. Pendugaan Tingkat Kunjungan Wisata Pantai Tanjung Setia

September –Oktober 2012……….. 73 22. Pendugaan Tingkat Kunjungan Wisata Tanjung Setia Tahun 2012… 74


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.Skema Kerangka Pemikiran ……… 10 2.Peta Lampung Barat ……… 50 3.Kurva permintaan Rekreasi di Pantai Tanjung Setia, Lampung Barat ………... 76


(18)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan pada komoditas minyak tidak dapat diteruskan. Salah satu usaha intensif yang dilakukan pemerintah adalah pembangunan di bidang pariwisata. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting dari suatu negara, terbukti pariwisata menjadi sektor strategis dalam sistem perekonomian yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara.

Pada Tabel 1 menunjukan devisa negara Indonesia periode 2004 sampai 2009. Berdasarkan Tabel 1, di Indonesia sektor pariwisata berada pada urutan ketiga setelah minyak dan gas bumi dan minyak kelapa sawit yang merupakan komoditas unggulan Indonesia. Sejak tahun 2004 sampai tahun 2006 terjadi penurunan penerimaan devisa negara melalui sektor pariwisata dari 10,42 persen pada tahun 2004, menjadi 8,47 persen pada tahun 2005 dan menurun lagi menjadi 7,32 persen pada tahun 2006 tetapi berbeda penerimaan total devisa negara yang relatif


(19)

Tabel 1 Devisa Indonesia pada tahun 2004-2009(juta US $)

Jenis Komoditi

2004

%

2005

%

2006

%

2007

%

2008

Minyak & Gas Bumi

15.587,50

33,87

19231,59

36,02

21209,5

34,92

22088,6

32,33

29126,3

Minyak Kelapa Sawit

3.233,22

7,03

3756,28

7,04

4817,64

7,93

7868,64

11,52

12375,57

Pariwisata

4.797,88

10,42

4521,9

8,47

4447,97

7,32

5345,98

7,82

7377

Pakaian Jadi

4.271,65

9,28

4966,91

9,3

5608,16

9,23

5712,87

8,36

6092,06

Karet Olahan

2.853,52

6,2

3545,68

6,64

5465,14

9

6179,88

9,04

7579,66

Alat Listrik

3.406,91

7,4

4364,11

8,18

4448,74

7,32

4835,87

7,09

5253,74

Tekstil

3.301,55

7,17

3703,95

6,94

3908,76

6,43

4177,97

6,11

4127,97

Kertas dan Barang

2.227,83

4,84

2324,77

4,35

2859,22

4,71

3374,84

4,94

3796,91

dari Kertas

Kayu Olahan

3.136,69

6,82

3086,16

5,78

3324,97

5,48

3076,88

4,5

2821,34

Bahan Kimia

1.799,56

3,91

2079,91

3,9

2697,38

4,44

3402,58

4,98

2754,3

Makanan Olahan

1.402,17

3,06

1806,31

3,38

1956,56

3,22

2264

3,31

2997,17

Total

46.018,48 100,00 53.387,57 100,00 60.744,04 100,00 68.328,11 100,00 84.302,02

sumber : Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan Indonesia,2004-2009


(20)

Kondisi penurunan tersebut tidak terjadi pada tahun 2007 sampai dengan 2009, pada tahun 2007 penerimaan devisa dari sektor pariwisata meningkat menjadi 7,82 persen, pada tahun 2008 menjadi 8,75 persen dan pada tahun 2009 menjadi 9,65 persen. Ditahun 2007 dan 2008 penerimaan total devisa negara relatif meningkat tetapi pada tahun 2009 penerimaan total devisa negara mengalami penurunan. Besarnya persentase kontribusi devisa dari sektor pariwisata dipengaruhi oleh kontribusi sektor-sektor lain yang sama-sama mengalami fluktuasi setiap tahunnya.

Aktivitas sektor pariwisata telah didorong dan ditanggapi secara positif oleh pemerintah dengan harapan dapat menggantikan sektor migas yang selama ini menjadi primadona dalam penerimaan devisa negara. Sektor pariwisata memang cukup menjanjikan untuk turut membantu menaikkan cadangan devisa dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Pengembangan kawasan pantai untuk keperluan rekreasi Indonesia dewasa ini cenderung meningkat kegiatannya bersamaan dengan semakin digiatkannya bidang kepariwisataan,selain

mempunyai keuntungan dalam sumber daya alam secara berkelanjutan sektor pariwisata dikawasan pesisir ini juga berpotensi untuk meningkatkan kegiatan ekonomi lokal dan pembangunan wilayah di wilayah wisata bahari yang bersangkutan, termasuk kegiatan pariwisata lainnya (Purba : 1997).

Di daerah Lampung terdapat banyak tempat-tempat pariwisata yang dapat

meningkatkan devisa di Indonesia, terutama di Kabupaten Lampung Barat. Secara

geografis Kabupaten Lampung Barat terletak pada koordinat 4º47’16” –5º56’42” Lintang Selatan dan 103º35’08” –104º33’51” Bujur Timur, memiliki Batas


(21)

Wilayah: Batas utara berbatasan dengan Provinsi Bengkulu; batas selatan berbatasan dengan Samudra Hindia; batas barat berbatasan dengan Samudra Hindia; dan batas timur berbatasan dengan Lampung Utara dan Lampung Tengah.

Luas Wilayah Lampung Barat 4.950 km persegi atau 13,99 % dari luas wilayah Provinsi Lampung, 57 % dari luas wilayah tersebut berupa hutan kawasan dan 43 % sisanya merupakan lahan yang dapat dihuni yang terbagi dalam 14 kecamatan dan 172 pekon. Penduduk Lampung Barat berjumlah 365.999 jiwa, sebagian besar (71,55 %) hidup dan tinggal di pedesaan. Pada umumnya mereka mengandalkan pertanian dan sebagai mata pencahariannya. Kabupaten Lampung Barat memiliki berbagai objek wisata. Terdapat 3 jenis objek wisata yaitu: wisata hutan,wisata alam, dan wisata bahari. Wisata hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, wisata alamnya ada Seminung Lumbok Resort, Gunung Pesagi, dan Danau Suwo, dan untuk wisata baharinya terdapat pantai Labuhan Jukung, pantai Mandiri dan pantai Tanjung Setia. Lampung Barat juga memiliki geomorfologi yang lengkap seperti gunung, laut, danau, sungai, air terjun, dan hutan termasuk flora fauna di dalam nya, juga memiliki bentang alam lembah dan dataran tinggi dengan ketinggian 800 m dari permukaan laut.

Di Lampung Barat objek wisata yang diminati wisatawan baik domestik maupun mancanegara adalah pantai Tanjung Setia. Tanjung Setia adalah pantai yang terletak 60 km dari Liwa (ibukota Lampung Barat). Pantai ini merupakan salah satu pantai yang ada di Krui Lampung Barat dan sangat dikenal dengan ketinggian ombaknya yang menjadi salah satu pantai dengan ombak tertinggi di dunia. Nama Pantai Tanjung Setia mungkin agak terdengar samar di telinga kita semua bila


(22)

dibandingkan dengan pantai Kuta di Bali, Mentawai ataupun beberapa pantai di Lombok dan Sumbawa yang sudah lebih dulu membumi, tetapi tidak bagi

kalangan turis asing. Bahkan banyak yang mengatakan pantai ini merupakan salah satu pantai yang memiliki ombak terbaik ketiga di dunia. Berhadapan langsung dengan luasnya Samudera Hindia membuat kawasan Pantai Tanjung Setia sebagai daerah wisata yang unggul. Memiliki karakteristik gelombang yang tinggi dan panjang, dengan ketinggian ombak mencapai tujuh meter, kondisi lautnya masih alami, belum tercemar bahkan udaranya sangat sejuk dan kondisi alamnya yang damai, jauh dari kebisingan menjadikan daerah ini surga bagi kaum peselancar. Selain itu, Pantai Tanjung Setia juga memiliki panorama keindahan alam ekosistem pesisir, kekayaan budaya dan tradisi yang kesemuanya sangat memanjakan wisatawan.

Pantai yang berada di sebuah teluk kecil ini, selain menjadi lokasi surfing bagi wisatawan mancanegara (wisman) dari Australia, Amerika dan negara Eropa lainnya, juga dikenal sebagai tempat berwisata memancing yang kaya ikan laut mulai tuna hingga blue marlin. Bahkan banyak juga yang menjadikan tempat ini sebagai tempat berkemah, ditambah dengan adanya cottage yang representatif bahkan alami lantaran bangunannya menyatu dengan alam. Salah satu kegiatan kepariwisataan yang juga menarik untuk dinikmati adalah perhelatan Semarak Wisata Tanjung Setia. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan nuansa tersendiri bagi wisatawan. Pada acara ini digelar berbagai perlombaan yang menitik beratkan pada olahraga pantai, seperti selancar, bola voli pantai, sepak bola pantai dan layang-layang.


(23)

Tabel 2. Pertumbuhan Turis Asing dan Lokal Pantai Wisata Tanjung Setia Tahun 2006-2011 Tahun Wisatawan Lokal Wisatawan Asing Total Wisatawan Persentase Pertumbuhan

(Orang) (Orang) (Orang) (%)

2006 1.249 178 1.427 -

2007 2.194 412 2.606 82.62

2008 2.575 588 3.163 21.37

2009 2566 1.155 3.721 17.64

2010 1607 807 2.414 -35,12

2011 1486 838 2.324 -3,72

Sumber:Dinas Pariwisata Lampung Barat

Pada Tabel 2 dapat kita lihat terjadi pertumbuhan yang sangat signifikan dari banyak nya wisatawan lokal maupun asing dari tahun 2006 ke tahun 2007 sebesar 82.62%. Selanjut nya terjadi peningkatan juga pada tahun 2008 namun terdapat penurunan dalam hal persentase yaitu hanya meningkat sebesar 21.37%. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2009 terjadi peningkatan dalam jumlah kunjungan namun penurunan dalam jumlah persentase yaitu berjumlah 17.64%. Sedangkan pada tahun 2010 terjadi penurunan dalam hal jumlah pengunjung dan persentase dari tahun sebelum nya yaitu sebesar 35,12%. Penurunan juga terjadi pada tahun 2011 namun tidak sebesar 2010 yaitu sebesar 3,72%. Penurunan pada setiap tahunnya kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Jarak yang sangat jauh; Fasilitas yang kurang memadai; aksesibilitas tempat wisata sukar dicapai.

Oleh karena itu,dilakukan penelitian untuk mengetahui beberapa banyak

permintaan rekreasi ke pantai tanjung setia melalui pendekatan biaya perjalanan rata-rata pengunjung.


(24)

B. Perumusan Masalah

Pantai tanjung setia merupakan sumber daya alam yang menawarkan rekreasi dengan daya tarik tempat rekreasi berupa keberadaan kawasan secara fisik, infrastruktur yang memadai berupa sarana transportasi, komunikasi, dan

akomodasi. Saat ini, pantai tanjung setia sebagai wahana baru yang menghadirkan pesona alam yang indah dihadapkan pada kenyataan bahwa masih banyak

masyarakat umum dengan apresiasi rendah terhadap keindahan alam, oleh karena itu perlu pendekatan kepada masyarakat untuk meningkatkan nilai apresiasi masyarakat terhadap pesona pantai tanjung setia. Salah satu pendekatan yang dirasa cukup memadai adalah pendekatan kesediaan membayar (willingness to pay) dari konsumen yang bersangkutan.

Pendekatan kesediaan membayar terdiri dari dua metode, yaitu dari metode biaya perjalanan (travel cost method) dan Contingent Valuation Method. Kedua metode ini pada prinsipnya adalah mengukur kesediaan membayar dari para pengunjung yang dihubungkan dengan kepuasan rekreasi yang diperoleh. Disamping biaya perjalanan, perlu juga di perhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi yaitu ketersediaan waktu, pendapatan, komunikasi, selera wisatawan, alternatif rekreasi dan waktu perjalanan.

Keberadaan infrastruktur yang memadai,baik berupa sarana transportasi, komunikasi maupun akomodasi menjadi masalah yang cukup serius untuk kawasan rekreasi. Kondisi infrastruktur berkaitan dengan kemudahan untuk menjangkau yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan seseorang untuk


(25)

melakukan aktivitas rekreasi. Dari uraian diatas perumusan masalah yang diajukan adalah:

1. Bagaimana profil pengunjung pantai tanjung setia?

2. Bagaimana kurva permintaan rekreasi pantai tanjung setia?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan rekreasi di pantai tanjung setia?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi profil wisatawan yang berkunjung ke Pantai Tanjung Setia

2. Mengetahui kurva permintaan wisatawan terhadap rekreasi di pantai Tanjung Setia

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi di pantai Tanjung Setia

D. Kerangka Pemikiran

Ada dua bentuk pemanfaatan sumberdaya alam kawasan pantai dapat dikelola, yaitu manfaat yang bersifat immaterial (Intangible Benefit), contohnya

aktivitas wisata dan manfaat yang dapat memberikan hasil dalam bentuk barang (Tangible Benefit). contohnya aktivitas perikanan secara umum berupa usaha penangkapan dan budidaya. Pemanfaatan kawasan pantai menjadi tempat rekreasi harus memperhatikan kepentingan dan aspirasi masyarakat serta keadaan lingkungan itu sendiri. Dalam penetapan kebijakan untuk


(26)

menjadikan pantai sebagai kawasan rekreasi harus melihat terlebih dahulu apakah sudah sesuai dengan permintaan masyarakat.

Permintaan rekreasi adalah kesempatan-kesempatan rekreasi yang dlinginkan oleh masyarakat atau gambaran total partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat diharapkan bila tersedia fasilitas-fasilitas yang memadai atau memenuhi keinginan masyarakat (Douglass, 1970). Permintaan rekreasi dipengaruhi oleh aksesbilitas, jarak, fasilitas penunjang, dan biaya perjalanan, Dimana jarak, fasilitas dan metode biaya perjalanan adalah turunan harga barang itu sendiri yang termasuk dari faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan sedangkan aksesbilitas merupakan turunan dari harga barang yang terkait. Pengembangan kawasan rekreasi harus disertai dengan analisis permintaan masyarakat terhadap kegiatan rekreasi. Hasil analisis ini pada intinya merupakan hubungan antara biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat atau pengunjung dengan manfaat yang diperoleh dari aktivitas rekreasi.


(27)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Sumber Daya Alam

Aktivitas Perikanan Mendukung pengembangan rekreasi Aktivitas Wisata Permintaan Rekreasi Analisis Permintaan Pengembangan lebih lanjut Pendapatan Daerah Peningkatan Pendapatan Nelayan Lapangan kerja baru Faktor-faktor permintaan kunjungan wisata

Harga barang itu sendiri

Harga barang yng terkait

Tingkat pendapatan Selera atau kebiasaaan Jumlah penduduk Perkiraan harga di masa mendatang Distribusi pendapatan Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan Faktor-faktor permintaan kunjungan wisata


(28)

Pada tahap selanjutnya, dengan adanya kegiatan rekreasi di Pantai Tanjung Setia maka diharapkan adanya peningkatan pendapatan daerah dan pemerataan pendapatan yang dilakukan dalam bentuk pembayaran pajak dan adanya lapangan kerja baru bagi masyarakat. Adapun kerangka pendekatan studi mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kunjungan pariwisata di Tanjung Setia, Lampung Barat dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 1.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekonomi Publik

Ekonomi Publik merupakan cabang Ilmu Ekonomi yang menelaah masalah-masalah ekonomi publik (publik dapat diartikan masyarakat, pemerintah atau negara) seperti kebijakan subsidi atau perpajakan, regulasi atau deregulasi, nasionalisasi atau privatisasi, sistem jaminan sosial, ketahanan pangan, kebijakan teknologi, pertahanan dan keamanan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Ekonomi publik juga disebut dengan finansial publik. Wikipedia menyebutkan bahwa financial publik mempelajari rancangan dari pajak pemerintah dan kebijakan pengeluaran dan efek ekonomi dari kebijakan-kebijakan tersebut (contohnya, program asuransi sosial). Montesqieu, seorang ahli Tata Negara, menyebutkan bahwa kekuasaan negara dapat dipisahkan menjadi kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Kekuasaan eksekutif yang dipegang oleh pemerintah yaitu presiden dan para pembantunya, pada umumnya paling

berpengaruh terhadap suatu perekonomian. Hal ini karena eksekutif paling banyak bersinggungan secara langsung dengan aktivitas ekonomi melalui pembelanjaan dan kebijakan ekonominya.


(30)

1. Peran Pemerintah dalam Ekonomi

Pemerintah sebagai pelaku (yang umumnya mendominasi, terutama pada ekonomi di negara berkembang) memiliki peran sebagai berikut:

1. Menetapkan kerangka hukum (legal framework) yang melandasi suatu perekonomian;

2. Mengatur/meregulasi perekonomian dengan alat subsidi dan pajak;

3. Memproduksi komoditas tertentu dan menyediakan berbagai fasilitas seperti kredit, penjaminan simpanan, dan asuransi;

4. Membeli komoditas tertentu termasuk yang dihasilkan oleh perusahaan swasta, misalnya persenjataan;

5. Meredistribusikan (membagi ulang) pendapatan dari suatu kelompok ke kelompok lainnya, dan

6. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial, misalnya memelihara anak-anak terlantar, menyantuni fakir miskin, dan sebagainya.

2. Beberapa Landasan Ekonomi Publik

Timbulnya disiplin ilmu ekonomi publik didasarkan beberapa landasan pikir sebagai berikut:

1. Masalah kunci dalam perekonomian adalah masalah mikroekonomi, yaitu menyangkut distribusi produksi, dan alokasi konsumsi serta masalah

makroekonomi yaitu menyangkut pengangguran, inflasi, kapasitas produksi, serta pertumbuhan ekonomi.

2. Sistem Perekonomian suatu negara berkaitan dengan siapa pelaku ekonomi (pemerintah atau bukan) serta bagaimana keputusan ekonomi diambil.


(31)

Apakah melalui perencanaan terpusat atau mekanisme harga.

3. Pandangan-pandangan tentang peran pemerintah dalam perekonomian dewasa ini semakin konvergen (cenderung mendekat satu terhadap yang lain). Secara umum saat ini diakui swasta bahwa harus mengambil peran utama dalam pasar. Namun bila terjadi kegagalan pasar dan pemerintah berpotensi dapat memperbaiki kegagalan tersebut, maka sudah sepatutnya pemerintah memperbaiki kegagalan tersebut sepanjang diyakini mampu mengatasinya. 4. Pendekatan ilmiah menjamin kesimpulan yang ditarik dari suatu analisis yang

bersifat sahih. Sedangkan kita tahu bahwa analisis sektor publik terdiri dari empat tahap, yakni deskripsi kegiatan pemerintah dalam perekonomian, telaahan konsekuensi dari penerapan kebijakan tersebut, tinjauan atas kriteria keberhasilan keputusan publik, dan evaluasi atas proses politik yang

mengarah pada pengambilan keputusan tentang kebijakan publik.

B. Bentuk-bentuk Pariwisata

Menurut Wahab (1992), kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk tunggal. Istilah ini umum sifatnya yang menggambarkan beberapa bentuk perjalanan dan penginapan sesuai dengan motivasi yang mendasari

kepergian tersebut. Orang melakukan perjalanan untuk memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan bermacam-macam keinginan. Sebenarnya pariwisata sebagai suatu gejala, terwujud dalam beberapa bentuk yang antara lain sebagai berikut :

1. Menurut jumlah orang yang berpergian


(32)

berpergian.

b. Pariwisata rombongan, yakni sekelompok orang yang biasanya terikat hubungan-hubungan tertentu kemudian melakukan perjalanan bersama-sama misalnya klub, sekolah atau suatu yang diorganisir oleh suatu usaha perjalanan,dan biasanya rombongan ini didampingi oleh seorang pemimpin perjalanan. Jumlah peserta rombongan itu boleh bervariasi tetapi biasanya lebih dari 15 atau 20 orang peserta.

2. Menurut maksud bepergian

a. Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, maksud kepergian untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata dan memberikan kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan dan keletihan kerja selama di tempat rekreasi.

b. Pariwisata budaya, bermaksud untuk memperkaya informasi dan pengetahuan tentang negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan hiburan. Dalam hal ini termasuk pula kunjungan ke pameran-pameran (fair), perayaan perayaan adat, tempat-tempat cagar alam, cagar purbakala, dan lain-lain.

c. Pariwisata pulih sehat, yang memuaskan kebutuhan perawatan medis di daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan, misalnya sumber air panas, tempat-tempat kubangan lumpur yang berkhasiat, perawatan dengan air mineral yang berkhasiat, penyembuhan secara khusus,

perawatan dengan pasir hangat, dan lain-lain. Pariwisata ini memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu seperti misalnya kebersihan,


(33)

d. Pariwisata sport, yang akan memuaskan hobi orang-orang seperti

mengail Ikan, berburu binatang liar, menyelam ke dasar laut, bermain ski dan mendaki Gunung.

e. Pariwisata temu wicara, pariwisata konvensi mencakup pertemuan-pertemuan ilmiah, seprofesi dan bahkan politik. Pariwisata jenis ini memerlukan tersedianya fasilitas pertemuan di negara tujuan dan faktor-faktor lain yang penting seperti letak strategis, tersedianya transportasi yang mudah, iklim yang cerah dan sebagainya. Seseorang yang berperan serta dalam konferensi akan meminta fasilitas wisata yang lain misalnya tour dalam dan luar kota, tempat membeli cenderamata dan lain-lain. 3. Menurut alat transportasi :

a. Pariwisata darat (bis mobil pribadi, kereta api) b. Pariwisata tirta (laut, sungai, danau)

c. Pariwisata dirgantara 4. Menurut letak geografis :

a. Pariwisata domestic nasional, menunjukkan arus wisata yang dilakukan oleh warga dan penduduk asing yang bertugas di sana, yang terbatas dalam suatu negara tertentu

b. Pariwisata regional, yakni kepergian wisatawan terbatas pada beberapa negara yang membentuk suatu kawasan pariwisata, misalnya perjalanan wisatawan di negara negara Eropa Barat

c. pariwisata Internasional, yang meliputi gerak wisatawan dari satu negara ke negara lain di dunia.


(34)

6. Menurut jenis kelamin, pariwisata dibedakan menjadi pariwisata pria dan pariwisata wanita.

7. Menurut tingkat harga dan tingkat sosial, jenis pariwisata terdiri darib pariwisata taraf lux , pariwisata taraf menengah dan pariwisata taraf jelata.

C. Barang Publik

Suatu barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa mungkin seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Selanjutnya, barang publik sempurna

(pure public goods) didefinisikan sebagai barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat

(Aristo :2005).

D. Pajak

1. Pengetian Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Jadi, pajak

merupakan hak progratif pemerintah, iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang ditunjuk secara langsung berdasarkan UU.


(35)

Ada bermacam-macam batasan atau definisi tentang pajak menurut para ahli diantaranya adalah :

1). P. J. A. Adriani

pajak adalah iuran masrayakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayararnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas-tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. 2). H. Rochmat Soemitro SH.

pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 3). Sommerfeld Ray M. Anderson Herschel M. & Brock Horace R.

Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang sudah ditentukan dan tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk

menjalankan pemerintahan. 4). Smeets

Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terhutang melalui norma-norma umum dan dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hak individual untuk membiayai pengeluaran pemerintah


(36)

5). Suparman Sumawidjaya

Pajak adalah iuran wajib berupa barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

Lima unsur pokok dalam definisi pajak pajak adalah : 1). Iuran/pungutan dari rakyat kepada negara

2). Pajak dipungut berdasarkan undang-undang 3). Pajak dapat dipaksakan

4). Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi

5). Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara (pengeluaran umum pemerintah)

Ciri-ciri Pajak yang terdapat dalam pengertian pajak antara lain sebagai berikut : 1). Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh

pemerintah daerah berdasarkan atas undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

2). Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sektor swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut

pajak/administrator pajak).

3). Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum

pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.

4). Tidak dapat ditunjukan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak.


(37)

5). Berfungsi sebagai budgeter atau mengisi kas negara/anggaran negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif)

2. Pajak dalam Pariwisata

Banyak pemerintah memanfaatkan pariwisata sebagai : - Sumber pendapatan

- Sumber biaya bagi sektor lain.

Tetapi di beberapa negara pariwisata masih tidak menonjol aktivitas kegiatan sehingga peranan dalam perolehan pendapatan tidak terperhatikan. Sebaliknya dalam rangka otonomi daerah , pariwisata banyak diandalkan sebagai unsure utama dalam PAD. Pajak dalam pariwisata bisa dalam bentuk :

- Pajak atas produk pariwisata biasa dalam bentuk

- Pajak dibebankan kepada konsumen yang bertindak sebagai wisatawan - Pajak dibebankan kepada pemakai jasa pariwisata.

Beberapa negara mengatur pajak atas lalu lintas perjalanan terutama untuk perjalanan keluar.

- Indonesia menerapkan pembayaran fiskal (hakekatnya sama dengan pajak/bagi warga negaranya yang bepergian keluar)

- Paraguay dann Venezuela memberlakukan pajak kedatangan (arrival tour) bagi semua wisatawan.

- Hampir semua negara memberlakukan pajak keberangkatan (departure tax) dalam bentuk airport tax / harbour tax.


(38)

3. Objek, subjek, struktur dan tarif retribusi

1). Obyek Retribusi adalah setiap pelayanan pemberian izin usaha sarana pariwisata.

2). Subyek Retribusi Izin Usaha Sarana Pariwisata adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin usaha sarana pariwisata.

3). Retribusi Izin Usaha Sarana Pariwisata diukur berdasakan : a. Jenis Usaha;

b. Klasifikasi; dan c. Sertifikasi.

4). Struktur dan besar tarif retribusi izin usaha sarana pariwisata

5). Tarif retribusi untuk balik nama izin usaha sarana pariwisata ditetapkan sebesar 50 % (lima puluh perseratus) dari tarif retribusi

4. Pengeluaran Pemerintah dalam Pariwisata

Dari satu sisi pemerintah memperoleh pendapatan dari pariwisata, tetapi disisi lain pemerintah banyak mengeluarkan untuk pariwisata. Tiga pengeluaran besar pemerintah bagi pariwisata adalah :

- Investasi dan pemeliharaan infrastruktur - Fasilitas pengembangan pariwisata - Pemasaran pariwisata

Investasi infrastruktur pada umumnya disiapkan pemerintah bagi kepentingan ekonomi seluruh sektor tidak hanya sektor pariwisata saja. Hanya bagian kecil dalam aktivitas pariwisata infrastrukturnya dibangun oleh sektor pariwisata. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mendukung sepenuhnya


(39)

pengembangan pariwisata, karena melihat akan tumbuhnya pendapatan dari kegiatan pariwisata yang terwujud dari adanya pengembangan tersebut. Untuk ini pemerintah akan memberi bantuan pengeluaran bagi pengembangan pariwisata tersebut. Pengeluaran pemerintah dalam pengembangan pariwisata :

a.Pengeluaran langsung : -Subsidi / bantuan

- Partisipasi pemerintah dalam menyeimbangkan pembangunan - Bunga Bank

- Bantuan bagi penelitian

- Bantuan bagi pendidikan dan pelatihan b.Reduksi dari reabilitas

- Reduksi pajak

- Bebas pajak bagi barang / jasa tertentu c.Jaminan / Garansi

- Jaminan atas pinjaman komesrsial - Jaminan ijin atas pekerja asing

Pengeluaran bagi pemasaran pariwisata yang dikerjakan pemerintah, antara lain untuk :

- Riset dan kegiatan pemasaran (NTO) - Public Relation

- Iklan dan promosi lainnya - Komunikasi dan distribusinya - Pengembangan produk


(40)

E. Permintaan

Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Singkatnya permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan:

a. Harga barang itu sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu bertambah.

b. Harga barang lain yang terkait

Berpengaruh apabila terdapat 2 barang yang saling terkait yang keterkaitannya dapat bersifat subtitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (penggenap). c. Tingkat pendapatan perkapita

Dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat

d. Selera atau kebiasaan

Tinggi rendahnya suatu permintaan ditentukan oleh selera atau kebiasaan dari pola hidup suatu masyarakat.

e. Jumlah penduduk

Semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera atau kebiasaan akan kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar permintaan terhadap barang tersebut.


(41)

f. Perkiraan harga di masa mendatang

Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik, adalah lebih baik membeli barang tersebut sekarang, sehingga mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa depan. g. Distribusi pendapatan

Tingkat pendapatan perkapita bisa memberikan kesimpulan yang salah bila distribusi pendapatan buruk. Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun. h. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan.

Bujukan para penjual untuk membeli barang besar sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat. Usaha-usaha promosi kepada pembeli sering mendorong orang untuk membeli banyak daripada biasanya.

F. Hukum Permintaan

Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan

“Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana

hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang meningkat.”

1. Kurva Permintaan

Kurva Permintaan dapat didefinisikan sebagai :

“Suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli.”


(42)

kanan bawah. Kurva yang demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta yang mempunyai sifat hubungan terbalik.

2. Teori Permintaan

Dapat dinyatakan : “Perbandingan lurus antara permintaan terhadap harganya yaitu apabila permintaan naik, maka harga relatif akan naik, sebaliknya bila permintaan turun, maka harga relatif akan turun.”

3. Faktor-faktor yang dapat menggeser kurva permintaan a. Faktor harga

Perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun.

b. Faktor bukan harga

Perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun. Kurva permintaan bergerak kekanan atau kekiri apabila terdapat perubahan-perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga, sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan menyebabkan kurva permintaan akan pindah ke kanan atau ke kiri.

G. Perilaku konsumen

Perilku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen


(43)

merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.

Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli. Kedua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat

merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut. Aplikasi ke tiga adalah dalam hal pemasaran sosial, yaitu penyebaran ide di antara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif.

1. Pendekatan dalam meneliti perilaku konsumen

Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen. Pendekatan pertama adalah pendekatan interpretif. Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.

Pendekatan ke dua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu


(44)

sosiologi. Pendekatan ini bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perilaku dan pembuatan keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survei untuk menguji coba teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen memproses informasi, membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen.

Pendekatan ke tiga disebut sebagai sains pemasaran yang didasari pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika. Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba model matematika berdasarkan hierarki kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan pola konsumsi, yang dikenal dengan sebutan moving rate analysis.

Ketiga pendekatan sama-sama memiliki nilai dan tinggi dan memberikan pemahaman atas perilaku konsumen dan strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang berbeda. Sebuah perusahaan dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh pendekatan, tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut.

2. Roda analisis konsumen

Roda analisis konsumen adalah kerangka kerja yang digunakan pemasar untuk meneliti, menganalisis, dan memahami perilaku konsumen agar dapat

menciptakan strategi pemasaran yang lebih baik. Roda analisis konsumen terdiri dari tiga elemen: afeksi dan kognisi, lingkungan, dan perilaku.


(45)

3. Afeksi dan kognisi

Elemen pertama adalah afeksi dan kognisi. Afeksi merujuk pada perasaan konsumen terhadap suatu stimuli atau kejadian, misalnya apakah konsumen menyukai sebuah produk atau tidak. Kognisi mengacu pada pemikiran konsumen, misalnya apa yang dipercaya konsumen dari suatu produk. Afeksi dan kognisi berasal dari sistem yang disebut sistem afeksi dan sistem kognisi. Meskipun berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat dan saling memengaruhi.

Manusia dapat merasakan empat tipe respons afektif: emosi, perasaan tertentu, suasana hati/mood, dan evaluasi. Setiap tipe tersebut dapat berupa respons positif atau negatif. Keempat tipe afeksi ini berbeda dalam hal pengaruhnya terhadap tubuh dan intensitas perasaan yang dirasakan. Semakin kuat intensitasnya,

semakin besar pengaruh perasaan itu terhadap tubuh, misalnya terjadi peningkatan tekanan darah, kecepatan pernapasan, keluarnya air mata, atau rasa sakit di perut. Bila intensitasnya lemah, maka pengaruhnya pada tubuh tidak akan terasa.

Sistem kognisi terdiri dari lima proses mental, yaitu: memahami, mengevaluasi, merencanakan, memilih, dan berpikir. Proses memahami adalah proses

menginterpretasi atau menentukan arti dari aspek tertentu yang terdapat dalam sebuah lingkungan. mengevaluasi berarti menentukan apakah sebuah aspek dalam lingkungan tertentu itu baik atau buruk, positif atau negatif, disukai atau tidak disukai. Merencanakan berarti menentukan bagaimana memecahkan sebuah masalah untuk mencapai suatu tujuan. Memilih berarti membandingkan alternatif solusi dari sebuah masalah dan menentukan alternatif terbaik, sedangkan berpikir


(46)

adalah aktivitas kognisi yang terjadi dalam keempat proses yang disebutkan sebelumnya.Fungsi utama dari sistem kognisi adalah untuk menginterpretasi, membuat masuk akal, dan mengerti aspek tertentu dari pengalaman yang dialami konsumen. Fungsi ke dua adalah memproses interpretasi menjadi sebuah task kognitif seperti mengidentifikasi sasaran dan tujuan, mengembangkan dan mengevaluasi pilihan alternatif untuk memenuhi tujuan tersebut, memilih

alternatif, dan melaksanakan alternatif itu.Besar kecilnya intensitas proses sistem kognitif berbeda-beda tergantung konsumennya, produknya, atau situasinya. Konsumen tidak selalu melakukan aktivitas kognisi secara ekstensif, dalam

beberapa kasus, konsumen bahkan tidak banyak berpikir sebelum membeli sebuah produk.

4. Proses pengambilan keputusan pembelian

Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:

1) Pengenalan masalah Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.

2) Pencarian informasi. Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori dan berdasarkan pengalaman orang lain .

3) Mengevaluasi alternatif .Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.


(47)

4) Keputusan pembelian. Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian.Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan

menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.

5) Evaluasi pasca-pembelian merupakan proses evaluasi yang dilakukan

konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut pada masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen pada masa depan.

H. Faktor-faktor yang memengaruhi Pembelian

Terdapat lima faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:

1. Motivasi merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Persepsi merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.


(48)

3. Pembentukan sikap merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal 4. Integrasi merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi

merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.

1). Aspek Permintaan Pariwisata

Permintaan akan sangat menentukan keberhasilan pengembangan suatu produk, baik produk barang maupun produk jasa, termasuk pariwisata.

Sebagaimana halnya dengan permintaan atas produk barang dan jasa pada umumnya, permintaan atas produk pariwisata pun dipengaruhi berbagai faktor, serta terbagi menjadi permintaan potensial dan permintaan aktual. Sementara itu permintaan pun besarannya tergantung pada beberapa hal lainnya.

a. Permintaan Potensial (potential demand)

Sesungguhnya permintaan potensial atas produk pariwisata dapat diperkirakan. Namun demikian, untuk dapat memperkirakan besar kecilnya potensi pasar pariwisata, kita perlu mengetahui kondisi beberapa unsur di suatu negara atau wilayah pasar dimaksud, seperti:

Jumlah penduduk keseluruhan

Persentase penduduk yang berpenghasilan dan mampu bepergian ke luar negeri

Tingkat pendapatan rata-rata

Tingkat kemampuan menabung rata-rata Waktu luang yang mereka miliki


(49)

Intensitas bepergian masyarakat pada umumnya, -terutama intensitas bepergian ke luar negeri

Untuk mengetahui berbagai unsur tersebut, sudah dapat dipastikan, memerlukan bukan hanya sekedar pengamatan, melainkan penelitian secara intensif serta secara berkala senantiasa dimutakhirkan untuk mengetahui dan mengikuti perkembangannya, terutama dalam hal terjadi gejolak pasar yang disebabkan berbagai kondisi yang sedang terjadi agar pengembangan sisi supply dapat disesuaikan dimana perlu.

Hal ini dinilai sangat penting, mengingat penyesuaian produk pariwisata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Satu dan lain hal, disebabkan oleh

karakteristik kekakuan yang melekat pada produk pariwisata, mengingat berbagai unsur yang membentuknya berada pada berbagai pihak yang terkait dan

berwenang dari berbagai sektor. Monitoring pasar secara konsisten dan cermat memberikan kemungkinan kepada kita untuk dapat mengambil langkah-langkah yang bersifat antisipatif mengacu pada gejala awal kecenderungan pasar di masa datang.

b. Permintaan Aktual (actual demand)

Di samping berbagai kondisi tersebut di atas yang mempengaruhi permintaan potensial, ada beberapa faktor lainnya yang sangat berpengaruh pada terwujudnya permintaan aktual. Sehingga dengan demikian, Total Demand akan tergantung pada besaran potential demand di mana aktual demand berada, serta tergantung juga pada unsur-unsur yang mempengaruhi potential demand secara umum. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan aktual demand adalah wisatawan yang


(50)

benar-benar sudah melakukan perjalanan dan berkunjung ke suatu negara atau wilayah destinasi tertentu,seperti yang kita lihat dalam laporan statistik pariwisata. Lazimnya, aktual demand tersebut diuraikan dan dirinci dalam laporan statistik pariwisata berdasarkan informasi sbb.:

Negara Asal. Dalam hal ini yang dimaksud adalah negara di mana wisatawan itu bertempat tinggal;

Kebangsaan, yang menunjukkan kewarganegaraan wisatawan tesebut. Hal ini perlu dibedakan, mengingat bahwa wisatawan berkebangsaan negara tertentu bisa saja datang dari negara lain, di mana dia bertempat tinggal, yang nota bene, kita nilai sebagai negara pasar potensial;

Rata-rata masa tinggal. Kepentingan informasi ini bukan melulu untuk perhitungan penerimaan pariwisata negara penerima, melainkan juga untuk memperkirakan berapa banyak waktu yang mereka miliki untuk berlibur atau berkunjung;

Rata-rata pengeluaran per orang, baik selama kunjungan ataupun

pengeluaran per hari. Informasi ini memberikan gambaran tentang tingkat penghasilan serta daya beli yang mereka miliki, di samping sebagai salah satu unsur dalam perhitungan penerimaan pariwisata suatu negara;

Profil lainnya yang juga penting bagi penentuan kebijakan pengembangan produk wisata dan pemasarannya adalah:

a. Jenis kelamin; b. Bidang pekerjaan c. Kelompok Penghasilan d. Kelompok umur


(51)

e. Maksud kunjungan

f. Transportasi yang digunakan

I. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata

Selain faktor-faktor yang telah disebut di atas tadi, masih banyak faktor lainnya yang mempengaruhi permintaan terhadap pariwisata secara langsung maupun tidak langsung, antara lain:

a. Kondisi ekonomi global.

Secara umum kondisi ekonomi global sedikit banyaknya akan mempengaruhi minat untuk melakukan perjalanan, terutama jarak jauh, yang pada umumnya menuntut biaya yang relatif tinggi. Seperti yang terjadi jika terjadi gangguan terhadap harga bahan bakar minyak secara global. Bahkan kondisi seperti yang terjadi ketika krisis moneter melanda dunia, serta krisis financial Amerika dan Eropa akhiur-akhir ini;

b. Kondisi ekonomi negara asal wisatawan.

Seperti yang terjadi akhir-akhir ini di mana beberapa negara Eropa mengalami krisis keuangannya, tidak dapat kita mengharapkan banyak dari penduduknya untuk bepergian jauh, berhubung dengan kemampuan import negara

bersangkutan yang terpaksa dikurangibaahkan tidak mustahil dihentikan, mengingat bepergian ke luar negeri berarti mengimport jasa pariwisata. c. Kondisi ekonomi negara tujuan wisata.

Indonesia mengalami hal ini beberapa kali, seperti dalam dekade 1960-an dimana ekonomi kita mengalami inflasi sampai melebihi 600%, kepariwisataan kita hampir tidak ada yang melirik. Padahal ketika itu pemerintah bertekad


(52)

mengembangkan kepariwisataan sejak 1958 dan termasuk dalam Rencana Pembangunan Semesta Berencana;

d. Kondisi politik global.

Adanya peperangan, bahkan sekedar ketegangan yang terjadi antar negara di dunia tidak mustahil akan mengurangi minat perjalanan jarak jauh, terutama jika perjalanannya itu harus melalui wilayah negara yang bersitegang tersebut; e. Kondisi politik di negara asal wisatawan.

Hal ini juga memberikan pengalaman kepada kita bahwa negara yang

politiknya sedang terganggu, sangat dapat dimengerti jika penduduknya hampir tidak ada yang bepergian ke luar negeri.

f. Kondisi politik di negara tujuan wisata.

Kerusuhan dan huru-hara yang terjadi di tahun 1998, terrorisme yang terjadi di Indonesia menghasilkan beberapa Travel Advice bahkan Travel Warning dari beberapa negara untuk tidak berkunjung ke Indonesia.

g. Berjangkitnya penyakit menular.

Baik di negara asal wisatawan maupun negara tujuan, menunjukkan kepada kita pengaruhnya terhadap berkurangnya wisatawan;

h. Adanya produk wisata negara lain

Produk pengganti ataupesaing yang lebih menarik dalam hal kualitas maupun harga serta upaya pemasarannya yang berhasil menyaingi produk indonesia. Perlu dicatat, bahwa persaingan tidak hanya datang dari produk pariwisata atau jasa lainnya, melainkan juga dari produk barang tahan lama, terutama yang bernilai aset seperti mobil, sebagaimana yang pernah terjadi di Eropa pada tahun 1982 di saat BBM mengalami lonjakan harga yang menekan ekonomi


(53)

rumah tangga yang pada gilirannya penduduk Eropa banyak yang menunda

liburan agar dapat “menukar” kendaraannya dengan yang hemat BBM. i. Upaya pemasaran kita sendiri.

j. Faktor ini merupakan satu-satunya faktor yang sebetulnya dapat kita kendalikan (berada dalam kekuasaan kendali kita), sehingga keberhasilan kepariwisataan juga banyak tergantung pada upaya dan jerih payah kita sendiri, yang dilakukan secara bersama bahu-membahu, saling menunjang satu dengan lainnya antara Pemerintah (Pusat dan Daerah) dan antar sektoral, masyarakat industri pariwisata dan industri lainnya serta masyarakat pada umumnya.

Namun demikian, keberhasilan kepariwisatan tidak melulu dipengaruhi faktor-faktor tersebut, melainkan juga oleh berbagai faktor-faktor lainnya baik yang menunjang maupun menghambat dalam perencanaan, pembinaan, pengambangan di sisi produknya. Mengingat bahwa kepariwisataan terdiri dari berbagai jasa yang berada di bawah kewenangan lintas sektoral dan multi disiplin, maka

penanganannya pun memerlukan pemikiran dan pertimbangan secara menyeluruh.

J. Pariwisata, Rekreasi dan Wisatawan

Perpindahan orang untuk sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat-tempat tinggal dan tempat-tempat bekerja sehari-hari, serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut di sebut pariwisata (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000). Menurut Yoeti (1985), pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan yang diiakukan untuk sementara waktu, diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, melainkan


(54)

untuk menikmati perjalanan tersebut guna memenuhi keinginan yang beraneka ragam

Menurut Undang-Undang No. 9 tahunl990 tentang Pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk

pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Sedangkan wisata diartikan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata (Iswoyo, 1994). Secara umum pariwisata itu adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan (Soekadijo : 2000). Menurut Rutledge (1971) , usaha atau kegiatan yang dilakukan pada waktu senggang untuk

mengembalikan kesegaran fisik maupun mental yang dihasilkan oleh pekerjaan rutin disebut rekreasi.

Rekreasi adalah kegiatan pasif dan aktif yang dilakukan dengan bebas dan kreatif di dalam waktu senggang, sebagai selingan perkerjaan sehari-hari sesuai dengan bakat dan kegemarannya yang menimbulkan kegembiraan dan

kepuasan untuk memperoleh keseimbangan dan kesegaran jasmani dan rohani (Kamelia, 2000). Aktivitas rekreasi terutama rekreasi di alam terbuka banyak memberikan peranan terutama dalam mengembalikan keseimbangan atau mengimbangi kelelahan sebagai akibat menghadapi perkerjaan yang monoton atau kurang bervariasi.


(55)

Menurut Douglass (1970), rekreasi alam terbuka dilakukan di tempat-tempat tanpa pembatasan bangunan (di luar ruangan). Kegiatan rekreasi tersebut meliputi antara lain berenang, piknik, memancing, berperahu, bertamasya, lari pagi, berkemah dan mendaki gunung.

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan rekreasi dalam kehidupannya, besar kecilnya kebutuhan rekreasi untuk setiap orang tidak sama. Seseorang melakukan kegiatan rekreasi tergantung pada umur, pendidikan dan pekerjaan masing-masing. Menurut Kusmayadi dan Sugiarto (2000), seorang wisatawan didefinisikan sebagai seorang yang berada jauh dari tempat tinggalnya (jarak jauh ini berbeda-beda). Sedangkan menurut Soekadijo (2000) Wisatawan itu ialah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya atau hanya untuk sementara waktu tinggal di tempat yang didatanginya),

Dalam rangka pengembangan dan pembinaan kepariwisataan di Indonesia, seperti dituangkan dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia No.9 tahun 1969, tentang Wisatawan disebutkan bahwa wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu (Soekadijo, 2000). Orang yang termasuk wisatawan itu adalah (Soekadijo, 2000):

a. Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, karena alasan keluarga, kesehatan dan sebagainya

b. Orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-pertemuan atau sebagai utusan (ilmiah, administratif, dan sebagainya)


(56)

c. Orang yang mengadakan perjalanan bisnis

d. Orang yang datang dalam jangka pelayaran pesiar, juga kalau dia tinggal kurang dari 24 jam

Istilah wisatawan tidak meliputi orang-orang berikut:

a. Orang yang datang untuk memangku jabatan atau mengadakan usaha di suatu Negara

b. Orang yang datang untuk menetap

c. Penduduk daerah perbatasan dan orang yang tinggal di negara yang satu akan tetapi bekerja di negara tetangganya

d. Pelajar, mahasiswa dan kaum muda di tempat-tempat pemondokan dan di sekolah- sekolah.

K. Permintaan Rekreasi

Permintaan (demand) didefinisikan sebagai jumlah suatu barang yang akan dibeli oleh konsumen atau masyarakat pada kondisi, waktu dan harga tertentu (Hanafiah dan Saefuidin, 1993). Permintaan rekreasi adalah

kesempatan-kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran total partisipasi masyarakat dalam keglatan rekreasi secara umum yang dapat

diharapkan bila tersedia fasilitas-fasilitas yang memadai atau memenuhi keinginan masyarakat (Douglass, 1970). Menurut Clawson dan Knetsch (1975), dalam analisis permintaan rekreasi sering digunakan beberapa ukuran, yaitu : hari pengunjung, kunjungan seseorang dan kunjungan keluarga.


(57)

Selanjutnya Clawson dan Knetsch (1975) juga menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi harian, mingguan dan musiman atau bahkan tahunan, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor individu, yang berpengaruh terhadap potensial rekreasi, dengan urisur-unsurnya :

a. Karakteristik sosial ekonomi, seperti umur, jenis kelamin, pekeriaan, hubungan keluarga, pendidikan , dan suku bangsa.

b. Rata-rata pendapatan, bagian pendapatan masing-masing individu untuk keluarga.

c. Rata-rata dan pembagian waktu luang.

d. Pendidikan khusus, pengalaman dan pengetahuan masing-masing individu mengenai rekreasi.

2. Faktor lokasi, dengan unsur-unsurnya :

a. Keindahan yang menarik dan pembagian penggunaannya bagi rekreasi. b. Intensitas dan pengelolaan rekreasi.

c. Alternatif pemilihan tempat rekreasi.

d. Kapasitas areal untuk akomodasi pemakai rekreasi. e. Sejumlah total area yang berada di sektor pariwisata.

f. Distribusi geografi areal, berapa banyak kemudahan dan kesukaran. g. Karakteristik iklim dan cuaca daerah rekreasi.

3. Hubungan antara pemakai potensial dan daerah rekreasi, dengan unsur-unsurnya :

a. Lama waktu yang digunakan untuk perjalanan dari rumah ke lokasi dan kembali kerumah.


(58)

b. Senang atau tidaknya selama perjalanan. c. Keputusan perjalanan ke areal tertentu.

d. Banyaknya permintaan rekreasi akibat adanya promosi yang menarik.

Menurut Yoeti (1985), permintaan rekreasi ini mempunyai ciri khas, yaitu : 1. Permintaan sangat elastis, namun tidak hanya dipengaruhi oleh harga saja

tetapi oleh banyak faktor.

2. Permintaan sangat sensitif terhadap kondisi sosial politik yang dapat merubah keinginan seseorang untuk melakukan perjafanan rekreasi. 3. Tergantung pada waktu, yaitu adanya waktu luang bagi seseorang

untuk melakukan perjalanan rekreasi.

4. Dipengaruhi oleh musim, oleh karena itu terlihat adanya waktu ramai dan waktu sepi.

5. Permintaan terpusat pada tempat-tempat tertentu.

6. Dipengaruhi oleh pendapatan Biasanya orang-orang baru akan melakukan rekreasi kalau kebutuhan pokok sudah terpenuhi.

K. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

Menurut Fauzi (2000), metode biaya perjalanan ini kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation) seperti memancing, berburu, hiking, dan lain sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi tersebut. Misalnya, untuk melihat keindahan pemandangan di pantai, seorang konsumen akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut.


(59)

Fauzi (2000) menyebutkan bahwa metode biaya perjalanan ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat:

a. Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi b. Penambahan tempat rekreasi baru

c. Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi d. Penutupan tempat rekreasi yang ada

Ada beberapa cara untuk melakukan pendekatan permasalahan dengan menggunakan variasi dari metode biaya perjalanan (King and Mazzotta, 2000), yaitu :

a. Pendekatan biaya perjalanan menurut zona atau wilayah Pendekatan biaya perialanan menurut zona atau wilayah ini lebih banyak

menggunakan data sekunder

b. Pendekatan biaya perjalanan individu. Pendekatan biaya perjalanan individu ini menggunakan data yang lebih detail melalui survei ke pengunjung

c. Pendekatan kegunaan acak (Random Utility Approach). Pendekatan kegunaan acak menggunakan pengamatan dan data lainnya serta teknik statistik yang lebih lengkap.


(60)

III. METODOLOGI

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study) dengan satuan kasusnya adalah kegiatan rekreasi di Pantai Tanjung Setia.Nazir (1988) studi kasus adalah meneliti tentang status obyek peneliti yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu : 1. Data Primer, yang meliputi:

a) Profil pengunjung seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, tingkat pendidikan, motivasi kunjungan, pekerjaan dan cara kedatangan b) Daerah asal

c) Banyaknya kunjungan rekreasi

d) Seluruh biaya rekreasi yang dikeluarkan oleh tiap-tiap individu pengunjung

e) Penilaian pengunjung terhadap kawasan rekreasi dan kapasitas pelayanan, seperti aksesibilitas, lokasi, keindahan alam, sistem tata ruang, fasilitas rekreasi, keamanan, dan informasi


(61)

2. Data Sekunder, yang meliputi:

a) Karakteristik obyek wisata, seperti luas, letak, keadaan fisik, potensi wisata, fasilitas rekreasi, dan sebagainya yang diperoleh dari kantor Kecamatan Tanjung Setia

b) Jumlah pengunjung ke Pantai Tanjung Setia yang diperoleh dari Pengelola Pantai Tanjung Setia

2. Metode Pengambilan Contoh

Untuk mencari besarnya sampel yang dapat mewakili dalam penelitian ini digunakan rumus untuk mengestimasi proporsi yaitu :

D =

4

2

B

n = N ( 1 - )

( N - 1 ) D + ( 1 - ) ( Moh. Nazir, 1988 :344 ) Ket :

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

= Proporsi yang diduga, tidak diketahui maka = 0.5

B = Bound of error pada tingkat kepercayaan 90% sehingga B = 10% D = B2 = 0 . 12 = 0, 0025 ( Kesalahan umum yang dapat diterima ) 4 4

Maka besar sampel yang harus diambil adalah n = (2.324 . 0,5) ( 1-0,5 )


(62)

= 581 6.0575

= 96

Berdasarkan perhitungan tersebut maka jumlah sampel yang diperlukan sebanyak 96 orang, dan diambil secara acak.

B. Metode Analisis Data

1. Karakteristik Pengunjung

Data karakteristik responden dengan menggunakan kuesioner diolah secara deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel.

2. Pendugaan Jumlah dan Sebaran Daerah Asal Pengunjung

Tingkat kunjungan untuk tahun 2012 diduga dengan pendekatan statistik, yaitu dengan perkembangan tingkat kunjungan berdasarkan data tingkat kunjungan tahun 2006 sampai tahun 2011 (Tabel 3).

Tabel 3. Contoh Pendugaan Tingkat Kunjungan Wisatawan Nusantara di Pantai Tanjung Setia, Lampung Barat Tahun 2012 Berdasarkan Jumlah

Kunjungan Tahun 2006 – 2011

No Tahun Xi Yi

1 2006 -5 „,„,

2 2007 -3 „,„,

3 2008 -1 „,„,

4 2009 1 „,„,

5 2010 3 „,„,

6 2011 5 „,„,

Model penduga tingkat kunjungan tahun 2012 adalah sebagai berikut:


(63)

dimana:

Yi = Tingkat kunjungan tahun ke-i Xi = Waktu berkala (tahun ke-») a = Intersep

β = Koefisien regresi S = Faktor kesalahan

tingkat kunjungan tahun 2012 diduga dengan menggunakan persamaan di atas untuk Xt = 7.

Tabel 4. Contoh Pendugaan Tingkat Kunjungan Wisatawan Nusantara Tahun 2012 Berdasarkan Hasil Survei di Pantai Tanjung Setia, Lampung Barat.

No

Daerah Asal

Jumlah Kunjungan

Persentase Pengunjung

Kunjungan Tahun 2012 (Q)

BPR (P)

1 A …… …… …… ……

2 B …… …… …… ……

3 C …… …… …… ……

4 D …… …… …… ……

5 E …… …… …… ……

6 F …… …… …… ……

Sebaran daerah asal pengunjung diduga berdasarkan tingkat kunjungan yang diperoleh selama penelitian. Persentase daerah asal pengunjung di Pantai Tanjung


(64)

Setia, Lampung Barat Barat disajikan pada Tabel 4.

3. Model Kurva Permintaan Rekreasi

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian mengenai Analisis Permintaan Rekreasi di Pantai Tanjung Setia ini adalah metode pendekatan biaya perjalanan individu. Pendekatan biaya perjalanan individu hampir sama dengan pendekatan biaya perjalanan wilayah, hanya saja pada pendekatan biaya perjalanan individu menggunakan data dari pengunjung perseorangan dalam regresi analisisnya. Metode pendekatan perjalanan individu

membutuhkan jumlah data yang lebih banyak dan analisis yang lebih lengkap, tetapi memberikan hasil yang lebih tepat dibandingkan pendekatan biaya perjalanan wilayah.

Biaya perjalanan rata-rata merupakan rata-rata dari biaya transportasi,

konsumsi selama rekreasi, dokumentasi, penginapan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan oleh wisatawan selama melakukan perjalanan atau kegiatan

rekreasi. Persamaan kurva permintaan rekreasi diperoleh dengan

meregresikan jumlah kunjungan tahun 2012 (Q) dengan biaya perjalanan rata-rata setiap zona (P). Persamaan permintaan rekreasi diasumsikan mengikuti kurva permintaan Constant Elasticity Models (Model Elastisitas Konstan). Model elastisitas konstan ini digunakan berdasarkan pernyataan (Sudarsono, 1990) yang menyatakan bahwa penelitian tentang permintaan biasanya memakai bentuk fungsi permintaan yang mempunyai elastisitas konstan. Hal ini didukung oleh pernyataan (Soekadijo, 2000) yang menyatakan bahwa karena sifat pariwisata yang musiman akan menimbulkan elastisitas harga yang


(65)

konstan. Model persamaan regresi kurva permintaan rekreasi adalah (Gujarati, 1991):

P = α Qβ eε yang secara alternatif bisa dinyatakan sebagai:

Ln P = Ln α + β Ln Q + ε

dimana :

P = biaya perjalanan rata-rata (rupiah) Q = jumlah kunjungan tahun 2012 {orang)

α = intersep

β = koefisien regresi

ε = faktor kesalahan

C. Faktor—faktor yang Mempengaruhi Permintaan Rekreasi

Permintaan rekreasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

menyebabkan seseorang melakukan kunjungan wisata. Di dalam menentukan fungsi permintaan untuk kunjungan ke tempat wisata digunakan teknik

ekonometrik seperti regresi berganda (OLS). Penelitian ini hanya membatasi pada lima faktor yang diduga mempengaruhi besarnya permintaan rekreasi di Pantai Tanjung Setia, yaitu : biaya perjalanan rata-rata, aksesibilitas, fasilitas penunjang, jarak dan promosi. Secara umum persamaan dugaan dari faktor-faktor permintaan rekreasi Pantai Tanjung Setia adalah :

Y = a + b1 X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ε

Keterangan :


(66)

X1 = Jarak (km)

X2 = Biaya perjalanan (Rp per orang)

X3 = Aksesibilitas

X4 = Fasilitas Penunjang

a = konstanta

b1- b4 = parameter koefisien regresi

D. Batasan dan Pengukuran

1. Permintaan rekreasi adalah tingkat kunjungan atau jumlah pengunjung ke lokasi rekreasi Pantai Tanjung Setia yang dinyatakan dalam orang. Kurva permintaan rekreasi merupakan hubungan antara biaya perjalanan rata -rata pengunjung Pantai Tanjung Setia (Rp) dengan jumlah kunjungan

penduduk 2012 (orang).

2. Biaya perjalanan adalah biaya yang dikeluarkan setiap individu selama melakukan perjalanan rekreasi meliputi : biaya transportasi, konsumsi, dokumentasi, akomodasi, dan Iain-lain yang dinyatakan dalam rupiah.

3.Persepsi Biaya Perjalanan besarnya pengaruh biaya perjalanan terhadap fungsi permintaan rekreasi dapat diketahui dengan menggunakan skoring dalam lima tingkatan, yaitu sebagai berikut:

a. Sangat murah : 5 b. Murah : 4 c. Cukup murah : 3 d. Mahal : 2


(67)

e. Sangat Mahal : 1

4.Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh seseorang berubah posisi dari daerah asal melalui suatu lintasan tertentu menuju lokasi obyek wisata dengan menggunakan sarana transportasi yang ada. Besarnya pengaruh jarak terhadap fungsi permintaan rekreasi dapat diketahui dengan menggunakan skoring dalam lima tingkatan, yaitu sebagai berikut: a.Sangat dekat : 5

b.Dekat : 4

c.Cukup dekat : 3

d.Jauh : 2

e.Sangat jauh : 1

5. Aksesibilitas adalah kemudahan untuk mencapai lokasi obyek wisata (Pantai Tanjung Setia) dengan menggunakan sarana transportasi yang ada. Besarnya pengaruh aksesibilitas terhadap fungsi permintaan rekreasi dapat diketahui dengan menggunakan skoring dalam lima tingkatan, yaitu sebagai berikut: a.Sangat baik : 5

b.Baik : 4

c.Cukup baik : 3

d.Kurang baik : 2


(68)

6. Fasilitas penunjang merupakan infrastruktur yang tersedia di Pantai Tanjung Setia, meliputi: sarana penginapan, tempat hiburan, warung makanan atau restoran, perahu, dan Iain-Iain. Besarnya pengaruh fasilitas penunjang terhadap fungsi permintaan rekreasi dapat diketahui dengan

menggunakan scoring dalam lima tingkatan, yaitu sebagai berikut: a.Sangat memadai : 5

b.Memadai : 4 c.Cukup memadai : 3 d.Kurang memadai : 2 e.Tidak memadai : 1

E. Gambaran Umum

Kabupaten Lampung Barat dengan Ibu Kota Liwa adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Lampung dengan luas wilayah 4.950,40 Km, terdiri dari 17 Kecamatan 172 Pekon/Desa. Berdasarkan posisi dan letak Geografisnya, Kabupaten Lampung Barat berada pada : 04o47,16 - 05o56,42' LS dan 103o35,42' BT. Kabupaten Lampung Barat ini diresmikan pada tanggal 24 September 1991, dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten OKU Selatan Propinsi Sumatra Selatan dan Kabupaten Kaur Propinsi Bengkulu

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Tanggamus

Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.


(69)

Keadaan Topografi di Kabupaten Lampung Barat terbagi menjadi tiga unit yaitu : daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 sampai dengan 600 meter dari permukaan laut, daerah berbukit dengan ketinggian 600 sampai dengan 1000 meter dari permukaan laut dan daerah pegunungan dengan ketinggian 1000 sampai 2000 meter dari permukaan laut.

Gambar 2. Peta Lampung Barat

Kabupaten Lampung Barat adalah salah satu pemekaran dari Lampung Utara, yang beribu kota di Liwa. Pemilihan Liwa sebagai Ibu Kota Kabupaten Lampung Barat memang tepat. Beberapa alasan memperkuat pernyataan ini adalah:

Tempatnya strategis karena berada di tengah-tengah wilayah Lampung Barat, sehingga untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh daerah Lampung Barat oleh pemerintah kabupaten akan relatif efektif

Liwa merupakan persimpangan lalu lintas jalan darat dari berbagai arah yaitu Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung sendiri. Tentang asal-usul nama Liwa, menurut cerita orang, berasal dari kata-kata "meli iwa"


(1)

64

h. Acara Tahunan

Festival Teluk Stabas, dalam acara ini diadakan perlombaan kesenian dan budaya tradisional, antara lain: hadra, bedikhir, hahiwang, gambus, dan Lomba tarian adat tradisional lainnya. Festival ini dijadwalkan

berlangsung pada setiap bulan Juli.

Semarak Wisata Tanjung Setia. Pada kegiatan ini dilaksanakan berbagai perlombaan yang bernuansa bahari seperti selancar, kebut jukung, voli pantai, dan sepakbola pantai. Selain itu ditampilkan beberapa atraksi kesenian. Festival ini dijadwalkan berlangsung pada setiap bulan Juni. Gebyar Pesona Lumbok Ranau. Pada kegiatan ini dilaksanakan berbagai perlombaan yang bernuansa wisata tirta seperti kebut jukung, triatlon tradisional, memanah ikan, memancing di danau. Selain itu ditampilkan beberapa atraksi kesenian. Festival ini dijadwalkan berlangsung pada setiap bulan September.

i. Pemekaran Daerah

Baerdasarkan UU DOB tanggal 25 Oktober 2012, wilayah Kabupaten Lampung Barat mengalami pemekaran menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pesisir Barat.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Profil pengunjung Pantai Tanjung Setia,Lampung Barat tahun 2012 yang diperoleh dari 96 responden, menunjukan sebanyak 25% berasal dari Krui. Umur para pengunjung paling banyak berkisar antara 22 – 28 tahun (43,8%). Latar belakang tingkat pendidikan pengunjung sebagian besar adalah SMA yaitu sebanyak 42,7%, pengunjung Pantai Tanjung Setia sebagian besar adalah laki-laki (57,3%). Pekerjaan responden didominasi oleh pegawai swasta sebanyak 36,5% dengan tingkat pendapatan rata-rata Rp.300.000,00 –

Rp.1.300.000,00. Sifat kedatangan pengunjung adalah berkelompok sebanyak 68,7% dan menginap sebanyak 74%. Pengunjung yang diwawancarai

kebanyakan datang dengan menggunakan kendaraan pribadi (60,4%). Biaya perjalanan rata-rata paling besar sejumlah Rp.7.616.666 berasal dari

pengunjung di luar negeri yaitu amerika serikat. Hasil wawncara menunjukan keamanan di Pantai Tanjung Setia sudah baik (55,2%). Pengunjung juga menganggap fasilitas rekresi sudah memadai (38,6%).Pelayanan Pengelola juga dinilai sudah baik (56,2%). Akesesibilitas menuju tempat rekreasi dinilai mudah karena sebanyak 30,2% pengunjung menganggap demikian. Terakhir


(3)

83

tingkat kebersihan di Pantai Tanjung Setia sebanyak 50% responden mengatakan sudah bersih.

2. Hasil analisis data menunjukan nilai F hitung (3,03) yang lebih kecil dari F tabel sebesar (4,67) pada selang kepercayaan 95%, yang berarti bahwa biaya perjalanan rata-rata berdasarkan zona tidak berpengaruh nyata terhadap

permintaan rekreasi yang dinyatakan dengan banyaknya kunjungan wisata. Hal ini terjadi akibat adanya variasi musiman(seasonal variation).

3. Dari hasil analisis data, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor biaya perjalanan dan fasilitas yang disediakan adalah yang berpengaruh besar pada kunjungan wisata di pantai Tanjung Setia

5.2 Saran

1. Bagi pemangku kepentingan (pemerintah daerah dan pihak terkait) sebaiknya memperhatikan akses jalan menuju Tanjung Setia karena pada kenyataanya kondisi jalan menuju Tanjung Setia yang kurang baik membuat waktu tempuh yang lama sehingga menyebabkan biaya perjalanan para wisatawan semakin meningkat dan akan membuat para wisatawan mengurungkan niatnya karena semakin besar biaya perjalanan maka akan semakin berkurang minat

kunjungan wisatawan. Dan bagi pihak pengelola agar memperbaiki sarana yang terdapat di Tanjung Setia agar dapat lebih menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Tanjung Setia.

2. Perlu adanya variabel dummy tentang variasi musiman dalam pendugaan tingkat kunjungan di Pantai Tanjung Setia.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Clawson M, Knetsch JL. 1975. Economic of Outdoor Recreation. Baltimore: The John Hopkins Press.

Douglas. 1970. Forest Recreation. New York: W.W Pergamon Press. Norton And Company.

Fauzi, A. S. 2000. Persepsi Terhadap Nilai Ekonomi Sumberdaya. Makalah Pelatihan Untuk Pelatih, Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (13-18 November 2000). Bogor.

Gujarati, D. 1991. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta. 418 hal. Hadi, Sutrisno.2007. Statistik Jilid 1. Andi Publisher 124 hal.

Hanafiah, A. M. Dan Saefudin, A. M. 1993. Tataniaga Hasil Perikanan. UI Press. Jakarta 208 hal.

Iswoyo, S. 1994. Analisis Permintaan Rekreasi Pantai (Studi Kasus di Kawasan Rekreasi Pantai parangtritis, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan.

Institut Pertanian Bogor. Bogor. 176 hal.

Kamelia, S.C. 2000. Analisis Permintaan Rekreasi di Taman Akuarium Air

Tawar, Taman Mini “Indonesia Indah”, Jakarta. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

King, M. D and Mazzotta, M. 2000. Travel Cost Method. US Departement of Agriculture Natural Resources Conservation Service and National Oceanographic and Atmospheric Administration.

Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan Indonesia,2004-2009

Kusmayadi dan Sugiarto, E. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang

Kepariwisataan. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. 401 hal.

Nazir, M.1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 662 hal Purba, H.T. 1997. Analisis Peluang Investasi Sektor Pariwisata Bahari di


(5)

83

Program Studi Ekonomi Perikanan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rutledge, A.J 1971. Anatomy of Park. Mc graw-hill book company Soekadijo, R.G. 2000 Anatomi Pariwisata. PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. 320 Hal;

Sudarsono. 1990. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Jakarta. 390 hal.

Yoeti, O.A. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit Angkasa. Bandung. 145 Hal.


(6)

Motto:

“ Never hate your life, because life is a gift from God, if you still hate your life,

just return it to the God, Simple..

( Gueldo Ibrahim )