1
BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA BAGI WARGA
JEMAAT
4.1 Analisa Panca Pelayanan GMIT Menggunakan Teori Pastoral.
Dari temuan-temuan yang telah penulis simpulkan pada bab 3, maka pada bab 4 ini penulis akan menganalisa panca pelayanan yang ada di gereja Bukit Zaitun Oelelo
dengan menggunakan teori-teori pastoral.
a Bidang Koinonia Persekutuan Jemaat
Di gereja Bukit Zaitun Oelelo, inti dan tujuan dari fungsi pendeta dalam bidang koinonia ialah mempersatukan jemaat yang berbeda-beda dalam Yesus Kristus. Tugas dan
tanggung jawab pendeta tersebut juga diperkuat dengan pendapat dari G. D. Dahlenburg yang mengatakan bahwa pendeta adalah seorang hamba yang diutus Tuhan untuk
bertanggung jawab terhadap jemaat Tuhan yang telah dipercayakan kepadanya.
1
Ditambahkan oleh Notohamidjojo bahwa seorang pemimpin pendeta adalah orang dewasa dengan wibawanya berusaha untuk mencapai tujuan organisasinya atas dasar
kerjasama yang baik untuk mencapai tujuan,
2
oleh karena itu seorang pendeta yang adalah pemimpin dalam jemaat mempunyai fungsi untuk memelihara jemaat dalam
persekutuan agar pertumbuhan jemaat menjadi lebih baik dan warga jemaat mampu mengembangkan potensi-potensi yang diberikan Allah sepanjang kehidupannya.
3
Dari hasil penelitian yang penulis dapatkan ternyata teori tidak sejalan dengan
1
G.D Dahlenburg, Siapakah Pendeta Itu? Jakartta: BPK Gunung Mulia, 1999, hal.73.
2
O. Notohamidjodjo, Kreatifitas yang Bertanggungjawab, Salatiga: LPIS IKIP Kristen Satya Wacana, Bagian II, 1973, hal. 386.
3
Howard Clinebell, Tipe-Tipe..., hal.54.
2
praktek yang ada dimana terdapat tanda-tanda bahwa sistem pelayanan dalam bidang koinonia belum mencapai tujuannya yakni, jemaat sebagai persekutuan menjadi suatu
persekutuan keluarga yang besar. Memang pertumbuhan persekutuan keluarga yang besar ini tidak bertujuan untuk menjadikan jemaat sebagai jemaat yang “besar” melainkan
penekanan pada aspek kualitas, karena dengan pertumbuhan kualitas yang baik maka memampukan jemaat untuk dapat berfungsi dengan baik ditengah-tengah dunia ini,
namun sayangnya banyak orang berpendapat bahwa pelayanan bidang koinonia termasuk pada pekerjaan pembangunan jemaat dan bukan pada pelayanan pastoral. Pendapat ini
tidak benar. Pelayanan pastoral tidak dapat dipisahkan dari bidang koinonia. Maksud pelayanan pastoral ialah memperbaiki hubungan yang terganggu atau yang rusak itu,
supaya anggota jemaat yang bersangkutan mendapat kembali tempatnya dalam persekutuan itu, sehingga ia dapat berfungsi lagi sebagai anggota tubuh Kristus.
Dari kasus yang terjadi di gereja Bukit Zaitun Oelelo, kualitas persekutuan serta hubungan jemaat tidak akan menjadi lebih baik jika pendeta yang adalah sang gembala
belum mampu untuk menunjukan wibawanya guna membimbing serta memelihara domba-dombanya kearah yang lebih baik jika sang gembala tersebut tidak menetap
bersama domba-dombanya, padahal koinonia sendiri memliki arti persekutuan. Koinonia sebagai salah satu dari tugas panggilan gereja menyatakan keberadaan gereja selaku
persekutuan orang-orang percaya yang diutus ke dalam dunia. Koinonia ditempatkan pertama dalam pembidangan tugas-tugas gereja karena persekutuan dipandang sebagai
kunci sukses tidaknya seluruh aktifitas pelayanan dalam gereja.
b Bidang Marturia Kesaksian
Di gereja Bukit Zaitun Oelelo, yang termasuk dalam pelayanan marturia, adalah;
3
meningkatkan etos kerja jemaat seabagai kesaksian hidup di segala bidang pelayanan; meningkatnya pelayanan marturia menuju jemaat yang berdaya dan berdisiplin;
berkembangnya pembinaan kelompok kategorial berusia muda guna membangun ketahanan persekutuan; serta meningkatkan pembinaan kelompok kategorial dan
fungsional. Berdasarkan hasil penelitian penulis mendapatkan fakta bahwa fungsi pendeta dalam
bidang marturia belum dilaksanakan dengan baik oleh pendeta yang melayani di gereja Bukit Zaitun Oelelo, karena jika kita berbicara tentang pelayanan dalam bidang marturia
maka tidak terlepas dari pemahaman bahwa marturia tidak hanya dinyatakan dalam khotbah pada hari minggu, marturia juga tidak terbatas dalam gedung gereja, tetapi dalam
kehidupan orang percaya setiap hari. Oleh karena itu fungsi pendeta dalam bidang marturia tidak dapat dikatakan sudah dilaksanakan dengan baik jika ia hanya melakukan
khotbah pada hari minggu serta melakukan pelayanan sidi jemaat, tetapi tugas dan tanggungjawab tersebut haruslah ia laksanakan setiap hari dengan memberikan contoh
sikap dan perilaku yang baik kepada anggota jemaat, dan oleh karenanya seorang pendeta jemaat haruslah tinggal dan menetap bersama-sama dengan jemaat agar jemaat
mempunyai figur yang dapat dijadikan contoh kesehariannya. Hal tersebut diatas didukung oleh pendapat yang mengatakan bawha pendeta sebagai
seorang pemimpin diharapkan mampu untuk menempatkan warga jemaat dalam hubungan yang benar dengan Allah dan sesama.
4
Pendeta juga mempunyai tugas sebagai pelayanan pastoral yang merupakan pelayanan untuk membantu dan mendekatkan orang
pada mereka yang berpengalaman dan mengerti akan masalah-masalah kehidupan seperti:
4
JD Engel, Konseling Suatu Fungsi Pastoral, Salatiga: Trisara Grafika, 2007, hal.35.
4
sakit, perawatan, ketidakmampuan, kematian dan kehilangan.
5
Pelayanan pastoral pendeta adalah ungkapan pendampingan yang memliki fungsi untuk menyembuhkan
6
oleh karena itu pelayanan pastoral bersifat memperbaiki, berusaha membawa kesembuhan bagi orang baik anggota dari gereja yang sedang
menderita gangguan fungsi dan kehancuran pribadi karena krisis dari dalam dan luar diri sendiri, sehingga pelayanan pastoral jemaat mempunyai misi yang menjangkau baik ke
dalam maupun ke luar, dimana pun orang membutuhkan pertolongan. Pelayanan pastoral sebagai pemberitaan firman merupakan bagian dalam pelayanan yang harus dilaksanakan
oleh gereja dalam mewujudkan misinya di dunia ini dan dalam pemberitaan itu tidak hanya di tujukan kepada golongan tertentu tetapi keada seluruh manusia yang ada di bumi
ini. Pelayanan pastoral sebagai pemberitaan firman adalah satu-satunya bentuk pelayanan pastoral yang benar-benar melayani injil sebagai berita dari aktifitas Allah yang
menyelamatkan dalam Yesus Kristus. Selain dari pada itu, pelayanan pastoral juga berarti pemeliharaan jiwa yaitu pemberitaan firman kepada anggota jemaat sebagai individu,
yang berbentuk percakapan antara dua orang yaitu pendeta dan anggota jemaatnya.
c Bidang Diakonia Pelayanan Kasih
Gereja Bukit Zaitun Oelelo menetapkan diakonia sebagai salah satu pelayanannya bagi warga jemaat sebagai identitasnya dengan mengacu pada Kristus sendiri yang
menyatakan diri-Nya sebagai seorang penolong yang melayani Mat. 20:28. Secara praktis, pelayanan dalam gereja selalu dihubungakan untuk menolong warga gereja agar
mereka mencapai kehidupan yang lebih layak. Ada pemberian yang bersifat jangka panjang dalam wujud meningkatkan sumber daya manusia, bentuk seperti ini disebut
5
Howard Clinebell, Tipe-Tipe Dasar..., hal.237.
6
Howard Clinebell, Tipe-Tipe..., hal.54.
5
dengan dikokonia transformatif. Ada pemberian dalam bentuk modal untuk usaha-usaha produktif, bentuk ini disebut dengan diakonia reformatif. Sementara ada juga pemberian
dalam bentuk materi dengan maksud membantu warga jemaat secara insidentil, bentuk ini disebut dengan diakonia karikatif.
7
Dengan demikian, diakonia adalah pelayanan kasih yang memberikan kebaikan-kebaikan berdasarkan kemurahan Allah dalam rangka
mengubah dan meningkatkan kesejahtaraan jemaat dan masyarakat. Yang tercakup dalam pelayanan ini adalah pelayanan para janda, duda, anak yatim piatu, orang sakit, orang
miskin, orang-orang yang tertindas dan orang-orang yang terbelakang. Ketika melakukan penelitian, penulis juga mendapatkan fakta bahwa pendeta yang
melayani di gereja Bukit Zaitun Oelelo telah melakukan fungsinya sebagai seorang pendeta dalam hal diakonia gereja bagi jemaat, akan tetapi pelayanan di bidang diakonia
ini hanya sebatas pelayanan diakonia yang karikatif dimana bantuan yang diberikan hanya sekedar materi padahal bantuan itu tidak dapat di andalkan untuk mengubah
kondisi sosial dari seseorang, namun tidak dapat disangkali pula masalah kemiskinan yang dialami sebagian warga gereja seolah-olah memaksa gereja untuk lebih fokus pada
pelayanan diakonia karikatif. Hal inilah yang menjadi kritik penulis bagi gereja, karena pelayanan pastoral pendeta
dalam bidang diakonia seharusnya seperti apa yang dikatakan Clinebell tentang tujuan dari dimensi utama dalam pelayanan yaitu pelayanan tersebut seharusnya saling
menyembuhkan, menumbuhkan dan mengalami perubahan di dalam jemaat sepanjang perjalanan kehidupan mereka.
8
Gereja memang telah melakukan diakonia yang karikatif dengan memberikan sumbangan-sumbangan kepada janda dan anak yatim-piatu dalam
7
MS GMIT, Rencana Induk Pelayanan 2011-2030, Majelis Sinode GMIT: Kupang, 2011
8
Howard Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Patoral, Yogykarta: Kanisius, 2002, hal.32.
6
setiap menjelang Natal atau hari-hari gerejawi lainnya, akan tetapi diakonia karikatif dianggap belum cukup, karena pelayanan diakonia sendiri bukan hanya memperlihatkan
belas kasihan kepada “korban” tetapi mencegah agar jangan sampai terjadi “korban-korban” baru.
Dengan melaksanakan pelayanan di bidang diakonia GMIT pada umunya dan gereja Bukit Zaitun Oelelo pada khususnya mewujudkan diri sebagai tanda kehadiran kerajaan
Allah. Tentu saja perkara itu tidak mudah, karena jemaat sendiri membutuhkan diakonia karikatif, oleh karena itu jangan sampai hanya karena mencita-citakan sebuah diakonia
transformatif, lalu tugas gereja untuk memberi perhatian terhadap yang membutuhkan diabaikan. Pendeknya gereja harus menjalankan tugas pelayanan pastoral dalam bidang
diakonia-nya kepada jemaat, sebab gereja tanpa diakonia akan kehilangan hak hidupnya sebagai gereja.
Membahas tentang diakonia yang dilakukan gereja, mengingatkan penulis tentang beberapa cerita diakonia yang terdapat di dalam Alkitab. Yang pertama cerita tentang
pemberian persembahan seorang anak berupa 5 roti dan 2 ikan kepada Yesus untuk berkarya mengenyangkan perut 5000 orang, demikian pula mukjizat Allah membutuhkan
tindakan manusia dalam pelayanan. Ada dua sisi yang berperan, yaitu Allah sebagai subjek utama dan manusia sebagai partner yang dipercayai. Tindakan Allah yaitu
membebaskan dan menyatukan manusia dalam kasih-Nya, sedangkan manusia mengupayakan pembebasan yang sejati untuk umat manusia dan mengupayakannya
dalam realitas yang saling menghidupi sebagai umat ciptaan Tuhan. Yang kedua cerita tentang orang Samaria yang baik hati. Gereja harus menjadi seperti orang Samaria yang
turun dari keledai kemapanan dan bukan sekedar menjadi Sinterklas yang membagi uang
7
di jalanan tetapi harus membagi semangat hidup kepada semua orang yang dijumpai di jalan.
Diakonia harus diletakan ditempat yang sentral, sebagai suatu misi dalam kehidupan gereja. Perlu disadari bahwa fungsi diakonia bukan semata-mata persoalan memberikan
uang tetapi berbagi solidaritas dengan mereka yang membutuhkan. Hal inilah yang perlu disadari oleh gereja dalam melakukan tugas diakonia bagi jemaat. Tentu saja perkara itu
tidak mudah, karena jemaat sendiri membutuhkan diakonia karikatif, oleh karena itu jangan sampai hanya karena mencita-citakan sebuah diakonia transformatif, lalu tugas
gereja untuk memberi perhatian terhadap yang membutuhkan diabaikan. Pendeknya gereja harus menjalankan tugas pelayanan pastoral dalam bidang diakonia-nya kepada
jemaat, sebab gereja tanpa diakonia akan kehilangan hak hidupnya sebagai gereja.
d Bidang Liturgia Tata Ibadah
Fungsi gereja Bukit Zaitun Oelelo dalam bidang liturgi mencakup: melaksanakan semua jenis dan bentuk ibadah dan pelayanan pastoral kepada anggota jemaat;
mengajarkan dan pemberitaan Firman Allat serta melayani Sakramen; membina dan meningkatkan pemahaman jemaat tentang arti dan makna ibadah yang benar; serta
mengusahakan. Tersediannya sarana-sarana yang mendukung terciptanya suasana liturgi dalam ibadah. Berdasarkan hasil penelitian, pelayanan pastoral pendeta di gereja Bukit
Zaitun Oelelo memang telah dilaksanakan dengan baik, akan tetapi jemaat di gereja Bukit Zaitun Oelelo pada umumnya baru memahami pelayanan liturgi secara terbatas dan
mensakralkan jenis-jenis ibadah atau kebaktian digereja padahal makna liturgi dalam arti yang luas harus meliputi juga seluruh aspek hidup manusia yang perlu dipersembahkan
kepada Tuhan Allah dalam hidup berkeluarga, bergereja bermasyarakat pada setiap
8
waktu. Gereja menetapkan liturgi sebagai salah satu tugas dengan maksud agar mendidik
warganya beribadah kepada Allah. Ibadah kepada Allah merupakan respons umat atas berkat-berkat yang diterima dari Allah. Ibadah menuntut sikap bathin penuh hormat
kepada Allah. Dan ibadah harus diselenggarakan dalam keteraturan agar mernjadi persembahan yang benar kapada Allah. Selanjutnya, “Liturgi memiliki hubungan dengan
kehidupan karena liturgi merupakan liniatur dari kehidupan nyata manusia. ” Liturgi
merupakan demonstrasi dari kehidupan manusia. Jadi, apa yang terjadi dalam liturgi, juga terjadi dalam kehidupan nyata. “Ketika umat beribadah sebelumnya ia sedang merayakan
hasil pekerjaannya sehari-hari bersama Allah. Oleh karena suasana liturgi adalah gembira dan penuh ucapan syukur atas curahan berkat Allah kepada manusia sehingga berhasil
menyelesaikan suatu pekerjaan sehari- hari.” Jadi liturgi gereja adalah liturgi kehidupan
tata ibadah atau tata kehidupan. Kita menjumpai Allah dalam pekerjaan kita sehari-hari dan mempersembahkan karya kita kepada Allah dengan lambang perayaan ibadah.
9
Liturgi tidak terlepas dari tata ibadah dan kalender gerejawi. Seperti baru-baru ini kegiatan paskah yang dilaksanakan oleh GMIT sebagaimana judul pada website PGI
persekutuan gereja-gereja di Indonesia bahwa prosesi paskah pemuda GMIT ke-20 cerminkan kerukunan umat beragama di kota Kupang.
10
Berangkat dari judul ini tentu peran pendampingan pastoral pendeta khusunya di GMIT pada umumnya dan gereja
Bukit Zaitun Oelelo pada khususnya terhadap pemuda perlu mendapat perhatian yang serius, karena pemuda sebagai generasi penerus perlu mencerminkan kerukunan hidup
antar umat beragama tidak hanya di kota Kupang melainkan juga di seluruh Indonesia.
9
MS GMIT, Rencana Induk... 2011.
10
PGI.or.id Selasa, 29 Maret 2016, diambil pada tanggal 01 April 2016.
9
Melalui adanya kegiatan paskah sesuai liturgi atau kalender gerejawi maka jemaat tidak hanya melaksanakan kegiatan yang bersifat rutinitas tetapi makna pastoral adalah
bagaimana dampak dari kegiatan tersebut dialami masyarakat sekitar. Menggali potensi pemuda untuk berpandangan hidup rukun antar sesama umat manusia yang terdiri atas
beragam macam suku, ras, dan agama. Di samping itu, upaya preservasi terhadap budaya lokal juga perlu disuarakan pendeta, karena gereja-gereja khususnya di Asia tidak terlepas
dari konteks budan dan suku. Upaya yang dulakukan gereja seperti menterjemahkan bahasa di Alkitab terhadap bahasa lokal budaya sehingga memudahkan jemaat untuk
memahami.
e Bidang Oikonomia Penatalayanan
Fungsi gereja Bukit Zaitun Oelelo dalam bidang pelayanan mencakup: memegang dan melaksanakan kepemimpinan umum atas jemaat yang mencakup
pelayanan dari unit-unit pembantu Majelis Jemaat dan Majelis Mata Jemaat; program pelayanan dan
APBJ; manejeman personil; perbendaharaan dan perkantoran gereja; menyelenggarakan persidangan jemaat, majelis jemaat dan majelis mata jemaat, disamping tugas-tugas yang
lainnya. Oikonomia
berarti aturan kerumahtanggaan, atau gereja menyebutnya dengan penatalayanan.
Bumi dipandang sebagai rumah tangga Allah. Kel. 9:29, karena itu manusia bertanggung jawab
“menatalayani” agar bumi layak didiami Yes. 45:18 yang dapat menjamin kelangsungan hidup manusia. Manusia diberi kuasa untuk mengatur dan
mengusahakan bumi Kej. 1:26; Maz. 115:16. Kata “menatalayani” mengandung
maksud mengatur bumi sebagai rumah tangga Allah sekaligus melayaninya. Jadi, tugas ini tidak sebatas menentukan rambu-rambu, batasan-batasan dan pedoman-pedoman
10
tetapi mengisinya dengan pelayanan yang bersetuhan dengan kehidupan nyata umat dan lingkungan hidup. Tugas “menatalayani” atau “penatalayanan” meliputi tugas
membangun, baik itu pembangunan keorganisasian, pembangunan ekonomi, maupun pembangunan lingkungan hidup.
11
Pendeta seharusnya memahami oikumene secara konvensional yang berlaku pada aturan-peraturan sinode gereja. Langkah pastoral yang perlu diperhatikan dan
didiskusikan adalah pertama, pendeta sebaiknya berdialog dengan sesama pendeta tentang pengertian dan penerapan oikumene ditengah-tengah sinode gereja. Kedua,
pendeta mendialogkan oikumene ditengah-tengah jemaat dengan memberikan pemahaman dan meminta pertanyaan kepada jemaat. Hal ini pertama, bertujuan bahwa
pemahaman dan penerapan oikumene di tengah-tengah kehidupan umat tidak berlaku dan berlangsung hanya di tengah-tengah sinode gereja melainkan terjadi secara komprehensif
antara sinode dan jemaat. Tujuan kedua untuk menghindari opini dan praktik baru di luar konvensional oikumene yang berlaku.
Kesepakatan terhadap pemahaman dan pelaksanaan oikumene bersama di tengah-tengah kehidupan bergereja tentu dapat menciptakan keutuhan, keseimbangan dan
keharmonisan. Pertama, keutuhan gereja dapat dipahami secara kuantitas dan kualitas, di mana kuantitas membicarakan mengenai tubuh atau anggota jemaat dan bangunan gereja
sedangkan kualitas berkaitan dengan pemahaman pendeta dan jemaat terhadap oikumene. Kedua, keseimbangan di sini dapat dikaitkan dengan pelaksanaan oikumene di
tengah-tengah kehidupan gereja melalui program-program yang telah direncanakan dan dipustuskan oeh sinode gereja. Artinya, kehidupan pelaksanaan program oikumene
berjalan seimbang. Ketiga, keharmonisan tercipta di tengah-tengah kehidupan bergereja
11
MS GMIT, Rencana Induk... 2011.
11
dan antar lintas keyakinan. Adapun beberapa contoh program oikumene GMIT yang diperoleh dari sumber media, yaitu GMIT menggelar natal oikumene bersama Keuskupan
Agung Kupang KAK di mana natal ini terlaksana sebanyak empat kali yakni dua kali di GMIT, yaitu di jemaat Marturia Oesapa Selatan dan Pniel Sikumana, dan di KAK yakni
di St Yosep Naikoten dan St Simon Petrus Tarus.
12
GMIT diakui dan disadari hidup di tengah-tengah kemajemukan budaya, suku, dan agama. Pendeta perlu memahami makna kemajemukan dan siap berinteraksi dengan
kemajemukan. Dengan adanya konteks realitas masyarakat yang semakin kompleks dan plural, maka pendekatan pastoral semakin membutuhkan pendekatan yang lintas ilmu dan
lintas bidang. Karena pendekatan satu dimensi hanya akan membentuk wajah komunitas kehidupan yang berciri satu dimensi. Konsekuensinya, seorang pendeta membutuhkan
bantuan dari berbagai disiplin ilmu dan telaah persoalan: sejarah, sosiologi, psikologi, antropologi budaya, analisis ekonomi dan sosial-politik.
13
Dengan demikian, pendeta diharapkan memiliki potensi bergaul terhadap realitas konteks yang dihadapi.
4.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pendeta dalam Melakukan Pelayanan Pastoral kepada Jemaat.