dalam hal ini pihak wedding organizer, yang termuat dalam data ataupun dalam bentuk dokumen dan putusan yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian ini. b.
Studi Lapangan Field research yaitu untuk melakukan wawancara dengan pihak wedding organizeryang dalam hal ini sebagai informan,untuk
memperoleh data primer, dilakukan wawancara dengan mempergunakan pedoman wawancara dan daftar pertanyaan yang disusun secara kombinasi
antara bentuk tertutup dan bentuk terbuka.Supayawawancara yang dilakukan lebih terarah dan sistematis, maka wawancara dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara.
4. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode analisis kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang bersifat
interaktif,
28
yaitu metode yang lebih menekankan pada pencarian makna sesuai dengan realitas.Metode ini akan menghasilkan data berupa pernyataan- pernyataan
atau data yang dihasilkan berupa deskriptif mengenai subjek yang diteliti.Penelitian ini dimulai dengandilakukannya pemeriksaan terhadap data-data
yang terkumpul, yang kemudian akan dianalisis dengan metode kualitatif.
5. Metode Penarikan Kesimpulan
Melalui metode deduktif yakni berfikir hal yang umum menuju kepada hal yang khusus atau spesifik dengan menjelaskan dengan menggunakan perangkat
normatif sehingga dapat memberikan jawaban yang jelas terhadap permasalahan
Universitas Sumatera Utara
28
Miles Dan Hubberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode- Metode Baru, Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1992 , hal 15-20
dan tujuan penelitian. Sehingga data sekunder yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka secara komparatif akan dijadikan pedoman dan dilihat
pelaksanaannyadalam praktik perjanjian kerjasama. Dengan metode induktif, data primer yang telah diperoleh di lapangan
setelah dihubungkan dengan ketentuan hukum yang berkaitan dengan perjanjian.Proses analisis data yang dimulai dari menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, setelah dibaca, dipelajari, ditelaah, maka langkah selanjutnyaadalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan
membuat abstraksi.
29
Langkah selanjutnya adalah menyusun rangkuman dalam abstraksi tersebut ke dalam satuan-satuan, yang mana satuan- satuan ini kemudian di
kategorisasikan. Data yang dikategorisasikan, kemudian ditafsirkan dengan cara mengolah hasil sementara menjadi teori substantif. Tahap terakhir, penarikan
kesimpulan dengan logika berfikir deduktif- induktif.
30
29
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002, hal 101
Universitas Sumatera Utara
30
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : PT. RajaGrafindo, 1997, hal 10
BAB II AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI PEMBATALAN
KERJASAMA CV.BINTANG MANDIRI IN7 WEDDING ORGANIZER
DECORATION DENGAN PENGGUNA JASA BILA TERJADI WANPRESTASI YANG DIKARENAKAN OLEH SALAH
SATU PIHAK
A. Sejarah Wedding Organizer
Perkembangan sektor ekonomi yang sangat pesat, di segala bidang membuat hukum perjanjian turut berkembang pesat, dimana masyarakat semakin banyak
mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian dengan masyarakat lainnya, yang kemudian menimbulkan berbagai perjanjian kontrak termasuk salah satunya
adalah perjanjian kerjasama yang dilakukan event organizer. Event organizeratau biasa disebut dengan EO, dalam bahasa Inggris disebut
dengan “ Phrase “ yang artinya adalah penyelenggaraan acara, di Indonesia pola kerja EO sudah ada lama dimulai dari pesta- pesta adat dimana panitia pesta
tersebut mulai membagi tugas masing- masing untuk mendukung suksesnya suatu acara.
Sedangkan istilah event organizer di Indonesia mulai populer sekitar tahun 1990 yang semakin popular lagi pada tahun 1998 pasca era krisis dimana begitu
banyak tenaga kerja yang keluar dari perusahaan tempatnya bekerja dengan berbagai alasan dan mulailah mencari alternativ penghasilan lain yang salah
satunya melalui dengan membuat EO.
31
Universitas Sumatera Utara
31
http:iguidepost.blogspot.com200806sejarah-event-organizer_17.html , diakses pada
tanggal, 23 November 2012
Jasa event organizer sendiri adalah jasa penyelenggaraan sebuah acara atau kegiatan yang terdiri dari serangkaian mekanisme yang sistematis dan
memerlukan ketekunan serta kesungguhan dan kekompakan tim.Salah satu perkembangan event organizer adalah dengan hadirnya wedding organizer
sebagai salah satu kategori yang dapat memperluas ruang lingkup event organizer tersebut.
Wedding organizer adalah suatu jasa khusus yang secara pribadi membantu calon pengantin dan keluarga dalam perencanaan dan supervisi pelaksanaan
rangkaian pernikahan sesuai jadwal yang ditetapkan.
32
Wedding organizer membidangi jasa penyelenggaraan acara pesta perkawinan yang dalam hal ini bertanggung jawab atas segala kelancaran serta
keperluan dalam suatu pesta perkawinan. Wedding organizer juga harus bisa memberikan pelayanan danrasa aman
serta nyaman terhadap calon pasangan pengantin yang sering kalimerasa sangat tertekan, frustasi, dan gelisah dalam menghadapi hari besar disepanjang hidupnya.
Dengan banyaknya permintaan dari masyarakat untuk menangani kegiatan perhelatan mereka saat ini mendorong munculnya beragam lembaga yang
bergerak dibidang wedding organizer. Dengan demikian wedding organizer sangat dekatdan erat kaitannya dengan
konsumen. Karenasebuah wedding organizer harus mampu untuk dapat menghadirkan setiap keinginandan impian calon pasangan pengantin pada pesta
32
http:tradisiperkawinan0.tripod.com , diakses pada tanggal 23 November 2012
Universitas Sumatera Utara
pernikahan, meskipunharus tetap dalam koridor sebuah perjanjian kontrak yang sudah disepakatibersama.
Dengan menghadirkan semua itu kedalam suatu perjanjian kontrak yang akan disepakati bersama yang bertujuan untuk mengatur interaksi tersebut dengan
segala akibat hukum yang akan ditimbulkan dalam suatu perjanjian, maka wedding organizer memiliki peranan penting dalam merencanakan dan mengatur
acara pernikahan selama proses berlangsung. Karena wedding organizer secara sah ditunjuk oleh pengguna jasa guna
mengorganisasikan seluruh rangkaian acara guna mewujudkan tujuan yang diharapkan oleh pengguna jasa yang semua itu tertuang dalam perjanjian antara
pengguna jasa dengan wedding organizer tersebut. Wedding organizer sebagai pelaku usaha sering mendapati pasang surut,
sehingga tidak jarang juga melakukan tindakan yang terkadang dapat merugikan pengguna jasa begitu juga sebaliknya ,dalam keadaan yang sulit itu maka perlu
mengadakan tindakan perikatan yang dalam hal ini disebut perjanjian. Dengan tujuan demi melindungi kepentingan masing- masing pihak, maka
perlu adanya suatu kesepakatan yang bertujuan mengatur interaksi tersebut dengan segala akibat hukum yang akan ditimbulkan oleh perjanjian tersebut,
karena mungkin saja masalah belumlah timbul dalam waktu dekat, akan tetapi masalah akan timbul seiring berjalannya perjanjian di masa yang akan datang.
Apabila terjadi permasalahan dalam pelaksanaannya perjanjian tersebut,dapat dengan seksama melindungi semua pihak yang terkait didalam
perjanjian tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian perjanjian kerjasama yang dilakukan wedding organizer dengan pengguna jasa dalam hal ini konsumen dapat memberikan batasan-
batasan hukum yang harus dipenuhi oleh masing- masing pihak.
B. Pengertian Perjanjian
Perjanjian adalah suatu peristiwa seseorang berjanji kepada seseorang lain atau orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa itu
timbulah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perikatan adalah suatu keadaan hukum yang mengikat satu atau lebih subjek
hukum dengan kewajiban- kewajiban yang berkaitan satu sama lain.
33
Dalam hal ini perikatan diartikan sebagai isi dari sebuah perjanjian yang memiliki sifat yang terbuka artinya isinya dapat ditentukan oleh para pihak.
Dengan beberapa syarat yaitu tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan undang- undang.
Dari perikatan yang terjadi itu, maka akan menimbulkan adanya suatu hak dan kewajiban yang mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak
yang membuatnya, sebagaimana termasuk dalam KitabUndang-
undangHukumPerdata Pasal 1338 :
34
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali
selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan- alasan yang oleh undang- undang dinyatakan cukup untuk itu, dan perjanjian harus
dilaksanakan dengan iktikad baik”.
33
Hasanudin Rahman, Legal Drafting. Seri Keterampilan Mahasiswa Fakultas Hukum Dalam Merancang Kontrak Perorangan Bisnis , Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000 , hal 4
34
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, hukum Perikatan“ Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456 BW, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2008, hal 78
Universitas Sumatera Utara
Dari keterangan diatas dapat dilanjutkan bahwa ada beberapa macam perikatan yang bisa dipergunakan dalam sebuah perjanjian :
35
1. Perikatan bersyarat voorwaardelijk
Adalah suatu perikatan yang digantungkan pada suatu kejadian di kemudian hari, yang masih belum tentu akan terjadi.
2. Perikatan yang digantungkan pada ketetapan waktu tijdsbepaling
Perbedaan antara suatu syarat dengan suatu ketetapan waktu ialah yang pertama berupa suatu kejadian atau peristiwa yang belum tentu terlaksana,
sedangkan yang kedua adalah suatu hal yang pasti akan datang, meskipun mungkin belum dapat ditentukan kapan datangnya.
3. Perikatan yang memperbolehkan memilih alternatief
Suatu perikatan dimana terdapat dua atau lebih macam prestasi. 4.
Perikatan tanggung- menanggung hoofdelijk atau solidair Adalah suatu perikatan dimana beberapa orang bersama- sama sebagai
pihak yang berhutang berhadapan dengan satu orang yang menghutangkan. 5.
Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi Perikatan yang menentukan apakah sebuah perikatan itu dapat dibagi atau
tidak semua tergantung prestasi yang dibagi atau tidak. 6.
Perikatan dengan penetapan hukuman strafbeding Dimana seseorang tidaklah boleh melalaikan kewajibannya, karena dalam
prakteknya banyak dipakai perjanjian dimana seseorang dikenakan suatu hukuman akan tetapi tidak memenuhi kewajibannya.
35
Subekti, Pokok- Pokok Hukum Perdata, Jakarta : Intermasa, 2001 , hal 128
Universitas Sumatera Utara
Terkait dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perikatan sedikit berbeda dari perjanjian yang bersifat terbuka dalam mengatur hak- hak dan
kewajiban para pihak. Ketentuan yang mengatur mengenai masalah perjanjian diatur dalam Buku
III Kitab Undang- Undang Hukum Perdata KUHPerdata tentang Perikatan. Menurut ketentuan Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdatadijelaskan
bahwa : “ Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satuorang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”
36
Menurut Subekti, suatu perjanjian adalah :
37
“ Suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melepaskan sesuatu hal.
Jika diperhatikan, rumusan yang diberikan dalam Pasal 1313 KitabUndang- Undang Hukum Perdata tersebut ternyata menegaskan kembali bahwaperjanjian
mengakibatkan seseorang mengikatkan dirinya kepada orang lain,apabila kita perhatikan perumusan dari perjanjian, dapat kita simpulkan unsur perjanjian
sebagai berikut: a.
Adanya pihak-pihak sedikitnya dua orang Para pihak yang melakukan perjanjian ini disebut sebagai subjek perjanjian,
adapun subyek perjanjian tersebut dapat berupa manusiapribadi atau badan hukum. Subyek hukum harus mampu untuk melakukanperbuatan hukum seperti
36
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2003, hal 91
37
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta : Intermasa, 1996 , hal 1
Universitas Sumatera Utara
yang ditetapkan dalam Undang-undang,kedudukannya pasif sebagai debitur atau dalam kedudukannya yang aktifatau sebagai kreditur.
38
b. Adanya pesetujuan antara pihak-pihak tersebut
Dalam perjanjian itu tentunya ada suatu persetujuan, persetujuan di sinibersifat tetap, dalam arti bukan baru dalam taraf berunding. Perundinganitu
sendiri merupakan tidakan- tindakan yang dilakukan untuk menujukepadaadanya persetujuan.Persetujuan itu sendiri dapat dicapai denganadanya penerimaan dari
salah satu pihak atas tawaran dari pihak lainnya,dan pada umumnya mengenai syarat yang ada dalam perjanjian mengenaiobyek perjanjian itu, maka timbullah
persetujuan dan persetujuan inimerupakan salah satu syarat untuk sahnya perjanjian.
c. Adanya tujuan yang akan dicapai
Guna memenuhi kebutuhan pihak-pihak perlu adanya tujuan di dalammengadakan perjanjian, adapun tujuan dari perjanjian itu sendiri
haruslahmemenuhi syarat dari kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1337 KUHPerdata, yaitu tidak boleh dilarang Undang-undang,
tidakbertentangan dengan kesusilaan dan tidak bertentangan dengan kepentinganumum.
d. Adanya prestasi yang akan dicapai
Bila perjanjian tersebut telah ada suatu persetujuan, maka dengansendirinya akan timbul suatu kewajiban untuk melaksanakannya,pelaksanaan di sini tentu
saja dapat diwujudkan dengan suatu prestasi yangharus dipenuhi oleh pihakyang
Universitas Sumatera Utara
38
Suharnoko, Hukum Perjanjian, Jakarta : Kencana, 2004 , hal 15
melakukan perjanjian, antara lainmeliputi untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, dan untuk tidakberbuat sesuatu.
39
e. Adanya bentuk tertentu, baik lisan maupun tulisan
Dalam suatu perjanjian bentuk itu sangat penting , dengan adanya bentuktertentu maka suatu perjanjian mempunyai kekuatan yang mengikat
dansebagai bukti, bentuk tertentu biasanya dalam bentuk akta sedangkanperjanjian ada yang secara lisan biasanya dilakukan terhadap perikatanmurni.
f. Adanya Syarat tertentu
Isi dari perjanjian tersebut biasanya mengenai syarat tertentu, karenadengan syarat-syarat itulah dapat diketahui adanya hak dan kewajiban daripihak-pihak,
biasanya syarat tersebut dapat kita bedakan ada syarat pokokdan syarat tambahan. Hubungan kedua orang yang bersangkutan mengakibatkan timbulnya suatu
ikatan yang berupa hak dan kewajiban kedua belah pihak atas suatu prestasi atau tindakan yang telah diperbuat kedua belah pihak.
Selanjutnya menurut KRMT Tirtadiningrat, perjanjian adalah :
40
“suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat diantara kedua orang atau lebih untuk menimbulkan akibat- akibat hukum yang diperkenankan undang-
undang “.
39
Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1995 , hal59
Universitas Sumatera Utara
40
Mulyadi Nur, 2008, Online, http:pojokhukum.blogspot.com200803standar
contract.html , diakses pada tanggal 10 juni 2012
Sementara menurut Mariam Darus Badrulzaman :
41
“ perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu yang dibuat secara lisan dan andai kata dibuat secara tertulis maka ia bersifat sebagai alat pembuktian
apabila terjadi perselisihan “ Untuk beberapa perjanjian tertentu undang- undang menentukan suatu
bentuk tertentu, sehingga apabila bentuk itu tidak dituruti maka perjanjian itu tidak sah. Pada bentuk tertulis itu tidaklah hanya semata- mata merupakan alat
pembuktian saja akan tetapi merupakan syarat untuk adanya perjanjian. Sudikno Mertokusumo juga mengemukakan pendapat bahwa :
42
“ perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum “
Apabila dilihat dari bentuknya perjanjian dibedakan menjadi 2 dua macam, yaitu :
Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan.
1 Perjanjian lisan adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak
dalam wujud lisan yaitu berupa kesepakatan saja dari para pihak. Dalam hal mengenai terbentuknya perjanjian Sri Soedewi Masjchun Sofwan
mengemukakan bahwa perjanjian apabila dilihat secara formal mempunyai 3 tiga tipe yaitu :
43
Universitas Sumatera Utara
41
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2001 , hal 65
42
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta : Liberty, 1988 , hal 70
43
Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Perjanjian, Yogyakarta : Gadjah Mada, 1980 , hal 59
a Contracts underseal, yaitu adalah perjanjian ini tertulis dan bercap
seal yang dibutuhkan yang dibubuhkan diatas kertas. b
Recognizance adalah perjanjian yang mencakup suatu janji di hadapan pengadilan oleh pemberi janji promisor untuk pemenuhan suatu
pembayaran tertentu tanpa diperlukan ada tindakan khusus. c
Negotiabe contracts adalah perjanjian yang menembus dan fundamental bagi bisnis.
Hukum perjanjian pada dasarnya memberikan kebebasan yang seluas- luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang bersifat apa saja
selama perjanjian itu tidak melanggar ketertiban umum, kepatutan dan kesusilaan. Dalam membuat suatu perjanjian banyak cara atau jenis yang diperlukan
dalam masyarakat, baik hal itu telah diatur dalam undang- undang maupun hanya berupa kebiasaan yang dilakukan sehari- hari.
Salah satunya yang dikemukakan oleh Abdulkadir Muhammad yang menyebutkan beberapa jenis perjanjian yaitu :
44
1. Perjanjian Timbal Balik dan Perjanjian Sepihak
a. Perjanjian Timbal Balik adalah perjanjian yang memberikan hak dan
kewajiban kepada kedua belah pihak. b.
Perjanjian Sepihak adalah perjanjian yang memberikan kewajiban kepada satu pihak dan hak kepada pihak lainnya.
2. Perjanjian Percuma dan Perjanjian Alas Hak yang Membuatnya
a. Perjanjian Percuma adalah perjanjian yang hanya
memberikankeuntungan kepada satu pihak saja b. Perjanjian Alas Hak yang Membuatnya adalah perjanjian dimana
Universitas Sumatera Utara
44
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1993, hal 50
didalamnya terdapat prestasi dari pihak satu selalu terdapat kontrak- prestasi dari pihak lainnya, sedangkan antara kedua prestasi itu ada
hubungan menurut hukum. 3.
Perjanjian Bernama dan Perjanjian Tidak Bernama a.
Perjanjian Bernama adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri, yang dikelompokkan sebagai perjanjian- perjanjian khusus,
karena jumlahnya terbatas. b.
Perjanjian Tidak Bernama adalah perjanjian yang tidak mempunyai nama tertentu dan jumlahnya tidak terbatas.
4. Perjanjian Kebendaan dan Perjanjian Obligatoir
a. Perjanjian Kebendaan adalah perjanjian untuk memindahkan hak
milik dalam jual- beli sebagai pelaksanaan perjanjian obligatoir. b.
Perjanjian Obligatoir adalah perjanjian yang menimbulkan perikatan yang artinya sejak terjadi perjanjian timbullah hak dan kewajiban
pihak- pihak. 5.
Perjanjian Konsensual dan Perjanjian Real a.
Perjanjian Konsensual adalah perjanjian yang timbul karena adanya persetujuan kehendak antara pihak- pihak
b. Perjanjian Real adalah perjanjian disamping ada persetujuan
kehendak juga sekaligus harus ada penyerahan nyata atas barangnya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan jenis perjanjian yang dikemukakan diatas perjanjian kerjasama biasanya memakai perjanjian sepihak karena memberikan kewajiban
pada seseorang sekaligus memberikan hak kepada seseorang lain untuk menerima prestasi yang telah dibuat, atau bisa juga memakai perjanjian timbal balik karena
dalam perjanjian tersebut memberikan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak.
Dengan demikian tujuan perjanjian adalah untuk memberikan perlindungan hukum terhadap pihak- pihak yang melakukan perjanjian sehingga ketentuan yang
diatur didalam sebuah kontrak dapat terlaksana dengan baik dan mempunyai batasan- batasan hak dan kewajiban bagi para pihak yang terlibat didalam
perjanjian suatu kontrak tersebut. Karena setiap kontrak pasti dimulai dengan adanya penawaran offer dan
penerimaan acceptance . Penawaran offer diartikan sebagai suatu perjanjian untuk melakukan sesuatu secara khusus pada masa yang akan datang. Pada
prinsipnya, penawaran tetap terbuka sepanjang belum berakhirnya waktu atau belum dicabut.
Suatu penawaran akan berakhir, apabila :
45
1. Penawaran dicabut, dalam hal ini pihak penawar harus memberitahukan
sebelum penawaran tersebut tidak dapat dicabut lagi sebelum waktunya berakhir.
2. Penerima tawaran tidak menerima tawaran, tetapi membuat suatu kontrak
penawaran. Dengan demikian, unsur yang menentukan agar penawaran mempunyai
kekuatan hukum adalah dengan adanya kepastian penawaran dan keinginan untuk terikat.
Universitas Sumatera Utara
45
Taryana Soenandar, Op.cit. hal 47
Sedangkan dalam Teori Penerimaan terjadi pada saat yang menawarkan menerima langsung jawaban dari pihak lawan. Penerimaan adalah kesepakatan
dari pihak penerima dan penawar tawaran untuk menerima persyaratan yangdiajukan penawar tawaran. Penerimaan yang belum disampaikan kepada
pemberi tawaran, belumlah berlaku sebagai penerimaan tawaran bilamana memungkinkan, baik tawaran maupun penerimaan tawaran sebaiknya dinyatakan
secara tertulis dan jelas. Untuk menunjukkan adanya penerimaan, pihak yang ditawari harus
menunjukkan adanya persetujuan atas penawaran. Semata- mata pemberitahuan tentang didapatnya penawaran, atau pernyataan tertarik terhadapnya, tidaklah
cukup. Persetujuan harus diberikan tanpa syarat, yakni persetujuan ini tidak boleh
digantungkan pada syarat- syarat yang harus dipenuhi baik oleh pihak yang menawarkan atau oleh pihak yang ditawari. Dengan kata lain, isi penerimaan tidak
boleh memuat variasi atau jenis dan syarat dari penawaran atau mengubah secara materil syarat tersebut.
Dengan disetujuinya penawaran oleh pihak penerima tawaran atau yang disebut dengan penerimaan penawaran, maka persetujuan tersebut menjadi
kesepakatan yang ditegaskan dalam suatu perjanjian atau kontrak oleh para pihak.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga berlakulah Teori Pacta Sunt Servanda kekuatan mengikat
46
, yaitu semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang- undang bagi
mereka yang membuatnya.
46
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2008 , hal 33
Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan- alasan yang oleh undang- undang dinyatakan
cukup untuk itu. Sementara itu menurut Rahman Hasaudin, kontrak adalah :
47
“ perjanjian yang dibuat secara tertulis.Sebagai perwujudan tertulis dari perjanjian. Kontrak adalah salah satu dari dua dasar hukum yang ada selain
undang- undang Kitab Undang- Undang Hukum Perdata Pasal 1233 yang dapat menimbulkan perikatan “.
Perjanjian tertulis yang dimaksud dalam hal ini adalah : 1.
Perjanjian Standar yaitu, disebut juga perjanjian baku dimana perjanjian ini berbentuk tertulis berupa formulir yang isinyatelah
distandarisasikan dibakukan terlebih dahulu secara sepihak oleh produsen, serta bersifat masal tanpa mempertimbangkankondisi yang
dimiliki oleh konsumen.
48
2. Perjanjian Formal yaitu, perjanjian yang telah ditetapkan dengan
formalitas tertentu.
49
Dengan demikian maka kesepakatan lisan saja yang dihasilkan dari tercapainya perjanjian mengenai
pokokperjanjian, yang terwujud dalam bentuk penerimaan oleh salah satu pihak dalam perjanjian.
Universitas Sumatera Utara
47
Budiono Kusumohamidjojo, Paduan Untuk Merancang Kontrak, Jakarta : Gramedia Widiasarana, 2001, hal 7
48
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi ke- 3, Yogyakarta : Liberty, 1988 , hal 116
49
Djaja S.Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda dan Hukum Perikatan, Bandung: Nuansa Aulia, 2008 , hal 90
Menurut Sultan Remi Sjahdeini perjanjian standar, yaitu :
50
“ perjanjian yang hampir seluruh klausula- klausulanya dibakukan oleh pemakainya dan para pihak lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang
untuk merundingkan atau meminta perubahan. Adapun yang dilakukan hanya beberapa hal, misalnya yang menyangkut jenis harga, jumlah, warna,
tempat, waktu, dan beberapa hal yang spesifik dari objek yang dijanjikan “.
Oleh sebab itu dalam hal ini perjanjian yang banyak dipergunakan dalam masyarakatadalah perjanjian standar baku karena sifatnya membatasi asas
kebebasan berkontrak. Adanya kebebasan ini sangat berkaitan dengan kepentingan umum agar perjanjian baku itu diatur dalam undang- undang dan
diawasi oleh pemerintah. Latar belakang tumbuhnya perjanjian baku didalam masyarakat disebabkan
karena keadaan sosial ekonomi, perusahaan besar dan perusahaan pemerintah yang mengadakan kerjasama dalam suatu organisasi dan untuk kepentingandan,
ditentukan syarat- syarat secara sepihak . Pemakaian perjanjian baku tersebut sedikit banyaknya telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat untuk
kepentingan perjanjian yang dibuat didalam masyarakat.Itu berarti perjanjian atau kontrak yang telah dilangsungkan dan telah mengikat dengan tercapainya kata
sepakat dan tidak dapat dibatalkan secarasepihak oleh pemberi jasa atau pengguna jasa.
Universitas Sumatera Utara
50
Sultan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank diIndonesia ,Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1995,
hal 66
Karena itu tujuan dibuatnya perjanjian standar baku untuk memberikan kemudahan kepraktisan bagi para pihak yang bersangkutan. Bertolak dari
tujuan itu, Mariam Darus Badruzzaman lalu mendifinisikan perjanjian standar sebagai perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.
51
Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas dapatlah diketahui bahwa perjanjian kerjasama pada umumnya berlandaskan pada perjanjian standar baku
karena memberikan kemudahan bagi para pihak. Dalam perjanjian standar biasanya memakai perjanjian sepihak dan timbal balik.
C. Syarat Sahnya Suatu PerjanjiandanAsas Suatu Perjanjian 1. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian
Perjanjian yang sah artinya, perjanjian yang memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh undang- undang sehingga perjanjian tersebut diakui oleh
hukum.Oleh karena tidak semua perjanjian yang dibuat oleh setiap orang sah dalampandangan hukum. Untuk itu ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-
UndangHukum Perdata menentukan untuk sahnya perjanjiandiperlukan empat syarat yaitu :
a. Sepakatnya Mereka Mengikatkan Dirinya
mereka yang mengikatkan dirinya dalam Pasal 1320 KUHPerdata adalah kedua subyek yang mengadakan perjanjian itu harus sepakat, setuju atau sepaham
Universitas Sumatera Utara
mengenai hal-hal pokok yang diperjanjikan.Maksud sepakat yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdatayaitu sepakat yang tidak pincang atau bebas, artinya tidak
boleh dilakukandengan kekhilafan dwaling , paksaan dwang dan
51
Mariam Darus Badruzzaman, Perlindungan Terhadap Konsumen dilihat dari Perjanjian baku standar, Bandung : Bina Cipta,1986 , hal 58
penipuan bedrog ,dalam Pasal 1321 KUHPerdata kalau perjanjian itu dilakukan denganadanya kekhilafan, paksaan atau penipuan berarti persesuaian kehendak
itutidak bebas dan dianggap tidak sah, sehingga perjanjian dapat dimintakanpembatalan.
52
b. Kecakapan Untuk Membuat Suatu Perikatan
Di dalam Pasal 1329 KUHPerdata dinyatakan, bahwa setiap orang adalah cakap untuk membuat perjanjian-perjanjian jika ia oleh Undang-Undang
tidak dinyatakan tak cakap. Dari pasal tersebut setidak-tidaknyadapat dirumuskan bahwa mereka yang dinyatakan cakap :
1 Mereka yang telah dewasa
2 Sehat akal pikiran
3 Tidak dilarang atau dibatasi oleh undang-undang dalam melakukan
perbuatan hukum . 4
Meskipun belum memenuhi persyaratan umur kedewasaan tetapi sudah kawin.
Karena dalam membuat suatu perjanjian seseorang haruslah cakap bertindak dalam lalu lintas hukum. Karena dalam perjanjian itu seseorang terikat untuk
melaksanakan suatu prestasi dan harus dapat mempertanggung jawabkan.
Universitas Sumatera Utara
Mengenai kecakapan telah ditegaskan dalam Pasal 1339 KUHPerdata yang menyatakan bahwa :
“ bahwa setiap orang adalah cakap untuk mengadakan persetujuan, kecuali orang- orang yang oleh undang- undang dinyatakan tidak cakap “
52
Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III Tentang Hukum Perikatan dengan Penjelasan, Bandung : Alumni, 1983 , hal 64
Oleh karena itu subjek atau para pihak dalam suatu perjanjian harus cakap bertindak menurut hukum. Kecakapan ini diperlukan karena subjek hukum terikat
dengan segala ketentuan yang telah disepakati bersama, maka ia harus mampu bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Orang yang tidak sehat pikirannya
ataupun belum dewasa tidak dapat menyelenggarakan kepentingannya dengan baik dan memerlukan bantuan dari pihak lain untuk menyelenggarakan
kepentingannya. Ketidakcakapan ini disebut tidak cakapuntuk mengadakan hubungan
hukum, hal ini dikarenakan tidak dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk.
Kriteria mereka yang tidak cakap membuat suatu perjanjian menurut Pasal 1330 KUHPerdata adalah :
1 Orang yang belum dewasa.
Untuk lebih jelasnya kriteria bagi mereka yang belum dewasa adalah mereka yang belum usia 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin,
apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap 21 tahun, maka mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan belum dewasa.
2 Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan.
Sementara itu Menurut Pasal 433 KUH Perdata menyatakan : “ mereka yang ditaruh di bawah pengampuan adalah setiap orang yang
telah dewasa yang selalu di dalam keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap juga ditempatkan di bawah pengampuan, sekalipun ia kadang-
kadang cakap menggunakan pikirannya “
3 Orang- orang perempuan dalam hal- hal ditetapkan oleh undang- undang
Universitas Sumatera Utara
dan pada umumnya semua orang melarang membuat perjanjian atau persetujuan tertentu.
Untuk lebih jelasnya kriteria bagi mereka yang belum dewasaadalah mereka yang belum usia 21 tahun dan tidak lebih dahulu telahkawin, apabila perkawinan
itu dibubarkan sebelum umur mereka genap 21tahun, maka mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan belum dewasa.Menurut Pasal 433 KUH Perdata, mereka
yang ditaruh di bawahpengampuan adalah setiap orang yang telah dewasa yang selalu di dalamkeadaan dungu, sakit otak atau mata gelap juga pemboros,
sehingga setiaptindakannya selalu lepas dari kontrolnya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Khusus untuk ketidakcakapan perempuan dalam melakukan perbuatan hukum yang harus diwakili suaminya dipandang tidak adil, maka sejak adanya
Surat Edaran Mahkamah Agung nomor 3 Tahun 1963yang menyatakan, bahwa kedudukan wanita sama dan sederajat dengankedudukan laki-laki, semua Warga
Negara Indonesia. Di samping mereka yang Ketidakcakapan Onbekwaan masih ada
lagikategori mereka yang tidak diperkenankan membuat perjanjian tertentu,yaitu mereka yang Tidakwenang Onbevoegd . Mereka yang tidakwenang ini
misalnya, seorang hakim tidak diperkenankan untukmelakukan jual beli terhadap barang benda yangdipersengketakan, karena ia berkedudukan sebagai hakim
yang mengadilipersengketaan tersebut. c. Adanya Objek Perjanjian Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu, adalah obyek dari perikatan yangmenjadi kewajiban dari para pihak dalam arti prestasi. Prestasi itu harustertentu dan dapat ditentukan
Universitas Sumatera Utara
harus ada jenis dari prestasi itu sendiri yangselanjutnya dapat ditentukan berapa jumlahnya.
Akibat syarat bahwa prestasi itu harus tertentu atau dapat ditentukan, gunanya adalah untuk menetapkan hak dan kewajiban kedua belah pihak jika
timbul perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian. Jika prestasi itu kabur maka perjanjian tidak dapat dilaksanakan dan dianggap batal.
Persyaratan yang demikian sejalan dengan ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata yang menyatakan :
“ Hal- hal yang diperjanjikan dalam perjanjian haruslah tertentu barangnya atau sekurang- kurangnya ditentukan jenisnya “
d. Suatu Sebab yang Halal Legal Cause Didalam berbagai literatur disebutkan bahwa yang menjadi objek
perjanjian adalah prestasi pokok perjanjian . Untuk sahnya suatu perjanjian juga harus memenuhi syarat yang dinamakan sebab atau yang diperbolehkan. Menurut
Pasal 1320 KUHPerdata pengertian sebab di sini ialahtujuan dari pada perjanjian, apa yang menjadi isi, kehendak dibuatnya suatu perjanjian.
Sedangkan yang dimaksud dengan “sebab” sebagaimana di dalam Pasal 1335 KUHPerdata bahwa suatu perjanjian tanpa sebab atauyang telah dibuat
karena suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidakmempunyai kekuatan, jadi jelaslah tidak ada suatu perjanjian yang sah, jikatidak mempunyai sebab.
Dengan demikian apabila dalam membuat perjanjian tidak terdapat suatu sebab yang halal, maka dapat dikatakan bahwa objek perjanjian tidak ada. Oleh
Universitas Sumatera Utara
karena itu perjanjian tersebut tidak dapat dilaksanakan karena tidak terang dan jelas apa yang diperjanjikan.
53
53
Gunawan Widjaya, Memahami Prinsip Keterbukaan dalam Hukum Perdata, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2006, hal 263
Sedangkan suatu perjanjian yang isinya tidak ada sebab yang diperbolehkan atau isinya tidak dapat dilaksanakan karena melanggar undang-
undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Keempat unsur tersebut selanjutnya, dalam doktrin ilmu hukum yang
berkembang , digolongkan ke dalam : 1
Dua unsur pokok menyangkut subyek pihak yang mengadakan perjanjian Unsur Subyektif :
unsur subjektif mencakup adanya unsur kesepakatan secara bebas dari para pihak yang berjanji, dan kecakapan dari pihak yang melaksanakan
perjanjian.
54
adapun syarat subjektif sahnya perjanjian ada dua macam yaitu :
55
a Kesepakatan Bebas
Adalah terjadinya kesepakatan secara bebas diantara para pihak yang mengadakan atau melangsungkan perjanjian. Kesepakatan bebas
diantara para pihak ini pada prinsipnya adalah dari asas konsesualitas. b
Kecakapan Pihak yang Melaksanakan Adalah kecakapan pihak untuk bertindak melakukan perbuatan hukum.
2 Dua unsur pokok lainnya yang berhubungan langsung dengan
obyekperjanjian unsur obyektif :
56
Universitas Sumatera Utara
unsur obyektif meliputi keberadaan dari pokok persoalan yang merupakan obyek yang diperjanjikan, dan causa dari obyek yang berupa prestasi yang dapat
54
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hal 94
55
Ibid hal 95
56
Ibid, hal 255
disepakati untuk dilaksanakan tersebut haruslah sesuatu yang tidak dilarang atau diperkenankan menurut hukum dan tidak terpenuhinya salah satu unsur
darikeempat unsur tersebut menyebabkan cacat dalam perjanjian, dan perjanjiantersebut diancam dengan kebatalan, baik dalam bentuk dapat dibatalkan
jikaterdapat pelanggaran terhadap unsur subjektif , maupun batal dengan pengertian bahwa perikatan yang lahir dari perjanjian tersebut tidak dapat
dipaksakan pelaksanaannya. Syarat objektif sahnya perjanjian dapat ditemukan dalam :
a Tentang Hal Tertentu Dalam Perjanjian
Pasal 1332 sampai Pasal 1334 KUHPerdata mengenai keharusan adanya suatu hal tertentu dalam perjanjian. KUHPerdata menjelaskan maksud hal
tertentu, terdapat pada Pasal 1333 KUHPerdata yang berbunyi : “ suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok perjanjian berupa suatu
kebendaan yang paling sedikit ditentukan jenisnya. Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah kebendaan tidak tentu, asal saja jumlah itu kemudian dapat
ditentukan atau dihitung ”. b
Tentang Sebab Yang Halal Sebab yang halal diatur dalam Pasal 1335 hingga pasal 1337 KUHPerdata
pada Pasal 1335 KUHPerdata menyatakan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
“ suatu perjanjian tanpa sebab, atau telah dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidaklah mempunyai kekuatan “.
Dengan demikian jelaslah bahwa perjanjian yang dilakukan oleh pihak yang sama- sama mengikatkan dirinya pada pihak lain haruslah sesuai dengan syarat
sahnya suatu perjanjian. Dari keterangan yang disampaikan diatas dapat kita simpulkan syarat
sahnya suatu perjanjian secara umum adalah dengan berpedoman pada Pasal 1320 KUHPerdata.
2. Asas Suatu Perjanjian