BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.Analisa Merchaptan Sulfur ASTM-D-3227
3.1.1. Alat 1.  Potensiometer lengkap dengan elektroda nya.
2. Cylinder glass kapasitas 100ml. 3. Beaker glass kapasitas 150ml.
4. Analytical balance. 5. Labu ukur kapasitas 1000ml.
6. Erlemmeyer kapasitas 125ml. 7. Buret kapasitas 125ml.
8. Magnetik stirer. 3.1.2. Bahan
1. Sampel AVTUR 2. Aquadest.
3. Solvent RSH. 4. A
g
NO
3
0,0101N
Universitas Sumatera Utara
3.1.3. Prosedur Kerja 1. Ditimbang ± 50gr sampel pada beaker glass 250ml.
2. Ditambahkan 100ml Solvent RSH. 3. Dimasukan Magnetik stirer.
4. Ditempatkan pada alat titrasi dengan A
g
NO
3
0,0101N. 5. Diatur alat dengan memasukan data berat sampel dan normalitas
Pentitrant. 6. Ditunggu beberapa saat hingga muncula tanda bahwa titrasi telah
selesai. 7. Dicatat hasilnya.
3.2.Analisa Naphthalenes ASTM D-1840-04
3.2.1.Alat 1. Spektrofotometer.
2. Cuvet 10mm. 3. Pipet Volume 5 dan 10ml.
4. Volumetrik Flash 25 dan50ml. 5. Analytical Balance.
6. Beaker Glass
Universitas Sumatera Utara
3.2.2.Bahan 1. Sampel AVTUR.
2. Isooktan. 3. Aquadest.
3.2.3.Prosedur Kerja 1. Ditimbang 1gr sampel.
2. Dimasukan kedalam flash 25ml. 3. Dicukupkan sampai garis batas atas dengan isooktan.
4. Larutan A. a. Dipipet 5ml larutan induk dan dimasukan kedalam flash 50ml.
b. Dicukupkan sampai garis batas atas dengan isooktan. c. Dihomogenkan.
5.Larutan B a. Dipipet 5ml larutan B dan dimasukan kedalam flash 50ml.
b. Dicukupkan sampai garis batas atas dengan isooktan. c. Dihomogenkan.
6.Larutan C a. Dipipet 5ml larutan B dan dimasukan kedalam flash 50ml.
Universitas Sumatera Utara
b. Dicukupkan sampai garis batas atas dengan isooktan. c. Dihomogekan.
7.  Dibaca nilai adsorbansi larutan C dengan menggunakan alat Spektrofotometer UV-VIS  pada panjang gelombang 285nm
menggunakan isooktan sebagai blanko.
3.3.Analisa Freezing Point ASTM D-2386
3.3.1.Alat 1.
Jacket sample tube 2. Statif dan Klem
3. Collars 4. Vacuum Flash
5. Magnetik Stirer 6. Gabus yang cocok
7. Gelas ukur kapasitas 25ml 8. Thermometer standar ASTM 114C range -80
o
C sampai +20
o
C. 9. Gland
3.3.2.Bahan 1. Sampel AVTUR.
2. Carbon Dioxide kering atau Dry Ice.
Universitas Sumatera Utara
3. Isopropil Alkohol. 3.3.4.Prosedur Kerja
1. Ditakar sampel sebanyak ±25ml dan dimasukan kedalam Jacket Sample Tube .
2. Ditutup dengan rapat Jacket Sample Tube dengan gabus yang telah Dilubangi  untuk tempat  thermometer dan atur thermometer terletak
Antara 10 sampai 15mm dari dasar sample tube. 3. Ditambahkan setetes  Isopropil Alkohol untuk membasahi
Packing gland dan menggerakan gland agar tidak goyang. 4. Ditambahkan Carbon Dioxide kering pada refrigen alat.
5. Diaduk sampel dengan menggerakan Stirer dari atas kebawah rate 1 Sampai 1,5 putarandetik.
6. Diamati dan dicatat temperatur dimana kristal hidrokarbon mulai Terbentuk.
7. Ambil Jacket Sample Tube dan diamkan sebentar lalu aduk perlahan. 8. Dicatat temperatur dimana kristal hidrokarbon hilang semua,
Jika perbedaan temperatur antara keduanya lebih besar dari 3
o
C Maka ulangi pendinginan dan pemanasanny sehingga di dapat perbedaan
Universitas Sumatera Utara
Yang lebih kecil dari 3
o
C.
3.4.Analisa Flash Point ASTM IP-170
3.4.1.Alat 1. Flash Point Abel Apparatus
2. Test Cup Thermometer IP 74
o
C 3. Heating Vessel Thermometer IP 75
o
C 4. Erlenmeyer kapasitas 125ml
5. Korek Api 3.4.2.Bahan
1.Sampel AVTUR. 2.Gas LPG dan Selangnya.
3.Air 3.4.3.Prosedur Kerja
1. Dimasukan Air kedalam baknpemanas dan pasang termometer ASTM 75
o
C. 2. Diatur  temperatur bak pemanas sampai 9
o
C dibawah Flash Point. 3. Dimasukan sampel kedalam cup sampai tanda batas atas dan tempatkan
Pada alat.
Universitas Sumatera Utara
4. Dipasang termometer ASTM 74
o
C dan diatur kenaikan temperatur bak Pemanas 1
o
Cmenit dan kecepatan pengdukan searah jarum jam Putaran menit
5. Dinyalakan api uji dengan diameter ±3,8mm. 6. Diarahkan api pencoba pada uap sampel bila temperetur sampel sudah
Mencapai 9
o
C dibawah flash point perkiraan. 7. Diarahkan api pencoba pada uap sampel setiap kenaikan 0,5
o
C Hingga tercapai sambaran,hentikan jika sampai temperatur 70
o
C belum Terjadi sambaran.
8. Dicatat temperatur apabila flash point sambaran api pencoba telah Tercapai.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4.2.Reaksi Percobaan
Analisa Merchaptan Sulfur
A
g
NO
3
+ RSH → A
g
S + HNO
3
4.3.Perhitungan
1.Analisa Merchaptah Sulfur
= ×
× ,
Dimana : A = Jumlah titrasi yang terpakai. M = Normalitas Larutan A
g
NO
3
0,0101N W = Berat sampel yang dikerjakan gr
3,206 = Berat Molekul A
g
NO
3
1. AVTUR 945 T-16
mass =
,
=
, ,
, ,
= 0,0003wt
Universitas Sumatera Utara
2. AVTUR 945 T-17 mass
=
,
=
, ,
, ,
= 0,0005wt
3. AVTUR 945 T-18
mass =
,
=
, ,
, ,
= 0,0003wt 4. AVTUR 945 T-19
mass =
,
=
, ,
, ,
= 0,0004wt
2.Analisa Napththalenes
=
,
Universitas Sumatera Utara
Dimana : A = Absorbansi yang telah dikoreksi. K = Ketetapan eqivalen volume solven dalam liter.
W = Berat sampel yang dikerjakan gr 33,7 = Ketetapan rata-rata absorbtivity dari naphthalenes.
=
Dimana : A = Naphthalenes wt B = Relative density sampel pada 1515
o
C C = Relative density dari naphthalenes 1515
o
C
1. AVTUR 945 T-16
wt =
,
x100
=
, ,
, ,
x100
=
, ,
x100 = 0,29wt
vol =
0,29 x
= 0,29vol
Universitas Sumatera Utara
2. AVTUR 945 T-17
wt =
,
x100
=
, ,
, ,
x100
=
, ,
x100 = 0,40wt
vol =
0,40 x
= 0,40vol 3. AVTUR 945 T-18
wt =
,
x100
=
, ,
, ,
x100
=
, ,
x100 = 0,0,54wt
vol =
0,54 x
= 0,54vol
Universitas Sumatera Utara
4. AVTUR 945 T-19
wt =
,
x100
=
, ,
, ,
x100
=
, ,
x100 = 0,51wt
vol =
0,51 x
= 0,51 vol
4.4.Pembahasan 1.Merchaptan sulfur ASTM D-3227
Nilai merchaptan sulfur  yang diperoleh dari analisis  yang dilakukan pada avtur adalah pada 945 T-16 0,0003 , 945 T-17 0,0005 , 945 T-18 0,0003
, 945 T-19 0,0004 . Hal ini menunjukan bahwa avtur yang dihasilkan sudah sesuai  dengan  standar  spesifikasinya.  Untuk  nilai  merchaptan  sulfur  pada  avtur
sangat  dibatasi  yaitu  maksimum  0,003  .  Hal  ini  sangat  berpengaruh  pada pesawat  terbang  yang  sedang  beroperasi,  karena  merchaptan  sulfur  dapat
menyebabkan terjadinya korosif, bau yang idak sedap  yang akan merusak selang pada sistem bahan bakar.
Universitas Sumatera Utara
2. Naphthalenes ASTM D-1840
Nilai naphthalenes yang diperoleh dari analisis yang dilakukan pada avtur adalah pada 945 T-16 0,29 , 945 T-17 0,40 , 945 T-18 0,54 , 945 T-19
0,51 . Hal ini menunjukan bahwa  avtur  yang  dihasilkan sudah sesuai  dengan standar spesifikasinya. Untuk nilai naphthalenes pada avtur sangat dibatasi yaitu
maksimum  3,00  .  Hal  ini  karena  keberadaan  naphthalenes  didalam  avtur  akan memancarkan  radiasi  panas  pada  proses  pembakaran,  sehingga  menurunkan
tenaga  pada  unjuk  kerja  mesin.  Kandungan  hidrokarbon naphthalenes dibatasi karena  naphthalenes  bila  dibakar  cenderung  mempunyai  kontribusi  yang  relatif
lebih  besar  untuk  menghasilkan  nyala  berjelaga  berasap  dan  radiasi  panas berlebih.
3. Freezing point ASTM D-2386
Freezing  point yang  diperoleh  dari  analisis  yang  dilakukan  pada  avtur adalah pada 945 T-16 -60
o
C, 945 T-17 -55
o
C, 945 T-18 -56
o
C, 945 T-19 - 53
o
C.  Hal  i  ini  menunjukan  bahwa  avtur  yang  dihasilkan  sudah  sesuai  dengan standar spesifikasinya. Untuk nilai Freezing point dibatasi  maksimal -47
o
C. Hal ini  akan  berpengaruh  terhadap  mesin  pesawat  terbang  yang  sedang  beroperasi
pada tempat dengan ketinggian  atau  iklim tertentu yang iklimnya dibawah -47
o
C. Titik  beku  sangat  berhubungan  dengan  adanya  perubahan  suhu  selama
penimbunan  dan    transportasi  bahan  bakar  minyak avtur .  Kegagalan  untuk mengalir  pada  titik  beku  umumnya  berhubungan  dengan  kandungan  lilin  dari
avtur  dan  pengaruh  viskositas  avtur  yang  sangat  kental.  Nilai  titik  beku  yang
Universitas Sumatera Utara
tinggi  menunjukan  adanya  kadar  lilin  paraffin  yang  cukup  besar.  Pada  suhu pengkabutan  akan  dihasilkan  kristal-kristal  lilin.  Ini  akan  memberikan  isndikasi
tentang  suhu  pada  saat  dimana  akan  terjadi  penyumbatan  saringan  filter  oleh kristal-kristal  lilin.  Semakin  rendah  titik  beku    maka  semakin  baik  produk avtur
tersebut  karena  dapat  menghindari  pembekuan  bahan  bakar  akibat  pengaruh musim.
4. Flash point IP-170
Flash point yang diperoleh dari analisis yang dilakukan pada avtur adalah pada 945 T-16 47
o
C, 945 T-17 43
o
C, 945 T-18 44
o
C, 945 T-19 42
o
C. Hal ini  menunjukan  bahwa avtur  yang  dihasilkan  sudah  sesuai  dengan  standar
spesifikasinya. Nilai flash point pada avtur adalah maksimal minimal 38,0
o
C. Jika nilai  yang  di  dapat  lebih  kecil  dari  38,0
o
C  maka  avtur  tidak  layak  untuk  di pasarkan  dan avtur tersebut  tidak  aman  dalam  penyimpanan.  Titik  nyala  rendah
menyebabkan  bahan  bakar  lebih  mudah  terbakar  dan  kelanjutannya  akan menimbulkan  ledakan.  Semakin  tinggi  titik  nyala  maka  semakin  baik  produk
avtur  karena  bahaya  kebakaran  dapat  dihindari.  Pengujian flash  point
berhubungan  dengan  keamanan  safety.  Hal  ini  tidak  terlalu  mempengaruhi mesin pesawat terbang.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN