sektoral, dan atau regional yang memuat susunan programkegiatan perencanaan termasuk penganggarannya Dahuri, 2003 seperti pada Gambar 2.
Gambar 2 Koordinasi perencanaan pembangunan
.
Koordinasi perencanaan dalam Permendagri nomor 9 tahun 1982 meliputi beberapa aspek yaitu: 1 Aspek fungsional maksudnya adalah adanya kaitan dan
keterpaduan fungsional antara berbagai kegiatan; antara suatu instansi dengan instansi lain; antara setiap tahap perencanaan; antara programproyek pada satu
wilayah dengan wilayah lain. 2 Aspek formal yaitu adanya kaitan antar programproyek yang direncanakan dengan peraturan, instruksi, edaran dan
petunjuk dari tingkat nasional. 3 Aspek struktural yaitu adanya kaitan dan adanya koordinasi dalam bentuk penugasan pada tiap tingkat instansi yang
bersangkutan. 4 Aspek materil yaitu adanya kaitan dan koordinasi antara programproyek intra antar instansi. 5 Aspek operasional yaitu adanya kaitan
dan keterpaduan dalam penentuan langkah-langkah pelaksanaan baik menyangkut waktu, lokasi maupun kebutuhan material.
Dalam hubungannya dengan proses pembangunan baik pada skala nasional ataupun lokal, peran kepemimpinan ini akan dipegang oleh pemerintah. Hal ini
dikarenakan pemerintah merupakan komponen negara yang memiliki otoritaskewenangan dengan segala aturan dan regulasi yang sah. Dengan
demikian koordinator pembangunan pada dasarnya adalah pemerintah.
Keperluan sektor
Kemungkinan sumber
Sumber regional
Keperluan spasial
Efisiensiefektifitas Koordinasi spasial
Alokasi spasial di wilayahdaerah
PERENCANAAN MAKRO
PERENCANAAN SEKTORAL
Keterkaitan Regional
PERENCANAAN REGIONAL
Keterkaitan Sektoral
PERENCANAAN MIKRO
1. Kebijakan Operasional 2. Sasaran
3. Proyek Kegiatan 4. Lokasi
5. Anggaran
Keadaan tersebut memang tidak terbantahkan tetapi yang menjadi masalah biasanya adalah sampai sejauh mana pemerintah mampu melaksanakan fungsi dan
peranannya tersebut sehingga pembangunan bisa dilaksanakan secara efektif dan efisien. Apalagi pada kondisi globalisasi seperti ini di mana ada tuntutan yang
kuat terhadap pergeseran peran pemerintah dari mengendalikan menjadi mengarahkan. Melaksanakan peran dan fungsi sebagai koordinator dalam
pembangunan sebagaimana diperankan oleh pemerintah memang tidak mudah. Apalagi dalam unsur pemerintah tersebut yang bergerak sebagai pelaku
pembangunan terbagi ke dalam berbagai institusi, badan, lembaga, atau departemen sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Selain itu, komponen swasta dan masyarakat pun terbagi dalam berbagai fungsi dan peran seperti kalangan industri, perbankan, jasa dan pelayanan dan
lain-lain. Sedangkan pada kalangan masyarakat terdapat golongan buruh, petani, pegawai dan lain-lain. Hal ini semakin menegaskan pentingnya koordinasi sebagai
alat untuk menyatupadukan fungsi dan peran yang berbeda, agar terjalin suatu kerjasama yang baik, efektif dan efisien sehingga tujuan bersama dapat tercapai.
Koordinasi hendaknya tidak sekedar dipandang sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan untuk memenuhi standar normatif, melainkan harus dirasakan
sebagai suatu kebutuhan yang perlu diupayakan pemenuhannya dengan senantiasa menyadari keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki, sehingga komitmen untuk
melaksanakan koordinasi tetap tinggi. Lebih spesifik lagi, koordinasi diperlukan sebagai upaya untuk menghasilkan pembangunan yang efisien dalam pemanfaatan
sumberdaya untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran secara optimal. Dengan demikian ada beberapa alasan yang perlu diketahui dan dipahami
dengan baik dalam menilai perlunya koordinasi pembangunan daerah yaitu: 1. Koordinasi dalam pembangunan sangat diperlukan sebagai suatu konsekuensi
logis dari adanya aktifitas dan kepentingan yang berbeda. 2. Aktifitas dan kepentingan yang berbeda juga membawa konsekuensi logis
terhadap adanya tanggung jawab yang secara fungsional berbeda pula. 3. Ada institusi, badan dan lembaga yang menjalankan peran serta fungsinya
masing-masing.
4. Ada unsur sentralisasi dan desentralisasi yang dijalankan dalam proses pembangunan yang melibatkan institusi pusat maupun daerah.
5. Koordinasi merupakan alat sekaligus upaya untuk melakukan penyelarasan dalam proses pembangunan sehingga akan tercipta suatu aktifitas yang
harmonis, sinergis dan serasi untuk mencapai tujuan bersama.
Perencanaan Keuangan Daerah
Pengertian Keuangan Daerah berdasarkan PP 582005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut. Kemudian dijelaskan juga mengenai pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah yaitu keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.
Dalam era otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu menciptakan sistem manajemen serta peran kelembagaan institution yang
mampu mendukung pelaksanaan pembangunan daerah. Kelembagaan memiliki dua pengertian yaitu kelembagaan sebagai suatu aturan main rule of the game
dan kelembagaan sebagai suatu organisasi. Perubahan institusi otonomi daerah akan berdampak terhadap keragaan sistem organisasi kelembagaan pada kegiatan
sektor ekonomi secara keseluruhan. Kebijakan otonomi daerah secara langsung danatau tidak langsung akan berpengaruh dalam pelaksanaan pembangunan di
daerah secara sektoral maupun regional. Dalam sistem manajemen pembangunan daerah, menurut Solihin 2007
bahwa fungsi dan peranan pemerintah daerah saling berkaitan erat satu sama lainnya membentuk suatu rangkaian Gambar 3 yaitu: 1 perencanaan, 2
pengerahan mobilisasi sumber daya, 3 menggerakan partisipasi masyarakat, 4 penganggaran, 5 pelaksanaan pembangunan yang ditangani langsung oleh
pemerintah daerah, 6 koordinasi, 7 pemantauan dan evaluasi dan 8 pengendalian. Kedelapan fungsi dan peranan pemerintah daerah dalam suatu
sistem manajemen pembangunan tersebut harus dibangun berdasarkan suatu
sistem informasi yang kuat Gambar 3. Salah satu fungsi dan peranan pemerintah dalam sistem manajemen pembangunan tersebut adalah penganggaran.
Gambar 3 Fungsi-fungsi manajemen pembangunan. Penganggaran pemerintah berdasarkan Undang-undang nomor 33 tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
diwujudkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 satu tahun
anggaran. Adapun struktur dari APBD adalah pendapatan, belanja, dan pembiayaan Tabel 2. Pendapatan daerah merupakan sumber keuangan daerah,
yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain yang Sah. Belanja daerah merupakan pengeluaran untuk kebutuhan
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan kepentingan pelaksanaan pembangunan daerah, sedangkan pembiayaan untuk menutupi defisit anggaran
yaitu selisih antara pendapatan dan belanja yang terdiri dari penerimaan dan pengeluaran.
Tabel 2 Struktur Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah APBD
PENDAPATAN DAERAH 1. PENDAPATAN ASLI
DAERAH
- Pajak Daerah kewajiban bayar yang tidak diberikan fasilitas - Retribusi Daerah kewajiban bayar yang disertai fasilitas
- Bagian Laba Usaha Daerah Deviden dari Penyertaan Modal - Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
2. DANA PERIMBANGAN