ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PR

ANALISIS JURNAL
ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK PADA PUSKESMAS
DI KOTA BANJAR JAWA BARAT
TAHUN 2007
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
”Program Perencanaan dan Evaluasi PUSKESMAS”

Disusun Oleh:
Gusti Kanzania Finansi
1610912420007

Universitas Lambung Mangkurat
Fakultas Kedokteran
Program Studi Kesehatan Masyarakat Alih Jenjang
Banjarbaru
2016

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya ucapkan kehadirat Allah Swt. berkat rahmat dan ridhoNya saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Program Perencanaan

dan Evaluasi PUSKESMAS. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat tugas
mata kuliah Program Perencanaan dan Evaluasi PUSKESMAS.
Saya menyadari pada saat penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bimbingan dan bantuan dari segala pihak. karena itu saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada dewan dosen mata kuliah Program Perencanaan dan Evaluasi
PUSKESMAS dan kepada teman-teman yang telah membantu sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. untuk itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian kiranya semoga makalah
yang telah dibuat ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.

Banjarbaru,

2016

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah
menetapkan bidang Kesehatan merupakan salah satu urusan wajib yang harus
dilaksanakan kabupaten/kota, penyelenggaraan urusan wajib oleh daerah sebagai
perwujudan otonomi atau kewenangan daerah dalam pelaksanaan tugas dan
kewajiban yang harus dipikul oleh kabupaten/kota.
Penyelenggaran urusan pemerintah yang bersifat wajib, berpedoman pada
standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan
pemerintah, guna memberikan panduan dalam melaksanakan urusan wajib pada
bidang kesehatan telah ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor:
1457/MENKES/SK/X/2003

tentang

Standar

Pelayanan


Minimal

di

kabupaten/kota, dan Kepmenkes RI nomor 1091/MENKES/SK/X/2004 tentang
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten
Kota.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal. Adapun pelayanan dasar adalah jenis pelayanan
publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
kehidupan sosial, ekonomi, dan pemerintahPelaksanaan SPM bagi pemerintah
daerah mempunyai konsekwensi, pemerintah daerah dapat diberikan penghargaan
oleh pemerintah pusat apabila berhasil mencapai target yang telah ditetapkan dan
diberi sanksi apabila tidak berhasil mencapai target SPM.
Target tahunan SPM merupakan rencana kinerja kegiatan yang dilaksanakan
dalam kurun waktu tertentu, yang membutuhkan proses daninput. Proses program
kesehatan berupa kegiatan pelayanan individu, kegiatan pelayanan masyarakat,

kegiatan manajemen dan kegiatan pengembangan kapasitas. Adapun input dapat

berupa alat, tenaga, ATK, obat, bahan dan lain-lain.
Untuk pencapaian target SPM, puskesmas mempunyai upaya kesehatan wajib
yang dikenal dengan basic six yang meliputi promosi kesehatan, KIA dan KB,
Imunisasi, pemberantasan penyakit menular, gizi dan balai pengobatan di samping
dapat

melaksanakan

upaya

kesehatan

pilihan

seperti

usaha

kesehatan


sekolahProses penyusunan perencanaan mempunyai langkah-langkah yang saling
berkaitan.
Adapun perhitungan anggaran dalam teori dikenal “line item budgeting” dan
performance budgeting” line item budgeting pada saat ini sudah banyak
ditinggalkan karena mempunyai kelemahan yaitu tidak adanya kejelasan
hubungan antara belanja barang dan jasa yang digunakan dengan output atau
kinerja program. 3 Performance budgeting (anggaran berbasis kinerja) pada akhirakhir ini menjadi pilihan dalam penyusunan perencanaan penganggaran sesuai
dengan KeputusanMenteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 yang telah diubah
menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006. Pada
performance budgeting didasarkan pada adanya kesinambungan antara output
atau kinerja kegiatan dengan input atau anggaran yang dibutuhkan.
Sejak 1 Maret 2004 berdasarkan Surat Keputusan Walikota Banjar nomor
440/Kpts.24-Huk/II/2004 tanggal 20 Pebruari 2004, dilaksanakan pembebasan
biaya pada pelayanan kesehatan dasar di puskesmas bagi penduduk Kota Banjar.
Pembebasan biaya dilaksanakan pada beberapa jenis pelayanan yaitu retribusi
rawat jalan, catatan medik, tindakan kecil (luka kecil, debriment luka, buka
jahitan, pasang buka kateter), tindakan pencabutan dan penambalan gigi anak,
pemeriksaan Laboratorium TB paru, pil dan suntik KB program masyarakat
miskin.
Sejak 20 Pebruari 2006 pembebasan biaya telah diperkuat dengan Peraturan

Daerah nomor 7 tahun 2006 yaitu pada pasal 14 menyebutkan bagi masyarakat
Kota Banjar yang dibuktikan dengan Kartu TandaPenduduk (KTP) Kota Banjar
dibebaskan dari retribusi pada pelayanan rawat jalan.

Kebijakan pembebasan biaya tersebut akan membawa perubahan pada sistem
penganggaran di Puskesmas dan Dinas Kesehatan, karena beberapa sumber
pendapatan yang selama ini diperoleh puskesmas melalui pemberian pelayanan
yang dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan puskesmas baik
pelayanan langsung maupun tidak langsung menjadi berkurang, walaupun biaya
tersebut akan diganti oleh pemerintah daerah melalui APBD Kota Banjar. Sumber
anggaran sebelum pembebasan biaya didapatkan dari pengembalian retribusi,
APBD Kota, dana PKPS-BBM dan kegiatankegiatan dari APBD Propinsi dan
APBN. Adapun sesudah pembebasan biaya sumber utama penganggaran
puskesmas adalah APBD Kota ditambah dana PKPS-BBM dan kegiatan-kegiatan
dari APBD Propinsi dan APBN. masih rendahnya penyerapan anggaran PKPS
BBM terutama pada anggaran PKPS BBM pada tahun 2005 hanya terpakai 2,10
%.
Berdasar hasil pertemuan penulis dengan beberapa Kepala Puskesmas
rendahnya penyerapan anggaran disebabkan terbatasnya menu-menu kegiatan
anggaran PKPS BBM dan rasa kehatihatian dalam menggunakan dana PKPS

BBM Bidang Kesehatan. Dana PKPS BBM apabila tidak terserap tidak harus
dikembalikan ke kas daerah atau kas negara, tetapi dana tersebut tetap di kas
puskesmas dan dapat digunakan untuk tahun berikutnya (tidak dibatasi oleh tahun
anggaran). Hal ini berbeda dengan APBD, dari anggaran yang dialokasikan dari
tahun 2003 sampai dengan 2006 terserap 100%.Puskesmas dapat memanfaatkan
berbagai sumber anggaran dengan membuat perencanaan dan penganggaran
kesehatan terpadu yang berbasiskan kinerja berdasar SPM bidang kesehatan
secara tepat, sehingga dapat melaksanakan pelayanan dasar kesehatan secara
optimal.
Penganggaran hendaknya didasarkan pada target kinerja program, biaya
satuan, ketersediaan dan sumber biaya. Untuk menghitung anggaran dapat
digunakan beberapa pendekatan dan metode, pada penelitian ini guna
mendapatkan berapa jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan SPM
pelayanan kesehatan ibu dan bayi (program KIA) digunanakan metode ‘activity
and input based costing and budgeting’3,7 dengan memakai pertama template

perhitungan biaya kesehatan dalam rangka implementasi urusan wajib standar
pelayanan minimal (UW-SPM)
Bidang Kesehatan Kabupaten Kota dan kedua perhitungan anggaran berbasis
kinerja yang telah dilakukan Tim P2KT Puskesmas. Duaperhitungan anggaran

tersebut diperbandingkan mana di antaranya yang lebih mendekati dengan
ketersediaan anggaran atau sumber biaya. Perbedaan antara penghitungan
anggaran UW SPM dengan P2KT, yaitu pada template UW SPM, identifikasi
langkah kegiatan setiap indikator kinerja SPM dan identifikasi variabel kegiatan
dari setiap langkah kegiatan telah tersedia pada template, sedangkan pada P2KT
langkahlangkah kegiatan dan variabel pada setiap langkah kegiatan tersebut
ditentukan oleh perencana sesuai kebutuhan dari kegiatan tersebut.3, berdasar
latar belakang tersebut penulis termotivasi untuk mengangkat masalah analisis
perencanaan dan penganggaran Program Kesehatan Ibu dan Anak pada Puskesmas
di Kota Banjar Propinsi Jawa Barat.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui proses perencanaan dan
penganggaran program KIA dikaitkan dengan pelaksanaan SPM pada puskesmas
di Kota Banjar

BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Problem Solving Cycle
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode
dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai

masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok
untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan
usaha – usaha untuk menyelesaikannya sampai menemukan penyelesaiannya.
menurut Syaiful Bahri Djamara (2006 : 103) bahwa:
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya
sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab
dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari
mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Sanjaya (2006:214) menyatakan pada metode pemecahan masalah, materi
pelajaran tidak terbatas pada buku saja tetapi juga bersumber dari peristiwa –
peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Ada beberapa kriteria
pemilihan bahan pelajaran untuk metode pemecahan masalah yaitu:
1. Mengandung isu – isu yang mengandung konflik bias dari berita, rekaman
video dan lain – lain
2. Bersifat familiar dengan siswa
3. Berhubungan dengan kepentingan orang banyak
4. Mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa sesuai
kurikulum yang berlaku
5. Sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa perlu untuk

mempelajari

Tahap – Tahap
1)

Merumuskan masalah

Kemampuan yang diperlukan
Mengetahui dan merumuskan masalah secara
jelas

2)

Menelaah masalah

Menggunakan
memperinci

pengetahuan
menganalisa


untuk

masalah

dari

berbagai sudut
3)

Merumuskan hipotesis

Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup,
sebab – akibat dan alternative penyelesaian

4)

Mengumpulkan dan mengelompokkan Kecakapan mencari dan menyusun data

data sebagai bahan pembuktian hipotesis

menyajikan

data

dalam

bentuk

diagram,gambar dan tabel
5)

Pembuktian hipotesis

Kecakapan menelaah dan membahas data,
kecakapan menghubung – hubungkan dan
menghitung
Ketrampilan

mengambil

keputusan

dan

kesimpulan
6)

Menentukan pilihan penyelesaian

Kecakapan membuat altenatif penyelesaian
kecakapan dengan memperhitungkan akibat
yang terjadi pada setiap pilihan

(ASHESI, 2013)
Langkah-langkah dalam problem solving cycle dimulai dari menganalisis
situasi yangterdiri dari analisis demografi, penduduk, sarana prasarana, SDM,
target

dan

sasaran.

Identifikasimasalah

didapat

melalui

wawancara

atau Brainstroming dan observassi. Dari sekian banyak masalah maka dipillih satu
masalah yang paling berpengaruh dan perlu segera untuk diselesaikan. Masalah
tersebut haruslah terukur atau ada standarnya. Dari masalah tersebut, kitadapat
mengetahui penyebabnya dengan mengkonversikannya dengan menggunakan
diagramIshikawa (diagram sebab akibat). Masalah tersebut haruslah dicari
alternative pemecahannya(Plain Of Action), salah satunya dengan menggunakan
metode PDCA (Plan,Do,Check,Action).

(Nizar, titis Elvira. Triindriani. Budartina. 2010)

B. Kesehatan Ibu dan Anak
Selain kebutuhan perawatan rutin manusia, perempuan memiliki keadaan
kesehatan unik dan khusus yang berkaitan dengan kapasitas reproduksi mereka. A
kibatnya, banyak perempuan awalnya memasuki sistem perawatan kesehatan kare
na beberapa reproduksi sistem-terkait kehamilan, haid tidak

teratur,

keinginan kontrasepsi, atau penyakit episodik, seperti infeksi vagina. (KINERJA.
USAID. 2015)
Sekali dalam sistem, namun, ini kewajiban pada promosi kesehatan dan pe
meliharaan pencegahan kesehatan untuk menyediakan layanan ini sebagai bagian
dari perawatan seumurhidup bagi perempuan. Itu telah dibuktikan
berulangkali bahwa kebiasaan lifestyle dan kesehatan telah mempengaruhi perke
mbangan penyakit kronis atau akut. Pada kenyataannya, penyebab utama wanita u
ntuk beberapa derajat mencegah setidaknya dimodifikasi, jika orang makan denga
n baik dan berpose di tembakau atau bahaya lingkungan, terlibat dalam kegiatan fi
sik, diimunisasi dan mempertahankan pemeriksaan kesehatan yang tepat.
(Lowdermilk. Perry. Bobak. 2000)
Buku ini ditulis pada waktu Kapan kebijakan kegiatan baru saja terjadi unt
uk anak-anak/muda orang-orang. Ini termasuk NSF untuk anak anak,

pemuda

dan pelayanan bersalin.
(Moyse, Karen. 2009)
Jenis-jenis usaha perawatan dan pencegahan dalam bidang kesehatan
untuk wanita adalah :
1. konseling pra-kontrasepsi,
2. Kehamilan

3. Perawatan wanita yang baik
4. Pengaturan kesuburan dan ketidak-suburan
5. Masalah mentruasi
6. Perimenopouse
(Lowdermilk. Perry. Bobak. 2000)
Peningkatan kesehatan ibu di Indonesia, yang merupakan Tujuan
Pembangunan Milenium (MDG) kelima, berjalan lambat dalam beberapa tahun
terakhir. Rasio kematian ibu, yang diperkirakan sekitar 228 per 100.000 kelahiran
hidup, tetap tinggi di atas 200 selama dekade terakhir, meskipun telah dilakukan
upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu. Hal ini bertentangan
dengan negara-negara miskin di sekitar Indonesia yang menunjukkan peningkatan
lebih besar pada MDG kelima
(Gunawan, Agus. 2014)
Baik di daerah perdesaan maupun perkotaan dan untuk seluruh kuintil
kekayaan, kemajuan dalam mengurangi angka kematian bayi telah terhenti dalam
beberapa tahun terakhir. Survei Demografi dan Kesehatan 2007 (SDKI 2007)
menunjukkan bahwa baik angka kematian balita maupun angka kematian bayi
baru lahir telah meningkat pada kuintil kekayaan tertinggi, tetapi alasannya tidak
jelas
(UNICEF INDONESIA. 2012)
C. Analisis Data Berdasarkan system Problem Solving Cycle
1. Perumusan masalah
a. Sebagian besar informan menyatakan masalah kesehatanberpengaruh
terhadap perencanaan yang telah disusun puskesmas di Kota Banjar di
antaranya untuk dijadikan dasar dalam penentuan prioritas kegiatan
dan sebagian kecil (1 informan) mengatakan tidak berpengaruh.

b. Sebagian besar informan menyatakan masalah kesehatan tidak
berpengaruh terhadap penganggaran karena dalam penghitungan
anggarannya sifatnya rutinitas dan anggaran sudah ditentukan sehingga
ada yang melakukan copy paste pada anggaran/kegiatan tahun lalu.
Sebagian kecil menyatakan berpengaruh karena masalah kesehatan
dijadikan dasar dalam penentuan prioritas kegiatan yang akan dibiayai.
c. Pada hubungan analisis kinerja program dengan perencanaan anggaran
menunjukkan sebagian besar responden menyatakan kinerja program
dibutuhkan dalam perencanaan penganggaran, karena akan dijadikan
dasar dalam penentuan prioritas kegiatan. Sebagian kecil (1 informan)
menyatakan tidak ada hubungan karena dilakukan copy paste
perencanaan tahun sebelumnya.
a. Hubungan analisa faktor lingkungan dan perilaku dengan perencanaan
penganggaran menunjukkan seluruh informan menyatakan dibutuhkan
dan berpengaruh karena lingkungan dan perilaku berpengaruh besar
terhadap keberhasilan program seperti keyakinan dan budaya
masyarakat tentang pola pencarian pengobatan dan pertolongan
persalinan, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
(Lulyvia Qurnia Hafidzah. Retno Astuti Setijaningsih, SS, MM. 2015)
2. Menelaah masalah
a. Penelitian membuktikan bahwa variabel aksesabilitas pelayanan
kesehatan menentukan praktik kesehatan maternal. Secara umum,
diketahui bahwa aspek kemudahan akses fasilitas kesehatan tetapi
praktik yang buruk banyak ditemukan pada kelompok yang
mengatakan

aksesabilitas

pelayanan

sulit

dijangkau.

Apabila

aksesabilitas pelayanan kesehatan buruk maka masyarakat tidak
mendapatkan informasi dan pelayanan yang cukup dari petugas
kesehatan yang bermuara pada praktik kesehatan yang buruk. Khusus
untuk pelayanan kesehatan bayi dan anak, variabel cara pembayaran
sangat menentukan praktik seseorang terkait kesehatan bayi dan anak.
Menurut Fuadi,11 pembayaran kesehatan secara mandiri menyebabkan

beban ekonomi yang berat bagi keluarga karena biaya kesehatan
memang mahal sehingga mereka sering tidak terakses pelayanan
kesehatan. (Zahtamal, tuti restuastuti, fifia chandra. 2012)
b. Pembiayaan KIA oleh pemerintah belum memenuhi kebutuhan
masyarakat. Komitmen pemerintah dalam pembiayaan program KIA
yang adalah program prioritas sangat rendah. Terjadi sentralisasi
anggaran program KIA. Kinerja program tidak hanya ditentukan oleh
ketepatan belanja program, tetapi juga ketersediaan sumber daya
manusia dan fasilitas kesehatan yang memadai. Pencairan dana
mengalami

keterlambatan

dan

sangat

mempengaruhi

kualitas

implementasi kegiatan. Pelayanan kesehatan dasar KIA lebih sering
dijalankan dengan menggunakan mekanisme informal seperti hutang
atau menggunakan biaya pribadi. Keterlambatan ini memberi peluang
terjadinya penyalahgunaan/ korupsi sehingga fungsi pengawasan perlu
ditingkatkan baik secara internal maupun eksternal. (Dominirsep
Dodo1, laksonotrisnantoro2, Sigit Riyarto. 2012.)
3. Merumuskan hipotesis
Perencanaan harus mempunyai tujuan yang dicantumkan secara
jelas. Pada penelitian ini untuk mengungkapkan bagaimana proses
penentuan tujuan pada program KIA Puskesmas di Kota Banjar, dilihat
dari beberapa variabel yang meliputi, proses penentuan tujuan, kesesuaian
target standar pelayanan minimal, dasar penentuan tujuan dan target.
Gambaran tentang penentuan tujuan pada perencanaan
penganggaran program kesehatan ibu dan anak puskesmas di kota banjar
tahun 2007

Pertanya-

Informan

Informan
Informan 2

an

Informan 4 Informan 5 Informan 6 Informan 7 Informan 8

1

3

Puskesma

Puskesma

Bagaimana s

Sebagian

Informan

s

9
Targe
Tujuan dan t

besa
anda

menentu- r

proyeksi
tujuan merumus- Target

merumuska kan
n

tujuan

dan target tujuan

dari dinas, sendiri

Program
KIA

dinas

bila tidak

mengikuti

dinas, Dan

dari

Dinas

Tujuaannya dinas

riil

dari

target
untuk

kan tujuan/ dan targe

masalah . r

dan sendiri
riil

dari

mengiku
Dina

dengan

s

menurunka

target

hasil

n

waja
di

Tujuan

target

dan,
berdasar

Merumus

proyeksi

dari

target
sendiri

Target

kan

tujuan/targe
t

Mengikuti

puskesmass mengacu
sebaga

dinas

Pendataan

AKI

i

pada

pembandin
Puskesmas? Target

puskesmas sebagai

puskesmas

g.

ditentuka
apa

n

Tujuan/
targe

juga

acuan

t

dari

dina
mengikuti

dari dinas, membuat

dinas

tapi

s

puskesma
s
juga
menentu
kan
target.
Tidak
Bagaimana Tidak

Ada yang

Relaistis

Tidak

realistis,

Ada Yang Tidak

realistis,

ada

anda

karena

yang tidak, mereka

karena

Realistis

sudah

tujuan
yang

mengguna sebagian

Ada yang

ada

realistis, di dengan

Tapi ada

realistis

yang tidak

lapangan

juga yang

ada yang

tidak
tapi

Realistis,

realistis,

menurut

realistiskah Dinas

sesuai

dengan

sesuai

kenyataan

tida
tidak sesuai k,

tapi

terlalu

untuk

tinggi

bayi

a.

Penentuan tujuan program KIA di puskesmas sebagian besar menyatakan
tujuan dan target Program KIA ditentukan sendiri oleh Puskesmas dengan
mengacu pada tujuan dan target Dinas Kesehatan Kota Banjar, namun ada
sebagian kecil yang menyatakan mengikuti tujuan dan target dinas.

b. Pertimbangan puskesmas dalam menentukan tujuan dan target meliputi
masalah, trend, cakupan, sumber daya manusia, sarana, dana, data, tujuan
puskesmas dan budaya.
c. Kesesuaian target SPM dengan kenyataan di lapangan kecenderungannya
menyatakan tidak realistis karena menggunakan data proyeksi yang
jumlahnya jauh lebih besar dari kenyataan yang ada dan yang menyatakan
realistis beralasan data tersebut telah dihitung berdasar statistik dengan
rumus-rumus tertentu.
d. Dari

ketidaksesuaian

target

dengan

kenyataan

maka

puskesmas

mempunyai dua data yaitu data proyeksi dan data riil. Data riil merupakan
data hasil pendataan oleh puskesmas, yang dijadikan pembanding dan
salah satu alat pertanggungjawaban puskesmas ketika target yang di
dasarkan data proyeksi tidak tercapai. Adapun data proyeksi merupakan
acuan puskesmas dalam melakukan program.

4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian
hipotesis
a. Gambaran tentang Analisis situasi pada Program Kesehatan Ibu dan
Anak pada Puskesmas di Kota Banjar Tahun 2007

Pertanyaa

Informan

Informan

Informan

Informan

Informan

Informan

Informan

Informan

Informa

n

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Apak

Sanga

Berpengaru

Secara teori t

Masal

berpengaru Berpengaru berpengar sebagai

Berpengar berpengaru berpengaru berpengaru unt

ah

h

uh

Kesehatan

uh

sekali

mem

h

Sangat

dasar

Tidak

Sangat

h,

h

h

Menentuka

renca

sekal

untuk

n

na

priorit

dapat -

at

Berpenga

ah

h

Sangat

Sang

KIA i,

uh

uk

patokan

menentu

dalam

kan

targe sebagai

as

pengaruhi

hanya t

dasar

dan

perencana-

anggaran

an

penyusunan prioritas
program

Penyusunan

dan

Perencanaa

pembiaya-

n

an

Apak

Tidak

ah

terlalu

Masal

berpengaru berpengaru

ah

h,

kesehatan

karena

Berpengar Sehar
Tidak

h,

uh

karena

tetap sama dihitung

mem rutinita
dapat -

s,

us

berdasar

nya

Tidak

ada

Berpengar

pengaruh,

uh

tapi

Tidak ada

Jelas ber-

kegiatan

pengaruh

ah

tetap saja,

h

untu

pentin

bes

k

g

ar tentu

Kiner

ya

anggaran

kan

Tidak

PKPS BBM i

dasar

besara

karen
a

berpengaru masala

pada

dilihat dari

anggarka

priorit

yang

as.

besar.

Dibutuhkan Dibutuhkan Dibutuhkan ak bersebagai

Progr

h

Sangat

dibutuhkan Dibutuhk sebagai
,

h

kita

Tid

karena

KIA n

masalah

alokas

as

ja

am

g

mendapat-

Dibutuhk
Dibutuhkan Dibutuhkan an

uh,

pengaruh,

Anggaran

Apak

h,
masala yan

rutinit
pengaruhi

kegiatan

Berpengaru Berpenga

Kenyataann
saja

KIA

paste

an,

dasar

untuk

kegiat
copy Sebagai

an

untuk
kegiatan

peningkatan KIA.

tolak

cakup

ukur

an

keberhasi-

pengaruh

Analisa yang dapat dipaparkan adalah :
Pertama Puskesmas menyusun perencanaan didasarkan pada permasalahan
kesehatan yang ada di wilayahnya, sehingga intervensi dalam perencanaan tepat
dengan kebutuhan di suatu daerah. Hal ini sesuai dengan tahapan perencanaan
sosial bahwa langkah awal adalah identifikasi masalah untuk mengetahui
kebutuhan atau kekurangan program KIA sehingga terdorong untuk mengatasi
melalui aktifitas-aktifitas yang sesuai dengan permasalahan tersebut.
Adapun hubungan masalah kesehatan dengan penganggaran dari hasil
wawancara mendalam menunjukkan pernyataan terbagi menjadi 3 kelompok yaitu
pertama menyatakan tidak berpengaruh kedua menyatakan seharusnya ada tapi
kenyataannya tidak, dan ketiga menyatakan ada pengaruh. Pada umumnya
menyatakan tidak ada pengaruh namun ada keseragaman pernyataan pada
koordinator P2KT seluruhnya menyatakan ada pengaruh.
Jika kita lihat dari pernyataan-pernyataan tersebut masih ditemukan
puskesmas yang tidak mengkaitkan antara alokasi anggaran dengan masalah
kesehatan yang ada, padahal pada pernyataan sebelumnya perencanaan itu
dipengaruhi oleh masalah kesehatan. Idealnya penganggaran itu harus dikaitkan
dengan rencana yang telah disusun atau dengan kata lain anggaran adalah
ungkapan keuangan atau moneter untuk melaksanakan aktifitas atau kegiatan yang
telah disusun dalam perencanaan.12,13 Kondisi ini menunjukkan ketidak
konsistenan dalam proses perencanaan. Pada dasarnya informan memahami
tentang kaidah penganggaran itu harus berdasarkan masalah karena ada faktor lain
misalnya malas, rutinitas sehingga ia tidak melakukan proses yang seharusnya.
Kedua Puskesmas selama ini telah mendasarkan kinerja yang diwujudkan
dengan cakupan-cakupan program sebelumnya sebagai dasar dalam pengalokasian
anggaran. Hal ini telah mengarah pada sistim anggaran berbasis kinerja, yang
berarti proses perencanaan yang menjamin adanya kesinambungan dan
konsistensi antara ouput atau kinerja kegiatan dengan input (SDM, anggaran,
sarana) yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.3

Ketiga Lingkungan dan perilaku secara teori merupakan faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan. Seluruh informan yang meliputi kepala
puskesmas, bidan koordinator dan koordinator P2KT menyatakan bahwa faktor
perilaku dan lingkungan sangat mempengaruhi perencanaan dan penganggaran
program KIA.
Hal ini seiring dengan Teori Hendrick L. Blum yang menyatakan bahwa
derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor yang meliputi pelayanan
kesehatan, lingkungan, perilaku dan genetik.32 Pengaruh yang paling besar adalah
lingkungan dan perilaku sehingga program apapun yang tujuannya untuk
meningkatkan derajat kesehatan faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor
yang harus diperhitungkan baik dalam perencanaan maupun intervensi.
Kegiatan intervensi terhadap perilaku dan lingkungan pada program KIA
tergabung dalam kegiatan-kegiatan seperti desa siaga dan posyandu belum secara
khusus, seperti petikan wawancara berikut.
Jika dilhat dari pernyataan tersebut puskesmas di Kota Banjar dalam
penyusunan

perencanaan

penganggaran

berpedoman

pada

perencanaan

penganggaran kesehatan terpadu (P2KT), karena pengintegrasian program
merupakan

salah satu

prinsip P2KT, sehingga kegiatan intervensi terhadap

faktor resiko lingkungan

dan

perilaku terhadap kesehatan ibu dan

anak tidak selalu harus berada pada program KIA. Idealnya perencanaan program
KIA disusun secara lengkap yang di dalamnya
langsung,

pelayanan

pengembangan.

Proses

masyarakat, kegiatan

ada

kegiatan

manajemen

dan

pelayanan
kegiatan

integrasi kegiatan setelah semua program menyusun

kegiatan secara lengkap, sehingga kegiatan-kegiatan intervensi tersebut sesuai
dengan data dan permasalahan yang sesungguhnya.
6. Pembuktian hipotesis
a. Penentuan Tujuan
Puskesmas menentukan target dan tujuan sendiri dikarenakan target yang
ditentukan dinas ada yang realistis dan tidak realistis. Idealnya Puskesmas
menentukan tujuan/taget sendiri agar tujuan yang ditentukan realistis

artinya sesuai dengan realita masalah Kesehatan Ibu dan Anak di
puskesmas serta kemampuan puskesmas untuk mencapainya. Agar realistis
hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perumusan tujuan meliputi :3
1) Trend (kecenderungan) kinerja tahun-tahun sebelumnya
2) Kemungkinan perubahan dalam sistem kesehatan (internal)
3) Adanya penambahan atau pengurangan tenaga
4) Adanya prospek penambahan atau pengurangan dana
5) Adanya prospek penambahan atau pengurangan bahan serta peralatan
b. Kemungkinan perubahan di luar kesehatan
1) Prospek perubahan kebijakan politik dan pembangunan daerah
2) Prospek musim.
Dari triangulasi bahwa seluruh informan yang di wawancarai menyatakan
puskesmas/program KIA perlu mempunyai tujuan dan target tersendiri,
sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan dan tujuan tersebut tetap
mengacu/memperhatikan tujuan dan target dari dinas kesehatan.
c. Kesesuaian Target Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Kesesuaian target SPM dengan kenyataan sebagian besar menyatakan ada
yang realistis ada yang tidak, namun dari alas an yang dikemukakan
cenderung tidak realistis. Ketidaksesuaian target dengan kenyataan di
lapangan disebabkan angka target pada setiap indikator SPM dihitung
dengan membandingkan capaian pelayanan dengan sasaran proyeksi,
sedangkan sasaran proyeksi tidak selalu sama dengan kondisi dilapangan.
Target Program Kesehatan Ibu dan Anak pada standar pelayanan minimal
sesuai Peraturan Walikota Banjar nomor 25 sebagaimana
pada tabel 4.4. berikut.
Daftar SPM Peraturan Walikota Banjar Nomor 25 Tahun 2006
Program Kesehatan Ibu dan Anak Urusan Wajib Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Dasar Jenis Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
N

Target (dalam %)
Indikator Kinerja

o

(IS

2005 2006 2007

2008 2009

2010)
% cakupan kunjungan ibu

1

95

80

85

90

93

95

90

75

75

80

85

90

100

85

85

95

95

100

90

75

80

85

85

90

90

75

80

85

85

90

100

85

85

95

95

100

hamil K4
%

cak.

pertolongan

persali-

2

nan oleh tenaga Kesehatan

% cak. ibu hamil yg
3

dirujuk
% cakupan kunjungan

4

Neonatus
%

5

cakupan

kunjungan

bayi
% cak. bayi berat lahir

6

rendah yang ditangani

Dinas kesehatan saat ini dalam menentukan sasaran sebagai penyebut untuk
penghitungan pencapaian target program KIA didasarka n pada proyeksi yang
dihitung dari jumlah penduduk dengan rumus sbb :
a. Jumlah perkiraan Sasaran ibu hamil 1,1 x CBR (angka kematian kasar) Kota x
Jumlah penduduk di wilayah kerja (penyebut indikator cakupan kunjungan ibu
hamil K-4)

b. Jumlah perkiraan sasaran persalinan = 1,05 x CBR Kota x Jumlah Penduduk
(penyebut indikator Cakupan Linakes)
c. Jumlah sasaran ibu hamil resiko tinggi = 20 % dari sasaran ibu hamil
(penyebut indikator cakupan bumil resti yang dirujuk)
d. Jumlah seluruh bayi lahir hidup = 2,3 % x jumlah penduduk (penyebut
indikator cakupan kunjungan nepnatus)
Tidak semua wilayah/desa sesuai dengan proyeksi sebagian besar
kenyataannya ada di bawah proyeksi, sehingga berpengaruh terhadap kesulitan
dalam mencapai target cakupan program. Puskesmas pada prakteknya mempunyai
dua data yaitu data proyeksi dan data riil.
Data riil diperoleh dari pendataan yang dilakukan oleh bidan desa dan kader
sehingga dalam data riil itu tercantum by name by adress yang dapat dilacak. Dan
data inilah yang digunakan acuan dalam pelacakan–pelacakan sasaran dan
berfungsi sebagai pembanding ketika target proyeksi tersebut tidak tercapai
sehingga puskesmas dapat mempertanggungjawabkan,
Puskesmas Kota Banjar Menentukan pilihan penyelesaian :
a. Dinas Kesehatan perlu mengadakan pelatihan secara intensif tentang
Perencanaan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT) bagi tenaga
puskesmas dengan mendatangkan nara sumber ahli sehingga P2KT dapat
dipahami secara utuh.
b. Dalam proses pembahasan perencanaan dan anggaran di dinas kesehatan
keterkaitan antara langkah-langkah perencanaan hendaknya dijadikan
indikator untuk alokasi anggaran
c. Dinas Kesehatan perlu menetapkan kebijakan atau menyamakan persepsi
tentang penggunaan dan fungsi data proyeksi dan riil pada puskesmas dan
stakeholder, hal ini dapat dituangkan dalam surat keputusan atau surat
edaran sehingga dapat dijadikan dasar dalam penghitungan cakupan
program.

d. Dinas

Kesehatan

perlu

merumuskan

formula

atau

dasar-dasar

pertimbangan dalam pengalokasian anggaran ke puskesmas agar terdapat
kejelasan bagaimana penghitungan alokasi anggaran pada puskesmas.
Dasar pengalokasian dapat menggunakan indikator misalnya luas wilayah,
jumlah penduduk, jumlah keluarga miskin, masalah-masalah kesehatan
yang dihadapi, jumlah desa, faktor resiko yang dihadapinya angka
kematian bayi, angka kematian ibu, angka kesakitan. Atau perhitungan
SPM dijadikan dasar awal dalam pengalokasian anggaran dengan
mempertimbangkan ketersediaan dana.
e.

Puskesmas dalam perhitungan anggaran dapat menggunakan beberapa
alternatif pendekatan yaitu :
1) Pendekatan perhitungan P2KT seperti yang telah dilaksanakan saat ini,
dengan konsekwensi :
a) Kemampuan analisis lebih ditingkatkan
b) Adanya keterkaitan pada langkah-langkah perencanaan
c) Memerlukan waktu yang relatif lama
d) Dapat membuat kegiatan inovatif sesuai dengan permasalahan
e) Dapat menyesuaikan anggaran yang ada
2) Pendekatan Perhitungan anggaran UW SPM dengan konsekwensi:
a) mempunyai data dasar dan data program yang lengkap
b) biaya anggaran indikator kinerja dapat diketahui
c) kegiatan seluruh puskesmas cenderung seragam
d) permasalahan lokal spesifik cenderung tidak muncul
e) sulit memasukkan kegiatan inovatif
f) kebutuhan anggaran yang dihasilkan cenderung besar
g) lebih mudah sudah tersedia template
3) Kombinasi antara P2KT dan template UW SPM karena keduanya
mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Adapun penulis menyarankan untuk menggunakan kombinasi antara P2KT dan
UW SPM karena keduanya mempunyai kelebihan dan kelemahan. Penggunaan
tersebut dilakukan dengan cara :

a. Format menggunakan P2KT karena format P2KT memberikan keleluasaan
pada perencana untuk membuat kegiatan-kegiatan inovasi sesuai masalah
kesehatan yang ada.
b. Format P2KT diisi dengan indikator kinerja yang ada pada template UW SPM,
sehingga puskesmas dapat mengetahui anggaran berdasarkan kegiatan dan
indikator kinerja

c.

Rincian kegiatan yang ada di template UW SPM dijadikan acuan dalam
mengisi format P2KT (diambil yang sesuai dengan kebutuhan/sebagai menu
kegiatan) karena template UW SPM selalu disempurnakan.

d.

Perencana dapat mengisi kegiatan di luar template UW SPM sehingga lokal
spesifik terakomodir

Kombinasi dapat diartikan proses perencanaan didasarkan pada pendekatan P2KT
yaitu adanya anlisis masalah, penentuan tujuan dan langkah lainnya yang dalam
pelaksanaannya ada proses diskusi, koordinasi dan kebersamaan dan dalam
penyusunan anggaran P2Kt di kombinasikan dengan template UW SPM
sebagimanan dijelaskan pada item-item pendekatan kombinasi.
3. Saran untuk Puskesmas
a. Puskesmas dapat mempersiapkan dan meningkatkan SDM untuk
pelaksanaan perencanaan dan penganggaran dengan selalu mengadakan
kajian-kajian

tentang

perencanaan

di

internal

puskesmas

dan

mengikutsertakan pelatihan-pelatihan
b. Puskesmas agar memelihara data yang telah terkumpul dan mengolahnya
karena data merupakan bahan dasar dalam perencanaan dan penganggaran
c. Proses

pelaksanaan

perencanaan

dan

penganggaran

hendaknya

dilaksanakan dalam suasana kondusif, transparan dan kebersamaan guna
menghasilkan perencaan yang optimal dan mendapatkan dukungan pada
pelaksanaannya dengan menggunakan forum-forum yang ada misalnya
lokakarya mini dan lokakaryabulanan atau mengadakan forum khusus
untuk perencanaan dan penganggaran.

d. Untuk mendapatkan dukungan lintas sektor Puskesmas dapat bekerjasama
dengan lintas sektir dengan menggunakan sarana yang ada secara optimal
misalnya musrenbangdes, musrenbangcam, rapat koordinasi tiingkat desa
dan kecamatan sehingga permasalahan dan program kesehatan kususnya
KIA diketahui oleh lintas sektor dan masayarakat guna mendapatkan
dukungan.
e. Guna memperlancar proses perencanaan dan penganggaran puskesmas
perlu menyediakan sarana parasarana misalnya komputer, laptop, buku
pedoman, aturan-turan peundang-undangan secara lengkap.
(Saifuddin, 2007)

BAB III
Kesimpulan
A. KESIMPULAN
1. Gambaran Analisis situasi pada Program KIA menunjukkan
a. Puskesmas dalam proses menyusun perencanaan telah dikaitkan
dengan masalah kesehatan yang ada di wilayahnya, namun ketika
menyusun anggaran ada dua fenomena yang berkembang di puskesmas
1) ada keterkaitan antara masalah kesehatan dengan anggaran
2) tidak ada pengaruh masalah kesehatan terhadap anggaran.
b. Kinerja yang diwujudkan dengan cakupan program telah dijadikan
dasar dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran program KIA
yang nantinya pada proses pelaksanaan dan evaluasi dapat dijadikan
dasar monitoring dan evaluasi.
c. Perencanaan Program KIA di Puskesmas pada umumnya selalu
melakukan analisa faktor perilaku dan lingkungan yang meliputi faktor
budaya, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kepercayaan dan
keyakinan masyarakat serta lingkungan fisik, sosial dan ekonomi guna
keberhasilan program.
2. Gambaran penentuan tujuan Program KIA di Puskesmas sebagai berikut.
a. Puskesmas dalam penentuan tujuan dan target ada dua fenomena
yang
ditemukan 1) puskesmas mengikuti tujuan atau target dinas
b. puskesmas menentukan tujuan dan target sendiri dengan
mempertimbangkan tujuan dan target dinas. Hal ini disebabkan

kesesuaian target yang ditetapkan dinas dengan kondisi di lapangan berbeda-beda
pada umumnya menyatakan bahwa target terlalu tinggi karena menggunakan
angka proyeksi.
3. Puskesmas pada umumnya menggunakan dua data sasaran yaitu data proyeksi
mengacu pada target nasional, propinsi dan kota dan data riil hasil pendataan.
Data proyeksi diartikan sebagai acuan atau pedoman dan data riil merupakan data
yang harus dicapai dan juga digunakan untuk bahan pertanggungjawaban ketika
proyeksi tidak tercapai.
4. Gambaran proses identifikasi kegiatan pada perencanaan di puskesmas
menunjukkan
a. Keterlibatan

lintas

program

dalam

penyusunan

perencanaan

dan

penganggaran Program KIA muncul dua kelompok kelompok pertama
puskesmas dalam perencanaan lintas program selalu terlibat dan kelompok
kedua perencanaan dan penganggaran hanya disusun orang-orang tertentu
saja.
b. Puskesmas dalam mengidentifikasi kegiatan belum mengelompokkan
kegiatan-kegiatan menjadi empat kegiatan seperti yang ada pada modul
P2KT versi 3 yaitu kegiatan pelayanan individu, pelayanan masyarakat,
kegiatan manajemen dan kegiatan pengembangan, karena pelatihan khusus
P2KT belum pernah dilakukan kepada Puskesmas.
1) Gambaran Proses penghitungan anggaran dan ketersediaan anggaran
dapat disimpulkan sebagai berikut,
2) Puskesmas dalam Penghitungan anggaran program KIA saat penelitian
dilaksanakan menggunakan format P2KT, adapun kegiatan-kegiatan
disusun berdasar kebutuhan yang ada sehingga tidak ada keseragaman
kegiatan antar puskesmas.
c.

Penghitungan anggaran di puskesmas sudah dikaitkan dengan target yang
telah ditetapkan namun belum berdasar SPM yang sasarannya per individu
tapi sasaran dihitung per posyandu, kecuali untuk keluarga miskin dihitung

sasaran per individu sesuai Keputusan Menteri Kesehatan, karena masih ada
anggapan ketika didasarkan SPM anggaran akan meledak dan tidak dapat
dipenuhi. Namun anggaran berdasar SPM dapat dijadikan bahan advokasi
pada stakeholder dan penentu kebijakan.
d.

Realisasi dan kecukupan anggaran di puskesmas guna pelaksanaan program
KIA sangat memadai karena didukung dari berbagai sumber dana yang
meliputi APBD Kota, PKPS BBM/JPKMM, APBD Propinsi dan APBN, dan
untuk APBD Kota dan JPKMM puskesmas mempunyai kewenangan yang
sangat luas untuk merencanakan dan memanfaatkan.

e.

Kecukupan anggaran tidak berbanding lurus terhadap pencapaian target
program karena masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhinya di
antaranya lingkungan, perilaku dan data sasaran yang tidak sesuai dengan
kenyataan.

f.

Penghitungan anggaran program KIA berdasarkan P2KT yang dilakukan
Puskesmas dan template UW SPM yang dilakukan peneliti menunjukkan
hasil perhitungan template UW SPM lebih besar dibandingkan perhitungan
P2KT.

g.

Nilai selisih/kesenjangan perhitungan template UW SPM dan P2KT di
puskesmas Pataruman dan Purwaharja sangat berbeda yaitu untuk
puskesmas pataruman selisih Rp.4.940.752,- dengan kata lain

perhitungan UW SPM dan P2KT di puskesmas Pataruman relatif sama,
sedangkan di Puskesmas Purwaharaja selisihnya sangat besar yaitu Rp.
30.933.663,-. Hal ini menunjukkan pada perhitungan P2KT besar kecilnya
biaya tergantung pada perencanaan dalam menyusun kegiatan dan unit
cost yang digunakan, sedangkan pada template UW SPM kegiatan dan
unit cost relatif sama
Secara umum dapat disimpulkan, ada 3 fenomena dalam perencanaan
penganggaran Program KIA pada Puskesmas di Kota Banjar yaitu :
1. Perencanaan penganggaran yang ideal yaitu semua tahap perencanaan
dilaksanakan dan ada keterkaitan antara tahap-tahap perencanaan
penganggaran.
2. Perencanaan penganggaran relatif ideal yaitu tahap perencanaan
dilaksanakan tapi belum ada keterkaitan antara tahap-tahap tersebut
3. Perencanaan penganggaran sekedar rutinitas yaitu melakukan perencanaan
sekedar untuk melakukan kewajiban, tidak memperhatikan tahapan dan
bahkan mengcopy yang sudah ada atau asal jalan.

28

DAFTAR PUSTAKA
1. Saifuddin,

2007. Analisis perencanaan dan penganggaran program

kesehatan ibu dan anak pada puskesmas di kota banjar jawa barat tahun
2007.

Semarang.

Universitas

diponegoro.

Http://eprints.undip.ac.id/18609/1/saifuddin.pdf. Diakses pada tanggal 09
oktober 2016.
2. ASHESI, 2013 . Problem Solving Grand Slam: 7 Steps to Master . ASHESI.
GOOGLE.

MIT.http://gsl.mit.edu/media/programs/ghana-summer-

2013/materials/problem_solving_grand_slam_7_steps_to_master_training_de
ck.pdf. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2016
3. Nizar, titis Elvira. Triindriani. Budartina. 2010. Problem solving cycle.
Padang. Bagian ilmu kesehatan masyarakat fakultas kedokteran universitas
andalas.

https://www.scribd.com/doc/35171951/Problem-Solving-Cycle.

Diakses pada tanggal 12 Oktober 2016.
4. UNICEF INDONESIA. 2012.

Ringkasan kajian Kesehatan Ibu & Anak.

Indonesia. UNICEF INDONESIA. http://www.unicef.org/indonesia/id/A5__B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf.

Diakses

pada

tanggal

12

Oktober 2012.
5. USAID. MCHIP. 2012. Standar kinerja (sbmr) Pelayanan kesehatan ibu dan

anak Di puskesmas/puskesmas poned 2010 – 2012. Amerika. USAID.
MCHIP. http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PA00JPZN.pdf. Diakses pada tangal
12 Oktober 2016.

29

6. Zahtamal, tuti restuastuti, fifia chandra. 2012. Analisis faktor determinan

permasalahan pelayanan Kesehatan ibu dan anak. Riau. Bagian ilmu
kesehatan masyarakat kedokteran komunitas fakultas kedokteran universitas
riau.

Http://download.portalgaruda.org/article.php?

article=269727&val=7113&title=analisis%20faktor%20determinan
%20permasalahan%20pelayanan%20kesehatan%20ibu%20dan%20anak.
Diakses pada tanggal 12 oktober 2016.
7. Dominirsep Dodo1, laksonotrisnantoro2, Sigit Riyarto. 2012. ANALISIS
pembiayaan program kesehatan ibu dan anak bersumber pemerintah dengan
pendekatan health account. Nusa Tenggara Timur. Universitas Nusa Cendana,
https://www.google.co.id/url?
Sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahuke
wjp3oes7unpahwmvy8khx5caleqfgghmae&url=https%3A%2F
%2Fjurnal.ugm.ac.id%2Fjkki%2Farticle%2Fdownload
%2F3071%2F2727&usg=afqjcnfxhgrvwsvzg9ipusaqxoovroqoq&sig2=vuyjuixvatcjbosdistkva.
8.

Diakses

pada

tanggal 12 Oktober 2012.
KINERJA. USAID. 2015. Menuju Tata Kelola Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(Pembelajaran dari Program

USAID-KINERJA). KINERJ. USAID. http://www.kinerja.or.id/pdf/ee967ac69.

1e5f-41b3-b231-79c1894af469.pdf. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2012.
Lulyvia Qurnia Hafidzah. Retno Astuti Setijaningsih, SS, MM. 2015.
Evaluasi program kesehatan ibu di dinas kesehatan provinsi jawa tengah
tahun 2014. Semarang. Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro.

30

http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PA00JPZN.pdf. Diakses pada tanggal 12
Oktober 2012.
10. Gunawan, Agus. 2014. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja

Program Kesehatan Ibu dan Anak pada Puskesmas Kabupaten Bojonegoro.
Bojonegoro. Puskesmas Sugihwaras, http://www.kinerja.or.id/pdf/ee967ac61e5f-41b3-b231-79c1894af469.pdf. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2012.
11. Lowdermilk. Perry. Bobak. 2000. Maternity and Women’s Health Care 7th
Edition. Missouri. Mosby.
12. Moyse, Karen. 2009. Promotig Health in Children and Young People. The
Role of The Nurse. Inggris. Wiley-Blackwell.

31