Kromatografi Cair-cair Pembuatan Konsentrasi Larutan Tahap II Uji Brine Shrimp Lethality Test

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 1, Juni 2011 67 Setelah halus, sampel dimasukkan ke dalam gelas Beaker ukuran 1000 ml lalu dimaserasi dengan metanol selama 24 jam. Filtrat yang didapat kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman no.1. Filtrat yang didapat dimasukkan ke dalam labu penguap, lalu diuapkan dengan menggunakan vacuum rotary evaporator pada suhu 40 o C dan kecepatan 90 rpm hingga mengental menjadi crude extract. Setelah itu, crude extract ditimbang dan disimpan ke dalam botol berwarna gelap.

2.3. Pembuatan Konsentrasi Larutan Tahap I

Sebanyak 0,5 g masing-masing crude extract dari 4 jenis teripang yaitu Actinopyga miliaris, Bohadschia argus, Bohadschia marmorata, dan Holothuria leucospilota diencerkan dengan menggunakan metanol hingga 50 ml. Larutan yang diperoleh dari masing- masing jenis disebut larutan induk dengan nilai konsentrasi 10.000 µgml, kemudian masing-masing larutan induk diencerkan menjadi beberapa konsentrasi akhir dalam botol vial yaitu 1000 µgml, 750 µgml, 500 µgml, 250 µgml, 100 µgml, 75 µgml, 50 µgml, 25 µgml, dan 10 µgml. Selanjutnya sebanyak 0,5 ml dari masing-masing konsentrasi dimasukkan ke dalam botol vial dan sebagai kontrol, disediakan botol vial yang telah berisi pelarut metanol dengan volume yang sama yaitu 0,5 ml. Satu seri konsentrasi dilakukan tiga kali pengulangan triplo. Semua larutan crude extract dan kontrol dalam botol vial didiamkan mengering pada suhu ruang selama kurang lebih 24 jam.

2.4. Penetasan Telur Artemia salina

Wadah akuarium yang berisi air laut dibagi menjadi dua ruang yaitu ruang gelap dan terang Telur Artemia salina 0,2 gr1000 ml air laut diletakkan dalam ruang gelap. Selama penetasan air laut diberi aerator sebagai sirkulasi udara dalam akuarium. Telur mulai menetas setelah 24 jam dan bergerak menuju ruang terang. Telur menetas dan bergerak aktif pada usia 36--48 jam. Umur Artemia 48 jam tersebut dikenal sebagai nauplii Artemia salina yang digunakan pada uji BSLT. 2.5. Uji Brine Shrimp Lethality Test Tahap I Sebanyak 10 nauplii Artemia salina dipipet ke dalam masing-masing botol vial yang telah berisi crude extract dengan berbagai konsentrasi dan kontrol, lalu ditambahkan air laut hingga volume akhir adalah 5 ml. Konsentrasi akhir dalam botol vial setelah penambahan air laut adalah 1000 µgml, 750 µgml, 500 µgml, 250 µgml, 100 µgml, 75 µgml, 50 µgml, 25 µgml, dan 10 µgml. Selanjutnya botol vial ditutup dengan tutup karet dan dibiarkan selama 24 jam. Kematian pada setiap konsentrasi dicatat dan dibandingkan dengan kontrol, lalu dihitung dengan menggunakan rumus: Kematian=Jumlah kematian – Jumlah Kematian kontrolJumlah larva awal x 100 Perhitungan LC 50 dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 15. Suatu ekstrak dikatakan bersifat aktif apabila nilai LC 50 yang diperoleh ≤ 1000 µgml.

2.6. Kromatografi Cair-cair

Jenis teripang yang dilanjutkan ke tahap fraksinasi adalah dari jenis yang bersifat aktif LC 50 ≤ 1000 µgml dan memiliki jumlah crude extract kering terbanyak. Kromatografi bertujuan untuk mengetahui sifat kepolaran dari suatu ekstrak, baik bersifat polar, semi polar maupun nonpolar. Pelarut yang digunakan untuk mewakili ketiga sifar kepolaran tersebut adalah air polar, etil http:www.itk.fpik.ipb.ac.idej_itkt31 68 asetat semipolar, dan n-heksan nonpolar.

2.7. Pembuatan Konsentrasi Larutan Tahap II

Sebanyak 0,05 g fraksi crude extract dari masing-masing fraksi yaitu n-heksan, etil asetat, dan air diencerkan dengan menggunakan pelarut yang sesuai dengan fraksinya sebanyak 50 ml. Artinya fraksi n-heksan dengan menggunakan pelarut n-heksan, fraksi etil asetat dengan pelarut etil asetat, dan pengecualian untuk fraksi air yang digunakan sebagai pelarut adalah metanol. Konsentrasi yang dibuat berdasarkan konsentrasi nilai LC 50 pada uji BSLT tahap I yaitu 100 µgml, 75 µgml, 50 µgml, 25 µgml, dan 10 µgml. Satu seri konsentrasi dilakukan tiga kali pengulangan triplo.

2.8. Uji Brine Shrimp Lethality Test

Tahap II Botol vial yang telah kering dari masing-masing konsentrasi fraksi cude extract diberi 3 tetes Dimetil Sulfosit DMSO, lalu ditambahkan air laut sebanyak 1 ml. Penambahan DMSO dilakukan sebagai buffer kelarutan senyawaan dalam air laut, khususnya untuk botol-botol vial yang berisi fraksi n-heksan dan etil asetat. Sebanyak 10 nauplii Artemia salina yang berumur 48 jam diambil menggunakan pipet dan dimasukkan ke dalam botol vial percobaan, lalu ditambahkan air laut hingga volumenya menjadi 5 ml. Hasil yang didapat dibandingkan dengan kontrol. Selanjutnya adalah perhitungan LC 50 dengan menggunakan bantuan program SPSS 15.

2.9. Kromatografi Lapis Tipis KLT