STRATEGI COPING PADA KARYAWAN YANG MEMILIKI ADVERSITY QUOTIENT TINGGI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beberapa tahun belakangan ini, usaha-usaha di bidang industri keuangan
tumbuh dengan pesat, hal ini terbukti dengan banyak bermunculan perusahaanperusahaan Futures yang bergerak di bidang ini. Perusahaan Futures adalah
perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konsultan investasi di pasar
derivative berjangka (Futures Brokerage Company), yang terdaftar resmi sebagai
perusahaan pialang anggota Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures
Exchange), yang melayani transaksi perdagangan spot Valuta Asing (Foreign
Exchange), Index saham berjangka (Stock Index Futures), komoditi seperti Emas
dan indeks emas (Loco London Gold), Olien, Crude Palm Oil, Kopi Arabika,
Kacang Kedelai, dan Gula. (www.indofx-trader.net - Thursday, 08 November
2007).
Perusahaan Pialang yang biasa disebut dengan Pialang Berjangka
merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli komoditi berdasarkan
Kontrak Berjangka atas amanat nasabah dengan menarik sejumlah uang atau
surat berharga tertentu sebagai margin untuk menjamin transaksi tersebut.
Kegiatan utamanya adalah sebagai perantara bahasa sehari-harinya disebut
makelar antara investor jual dan investor beli yang melakukan transaksi di
perdagangan berjangka. Tindakan pialang berjangka ini untuk dan atas

perintah/amanat dari pihak investor. (www.bestprofite - future.com - Thursday,
08 November 2011)
Data dari Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi
(BAPPEBTI) mengenai jumlah perusahaan-perusahaan Futures yang berdiri di
Indonesia antara tahun 2000 hingga 2006 menunjukan bahwa di tahun 2000 telah
berdiri 11 perusahaan Futures di Indonesia, walaupun di tahun-tahun berikutnya
terjadi penurunan, namun di tahun 2004 kembali terjadi peningkatan sebanyak 22
perusahaan, di tahun 2005 ada 17 perusahaan, dan di tahun 2006 ada 15
perusahaan Futures baru yang berdiri di Indonesia. Dan di tahun-tahun
berikutnya hingga sekarang selalu ada perusahaan Futures baru yang berdiri di
1

2

Indonesia. Dengan data tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan Futures
berkembang dengan pesat pada tiap periodenya. (www.bappeti.com - Agustus
2009)
Dalam hal ini perusahaan pialang berjangka menunjukkan kondisi
persaingan yang semakin ketat karena banyaknya pemain bisnis baru yang
muncul dalam pasar. Mereka berlomba-lomba untuk merebut hati konsumen.

Kondisi persaingan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lain pun
sangat ketat. Para pelaku usaha saling bersaing untuk memberikan fee (tarif)
bersaing,

service

(pelayanan)

dan

juga

solusi

yang

terbaik

dengan


profesionalisme yang mereka miliki kepada para klien. Hal ini tentu saja
berimbas pada adanya tuntutan terhadap sumber daya manusia (karyawan) yang
memiliki kompetensi, profesionalisme yang tinggi dan yang terpenting adalah
kinerja dari karyawan itu sendiri yang pada akhirnya menjadi kunci bagi
perkembangan suatu perusahaan. Karyawan yang bekerja dalam perusahaan
tersebut belum tentu bisa berhasil dalam menjalankan tujuan yang diinginkan
oleh perusahaan setuju dengan apa yang diharapkan dan banyak kendala-kendala
yang dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan suatu tujuan, ada faktorfaktor lain yang menghambat tujuan dari perusahaan. Seperti masalah karyawan
merupakan sorotan utama bagi perusahaan dalam menentukan tujuan untuk
mencapai efesien dan efektif, karena karyawan mempunyai peranan penting
dalam perusahaan. Tekanan yang sering muncul dan dihadapi baik karyawan dan
perusahaan yaitu dapat berasal dari internal dan eksternal dalam lingkungan kerja
pada suatu perusahaan dimana terdapat ketidak setujuan antara tujuan-tujuan dari
perusahaan dari cara kerja, prestasi yang didapat dan imbalan yang diberikan
pada karyawan.
Dengan

banyaknya

perusahaan-perusahaan


Futures,

memberikan

fenomena baru dalan dunia ketenagakerjaan di Indonesia, yaitu banyaknya
lowongan sebagai marketing/lebih dikenal dengan istilah trader/business
concultant, untuk perusahaan-perusahaan tersebut. Trader/business concultant
memiliki tugas utama yaitu mencari para nasabah yang mau berinvestasi, mereka
juga melakukan eksekutor dalam hal beli maupun jual (istilahnya buy/sell).
Kompensasi yang perusahaan Futures sediakan bagi para trader/business

3

concultant di bidang investasi ini berupa komisi dan bonus. Perusahaan juga
memberikan kompensasi kepada para Trader/business concultant-nya berupa
komisi yang besarnya ditentukan berdasarkan jumlah transaksi, serta memberikan
bonus setiap tiga bulan sekali bagi trader/business concultant yang memiliki
prestasi terbaik di tiap cabangnya. Bonus yang diberikan berupa barang yang
telah ditentukan oleh perusahaan dan tidak dapat diuangkan. Tetapi sebelumnya,

trader/business concultant diperusahaan ini dituntut untuk mendapatkan nasabah
terlebih dahulu untuk mendapatkan gaji penuh, jadi selama trader/business
concultant belum mendapatkan nasabah yang bisa dijadikan sebagai investor,
termasuk masalah makan dan transportasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Witania (2002) yang berjudul Hubungan
antara coping terhadap stresss dan tingkat harga diri yang dilakukan oleh orang
tua anak penyandang autisme. Studi dilakukan pada beberapa tempat terapi bagi
anak autistik yang berada di Jakarta. Hasil menunjukan bahwa ada hubungan
positif antara coping yang dilakukan orang tua dengan stresss dan harga diri
anak. Penelitian tersebut ditujukan kepada 29 orang yang diperoleh dari 3 tempat
terapi anak autistik.
Penelitian yang telah dilakukan pada 100 mahasiswa pondok pesantren
Al-Mubarok. Pada risetnya, Aristyanadi (2001:42) berminat untuk meneliti
Hubungan antara tingkat religiusitas dengan strategi coping stresss. Dari
penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa santri dengan tingkat religiusitas
tinggi banyak menggunakan strategi coping emosional focused coping sedangkan
santri dengan tingkat religiusitas rendah menggunakan strategi coping problem
focused coping.
Segerstrom, CS. And Fahoy L.J (1998 : 1646) mengatakan bahwa ada
hubungan antara coping dengan rasa optimis dan mood. Individu yang memiliki

rasa optimis yang tinggi dalam menyelesaikan masalahnya bisa lebih efektif jika
dibandingkan dengan individu yang memiliki rasa optimis yang rendah. Selain
itu juga coping dipengaruhi oleh mood, jika mood seseorang bagus maka dalam
menggunakan coping cenderung coping yang efektif. Keberhasilan coping
ternyata juga dipengaruhi oleh perubahan kesehatan dan perilaku sehat.

4

Sumber lain ditemukan hasil penelitian tentang Hubungan antara persepsi
mengenai dukungan sosial dengan coping stress pada buruh pabrik PT.
Tonikitex. Marthalina (2000) tertarik untuk meneliti 2 variabel tersebut dan
ditujukan pada 100 responden. Dari penelitian yang telah dilakukannya terhadap
beberapa buruh pabrik pria dan wanita bagian produksi PT. Tonikitex Jakarta ini,
diperoleh hasil bahwa ada hubungan positif pada klasifikasi sedang antara
persepsi mengenai dukungan sosial dengan problem focused coping dan terdapat
hubungan positif yang lemah antara persepsi mengenai dukungan sosial dengan
emotion focused coping.
Perilaku coping digunakan untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan
yang dialami oleh individu yang memiliki permasalahan, karena setiap individu
memberikan reaksi terhadap hambatan dan tekanan yang dialaminya. Karena,

ketika tekanan-tekanan telah terjadi dalam diri seseorang individu terutama pada
karyawan, perilaku coping dipandang sebagai penyeimbang dalam menghadapi
tekanan-tekanan.
Menurut (Lazarus dan Folkman,198:4) mengemukakan dua macam
strategi coping, yaitu problem focused coping dan emotion focused coping.
Problem focused coping adalah strategi coping yang berpusat pada sumber
masalah, individu berusaha langsung menghadapi sumber masalah sehingga pada
akhirnya stresss berkurang atau hilang. Sedangkan emotion focused coping
adalah strategi coping dimana individu memberi respon terhadap situasi stresss
dengan cara emosional terhadap stresss. Strategi coping ini dapat dibagi menjadi
delapan sub kategori. Tiga diantaranya, yaitu confrontive coping, seeking social
support dan planful problem solving merupakan bagian dari problem focused
coping. Sedangkan lima lainnya, yaitu distancing, self control, accepting
responsibility, escape/avoidance, dan positive reappraisal merupakan bagian dari
emotion-focused coping.
Menurut (Emma, 2006:75) tentang hubungan antara kematangan
beragama dengan kecenderungan (strategi coping) diperoleh hasil bahwa ada
hubungan positif antara kematangan beragama dengan kecenderungan (strategi
coping) yaitu problem focused coping yang menunjukan bahwa semakin tinggi


5

kematangan beragama maka semakin tinggi pula kecenderungan menggunakan
problem focused coping, begitu pula dengan sebaliknya.
Menurut (Kenes, 2003) dalam penelitiannya tentang perbedaan Adversity
Quotient ditinjau dari problem focused dan emotion focused coping pada orang
tua tunggal wanita, diperoleh hasil adanya perbedaan tingkat Adversity quotient
yang signifikan antara orang tua tunggal wanita dengan strategi problem focused
coping dan orang tua tunggal wanita dengan strategi emotion focused coping.
Menurut penelitian oleh (Sagita, 2004) tentang hubungan antara
intelegensi dengan kemampuan menghadapi stresss kerja diperoleh hasil bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara intelegensi dengan kemampuan
menghadapi stresss kerja, artinya semakin tinggi intelegensi seseorang maka
semakin tinggi pula kemampuannya dalam menghadapi stress.
Adversity quotient merupakan salah satu bentuk kecerdasan yang melatar
belakangi kesuksesan seseorang dalam menghadapi sebuah tantangan disaat
terjadi kesulitan atau kegagalan. Penelitian tentang adversity quotient ini, berawal
dari keberagaman dunia kerja yang cukup kompleks dengan persaingan yang
cukup tinggi, sehingga banyak individu merasa stresss menghadapinya.
Konsep AQ ini muncul karena ternyata konsep Intelligence Quotient (IQ)

yang menggambarkan tingkat kecerdasan individu maupun Emotional Quotient
(EQ) yang menggambarkan aspek empati dan keefektifan dalam berinteraksi
dengan orang lain, dirasakan kurang dapat menjelaskan mengapa beberapa
individu berhasil dalam hidupnya terutama dalam konteks dimana individu
sedang tertimpa musibah atau kegagalan. IQ dahulu dianggap sebagai penentu
utama kesuksesan karena didefinisikan sebagai kemampuan umum untuk belajar
(Drost, 1998). Kemudian (Daniel Goleman, 1995) mengemukakan teori
kecerdasan emosional (EQ) sebagai kecerdasan yang dimiliki individu dan
dianggap lebih berperan daripada faktor IQ. (Stoltz, 2000) mengatakan bahwa IQ
dan EQ tidak cukup dapat meramalkan kesuksesan seseorang karena beberapa
orang yang memiliki IQ dan EQ yang tinggi ternyata menunjukkan prestasi di
bawah potensi yang ada pada dirinya. Senada dengan pernyataan ini, (Drost,
1998) menyatakan bahwa IQ tidak lagi dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan
seseorang dalam studi dan kehidupan, demikian juga dengan EQ. (Stoltz, 2000)

6

juga mengatakan bahwa IQ dan EQ berpengaruh pada kesuksesan seseorang pada
kondisi dan situasi normal, namun tidak terlalu berperan pada kondisi krisis atau
situasi yang penuh dengan kesulitan. Pada saat kondisi ini, AQ dianggap lebih

penting pengaruhnya dari kedua konsep sebelumnya.
Adversity quotient dibutuhkan karyawan yang mengalami stress kerja
karena AQ merupakan salah satu faktor individual yang mempengaruhi strategi
coping. AQ yang tinggi pada karyawan dirasa dapat mempengaruhi strategi
coping yang dihadapi oleh karyawan itu sendiri. Stoltz (2000) memaparkan
konsep Adversity Quotient/AQ (Kecerdasan Adversity) merupakan faktor yang
paling penting dalam meraih kesuksesan. Penelitian Stoltz dibuktikan bahwa
orang yang tidak merespon kesulitan dengan baik menjual lebih sedikit, kurang
berproduksi dan kinerjanya lebih buruk daripada mereka yang merespon
kesulitan dengan baik. Penelitian di atas dapat dianalogikan dengan tekanan atau
masalah saat bekerja, bahwa tekanan atau masalah karyawan saat bekerja dapat
diukur melalui adversity quotient. Menurut Stolz (2000), tinggi rendahnya AQ
dipengaruhi oleh beberapa aspek yang disingkat CORE yaitu Control (kontrol)
disini karyawan dihadapkan dengan berapa banyak kendali yang dirasakan
seseorang terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan saat bekerja,
Origin (asal usul) atau Ownership (kepemilikan) karyawan harus tahu siapa atau
apa yang menjadi asal usul kesulitan dan sampai sejauh manakah seseorang
mengakui akibat-akibat dari kesulitan itu, Reach (jangkauan) yang mana
karyawan mengetahui sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian-bagian
lain dari kehidupan seseorang, dan Endurance (daya tahan)seorang karyawan

mengetahui berapa lamakah kesulitan akan berlangsung dan berapa lamakah
penyebab kesulitan akan berlangsung.
Pada CORE, AQ tinggi berkaitan dengan memperbesar kendali dan
pengakuan sambil mengurangi sikap mempermasalahkan diri sendiri, sikap
membuat bencana, dan sifat permanen yang merusak. AQ tinggi mendidik dan
dalam banyak kasus membangunkan kembali semangat karyawan dalam cara
berbicara, berpikir, dan bertingkah laku yang baru dalam menghadapi tantangan,
kemunduran, dan kekecewaan sehari-hari dibandingkan dengan AQ rendah yang
hanya dapat menerima semua yang dihadapi dalam pekerjaannya.

7

Perusahaan yang memiliki karyawan yang ber-AQ tinggi cenderung lebih
kreatif dalam menghadapi kesulitan dalam perusahaannya. Sedangkan kesulitan,
ketidakpastian dan keterpurukan kondisi pekerjaan, kebijakan pemimpin terhadap
karyawan yang tidak menguntungkan, akan direspon dengan sempit oleh
individu-individu yang mempunyai tingkat AQ rendah. Jadi, ketika perusahaan
menghadapi masalah dan karyawan diminta untuk bertahan dengan kondisi
tersebut, karyawan harus bias mengatasinya dengan cara berpikir lebih luas
bukannya menyerah dengan keadaan yang akan mengakibatkan kerugian pada
perusahaan tersebut. Karyawan yang ber-AQ tinggi akan mudah mengatasi
tekanan pekerjaan menggunakan strategi coping dalam mengatasi masalahnya
(Stoltz, 2000).
Perusahaan pialang berjangka disini merupakan Perusahaan pialang
mempunyai 27 cabang terbesar di Indonesia yang tersebar di Jakarta, Bandung.
Bogor, Surabaya, Malang dll. Perusahaan pialang yang ke-25 berada di Malang
yang berkantor di Jln. S. Suparman no 39 kav 5-9 adalah perusahaan PT.
Bestprofit Future
Perusahaan pialang di Malang mempunyai kurang lebih 100 tenaga kerja
trader/business concultant, 20 tenaga senior business concultant, 40 tenaga
leader/manger, perusahaan pialang mempunyai 15 armada mobil yang bertugas
untuk mengantarkan tenaga business consultant untuk projection keluar kota.
Tingkat kesulitan/stress yang dirasakan pada perusahaan pialang
berjangka terdapat pada karyawan trader/business concultant karena mereka
punya tanggung jawab terhadap senior business consultant dan manager untuk
memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Dan permasalahan sering terjadi
dikarenakan

dalam

trader/business

perusahaan

concultant

tidak

pialang

berjangka

diberikan

para

upah/gaji

tenaga

sebelum

kerja
mereka

mendapatkan nasabah. Dan selama mereka belum mendapatkan gaji semua biaya
makan dan transportasi ditanggung oleh mereka sendiri. Tidak mudah untuk
mendapatkannya, sehingga mereka di tuntut untuk mencari nasabah sebanyakbanyaknya. Terkadang mereka sering di tolak oleh calon nasabahnya, dan tak
jarang adanya persaingan antar karyawan didalam perusahaan maupun satu team.
Karena beban kerja yang berlebihan, keterdesakan waktu, bekerja lebih lama

8

untuk memenuhi kebutuhan perusahaan serta karyawan, kondisi lingkungan fisik
yang kurang mendukung, pekerjaan yang monoton, berulang-ulang dan tidak
variatif, dan seringnya mendapat penolakan dari para nasabahnya, hal ini
memungkinkan karyawan mendapatkan kesulitan pekerjaan dan terserang stress.
Permasalahan yang terjadi di PT. Bestprofit Future khususnya cabang
Malang adalah tingginya turnover khususnya di level trader/business concultant.
Dari hasil wawancara dengan salah seorang Businnes Development Manager di
kantor cabang perusahaan tersebut menyatakan bahwa turnover yang terjadi di
perusahaan mencapai 50% dari setiap hasil perekrutan trader/business concultant
di setiap periodenya dan masa kerjanya rata-rata tidak lebih dari 3 bulan lamanya.
Faktanya, karyawan yang mengalami kesulitan/tekanan stress dengan
menyelesaikan masalahnya dengan cara problem focused coping dengan cara
menghadapi masalah itu langsung, mencari jalan keluar dengan cara mencari
bantuan atau informasi dari orang lain, dan mengatasi kesulitan/tekanan stress
dengan mempelajari cara-cara ketrampilan yang baru untuk mengatasi masalah.
Ciri-ciri karyawan yang mengatasi kesulitan/tekanan stress dengan problem
focused coping tidak dapat fokus dalam pekerjaan, tingkat kemarahan yang
cukup tinggi, dan pengambilan resiko dengan agresif, menganggap semua sebuah
tekanan dengan cara hati-hati. Sedangkan karyawan

yang mengalami

kesulitan/tekanan stress menyelesaikan masalah dengan cara emotion focused
coping dengan cara mengatur dirinya dengan menganggap masalah itu tidak ada,
atau bahkan dengan cara menangis ditempat kerja karena tidak sanggup
menghadapi

masalah

yang

dihadapinya.

Karyawan

yang

mengatasi

kesulitan/tekanan stress dengan emotion focused coping biasanya karyawan
mengalami kesulitan/tekanan stress dalam diri baik dari faktor luar dan dalam
perusahaan itu sendiri dia bekerja. Karyawan seperti ini lebih cenderung
menghilangkan kesulitan/tekanan stress yang dialami dengan pendekatan
behavioral dengan penggunaan alkohol, merokok, narkoba (obat penenang)
mencari dukungan emosional dari teman-teman yang mengikuti berbagai
aktivitas seperti bermain kartu, nonton bola. Banyak kejadian-kejadian dalam
perusahaan yang didasari dengan ketidakpuasan karyawan dalam bekerja yang

9

berakibat terjadinya stress atau tekanan yang berdampak buruk bagi karyawan itu
sendiri.
Kenyataan yang terjadi pada perusahaan adalah dengan AQ tinggi dirasa
dapat menyelesaikan banyaknya kesulitan/tekanan dalam pekerjaan yang terjadi
dalam perusahaan itu sendiri baik dieksternal maupun internal yang
menyebabkan terjadinya coping pada karyawan tersebut. Berdasarkan uraian
diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “strategi coping
pada karyawan yang memiliki Adversity Quotient tinggi”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah : bagaimana strategi coping pada karyawan yang memiliki Adversity
quotient tinggi ?
C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui strategi coping pada
karyawan yang memiliki Adversity quotient tinggi.

D. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan, baik berupa teori
maupun

sebagai

landasan

untuk

penelitian

selanjutnya

dalam

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya psikologi industri dan
organisasi serta psikologi kesehatan.
2. Praktis
Memberikan informasi kepada perusahaan pialang berjangka Best Profit
Future terutama pada bagian HRD untuk dijadikan tolak ukur dalam
melakukan perekrutan tenaga kerja, dan menjemen training, mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan situasi yang dialami pada saat
menghadapi kesulitan/tekanan stress. Informasi tersebut diharapkan dapat

10

membantu karyawan untuk dapat mengatasi kesulitan/tekanan stress
didalam perusahaan.

STRATEGI COPING PADA KARYAWAN YANG MEMILIKI ADVERSITY
QUOTIENT TINGGI

SKRIPSI

Oleh :
Anisa Mariana Basuki
07810132

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

STRATEGI COPING PADA KARYAWAN YANG MEMILIKI ADVERSITY
QUOTIENT TINGGI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Anisa Mariana Basuki
07810132

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi

: Strategi Coping padaKayawanyang MemilikiAdversity
QuotientTinggi

2. Nama peneliti

: Anisa Mariana Basuki

3. No. Induk Mahasiswa

: 07810132

4. Fakultas

: Psikologi

5. Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

6. Waktu Pengambilan Data : Maret 2012
7. Tempat penelitian

: Malang, Jawa Timur

Malang, Mei 2012
Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Djudiyah, M.Si

Tri Muji Ingarianti, M.Psi

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi telah diuji oleh Dewan Penguji
Pada tanggal

Dewan Penguji

Ketua Penguji

:

Anggota Penguji

:

Dra. Djudiyah, M.Si

(

)

1.

M. SalisYuniardi, S.Psi.,M.PsiM.

(

)

2.

Shohib, S.Psi, M.

(

)

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang

Dra. Cahyaning Suryaningrum. M.Si

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
NIM
Fakultas/ Jurusan
Perguruan Tinggi

: Anisa Mariana Basuki
: 07810132
: PSIKOLOGI/PSIKOLOGI
: Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa Skripsi/Karya Ilmiah yang berjudul :
STRATEGI COPING PADA KARYAWAN YANG MEMILIKI ADVERSITY QUOTIENT
TINGGI
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali
penulisan dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan
telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak
bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.

Mengetahui
Ketua Program Studi

Malang, Mei 2012
Yang Menyatakan,

M. Salis Yuniardi, M. Si

Anisa Mariana Basuki

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Strategi Coping pada Karyawan yang Memiliki Adversity Quotient Tinggi”,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas
Muhammadiyah Malang.
Pada kesempatan khusus ini peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada beberapa pihak yang sangat berperan memberikan semangat, motivasi dan
bimbingan dalam mengiringi perjalanan penulis sampai terselesaikannya tugas akhir
ini. Diantaranya adalah
1. Cahyaning Suryaningrum,Dra. M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Dra. Djudiyah, M.Si selaku dosen pembimbing I atas bimbingan dan
saran-saran yang sangat bermanfaat selama penyusunan skripsi.
3. Tri Muji Ingarianti, M.Si selaku dosen pembimbing II atas bimbingan,
pengertian, dan saran-saran yang sangat bermanfaat selama proses
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si, tidak hanya sebagai dosen wali tapi
sebagai bapak yang sangat memperhatikan anak didiknya.
5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah membimbing penulis sejak
pertama kali kuliah hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh karyawan Bestprofit Future yang senantiasa berkenan membantu
peneliti hingga peneliti menyelesaikan skripsi ini, semoga hubungan
silaturahmi kita akan tetap terjalin hingga seterusnya.
7. Kepada ayahanda Basuki dan ibunda Desiana Evy tercinta, yang telah
mencurahkan segala kasih sayang, dukungan, pengertian, dan kesabaran
yang telah diberikan kepada peneliti dalam setiap jejak kehidupan yang
telah dan akan terlewati, semoga umur panjang dan kebahagiaan selalu
tercurah untuk beliau.

8. Buat kakak dan adik-adikku tersayang, Chandra Bevy, Fachry Restu dan
Listianti Asri Basuki terima kasih telah menjadi kakak dan adik-adikku
yang seringkali peneliti sibukkan dengan pertanyaan meskipun terkadang
“menyebalkan”, semoga kebahagian dan kemudahan untuk bisa memberi
kebanggaan yang lebih pada orang tua selalu menyertai kita, dan kita
senantiasa menjadi saudara yang saling menyayangi.
9. Untuk sahabat dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
terima kasih atas persahabatan yang terjalin sejak awal perkuliahan
hingga saat ini peneliti berhasil menyelesaikan pendidikan dengan baik,
semoga persahabatan ini tetap terjalin sampai akhir.
10. Untuk keluarga besar Psikologi, terutama angkatan 2007 kelas-C yang
tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, terima kasih untuk pertemanan
dan kenangan yang terukir hingga akhir perkuliahan, semoga pertemanan
ini tetap terjaga meskipun kita tak lagi bersama.
11. Buat My Beloved “Mbull” yang sekarang sudah mulai kurus dan sedang
berjuang dalam karirnya, terima kasih untuk waktu, tenaga, perhatian,
kesabaran, dan pengertian yang telah diberikan, semoga harapan,
cita-cita, dan masa depan terbaik yang telah disiapkan Allah untuk kita,
dapat segera tercapai. Amin.
12. Segenap pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala bantuan
yang telah diberikan kepada penulis dan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat.
Amin
Wassalamu’alaikum Wr.
Malang, Mei 2012
Penulis

Anisa Mariana Basuki

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................

i

INTISARI ............................................................................................................

ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................

iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................

vi

BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................................
C. Tujuan Penenlitian ....................................................................
D. Manfaat Penelitian ....................................................................

1
9
9
9

TINJAUAN PUSTAKA
A. Strategi Coping .........................................................................
B. Adversity Quotient ....................................................................
C. Strategi coping pada karyawan yang memiliki Adversity
quotient tinggi ...........................................................
.......
D. Kerangka Pikir ..........................................................................

11
18
22
25

METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penenlitian ..............................................................
B. Variabel Penelitian ....................................................................
C. Definisi Operasional Variabel ...................................................
D. Populasi dan Sampel .................................................................
E. Jenis Data dan Instrumen Penelitian .........................................
1. Jenis Data .............................................................................
2. Instrumen Data .....................................................................
F. Prosedur Penelitian ....................................................................
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................
1. Uji Validitas .........................................................................
2. Uji Reliabilitas .....................................................................
H. Teknik Analisa Data .................................................................

26
27
27
29
29
29
30
34
36
36
40
44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data .........................................................................
B. Hasil Analisa Data ...................................................................
C. Pembahasan .............................................................................

46
47
47

PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................
B. Saran – Saran ..........................................................................

51
51

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................................

52
54

BAB V

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Halaman

Tabel 3.1 : Pilihan Jawaban Dari Penilaian Skala Likert .............................

31

Tabel 3.2 : Blue Print Skala Adversity Quotient ..........................................

32

Tabel 3.3 : Blue Print Skala Strategi Coping ................................................

34

Tabel 3.4 : Rangkuman Analisa Validitas Item Skala Adversity Quotient ....

37

Tabel 3.5 : Blue Print item Skala Adversity Quotient setelah Try Out ..........

38

Tabel 3.6 : Rangkuman Analisa Validitas Item Skala Strategi Coping .........

39

Tabel 3.7 : Blue Print item Skala Strategi Coping setelah try out ................

40

Tabel 3.8 : Uji Reliabilitas Item Skala Adversity Quotient ............................

42

Tabel 3.9 : Uji Reliabilitas Item Skala Strategi Coping .................................

43

Tabel 4.1 : Deskripsi Karakteristik Subyek .................................................... 46
Tabel 4.2 : Strategi coping pada karyawan yang memiliki adversity
Quotient tinggi ...........................................................................

47

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Halaman

Gambar 2.1

25

: Kerangka Berfikir ..................................... .......

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: Surat Izin Penelitian ……………………………….........

Lampiran 2

: Skala Adversity Quotient tinggi dan Strategi Coping
sebelum try out .............................................................

Lampiran 3

: Hasil validitas dan reliabilitas skala adversity quotient
dan strategi coping ........................................................

Lampiran 4

: Skala Adversity Quotient tinggi dan Skala Strategi Coping
sesudah try out ..............................................................

Lampiran 5

: Hasil T-test ...................................................................

Daftar Pustaka
Aristyanadi, D. (2001). Hubungan antara tingkat religiusitas dengan strategi
coping stress (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang. Jawa Timur).

Bappeti. (2009). Future Kontrak Berjangka Mengabdi Dengan Integritas.
Diperoleh

dari

http://www.bappebti.go.id/administrator/pdf/

Agustus2009.pdf

Elkin,

B.

(2002).

Coping

with

adversity.

Diperoleh

dari

http://www.BruceElkin.com.

Fakultas Psikologi UMM. (2010). Pedoman penyusunan skripsi. Malang :
UMMPress.

Hidayati, Nur. (2005). Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual dengan Strategi
Coping (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang. Jawa Timur).

Israsjeed,

(2007).

Adversity

Quotient.

Diperoleh

dari

http://iisrasjeed.blogsome.com/2007/04/21/adversity-quotient/

Moch, Nazir. (1988). Metodologi Penelitian Cetakan 3. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Diana, Nida’u (2008). Study deskriptif Tentang Adversity Quotient Pada Siswa
Kelas Akselerasi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Malang (SMA N 1
Malang) (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang.
Jawa Timur).

Patria, Septia. (2005). Hubungan Antara Stresss Kerja dengan Intensitas
Turnover (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang. Jawa Timur).

Sarafino, EP. (1998). Health Psychology, Biopsychososial Interaction. New York
: John Willey and Son Inc.

Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: Gramedia.

Stoltz, P.G. (2000). Adversity quotient: mengubah hambatan menjadi peluang.
Alih Bahasa: T. Hermaya. Jakarta: PT Grasindo.

Lazarus, R., & Folkman, S. (1984) Stresss, Appraisal, and Coping. New York:
Springer.

Wangsadjaja,

R.

(2008).

Stress

(Online).

Diperoleh

(http://rumahbelajarpsikologi.com/indeks.php/stress.html.
Desember 2009).

diakses

dari
8