3. Kayu remaja Juvenile wood
Kayu remaja merupakan bagian kayu yang terbentuk oleh kambium berumur muda yang memiliki banyak serat spiral dan diding sel yang tipis. Kayu
remaja berpotensi susut arah longitudinal lebih besar dibandingkan bagian kayu lainnya. Cacat yang sering terjadi pada bagian ini adalah deformasi perubahan
bentuk seperti cacat bungkuk crook dan collapse Haygreen dan Bowyer 2007.
4. Jari-jari kayu
Menurut Pandit 2008, jari-jari kayu terdiri dari sel-sel berdinding tipis oleh karena itu relatif lebih lemah terutama jari-jari yang rapat, sehingga bagian
ini sering mengalami cacat pengeringan seperti retak permukaan, pecah atau retak dalam.
5. Riap tumbuh
Pada penampang lintang batang dapat dilihat adanya garis-garis konsentris yang terlihat nyata ataupun samar. Garis-garis konsentris ini memusat pada
empulur dan disebut riap tumbuh. Dalam satu riap tumbuh terdiri dari dua bagian kayu, yaitu kayu gubal dan kayu teras Pandit 2008. Sifat pengeringan kayu
gubal dan kayu teras berbeda yang diakibatkan oleh berat jenisnya yang berbeda. Oleh karena itu penyusutan arah radial dan tangensial kayu sering diikuti oleh
deformasi.
6. Mata kayu
Mata kayu memiliki berat jenis yang lebih tinggi dibandingkan bagian kayu disekitarnya. Pada saat pengeringan, mata kayu rentan mengalami pecah dan
lepas loose knots. Hal ini dapat menurunkan mutu kayu hasil pengeringan Tobing 1988.
7. Kayu reaksi
Menurut Haygreen dan Bowyer 2007, kayu reaksi berpotensi mengalami deformasi saat pengeringan, seperti crook bungkuk, twist muntir dan
sebagainya. Hal ini disebabkan penyusutan longitudinal kayu reaksi yang lebih besar dibandingkan dengan penyusutan normalnya.
8. Serat miring
Dampak serat kayu yang miring terhadap sifat pengeringan hampir sama dengan kayu reaksi, yaitu mengalami penyusutan longitudinal yang lebih besar
dibanding kayu yang berserat lurus Pandit 2008.
9.Tekstur kayu
Tobing 1988 menjelaskan bahwa tekstur kayu yang tidak merata dapat mengakibatkan cacat pada proses pengeringan, terutama berupa retak
permukanaan dan pecah.
10. Sel pembuluh
Kayu yang memiliki sel pembuluh yang berdiameter besar dan tidak tersumbat tylosis maupun zat amorf pada umumnya relatif mudah dikeringkan.
Sedangkan sel kayu yang pembuluhnya berdiameter kecil dan berisi banyak tylosis
cenderung lambat proses pengeluaran airnya dari dalam kayu, sehingga menimbulkan gradien kadar air yang cukup besar antara bagian permukaan
dengan bagian dalam kayu yang dapat mengakibatkan cacat pengeringan Haygreen dan Bowyer 2007. Jumlah pori yang sedikit dan noktah pada
pembuluh yang sempit juga dapat mengahmbat keluarnya air pada proses pengeringan.
11. Dinding sel
Semakin tebal dinding sel kayu, maka semakin banyak jumlah air terikat yang harus dikeluarkan dari dalam kayu dibandingkan dengan kayu yang
memiliki dinding sel tipis. Dinding sel yang tebal juga menyebabkan masa kayu yang harus dilewati secara difusi oleh air lebih banyak; selain itu masa kayu yang
mengalami penyusutan juga lebih besar, sehingga dapat mendorong terjadinya cacat deformasi ataupun retak permukaan dan retak ujung Tobing 1988.
12. Parenkim