MAKNA NASIONALISME DALAM TAYANGAN KOMPETISI FILM DOKUMENTER (Studi Resepsi Tentang Eagle Awards Competition Metro TV pada Para Sineas Universitas Muhammadiyah Malang)

(1)

MAKNA NASIONALISME DALAM TAYANGAN KOMPETISI

FILM DOKUMENTER

(Studi Resepsi Tentang Eagle Awards Competition Metro TV pada Para Sineas Universitas Muhammadiyah Malang)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Jatra Merie Ardhiana NIM: 08220308

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN Nama : Jatra Merie Ardhiana

NIM : 08220308

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Judul Skripsi :

Makna Nasionalisme dalam Tayangan Kompetisi Film Dokumenter (Studi Resepsi Tentang Eagle Awards di Metro TV pada Sineas Film

Universitas Muhammadiyah Malang)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Muhammadiyah Malang

dan dinyatakan LULUS Pada Hari : Sabtu

Tanggal : 3 November 2012 Tempat : Ruang 607

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi Winaryo, M.Si

Dewan Penguji:

1. Dra. Frida Kusumastuti M.Si Penguji I ( ) 2. Zen Amiruddin S.sos Penguji II ( ) 3. Nurudin, S,Sos, M.Si Penguji III ( ) 4. M. Himawan Sutanto S.sos, M.Si Penguji IV ( )


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya sehingga akhirnya penulis bisa meyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan terselesaikannya Skripsi saya yang berjudul Makna Nasionalisme Dalam Tayangan kompetisi Film Dokumenter (Studi Resepsi Tentang Eagle Awards Competition Metro TV pada Para Sineas Universitas Muhammadiyah Malang)”, maka selesai sudah masa studi Strata 1 saya. Walaupun masih terdapat kelemahan pada penelitian yang saya lakukan, Insyaallah skripsi ini menjadikan acuan saya guna mengembangkan terus keilmuan saya di bidang komunikasi.

Dunia mahasiswa sangatlah dekat dengan dunia (kerja) profesional. Sehingga seorang mahasiswa tidak hanya dituntut sekedar menuntut ilmu, juga menimba pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja yang nyata. Melalui penelitian ini, saya mendapatkan ilmu dan pengetahuan tentang bagaimana media mengkonstruksikan sesuatu yang bersifat nasionalisme ke dalam media yang masih mementingkan komersialisme di dalamnya dan bagaimana khalayk memaknai hal tersebut.

Penelitian ini berawal dari ketertarikan saya mengenai sebuah program yang mengususkan pada sebuah ajang kompetisi film, dimana film yang dikompetisikan tergolong jarang dapat ditemui. Mengusung tema tentang keadaan negara yang bisa dibilang betemakan nasionalisme Metro TV mencoba untuk mengarahkan sineas lokal untuk peduli pada negaranya melalui ajang ini, namun banyak hal yang justru terlihat, berdasarkan pengetahuan peneliti seperti adanya


(4)

media yang mencoba mengomersilkan nasionalisme demi keuntungan media itu sendiri. Sebagaimana kita tahu bahwa Metro TV adalah media atau televisi swasta yang komersil. Proses selanjutnya saya lebih banyak berkonsultasi dengan Bapak Nurudin, S,Sos, M.Si (Pembimbing I) dan bapak M. Himawan Sutanto, S,Sos, M.Si (Pembimbing II) untuk pengerjaan dan penyelesaian skripsi ini. Untuk saat ini mungkin hanya itu yang dapat saya berikan, karena memang masih banyak kajian komunikasi yang masih perlu saya pelajari lebih dalam. Namun harapan saya, skripsi ini dapat menjadi pemicu untuk penelitian sejenis selanjutnya.

Dalam hal ini penulis hanya manusia yang tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan baik dari segi penulisan maupun yang lainnya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran agar dapat memberikan masukan dalam penulisan selanjutnya.

Malang, 3 November 2012 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Cover

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

ABSTRAKSI ... v

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

UCAPAN TERIMA KASIH ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL... xv

LAMPIRAN ... 128

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 10

E. Fokus Penelitian... 11

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN ... 12

A. Penelitian Terdahulu ... 12

B. Nasionalisme Sebagai Harga Diri Bangsa Dalam Bingkai Televisi... 14

C. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ... 18

D. Program Acara dalam Siaran Televisi... 23

E. Gambaran Umum Eagle Awards Competition Metro TV ... 25

F. Sejaran Film Dokumenter dan Perkembangannya ... 27

G. Studi Resepsi dalam Tayangan Televisi ... 29

H. Televisi dan Masyarakat ... 35

I. Kompetisi Membuat Film dalam Program Acara Televisi... 38

J. Film Dokumenter dan Audien... 41

K. Audien Aktif dalam Media... 43

L. Gambaran Umum Metro TV... 47

L.1 Sejarah Metro TV ... 47

L.2 Logo Metro TV ... 49

L.3 Visi dan Misi Metro TV ... 50

L.4 Demografi Metro TV ... 51

L.5 Susunan Direksi Metro TV ... 52


(6)

BAB III Metode Penelitian ... 57

G.1. Pendekatan Penelitian ... 57

G.2. Tipe dan Dasar Penelitian ... 58

G.3. Subjek Penelitian... 58

G.4. Waktu dan Tempat Penelitian ... 61

G.5. Teknik Pengumpulan Data ... 62

G.6 Teknik Analisis Data ... 63

G.7. Teknik Keabsahan Data ... 65

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 67

A. Latar Belakang Informan ... 68

B. Makan Hadirnya Program Televisi Tentang Kompetisi Film Eagle Awards di Metro TV ... 74

B.1 Manfaaat Hadirnya Program Televisi Tentang Kompetisi Film Eagle Awards di Metro TV ... 74

B.2 Keuntungan Televisi atas Hadirnya Program Televisi Tentang Kompetisi ... 78

Film Eagle Awards di Metro TV C. Penilaian Khalayak Tentang Adanya Nasionalisme dalam Program Eagle Awards di Metro TV ... 81

D. Penerimaan Nasionalisme dalam Film-film yang Ditayangkan Program Eagle Awards di Metro TV ... 89

E. Pemaknaan Adanya Nasionalisme dalam Program Eagle Awards di Metro TV ... 97

F. Cara Memaknai Adanya Nasionalisme dalam Program Eagle Awards di Metro TV ... 106

BAB V PENUTUP ... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 121

1. Saran Akademis ... 121

2. Saran Praktis ... 123 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Logo Metro TV ... 49

Gambar 2 Logo Eagle Awards ... 52

Gambar 3 Poster Film Hutanku Sekolahku ... 55

Gambar 4 Poster Film Adeus, Timor Lorosae! ... 55

Gambar 5 Poster Film Garamku Tak Asin Lagi ... 56

Gambar 6 Poster Film Presiden Republik Abu-abu ... 56

Gambar 7 Poster Film Mutiara Pesisir Pantai ... 56

DAFTAR TABEL Table 1 Matriks Penelitian Terdahulu ... 12

Table 2 Isi Program Siaran Televisi ... 24

Table 3 Kekuatan dan kelemahan Reception Theory ... 34

Table 4 Struktur Dewan Direksi Metro TV ... 52

Table 5 Tim Progran Eagle Awards Competition ... 54

Table 6 Poster Jadwal Penayangan Program Eagle Awards Competition 2011 ... 55

Table 7 Penentuan Informan... 59

Table 8 Identitas Informan... 68

Table 9 Kategorisasi wawancara Informan 1 ... 128

Tabel 10 Kategorisasi wawancara Informan 2 ... 135

Tabel 11 Kategorisasi wawancara Informan 3 ... 142

Tabel 12 Kategorisasi wawancara Informan 4 ... 149

Tabel 13 Kategorisasi wawancara Informan 5 ... 154


(8)

Daftra Pustaka

Buku

Sudibyo, Agus. 2009. Penjajahan Baru di Langit Media. Jakarta : PT. Kompas Madia Nusantara.

Badjuri, Adi. 2010. Jurnalistik Televisi.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Burton, Grame. 2000. Membincangkan Televisi; Sebuah Pengantar Kajian Televisi. Yogjakarta: Jalasutra.

Effendy, Heru. 2002. Mari Membuat Film; Panduan Menjadi Produser. Jakarta: Yayasan Konfiden.

Effendy, Onong Uchjana.1993. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung: CV. Mandar Maju.

Eriyanto. 2000. Analisis wacana, Pengantar analisis teks media. Yogyakarta : PT LKIS Pelangi Aksara.

Hall, Stuart. Hobson, Dorothy. Lowe, Andrew. dan Willis, Paul. 2011. Budaya, Media, Bahasa. Yogyakarta : Jalasutra.

Herdiansyah, Harris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanuka.

Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis: Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group.

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa sebuah Ananlisis Media Televisi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Littlejohn, Stephen W. dan Foss, Karen A. 2009. Teory Komunikas. Jakarta: Salemba Humanika.

McQuail, Denis.1989. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Moleong, J. Lexi. 2008. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Penerbit PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Muda , Dedy Iskandar. 2005. Jurnalistik Televisi: menjadi reporter professional . Jakarta: Rosda.


(9)

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Naratama. 2004. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: Gramedia.

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Pragiwaksono, Pandji. 2011. Nasional.Is.Me. Yogyakarta: Bentang.

Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rusbiantoro, Dadang. 2008. Generasi MTV. Yogyakarta: Jalasutra.

Sobur, Alex. 2006 . Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Anilisis Framing. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sugyiono. 2009. Metode Penelitian Kuanitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfbeta.

Wahyudi, JB. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta: Gramedia Wazis, Kun. 2012. Media Massa dan Konstruksi realitas. Yogyakarta: Aditya

Media.

Internet

http://blog.sunan-ampel.ac.id/jauharotialfin/2011/06/24/kajian-resepsi-dalam-novel-tarian-setan-karya-saddam-hussein/#more-11 diakses pada tanggal 10 Mei 2012 pukul 22.30 WIB.

http://www.eagleawards-doc.com/index_new.php/ diakses pada tanggal 16 Mei 2012 pukul 20.00 WIB.

http://www.eagleawards-doc.com/index_new.php/judges diakses pada tanggal 16 Mei 2012 pukul 20.04 WIB.

http://www.eagleawards-doc.com/index_new.php/tor diakses pada tanggal 16 Mei 2012 pukul 20.10 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/ televise diakses pada tanggal 27 Mei 2012 pukul 10.20 WIB.


(10)

http://lydagama.wordpress.com/2007/12/29/menjadikan-televisi-sebagai-media-hiburan-edukasi-yang-aman-untuk-dinikmati/ diakses pada tanggal 27 Mei 2012 pukul 10.32 WIB.

http://fizhy.wordpress.com/2011/06/27/media-massa-televisi/ diakses pada

tanggal 27 Mei 2012 pukul 10.40 WIB.

http://fizhy.wordpress.com/2011/06/27/8/ diakses pada tanggal 27 Mei 2012 pukul 10.56 WIB.

http://www.iep.utm.edu/germidea/ diakses pada tanggal 20 Juni 2012 pukul 13.30 WIB.

http://abduh87.multiply.com/journal/item/7/Filsafat-Idealisme-Berkeley-Kant-dan-Hegel diakses pada tanggal 20 Juni 2012 pukul 13.46 WIB.

http://muminatus.blog.com/filsafat-idealisme/ diakses pada tanggal 20 Juni 2012 pukul 14.20 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Idealisme diakses pada tanggal 20 Juni 2012 pukul 14.30 WIB.

Artikel/ Jurnal

Lestari, Ika. “Pemaknaan Komodifikasi Anak-Anak di Televisi kajian Resepsi Khalayak oleh Para Ibu Rumah Tangga Terhadap Idola Cilik 2”. Jurnal penelitian Ilmu Komunikasi Thesis, Depok: Universitas Idonesia.

Penelitian terdahulu

Febriyanto, Ari Dwi (2012). Makna Materi Komedi Pada Tayangan Stand Up Komedi Show di Metro TV. Malang: UMM.


(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia dengan segala permasalahan yang ada merupakan negara yang memiliki lebih banyak kelebihan baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya dibandingkan dengan negara-negara lain. Negara kepulauan Indonesia ini memiliki belasan ribu pulau dengan lebih dari 250 juta jiwa penduduk. Keragaman Indonesia ini juga diperkuat dengan banyaknya etnis bahkan ribuan. Ratusan bahasa yang dipakai serta agama yang diyakini oleh penduduknya. Dengan demikian banyak yang sebernanya bisa dibahas tentang negara Indonesia dengan segala macam kelebihan dan kekurangannya dari segi ilmu komunikasi tentunya.

Nasionalisme sebenarnya adalah sebuah kata yang wujudnya pun tidak terlalu jelas atau abstrak. Nasionalisme pada masa penjajahan Indonesia mungkin bisa kita rasakan dalam cerita yang disajikan dalan buku pelajaran sejarah saat kita masih duduk di bangku sekolah dasar, menengah pertama maupun menengah atas. Tapi nasionalisme pada akhirnya mengalami pergeseran makna saat ini. Kita bahkan hanya tahu kata tersebut tanpa tahu apa maknanya dan apa yang bisa dilakukan dengan nasionalisme.

Pandji dalam bukunya Nasional.Is.Me mengatakan bahwa Indonesia sebenarnya masih dijajah sampai detik ini, bukan oleh negara lain tapi oleh penduduknya sendiri. Disaat negara-negara lain yang ada mulai


(12)

mengagung-2 agungkan Indonesia tapi justru penduduknya sendiri meronta dan memilih melarikan diri ke luar Negri. Bagaimana tidak ketika hadirnya sebuah media justru tidak memberikan rasa bangga dan nyaman bagi penduduk Negrinya sendiri.

Media Massa dibagi menjadi tiga jenis yaitu media cetak, media elektronik dan juga media online. Contoh dari media cetak antara lain adalah koran, tabloid, majalah, dll. Sedangkan media elektronik antara lain, televisi dan radio. Media online contohnya internet. Media cetak dan media elektronik adalah media massa yang paling banyak diakses oleh masyarakat, baik masyarakat kelas bawah maupun kelas menengah bahkan kelas atas. Sedangkan media online biasanya hanya diakses oleh masyarakat kelas menengah ke atas.

Media massa merupakan sarana penting dimana masyarakat mendapatkan banyak informasi disana, sebut saja televisi. Banyak masyarakat yang sejak kemunculan televisi mulai mendapatkan angin segar akan pemikiran bagaimana mudah nantinya mereka mendapatkan informasi dan hiburan tentu saja. Mereka menganggap informasi tidak lagi menjadi sebuah kebutuhan sekunder. Tetapi setiap harinya mereka merasa wajib untuk mendapatkan informasi, itulah akhirnya mengapa media massa khususnya televisi harusnya menjadi sarana baik bagi masyarakat tentang bagaimana rasa nasionalisme itu dibangun dan dibentuk oleh masyarakat Indonesia.

Pertumbuhan media massa dan perkembangan dunia televisi terlihat dari banyaknya stasiun televisi yang ada sekarang ini, baik stasiun TV berskala


(13)

3 nasional maupun lokal. Dengan semakin banyaknya stasiun televisi yang bermunculan maka program acara yang disajikan pun semakin beragam. Tujuannya tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh khalayak.

Dalam memenuhi kebutuhannya akan informasi, masyarakat Indonesia pastinya akan selektif dalam memilih program yang mereka minati dan butuhkan. Masyarakat tidak lagi menjadi penonton pasif akan hadirnya banyak informasi baru. Apalagi saat ini banyak program-program televisi yang tidak mendidik bahkan program yang dibuat menyalahi standar yang sudah diberikan oleh Komisi Penyiaran Indonesia atau KPI.

Media massa kini sudah banyak melakukan konstruksi akan sebuah realitas tertentu di benak masyarakat. Sebagaimana mereka juga memaknai akan hadirnya konstruksi realitas tertentu. Media massa bukanlah saluran bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan bias dan pemihaknya (Eriyanto: 2009:23).

Metro TV sebagai sebuah stasiun televisi swasta dengan segala jenis bentuk komersalisme yang dimilikinya juga memiliki program yang mengusung tema besar yakni nasionalisme. Program yang dimaksud Eagle Awards Competition, yakni program yang diperuntukan untuk anak muda kreatif Indonesia dan disajikan dalam bentuk kompetisi atau ajang menciptakan sebuah karya film tentang fakta dan realita yang ada di Negara ini. Dimana para generasi muda dituntut kritis terhadap sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Eagle Awards Documentary Competition yang ditayangkan di


(14)

4 Metro TV merupakan satu dari sangat sedikit program acara televisi yang menyajikan hiburan dan juga menampilkan pendidikan khususnya mengenai pembuatan sebuah film bergenre dokumenter.

Program ini menyoroti hal-hal tentang perkembangan bangsa dengan segala permasalahan yang dimiliki dan mengemasnya secara apik dan menarik untuk dinikmati. Membuat cerita dengan banyak permasalahan menjadi sebuah film dokumenter yang tidak hanya bernilai hiburan tapi juga pendidikan.

Kini film dokumenter sudah menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia dan khususnya di Indonesia. Para pembuat film akan bisa bereksperimen dan belajar banyak hal ketika terlibat dalam sebuah produksi film dokumenter. Selain hanya untuk kepentingan program penayangan pada sebuah stasiun televisi, film dokumenter juga lazim untuk diikutsertakan pada berbagai festival film baik di dalam maupun luar Negri. Dan akhirnya pada tahun 1992, Festival Film Indonesia (FFI) memiliki kategori tersendiri untuk penjurian dengan jenis film dokumenter.

Sebelumnya film dokumenter pernah menghiasi layar kaca televisi di Indonesia. Produksi pembuatan film ini dipelopori oleh stasiun TV pertama milik Indonesia yaitu TVRI (Televisi Republik Indonesia). Beragam jenis film dokumenter tentang kebudayaan, flora, fauna telah banyak dihasilkan dan disiarkan di stasiun televisi ini. Namun seiring berjalannya waktu dimana mulai banyak stasiun TV swasta yang bermunculan, TVRI tidak lagi menjadi satu-satunya stasiun TV yang menyiarkan acara ini. Metro TV adalah salah


(15)

5 satu stasiun televisi yang akhirnya meyiarkan program tersebut, meskipun konten dalam acara tersebut tergolong berbeda dengan yang pernah ada sebelumnya.

Delapan (8) tahun lalu Metro TV membuat sebuah program alternatif tentang sebuah kompetisi film dokumenter. Judul program acara tersebut yakni Eagle Awards Documentary Competition. Tayangan ini mencoba mengajak dan berusaha menjadikan anak muda Indonesia membuat dan menjadikannya sutradara film dokumenter baru Indonesia. Selain itu tayangan ini juga mencoba untuk mengajak masyarakat melihat berbagai potensi dan kemampuan bangsa Indonesia dibalik semua permasalahan dan keterpurukan yang sedang dihadapi. Karena film dokumenter tidak lepas dari tujuannya untuk menyebarkan berbagai informasi, pendidikan dan sebagai media propaganda bagi orang atau pada kelompok tertentu (Effendy,2002:12).

Program ini akan meyeleksi setiap proposal yang diterima sebagai persyaratan sebagai peserta oleh para juri yang sudah ditentukan sebelumnyaoleh stasiun televisi Metro. Nantinya akan terpilih 5 proposal yang dibuat oleh 5 pasang peserta yang selanjutnya mereka akan menerima beasiswa dan sekaligus menjadi finalis dalam kompetisi ini. Penerima beasiswa akan menjalani program pelatihan dalam membuat film dokumenter mulai dari pra-produksi sampai pasca-produksi selama beberapa bulan di Jakarta. Pelatihan ini juga akan akan dipandu dan didukung oleh pembuat film dokumenter profesional untuk membantu para peserta dalam


(16)

6 merumuskan ide cerita yang telah diusulkan hingga menjadi sebuah treatment

film yang siap diproduksi.

Dari konsistensi Metro TV menayangkan acara Eagle Awards selama delapan tahun, meskipun dengan tema-tema yang berbeda di tiap tahunnya Eagle Awards tetap mencoba mengajak masyarakat untuk melihat berbagai potensi bangsa Indonesia yang ada dibalik banyaknya permasalahan yang sedang dihadapi (www.eagleAwards.com).

Eagle Awards adalah program televisi dengan jam tayang prime time di Metro TV. Tapi tidak dapat dipungkiri jika Metro TV adalah stasiun TV swasta yang juga bersifat komersil di Indonesia. Sehingga muncul sebuah pertanyaan apakah mereka yang lolos menjadi peserta memiliki sikap nasionalisnya ketika memutuskan untuk bergabung dengan program ini, karena selama ini film yang dibuat oleh pengkarya selalu bercerita tentang bagaimana masyarakat kaum marjinal tetap hidup dan berupaya mencerdaskan kaumnya ditengah krisis Negara dimana mereka tinggal. Meskipun tema yang diberikan setiap tahunnya berbeda oleh Metro TV dan tim yang mengurusi program Eagle Awards sendiri. Bukankah mereka justru menambah daftar panjang program televisi yang menampilkan keburukan negaranya, bahkan mempertontonkannya di negara lain.

Pada tahun 2011 lalu Eagle Awards mengusung tema tentang bagimu Indonesiaku yang juga memproduksi 5 buah judul film dokumenter. Salah satunya adalah film yang dibuat oleh 2 orang peserta yang berasal dari kota Banda Aceh yang sekaligus keduanya adalah mahasiswa Universitas


(17)

7 Muhammadiyah Malang yang berjudul “Garamku Tak Asin Lagi”. Film tersebut menceritakan perjuangan para janda Aceh yang tetap memproduksi garam lokal ditengah monopoli pemerintah atas garam-garam impor. Film ini mendapatkan juara dengan kategori terfavorit pilihan pemirsa.

Selain itu ada juga film yang bejudul “Presiden Republik Abu-abu” yang menceritakan perjuangan seorang untuk mendapatkan pengakuan atas daerah yang ditinggalinya yang juga berada di wilayah Indonesia. daerah tersebut diberi nama grey area karena tidak memiliki status daerah, dan penduduknya pun sulit mendapatkan pendidikan dan fasilitas kesehatan termasuk juga fasilitas berupa kartu kependudukan. Tokoh utama yang terdapat dalam film tersebut menjadi pahlawan yang berjuang untuk mendapatkan pengakuan atas status daerah yang ditempatinya dari negara. Dalam film-film yang ditampilkan tersebut terlihat sisi nasionalisme dari seorang sineas film yang membuat, dan dalam film itu juga diperlihatkan sebuah bentuk nasionalisme lain oleh warga negara di suatu tempat. Film itu juga ditayangkan dalam program yang sengaja dibuat sebagai kritik untuk pemerintah melalui cara dan media yang berbeda dan lebih mudah dipahami.

Audien sebenarnya bukanlah sosok yang pasif dalam memproduksi makna, mereka cenderung aktif dalam memproduksi makna. Media yang selalu menyajikan informasi setiap harinya pasti memberikan makna yang berbeda-beda tiap individu audien. Termasuk juga program acara ini. Disaat sebuah media nasional yang komersil menayangkan sebuah program yang melibatkan orang lain selain mereka yang bekerja di media tersebut. Pastinya


(18)

8 setiap audien akan memaknai secara berbeda fenomena tersebut. Bisa jadi mereka memaknai bahwa program ini hanya dibuat untuk menaikan rating

dan memberikan iklan yang banyak untuk kebutuhan hidup media tersebut, namun bisa jadi audien memaknai secara berbeda stasiun televisi yang menayangkan program tersebut. Terlebih program ini menayangkan sebuah identitas nasionalisme kaum muda kreatif dengan paket atau sajian yang bisa dinikmati dengan cara yang berebeda.

Universitas Muhammadiyah Malang merupakan satu dari banyak perguruan tinggi yang mencetak banyak sineas muda kreatif bagi Indonesia. Melihat banyak prestasi yang sudah diukir oleh mahasiswa khusunya dibidang sinema dalam berbagai kompetisi dengan banyak jenis genre juga yang dikerjakan. Bahkan 6 mahasiswanya juga telah mengikuti sebuah ajang bergengsi dan menjadi peserta dengan mendapatkan beasiswa di kompetisi membuat film documenter Eagle Awards Metro TV tahun 2007, 2008 dan tahun 2011 lalu.

Mereka yang memiliki latar belakang seorang sineas sejak lama dan sudah menciptakan banyak karya berupa film tersebut, pastinya memiliki beberapa pandangan dan jawabanya tersendiri dalam mengkritisi adanya program yang mengusung tema besar nasionalisme dan film, terlebih lagi adalah film dokumenter yang sejatinya menampilkan sebuah realitas. Selain itu mereka semua adalah mahasiswa yang pastinya memiliki rasa bangga dengan negara yang tanah dan airnya sudah menjadi penghidupan bagi dirinya sendiri dan juga bagi keluarganya. Pertanyaan besar akan arti dan


(19)

9 hadirnya nasionalisme program dan peserta pastinya juga terlintas di benak mereka.

Berawal dari fenomena yang telah dijabarkan oleh peneliti di atas, maka peneliti tertarik dan bermaksud untuk melakukan penelitian tentang pemaknaan yang diberikan oleh audien khususnya para sineas muda Universitas Muhammadiyah Malang pada nasionalsme yang ada pada program acara kompetisi membuat film bergenre dokumenter pada sebuah televisi komersil, program tersebut adalah Eagle Awards Competition di Metro TV.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini menginterpretasikan makna yang dihasilkan oleh khalayak dalam hal ini adalah mahasiswa sekaligus sineas yang ada di Universitas Muhammadiyah Malang tentang bagaimana nasionalisme dibangun dan digambarkan oleh sebuah media yang membawa orang luar yang tersebut sebagai bagian dari media mereka. Sehingga rumusan masalahnya adalah bagaimana pemaknaan nasionalisme pada program tayangan Eagle Awards

Documentary Competition Metro TV menurut sineas Universitas Muhammadiyah Malang?.

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dibuat pasti memiliki tujuan, dalam pembuatannya, dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara


(20)

10 para sineas di Universitas Muhammadiyah Malang dalam memaknai nasionalisme pada program tayangan televisi swasta yang dianggap komersil dalam program yang dibuatnya yaitu Eagle Awards Documentary Competition

di Metro TV.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian pastinya mengharapkan sebuah hasil yang baik dan hasil itu dapat dimanfaatkan oleh peneliti maupun oleh orang lain. Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah:

D.1 Manfaat Akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi jurusan Ilmu Komunikasi khususnya mengenai kajian analisis resepsi dan nasionalisme pada sebuah program tayangan televisi swasta yang dinilai komersil.

b. Penelitian ini nantinya dapat dijadikan rujukan sebagai referensi dan penambah ilmu bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sejenis.

D.2 Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi pertimbangan bagi para lulusan yang ketika terjun menjadi seorang praktisi sebuah media khususnya bidang penyiaran televisi untuk tidak membuat program acara yang merugikan siapapun atas hadirnya tayangan tersebut.


(21)

11 E. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini ada pada pemaknaan yang diberikan oleh

audience/khalayak dalam hal ini adalah sineas-sineas film yang ada di Universitas Muhammadiyah Malang tentang adanya nasionalisme dalam sebuah program tayangan televisi komersil. Program tersebut adalah kompetisi film dokumenter Eagle Awards Competition di Metro TV. Pemaknaan yang dihasilkan tersebut tersebut didasarkan pada latar belakang dari audience, yakni, umur, pendidikan, dan juga pengalaman.


(1)

merumuskan ide cerita yang telah diusulkan hingga menjadi sebuah treatment film yang siap diproduksi.

Dari konsistensi Metro TV menayangkan acara Eagle Awards selama delapan tahun, meskipun dengan tema-tema yang berbeda di tiap tahunnya Eagle Awards tetap mencoba mengajak masyarakat untuk melihat berbagai potensi bangsa Indonesia yang ada dibalik banyaknya permasalahan yang sedang dihadapi (www.eagleAwards.com).

Eagle Awards adalah program televisi dengan jam tayang prime time di Metro TV. Tapi tidak dapat dipungkiri jika Metro TV adalah stasiun TV swasta yang juga bersifat komersil di Indonesia. Sehingga muncul sebuah pertanyaan apakah mereka yang lolos menjadi peserta memiliki sikap nasionalisnya ketika memutuskan untuk bergabung dengan program ini, karena selama ini film yang dibuat oleh pengkarya selalu bercerita tentang bagaimana masyarakat kaum marjinal tetap hidup dan berupaya mencerdaskan kaumnya ditengah krisis Negara dimana mereka tinggal. Meskipun tema yang diberikan setiap tahunnya berbeda oleh Metro TV dan tim yang mengurusi program Eagle Awards sendiri. Bukankah mereka justru menambah daftar panjang program televisi yang menampilkan keburukan negaranya, bahkan mempertontonkannya di negara lain.

Pada tahun 2011 lalu Eagle Awards mengusung tema tentang bagimu Indonesiaku yang juga memproduksi 5 buah judul film dokumenter. Salah satunya adalah film yang dibuat oleh 2 orang peserta yang berasal dari kota Banda Aceh yang sekaligus keduanya adalah mahasiswa Universitas


(2)

Muhammadiyah Malang yang berjudul “Garamku Tak Asin Lagi”. Film tersebut menceritakan perjuangan para janda Aceh yang tetap memproduksi garam lokal ditengah monopoli pemerintah atas garam-garam impor. Film ini mendapatkan juara dengan kategori terfavorit pilihan pemirsa.

Selain itu ada juga film yang bejudul “Presiden Republik Abu-abu” yang menceritakan perjuangan seorang untuk mendapatkan pengakuan atas daerah yang ditinggalinya yang juga berada di wilayah Indonesia. daerah tersebut diberi nama grey area karena tidak memiliki status daerah, dan penduduknya pun sulit mendapatkan pendidikan dan fasilitas kesehatan termasuk juga fasilitas berupa kartu kependudukan. Tokoh utama yang terdapat dalam film tersebut menjadi pahlawan yang berjuang untuk mendapatkan pengakuan atas status daerah yang ditempatinya dari negara. Dalam film-film yang ditampilkan tersebut terlihat sisi nasionalisme dari seorang sineas film yang membuat, dan dalam film itu juga diperlihatkan sebuah bentuk nasionalisme lain oleh warga negara di suatu tempat. Film itu juga ditayangkan dalam program yang sengaja dibuat sebagai kritik untuk pemerintah melalui cara dan media yang berbeda dan lebih mudah dipahami.

Audien sebenarnya bukanlah sosok yang pasif dalam memproduksi makna, mereka cenderung aktif dalam memproduksi makna. Media yang selalu menyajikan informasi setiap harinya pasti memberikan makna yang berbeda-beda tiap individu audien. Termasuk juga program acara ini. Disaat sebuah media nasional yang komersil menayangkan sebuah program yang melibatkan orang lain selain mereka yang bekerja di media tersebut. Pastinya


(3)

setiap audien akan memaknai secara berbeda fenomena tersebut. Bisa jadi mereka memaknai bahwa program ini hanya dibuat untuk menaikan rating dan memberikan iklan yang banyak untuk kebutuhan hidup media tersebut, namun bisa jadi audien memaknai secara berbeda stasiun televisi yang menayangkan program tersebut. Terlebih program ini menayangkan sebuah identitas nasionalisme kaum muda kreatif dengan paket atau sajian yang bisa dinikmati dengan cara yang berebeda.

Universitas Muhammadiyah Malang merupakan satu dari banyak perguruan tinggi yang mencetak banyak sineas muda kreatif bagi Indonesia. Melihat banyak prestasi yang sudah diukir oleh mahasiswa khusunya dibidang sinema dalam berbagai kompetisi dengan banyak jenis genre juga yang dikerjakan. Bahkan 6 mahasiswanya juga telah mengikuti sebuah ajang bergengsi dan menjadi peserta dengan mendapatkan beasiswa di kompetisi membuat film documenter Eagle Awards Metro TV tahun 2007, 2008 dan tahun 2011 lalu.

Mereka yang memiliki latar belakang seorang sineas sejak lama dan sudah menciptakan banyak karya berupa film tersebut, pastinya memiliki beberapa pandangan dan jawabanya tersendiri dalam mengkritisi adanya program yang mengusung tema besar nasionalisme dan film, terlebih lagi adalah film dokumenter yang sejatinya menampilkan sebuah realitas. Selain itu mereka semua adalah mahasiswa yang pastinya memiliki rasa bangga dengan negara yang tanah dan airnya sudah menjadi penghidupan bagi dirinya sendiri dan juga bagi keluarganya. Pertanyaan besar akan arti dan


(4)

hadirnya nasionalisme program dan peserta pastinya juga terlintas di benak mereka.

Berawal dari fenomena yang telah dijabarkan oleh peneliti di atas, maka peneliti tertarik dan bermaksud untuk melakukan penelitian tentang pemaknaan yang diberikan oleh audien khususnya para sineas muda Universitas Muhammadiyah Malang pada nasionalsme yang ada pada program acara kompetisi membuat film bergenre dokumenter pada sebuah televisi komersil, program tersebut adalah Eagle Awards Competition di Metro TV.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini menginterpretasikan makna yang dihasilkan oleh khalayak dalam hal ini adalah mahasiswa sekaligus sineas yang ada di Universitas Muhammadiyah Malang tentang bagaimana nasionalisme dibangun dan digambarkan oleh sebuah media yang membawa orang luar yang tersebut sebagai bagian dari media mereka. Sehingga rumusan masalahnya adalah bagaimana pemaknaan nasionalisme pada program tayangan Eagle Awards Documentary Competition Metro TV menurut sineas Universitas Muhammadiyah Malang?.

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dibuat pasti memiliki tujuan, dalam pembuatannya, dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara


(5)

para sineas di Universitas Muhammadiyah Malang dalam memaknai nasionalisme pada program tayangan televisi swasta yang dianggap komersil dalam program yang dibuatnya yaitu Eagle Awards Documentary Competition di Metro TV.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian pastinya mengharapkan sebuah hasil yang baik dan hasil itu dapat dimanfaatkan oleh peneliti maupun oleh orang lain. Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah:

D.1 Manfaat Akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi jurusan Ilmu Komunikasi khususnya mengenai kajian analisis resepsi dan nasionalisme pada sebuah program tayangan televisi swasta yang dinilai komersil.

b. Penelitian ini nantinya dapat dijadikan rujukan sebagai referensi dan penambah ilmu bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sejenis.

D.2 Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi pertimbangan bagi para lulusan yang ketika terjun menjadi seorang praktisi sebuah media khususnya bidang penyiaran televisi untuk tidak membuat program acara yang merugikan siapapun atas hadirnya tayangan tersebut.


(6)

E. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini ada pada pemaknaan yang diberikan oleh audience/khalayak dalam hal ini adalah sineas-sineas film yang ada di Universitas Muhammadiyah Malang tentang adanya nasionalisme dalam sebuah program tayangan televisi komersil. Program tersebut adalah kompetisi film dokumenter Eagle Awards Competition di Metro TV. Pemaknaan yang dihasilkan tersebut tersebut didasarkan pada latar belakang dari audience, yakni, umur, pendidikan, dan juga pengalaman.