MAKNA MATERI KOMEDI PADA TAYANGAN STAND UP COMEDY SHOW METRO TV (Studi Resepsi Pada Komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang)

(1)

MAKNA MATERI KOMEDI PADA TAYANGAN STAND UP COMEDY SHOW METRO TV

(Studi Resepsi Pada Komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Ary Dwi Febriyanto NIM: 08220239

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Nama : Ary Dwi Febriyanto

2. Nim : 08220239

3. Fakultas/ Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/ Ilmu Komunikasi 4. Judul Skripsi :

MAKNA MATERI KOMEDI PADA TAYANGAN STAND UP COMEDY SHOW METRO TV

(Studi Resepsi Pada Komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muslimin Machmud, M.Si Sugeng Winarno, MA

Mengetahui

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

Nurudin,M.Si  

 


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Ary Dwi Febriyanto

NIM : 08220239

Konsentrasi : Audio Visual

Judul Skripsi : MAKNA MATERI KOMEDI PADA TAYANGAN STAND UP COMEDY SHOW METRO TV (Studi Resepsi Pada Komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dan dinyatakan LULUS Pada : Kamis Tanggal : 19 Juli 2012 Tempat : Ruang 605

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji :

1. Nasrullah, M.Si ( )

2. Novin Styo Wibowo, S.Sos ( )

3. Dr. Muslimin Machmud, M.Si ( )

4. Sugeng Winarno, M.A ( )

 


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ary Dwi Febriyanto

Tempat, Tanggal Lahir : Jombang, 19 Februari 1988 Nomor Induk Mahasiswa : 08220239

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul: MAKNA MATERI KOMEDI PADA TAYANGAN STAND UP

COMEDY SHOW METRO TV

(Studi Resepsi Pada Komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang) Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun

seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 11 Juli 2012 Yang Menyatakan,

Ary Dwi Febriyanto   

 


(5)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI 1. Nama : Ary Dwi Febriyanto

2. Nim : 08220239

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Audio Visual 6. Judul Skripsi :

MAKNA MATERI KOMEDI PADA TAYANGAN STAND UP COMEDY SHOW METRO TV

(Studi Resepsi Pada Komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang)

Pembimbing : 1. Dr. Muslimin Machmud, M.Si 2. Sugeng Winarno, MA

Kronologi Bimbingan :

Tanggal

Paraf Pembimbing

Keterangan Pembimbing I Pembimbing II

23 Februari 2012 Acc Judul

16 Maret 2012 Seminar Proposal

02 April 2012 Acc Bab I

24 Juni 2012 Acc Bab II

02 Juli 2012 Acc Bab III

08 Juli 2012 Acc Bab IV

11 Juli 2012 Acc Seluruh Naskah

Malang, 11 Juli 2012 Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muslimin Machmud, M.Si Sugeng Winarno, MA


(6)

MOTTO

“Jika Anda terlahir miskin itu bukan kesalahan Anda,

tapi jika Anda mati miskin itu adalah kesalahan Anda”

(Bill Gates)

Lakukan sesuatu hal yang baru, maka kamu akan

mendapatkan pengalaman berarti

(Penulis)


(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan kepada :

Kedua orang tuaku yang hebat,

Ayah dan mama terimakasih atas doa, cinta dan

Dukungan kalian selama ini kepadaku.

Mbak, mas dan ponakanku tercinta,

Serta teman-teman semua yang aku sayangi.

Matur suwun sanget sedoyo… :D


(8)

ABSTRAK

Ary Dwi Febriyanto, 08220239

MAKNA MATERI KOMEDI PADA TAYANGAN STAND UP COMEDY SHOW METRO TV (Studi Resepsi Pada Komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang)

Pembimbing : Dr. Muslimin Machmud, M.Si dan Sugeng Winarno, MA

(94 halaman + 9 gambar + 1 lampiran)

Bibliografi: 15 buku, 2 non buku, 1 penelitian terdahulu, 16 sumber online

Kata Kunci : Stand Up Comedy Show Metro Tv, studi resepsi, materi komedi

Perkembangan dunia hiburan khususnya komedi, saat ini menjadi pilihan khalayak dalam memilih suatu program acara di televisi. Namun patut disayangkan karena mayoritas tayangan komedi yang disuguhkan di televisi adalah jenis komedi kekerasan (slapstick). Melihat fenomena ini Metro Tv merespon dan mulai membuat suatu program acara yang bertajuk Stand Up Comedy Show, dengan menampilkan comic professional yang sudah berkompeten di dunia Stand Up Comedy. Stand Up Comedy adalah komedi cerdas, karena materi komedi yang biasa dibawakan mayoritas mengandung pesan bahkan kritik sosial. Dalam Stand Up Comedy seorang comic akan lebih mengandalkan materi komedinya untuk mendapatkan tawa penonton dari pada berpakaian atau bertingkah aneh. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pemaknaan khalayak tentang materi komedi pada Stand Up Comedy Show Metro Tv.

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif interpretatif melalui studi resepsi (reception studies). Informan dalam penelitian ini adalah anggota komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang yang diambil berdasarkan teknik purposive sampling dan didapat lima orang informan yang sesuai dengan syarat yang telah ditentukan. Sementara untuk teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Sedangkan untuk teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman. Untuk uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.

Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa pemaknaan dan penerimaan khalayak tentang materi komedi pada tayangan Stand Up Comedy Show Metro Tv berbeda-beda. Pada posisi pembaca dominan (dominant hegemonic position), khalayak menilai dan menerima materi komedi pada tayangan Stand Up Comedy Show Metro Tv bagus, dengan melihat dari sudut pandang dan cara observasi setiap comic dalam menggali materinya serta pesan apa yang disampaikan. Sedangkan khalayak yang berada pada posisi pembaca yang dinegoisasi (negotiated code/position), tidak serta merta menerima secara langsung tanda


(9)

yang disampaikan pada tayangan Stand Up Comedy Show Metro Tv. Karena mereka juga memperhatikan bagaimana penerapan teori Stand Up Comedy dan originalitas materi komedi yang dibawakan setiap comic. Sehingga materi komedi pada tayangan Stand Up Comedy Show Metro Tv tidak bisa dijadikan referensi untuk digunakan bagi comic lainnya

Kesimpulannya adalah tanda yang dibuat media direspon berbeda-beda oleh setiap khalayak, ada yang secara langsung menerima tanda tersebut, Namun ada juga khalayak yang tidak langsung menerima tanda yang dibuat media tadi. Latar belakang pembentukan pemaknaan pada khalayak terkait erat dengan pengalaman dan pemahaman teori dalam Stand Up Comedy, wawasan mereka, persona atau karakter mereka diatas panggung, serta tergabungnya mereka dalam komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang, yang memiliki ciri terbuka dan materi komedinya bisa mengedukasi audiens Maka dari itu sebaiknya comic-comic pemula yang ingin belajar tentang Stand Up Comedy untuk lebih memperhatikan cara observasi dan penggalian materi komedi comic professional serta memahami teori-teori dalam Stand Up Comedy.


(10)

ABSTRACT

Ary Dwi Febriyanto, 08220239

MEANING OF THE MATERIALS ON DISPLAY STAND UP COMEDY COMEDY SHOW METRO TV (Reception Study On Stand Up Comedy Indonesia Malang Community)

Adviser: Dr. Muslimin Machmud, M.Si and Sugeng Winarno, MA ( 94 pages + 9 image + 1 attachment)

Bibliography: 15 books, 2 non-book, 1 previous study, 16 online resource Keywords: Stand Up Comedy Show Metro Tv, reception studies, comedy material

The development of the entertainment world especially comedy, is currently a public option in choosing a program on television. But pity that the majority of the comedy shows are presented on television is a type of comedy violence (slapstick comedy). Seeing these phenomena Metro Tv to respond and begin creating a program with titled Stand Up Comedy Show, featuring a comic professionals who are competent in the world of Stand Up Comedy. Stand Up Comedy is a smart comedy, because comedy material usually contains messages even was delivered the majority of social criticism. Stand Up Comedy in a comic will rely more His comedy materials to get laughs from the audience without dressed or behaving strangely. Under these conditions, researcher are interested in knowing how the audience about the meaning of comedy material at Stand Up Comedy Show Metro Tv.

In this study used a qualitative interpretative approach to through the reception studies. Informants in this research is community members of Stand Up Comedy Indonesia Malang were taken by purposive sampling technique and gained five informants in accordance with the terms specified. While for the data collection techniques using in-depth interviews and observation. As for the data analysis techniques using Miles and Huberman models. To test the validity of using triangulation of data sources.

The results of this research found that the meaning and audience acceptance of comedy material on display Stand Up Comedy Show Metro Tv is different. In the reader dominant position (dominant hegemonic position), audiences rate and receive the comedy on display Stand Up Comedy Show Metro Tv good, the see from the point of view and the observation every comic in excavating the comedy material and what the message was delivered. While the audience positioned at readers who negotiated (negotiated code / position), are not necessarily receive directly sign of impressions delivered at Stand Up Comedy Show Metro Tv. Because they are also concerned with how the application of the theory of Stand Up Comedy and originality of material that was delivered every comic comedy. So the comedy material on display Stand Up Comedy Show Metro Tv can not be used as a reference to be used for other comic.


(11)

The conclusion is that sign of made media responded differently by each audience, there is a directly receive the sign, but there are audiences that are not directly receive the sign made earlier media. The background of the formation of meaning is closely related to the audience with the experience and understanding of the theory in Stand Up Comedy, their insights, their persona or character on the stage, as well as their incorporation in the community Stand Up Comedy Indonesia Malang, which has the characteristics of an open and His comedy material can educate your audience should Hence comic-comic beginners who want to learn about Stand Up Comedy for a better look at how observation and excavation materials comedy comic professionals and understand the theories in Stand Up Comedy.


(12)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Dengan selalu mengucap Alhamdulillahirobbil’alamin, rasa syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul :

MAKNA MATERI KOMEDI PADA TAYANGAN STAND UP COMEDY SHOW METRO TV

(Studi Resepsi Pada Komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang)

Tidak sedikit kesulitan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari bebagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan dan dorongan baik secara moral maupun materiil sehingga terselesaikannya skripsi ini, kepada :

1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW

2. Kedua orang tua saya ayahanda Suharsono dan ibunda Isnaini Utami, kakak saya Iswinda Hariati dan suaminya mas Chamdan Fatchur Rozi, serta keponakan lucu saya Aldya Putri Almahyra tercinta yang telah senantiasa tidak ada henti untuk mendoakan, memotivasi dan memberikan kasih sayang yang melimpah sehingga terselesaikannya skripsi ini.


(13)

3. Bapak Muslimin Machmud, Ph.D , M.Si selaku dosen pembimbing I dan bapak Sugeng Winarno, MA selaku dosen pembimbing II yang telah sabar dalam menyampaikan ilmu, memberikan pencerahan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat segera terselesaikan.

4. Bapak Nasrulah, M.Si dan bapak Novin Styo Wibowo, S.Sos selaku dosen Penguji skripsi. Terima kasih atas kritik dan sarannya untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi.

5. Ibu Roziana Febrianita yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi, dukungan dan bimbingannya, hingga terselesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu dalam bentuk sumbangan pemikiran tentang hal-hal yang terkait dalam skripsi ini, serta telah memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat segera terselesaikan.

7. Seluruh penulis buku yang telah menjadi sumber inspirasi dan membantu dalam memberikan ilmu pengetahuan, wawasan serta pemahan tentang segala hal yang terkandung dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh teman-teman Ilmu Komunikasi angkatan 2008 khususnya D’Com One. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama ini serta telah menjadi sahabat selama kuliah di UMM.

9. Case Pictures Crew, Terima kasih sudah menjadi sahabat dan teman bermain

serta produksi selama kuliah di UMM.

10.Teman-teman bimbingan kampus 1, Nena, Metil, Uya, Ratna, Dinta, Angel, Desy, Yethi, dan Nopek yang tak pernah lelah selalu memberi motivasi dan


(14)

11.Para informan dan teman-teman comic anggota Stand Up Indo Malang dan Stand Up UMM, terima kasih atas kesempatan dan bantunannya, sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi saya sambil belajar tentang Stand Up Comedy.

12.Serta kepada seluruh sahabat-sahabatku dan pihak lain yang juga turut memberikan bantuan dan belum sempat saya sebutkan satu-persatu, semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan dengan pahala yang berlipat.

Akhir kata dengan segala kekurangan dan keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga apabila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki penulisan skripsi ini. Semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Malang, 2 Agustus 2012

Penulis


(15)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI... v

MOTTO……... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN……... vii

ABSTRAKSI... viii

KATA PENGANTAR... xii

DAFTAR ISI... xv

DAFTAR TABEL... xviii

DAFTAR GAMBAR... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 5

1.5 Tinjauan Pustaka... 6

1.5.1 Media Massa... 6


(16)

1.5.2 Televisi... 9

1.5.3 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa... 11

1.5.4 Program Acara Televisi... 13

1.5.5 Format Tayangan Televisi... 14

1.5.6 Stand Up Comedy... 16

1.5.6.1 Gambaran Umum... 16

1.5.6.1 Stand Up Comedy Show Metro Tv... 20

1.5.7 Materi Komedi... 21

1.5.8 Studi Resepsi... 24

1.6 Fokus Penelitian... 27

1.7 Penelitian terdahulu... 27

1.8 Metode Penelitian... 29

1.8.1 Pendekatan Penelitian... 29

1.8.2 Teknik Pemilihan Informan... 30

1.8.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 38

1.8.4 Jenis dan Sumber Data…... 38

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data... 39

1.8.6 Teknik Analisa Data... 40

1.8.7 Teknik Keabsahan Data... 42

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN... 43

2.1 Acara Stand Up Comedy Show Metro Tv... 43

2.2 Metro Tv... 46


(17)

2.3 Komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang... 48

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA... 50

3.1 Identitas Informan... 51

3.2 Makna dan Kriteria Materi Komedi Yang Baik... 54

3.2.1 Pesan Dan Kritik Sosial Dalam Bentuk Komedi... 54

3.2.2 Materi Harus Rapi Dan Menghindari Blue Materials... 58

3.3 Penilaian Khalayak Tentang Tayangan Stand Up Comedy Show Metro Tv... 62

3.4 Penerimaan Materi Komedi Di Stand Up Comedy Show Metro Tv... 67

3.5 Pemaknaan Materi Komedi Di Stand Up Comedy Show Metro Tv... 74

3.6 Cara Memaknai Materi Komedi Di Stand Up Comedy Show Metro Tv... 81

3.7 Pemaknaan Referensi Materi Komedi Di Stand Up Comedy Show Metro Tv ... 85

3.7.1 Referensi Untuk Tidak Digunakan…... 85

3.7.2 Keresahan Pribadi Sebagai Sumber Referensi... 89

BAB IV PENUTUP... 92

4.1 Kesimpulan... 92

4.2 Saran... 93

4.2.1 Saran Akademis... 93

4.2.2 Saran Praktis... 94 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Matriks Penelitian Terdahulu ... 28

Tabel 1.2 Penentuan Informan ... 32

Tabel 3.1 Identitas Informan ... 52

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Skema Format Tayangan televisi... 15

Gambar 1.2 Analisis Data Model Interaktif Dari Miles dan Huberman... 42

Gambar 2.1 Acara Stand Up Comedy Show Metro Tv... 45

Gambar 2.2 Logo Metro Tv ... 47

Gambar 2.3 Logo Stand Up Comedy Indonesia Malang... 49


(19)

Daftar pustaka

Badjuri, Adi. 2010. Jurnalistik Televisi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Effendy, Onong Uchjana.1993. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung: CV. Mandar Maju

Eriyanto. 2009. Analisis Wacana, Pengantar Analsis Teks Media. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara

Hartley, John. 2010. Communication, Cultural, And Media Studies. Yogyakarta: Jalasutra

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta:Raja Grafindo Persada Machmud, Muslimin. 2011. Komunikasi Tradisional: Pesan Kearifan Lokal

Masyarakat Sulawesi Selatan Melalui Berbagai Media. Yogyakarta: Buku Litera

Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya Morrisan. 2008. Manajemen Media Penyiaran. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press

Naratama. 2004. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: Gramedia Papana, Ramon. 2012. Kitab SUCI. Jakarta: Media Kita

Sarwoko, Tri Adi. 2011. Sukses Melawak. Yogyakarta: Penerbit Andi

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Wahyudi, JB. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta: Gramedia

Sumber Non Buku

Papana, Ramon. 2011. Diktat Dasar-Dasar Stand Up Comedy. Jakarta: ISC-Doc Sumaryoto, Kelik. Komunikasi Humor. Materi Seminar Humor pada tanggal 8 April 2012. Malang


(20)

xx  Penelitian Terdahulu

Anggita, Chandri Bhernadia (2010). Pemaknaan Khalayak Terhadap Nilai Metroseksualitas Dalam Iklan. Jakarta: UI

Sumber Online

-

http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2011/09/16/tentang-stand-up-comedy-di-indonesia/ diakses tanggal 27 februari 2012 jam 16.25 wib

-

(http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060385-pengertian-media-massa/) diakses tanggal 29 Februari 2012 jam 8.23 WIB

-

http://www.tabloidnova.com/Nova/Tips/Wabah-Stand-Up-Comedy-Lucu-Yes!-SARA-No!-1 diakses tgl 1 maret 2012 jam 17.51 WIB

-

(http://rollingstone.co.id/read/2011/10/27/171500/1754257/1101/stand-up-comedy-wajah-baru-pemancing-tawa) di akses tanggal 2 Maret 2012 jam

10.23 WIB.

-

http://mbokmenik.wordpress.com/2011/11/30/semiotika-interpretatif-untuk-konsumerisme/ di akses tanggal 3 Maret 2012 pukul 8.34 WIB - twitter @ramonpapana pada tanggal 29 Januari 2012.

- www.pandji.com diakses tanggal 2 Maret 2012 jam 10.33 WIB

-

http://www.metrotvnews.com/read/newsprograms/2012/06/06/12829/689/Edis

i-Rabu-28-Maret-2012 diakses tanggal 30 Maret 2012 jam 20.45 WIB

-

http://id.wikipedia.org/wiki/MetroTV diakses pada tanggal 9 April 2012 jam 13.25 WIB

-

http://www.metrotvnews.com/read/about diakses pada tanggal 9 April 2012

jam 13.25 WIB

-

http://www.artikata.com/arti-347272-referensi.html diakses tanggal 2 juni

2012

-

http://ndandutz.wordpress.com/2011/03/23/pengertian-referensi-timbangan-bukutimbangan-pustaka/ diakses tgl 2 juni 2012 jam 9.00 WIB

- https://twimg0-a.akamaihd.net/profile_images/2184156339/standupmlg.png

diakses tanggal 7 Juli 2012 jam 10.48 WIB

-

http://agussetiaman.wordpress.com/2008/11/07/teori-efek-komunikasi-massa-dari-melvin-de-fleur/ diakses tgl 7 juli 2012 jam 13.50 WIB

-

http://books.google.co.id/books?id=CvcvLsDxhvEC&pg=PA73&dq=reception +analysis+mcquail&hl=id&sa=X&ei=Q_b4T8CKEoaqrAfRnMzZBg&ved=0 CDIQ6AEwAQ#v=onepage&q=reception%20analysis%20mcquail&f=false diakses tanggal 7 Juli 2012 jam 13.50 WIB

-

http://jurnal.budiluhur.ac.id/wp-content/uploads/2007/04/blcom-04-vol2-no2-april20071.pdf diakses tanggal 20 juli 2012 jam 13.56 WIB


(21)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Televisi merupakan salah satu media komunikasi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Dewasa ini perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia begitu pesat. Lihat saja banyak stasiun televisi yang bermunculan, baik yang berskala nasional maupun yang berskala lokal. Televisi yang berskala nasional saat ini antara lain TV One, TRANS 7, TRANS TV, SCTV,

RCTI, Indosiar, Metro TV, MNC TV, TVRI, Global TV, ANTV, Kompas TV.

Sedangkan televisi berskala lokal sendiri adalah JTV, ATV, SBO, Arek TV, Citra

TV, Malang TV, dan sebagainya. Berbanding lurus dengan banyaknya stasiun

televisi, maka program acara yang disuguhkan tentu semakin beragam. Masing-masing stasiun televisi berlomba – lomba untuk menyajikan acara terbaiknya untuk menghibur pemirsanya.

Banyaknya stasiun televisi yang menayangkan berbagai acara hiburan, membuat masyarakat saat ini menjadi masyarakat yang konsumtif. Masyarakat konsumtif disini diartikan sebagai masyarakat yang pandai dalam hal memilih hiburan apa yang layak untuk dinikmati. Konsumsi dalam hal ini bukanlah yang berhubungan dengan tempat – tempat hiburan, akan tetapi dalam hal pemilihan acara televisi. Bisa dikatakan televisi saat ini sudah menjadi salah satu kebutuhan primer bagi masyarakat, karena dengan sebuah kotak elektronik tersebut berbagai


(22)

macam hiburan dan informasi dari berbagai daerah dapat diperoleh dengan mudah dan murah. Oleh karena itu tidak ada orang yang tidak menyukai televisi.

Tayangan hiburan yang sering disuguhkan setiap stasiun televisi mempunyai karakterisitik yang berbeda-beda, akan tetapi kebanyakan tayangan hiburan adalah bergenre komedi. Tayangan hiburan yang bergenre komedi saat ini juga begitu beragam di setiap televisi, misal saja Opera Van Java (OVJ) dan John Lenong di trans 7, Comedy Project di trans tv, Facebookers dan Tawa Sutra di antv, dan masih banyak lagi. Kebanyakan dari tayangan diatas adalah komedi slapstick, yakni komedi yang hanya mengandalkan kekerasaan sebagai bahan guyonan seperti saling pukul-pukulan, saling dorong, saling mencemooh satu sama lain, melempar tepung ke yang lain, dan sebagainya.

Melihat tayangan komedi setiap hari yang kurang mendidik dan hanya menyuguhkan adegan kekerasan saja, salah satu stasiun televisi yakni Metro TV membuat alternative tayangan komedi, yang bertajuk Stand Up Comedy Show. Cukup mengherankan sebenarnya ketika Metro tv menanyangkan acara Stand Up Comedy Show, karena sejatinya konsep stasiun tv berlogo burung elang ini adalah stasiun televisi yang memusatkan warta berita. Acara Stand Up Comedy Show sendiri tayang setiap hari rabu malam pada pukul 22.30 WIB, dengan menampilkan tiga orang comic setiap episodenya. Comic adalah sebutan untuk pelaku Stand Up Comedy. Menurut majalah Rolling Stone Indonesia, rating tayangan komedi yang muncul perdana di layar kaca pada 15 september 2011 tersebut saat ini adalah, TVR 1,3 dan share 7,8 pada tanggal 12 Januari 2012 lalu.


(23)

Acara tersebut selalu menampilkan para comic yang sudah terkenal untuk beraksi menghibur penonton misalnya, Raditya Dhika, Pandji Pragiwaksono, Setyawan Tiada Tara, Temon, dan masih banyak lagi, bahkan di salah satu episode khusus pernah menampilkan Mario Teguh untuk beraksi stand up comedy. Para comic selalu menampilkan joke-joke yang berbeda-beda setiap tampil, karena mereka diberi kebebasan dalam memilih tema materi dan angel lawakan yang akan disampaikan pada penonton. Stand Up Comedy sendiri merupakan bentuk dari seni komedi atau melawak yang disampaikan secara monolog kepada penonton. Biasanya dilakukan seorang diri dan langsung berhadapan dengan penontonnya. Ramon Papana pernah menulis di akun twitternya @ramonpapana tentang Stand Up Comedy.

“Stand up comedy adalah komedi cerdas karena Membuat materinya dengan kecerdasan, membawakannya harus cerdas dan menikmatinya juga butuh kecerdasan.”

Rata-rata hampir semua comic yang tampil di Stand Up Comedy Show biasanya membawakan materi tentang kritik terhadap fenomena social yang ada disekitar kita. Dan seorang comic dituntut memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar, wawasan yang luas dan tentunya selera humor yang tinggi. kata Pandji Pragiwaksono dalam blognya.

“Stand up comedy itu berangkat dari observasi, memotret fenomena sosial, menganalisa, dan membahasnya secara monolog yang lucu,”

Semenjak mulai ditayangkan di televisi, Stand Up Comedy mulai banyak diperbincangkan masyarakat, khususnya dikalangan anak muda, yang selama ini sudah mulai bosan dengan tayangan komedi yang itu-itu saja. Dan seakan


(24)

menunggu hadirnya komedi cerdas dari para komedian di Indonesia. dalam tulisannya di blog Kompasiana Yonathan Cristanto mengatakan.

“Memang sudah saatnya Indonesia memiliki banyak comic untuk perkembangan stand up comedy di Indonesia. Dan sudah saatnya stand up comedy bangkit di Indonesia agar melahirkan orang-orang yang cerdas, berwawasan luas, serta memiliki pikiran yang terbuka agar bangsa ini tidak mudah tersinggung yang berujung pada pertengkaran dan sebagainya.”

Seiring berkembangnya dan boomingnya Stand Up Comedy di Indonesia, suasana bertambah ramai dengan mulai terbentuknya komunitas-komunitas Stand Up Comedy serta mengadakan open mic dan Stand Up Nite di kota-kota lain, tak terkecuali kota Malang. Komunitas Stand Up Comedy Malang lahir dari sekelompok anak muda yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar minat masyarakat malang terhadap Stand Up Comedy, pada tanggal 23 Oktober 2011 dengan mengadakan open mic pertama. Menurut Ramon Papana dalam bukunya dijelaskan open mic ialah sebuah acara untuk menampilkan para comic pemula atau comic professional yang mau mencoba bahan baru (Papana, 2012:161) Dengan sering mengadakan open mic ini membuat komunitas tersebut semakin dikenal eksistensinya oleh masyarakat Malang khususnya dikalangan anak muda.

Sebagai komedi cerdas, seorang comic hampir 90% akan mengandalkan materi komedinya untuk menghadirkan tawa penonton. Tentunya materi komedi dalam acara Stand Up Comedy Show Metro Tv akan dimaknai dan diterima berbeda-beda oleh comic-comic dari komunitas Stand Comedy Indonesia Malang.


(25)

Berawal dari fenomena diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “MAKNA MATERI KOMEDI PADA TAYANGAN STAND UP COMEDY SHOW DI METRO TV” dengan studi resepsi pada komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti merumuskan masalah yaitu bagaimana pemaknaan materi komedi pada tayangan Stand Up Comedy Show di Metro Tv menurut anggota komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang cara memaknai materi komedi pada tayangan Stand Up Comedy Show di Metro Tv bagi para anggota komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang.

I.4 Manfaat Penelitian I.4.1 Manfaat Akademis

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menambah literatur penelitian kualitatif tentang pemaknaan khalayak terhadap tayangan Stand Up Comedy di televisi melalui studi resepsi.

I.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini sangat diharapkan dapat memberikan masukan kepada pembaca dalam memaknai dan memahami suatu tayangan Stand Up Comedy di televisi.


(26)

I.5 TINJAUAN PUSTAKA I.5.1 Media Massa

Dalam proses komunikasi peran media massa sangatlah penting. Media massa merupakan alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serentak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa di banding dengan komunikasi jenis lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin,2007:9).

Dikutip dari blog shvoong, media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi (Rakhmat, 2001). Media menampilkan diri sendiri dengan peranan yang diharapkan, dinamika masyarakat akan terbentuk, dimana media adalah pesan. Jenis media massa yaitu media yang berorentasi pada aspek (1) penglihatan (verbal visual) misalnya media cetak, (2) pendengaran (audio) semata-mata (radio, tape recorder), verbal vokal dan (3) pada pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat verbal visual vokal (Liliweri, 2001).

Peran media massa dalam kehidupan sosial, terutama dalam masyarakat modern tidak ada yang menyangkal menurut Mc Quail dalam bukunya Mass


(27)

Communication Theories (2000 : 66), ada enam perspektif dalam hal melihat peran media, yang dikutip dari blog jurnal budiluhur, antara lain:

1. Melihat media massa sebagai window on event and experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Atau media merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa

2. Media juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola media sering merasa tidak “bersalah” jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal sesungguhnya, angle, arah dan framing dari isi yang dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan oleh para profesional media, dan khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka inginkan.

3. Memandang media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih isu, informasi atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Di sini khalayak “dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian


(28)

4. Media massa acapkali pula dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternative yang beragam

5. Melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya tanggapan dan umpan balik

6. Media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif

Selama abad kedua puluh, media massa ini memiliki karakter tujuan yang cenderung tersentral satu untuk semua, isi yang distandarkan, biaya capital yang tinggi, dan inovasi teknologi, juga tendensi ke arah repertoire dan genre. Selain hasrat mereka akan rating dan pencapaian, media massa memiliki sikap ambil atau tinggalkan sama sekali kepada audiens. Misalkan audiens tidak berpartispasi secara langsung pada kreasi isi (John, 2010: 187) Sementara itu Robert K. Avery berpendapat, bahwa Individu dalam menerima pesan-pesan dari media massa akan memberikan reaksi berupa:

1. Selective Attetion

Yaitu masing-masing individu hanya akan memilih program acara atau berita yang menarik minatnya.


(29)

2. Selective Perception

Yaitu individu akan menafsirkan sendiri pesan-pesan yang diterimanya melalui media massa.

3. Selective Retention

Yaitu individu hanya akan mengingat hal-hal yang ingin dia ingat (Wahyudi, 1994: 3)

I.5.2 Televisi

Dalam bukunya Yudhi (2008: 140) mengutip pendapat Omar Hamalik bahwa:

“Television is an electronic motion picture with conjoined or attendant sound; both picture and sound reach the eye and ear simultaneously from a remote broadcast point”

“Televisi sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik, yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Maka televisi sebenarnya sama dengan film, yakni dapat didengar dan dilihat”

Pada dasarnya, prosentase penggunaan jenis media massa masih dikuasai oleh televisi. Hal ini dikarenakan televisi memiliki sejumlah kelebihan, antara lain sebagai berikut:

1. Bersifat Dengar – Pandang

Berbeda dengan media radio yang hanya bisa dinikmati melalui indera pendengaran, televisi bisa dinikmati secara visual melalui indera penglihatan. Karena jika seseorang melihat suatu peristiwa di televisi, orang tersebut akan memiliki kekuatan sugestif yang tinggi.


(30)

2. Menghadirkan Realitas Sosial

Televisi mampu menghadirkan suatu realitas sosial yang seolah – olah seperti aslinya. Hal ini tentu memiliki pengaruh sangat kuat pada diri khalayak. Visualisasi yang didukung oleh kekuatan suara pada kenyataannya sangat membantu memahamkan seseorang terhadap sesuatu yang sulit menjadi mudah dimengerti.

3. Simultaneous

Kelebihan lain dari televisi adalah mampu menyampaikan segala sesuatu secara serempak sehingga dapat menyampaikan informasi kepada banyak orang yang tersebar di berbagai tempat dalam waktu yang sama persis (simultaneous). Sifat ini tidak dimiliki oleh media cetak yang membutuhkan sistem distribusi panjang sehingga lokasi yang berada jauh dari tempat percetakan akan menerima informasi lebih lambat dibandingkan dengan yang berada didekat pusat penerbitan.

4. Memberi Rasa Kedekatan

Televisi dijadikan media yang efektif dalam proses komunikasi. Karena tayangan program televisi secara umum disajikan dengan pendekatan yang persuasif kepada khalayaknya. Dengan menggunakan sapaan yang member kesan dekat, tidak berjarak, bahasa tutur sehari – hari, gesture yang wajar menciptakan suasana intim atau dekat antara presenter program dengan khalayak. Pada dasarnya, televisi didukung visual yang menarik, sehingga jika potensi tersebut dikelola secara baik untuk misi pendidikan, pengaruh yang ditimbulkan pun cukup besar.


(31)

5. Menghibur

Kelebihan terbesar televisi adalah menghibur. Menurut Neil Postman bahwa esensi media televisi adalah hiburan sehingga beliau memperolok masyarakat dengan sindiran “menghibur diri sampai mati”. Oleh karenanya, dalam memproduksi suatu program acara, televisi selalu mempertimbangkan aspek hiburan (Adi, 2010: 14-16).

Secara umum televisi memiliki fungsi utama seperti pendapat Onong Uchjana dalam bukunya Adi (2010: 16) yaitu to inform (memberikan informasi kepada khalayak), to educate (memberikan pendidikan), to entertaint (menghibur), to influence (mempengaruhi). Hal ini mirip dengan fungsi dari kemunikasi massa yang dikemukakan oleh Jay Black dan Frederick C. Whitney, televisi merupakan salah satu media massa yang bisa memberikan semuanya. I.5.3 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Menurut pendapat Bitter, proses komunikasi massa selain melibatkan unsur – unsur komunikasi sebagaimana umumnya juga membutuhkan peran media massa sebagai alat untuk menyampaikan atau menyebarkan informasi (Nurudin, 2007: 7).

Televisi merupakan bagian dari media komunikasi massa yang mampu menyediakan berbagai informasi yang actual dan menyebarkan ke masyarakat umum. Yang dimaksudkan dengan televisi di sini ialah televisi siaran (television broadcast) yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa antara lain: komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan, komunikasi berlangsung


(32)

satu arah, dan komunikannya heterogen (Effendy, 1993: 21) Namun saat ini televisi sudah berlangsung dua arah.

Pernyataan Harold lasswell tentang definisi komunikasi yakni Who Says What In Which Channel to Whom With What Effect? Telah bisa mewakili bahwa televisi siaran merupakan media komunikasi massa karena memenuhi unsur-unsur yang terdiri dari sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver) serta efek (effect). Seiring berkembangnya jaman, saat ini televisi telah menjelma menjadi salah satu media massa yang paling banyak diminati masyarakat. Hal ini bisa dilihat, hampir semua rumah di Indonesia memiliki televisi, bahkan televisi bisa dikatakan telah menjadi kebutuhan primer masyarakat.

Harus diakui televisi telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Televisi bukan hanya media hiburan, tetapi juga meningkatkan pengetahuan pemirsa berkaitan dengan pendidikan, budaya, perjalanan, dan sebagainya.

Sifat televisi yang serempak dimanfaatkan untuk membuat masyarakat secara bersamaan menaruh perhatian kepada pesan yang disampaikan komunikator. Selain sifat televisi yang cepat memungkinkan pesan dapat disampaikan kepada begitu banyak orang dalam waktu yang singkat. Daya tarik televisi juga demikian besar, sehingga pola-pola kehidupan rutinitas manusia sebelum munculnya televisi, berubah total sama sekali. Inilah yang membuat media televisi menjadi bahan konsumsi masyarakat yang utama sejajar dengan kebutuhan pokok yang lainnya.


(33)

Bisa dikatakan televisi telah mampu meniadakan ruang dan waktu bagi siapapun yang menontonnya. Serta menghilangkan perbedaan suku, ras, dan gender dalam pemanfaatannya untuk memperoleh informasi, pendidikan, dan hiburan. Pesan-pesan yang disampaikan juga dapat mempengaruhi dan memberikan interpretasi yang berbeda-beda pada setiap individu.

I.5.4 Program Acara Televisi

Arti kata program dalam dunia penyiaran adalah segala hal (acara) yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya (Morrisan, 2008:200) Adakalanya acara-acara tersebut diproduksi sendiri oleh masing-masing stasiun televisi dan terkadanag juga membeli sebuah produksi audio visual yang sudah jadi dari rumah-rumah produksi atau production house (Naratama, 2004: 12).

Mutu dari suatu acara sangat berpengaruh bagi stasiun televisi dikemudian hari. Jika mutu acara yang ditayangkan bagus sesuai dengan kondisi dan segmentasi khalayak pemirsanya dan penempatan waktu tayang sesuai dengan program acara tentu akan mendapatkan perhatian luas dari masyarakat. setiap program acara televisi yang akan disiarkan harus dibuatkan:

a. Judul program (mata acara) b. Kriteria atau batasan mata acara c. Format atau bentuk penyajian d. Durasi atau lama waktu siaran

Selain hal tersebut diatas penentuan program acara televisi hendaknya dilandasi oleh:


(34)

a. Misi, fungsi dan tugas stasiun penyiaran b. Landasan filosofi, konstitusi, dan operasional c. Hasil riset khalayak sebagai konsumen d. Norma, etika, dan estetika yang berlaku

e. Kebijakan intern dan ekstern (Wahyudi, 1994: 22)

Penanyangan sebuah program acara televisi bukan hanya bergantung pada konsep penyutradaran atau kreativitas penulis naskah, melainkan tergantung pada kemampuan profesionalisme dari sebuah kelompok kerja dunia broadcast dengan seluruh divisinya. Acara yang bagus bisa melorot ratingnya jika promosi dan kualitas gambar on air-nya mengalami gangguan frekuensi. Namun hal ini masih dapat diantisipasi yakni dengan menentukan format tayangan televisi.

I.5.5 Format Tayangan Televisi

Tayangan adalah program acara yang disajikan oleh stasiun televisi dalam kurun waktu tertentu. Penayangan sebuah program acara televisi bergantung pada kemampuan profesionalisme dari seluruh kelompok kerja didunia broadcast. Acara yang bagus juga bisa menjadi buruk apabila jam tayangnya tidak tepat. Maka perlu dikemas dengan format tayangan televisi yang terancang dan terencana. Format tayangan televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreatifitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai criteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut (Naratama, 2004 : 63). Untuk lebih jelasnya dalam membedakan tiga bagian dalam format tayangan televisi. ada gambarannya sebgai berikut :


(35)

Timeless&imajinatif timeless&factual factual&actual

Dokurama Infotainment

Opera Sportainment

Format Tayangan Televisi

Musikal Reality show

- Others - Magazine Show -

features

- Tragedy - Talk Show - Sport

- Aksi - Variety Show - News

- Komedi - Repackaging - Cinta - Game Show

- Legenda - Kuis

- Horor

Gambar 1.1 Skema Format Tayangan Televisi Sumber: Naratama, 2004 : 63

DRAMA (FIKSI) adalah sebuah format tayangan televisi yang diproduksi dan diciptakan melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan. Adegan – adegan tersebut akan menggabungkan anatar realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi khayalan para kreatornya. Contoh : drama percintaan, tragedy, horor, komedi, legenda, aksi dan sebagainya.

NON DRAMA (NON FIKSI) adalah sebuah format tayangan televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus mengintrepetasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan. Non drama bukanlah sebuah runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu format program tayangan non drama merupakan sebuah DRAMA/

FIKSI

NON DRAMA/NON BERITA

/


(36)

runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya, dan music. Contoh : talkshow, konser music, dan variety show.

BERITA (NEWS) adalah format tayangan televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian atau peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari. format ini memerlukan nilai-nilai factual dan actual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen. Contoh : berita ekonomi, liputan siang dan laporan olahraga (Naratama, 2004: 64-65).

I.5.6 Stand Up Comedy

I.5.6.1 Gambaran Umum

Stand Up Comedy merupakan bentuk dari seni komedi atau melawak yang disampaikan secara monolog kepada penonton. Biasanya ini dilakukan secara live dan komedian akan melakukan one man show. Meskipun di sebut dengan stand up comedy, komedian tidaklah selalu berdiri dalam menyampaikan komedinya. Ada beberapa komedian yang melakukannya dengan duduk dikursi persis seperti orang yang sedang bercerita. Karena dalam stand up comedy tidak ada aturan yang mengikat tentang seseorang yang ingin melakukan stand up show. Stand up comedy adalah suatu seni pertunjukan yang dimaksudkan untuk langsung memancing tawa dari penonton. Tidak seperti theatrical comedy, dimana menciptakan comedy dari sebuah drama tersetruktural dengan karakter-karakter dan situasi tertentu. Biasanya para comedian telah menyiapkan konsep materi yang dia buat sendiri sebelum mereka show. Stand Up Comedy merupakan seni komedi cerdas yang menentut setiap komedian untuk mempermainkan bahasa.


(37)

Materi yang biasa diangkat adalah tentang kritik fenomena social, pengalaman pribadi, daan lain-lain.

Dalam sejarahnya, Stand Up Comedy sendiri sebenarnya telah ada di abad ke 18-19 di Eropa dan Amerika. Disana pelaku komedian ini biasa disebut dengan stand up comic atau secara singkat disebut dengan comic. Para comic ini biasanya memberikan beragam cerita humor, lelucon pendek atau kritik-kritik berupa sindiran terhadap sesuatu hal yang sifatnya cenderung umum dengan berbagai macam sajian gerakan dan gaya. Beberapa comic pun bahkan menggunakan alat peraga untuk meningkatkan performa mereka di atas panggung. Stand Up Comedy biasanya dilakukan di kafe, bar, universitas dan teater. Di awal abad ke-20, akhirnya vaudeville (pertunjukan yang menampilkan tarian, nyanyian, komedi, akrobat hingga sulap) dan komedi musikal digilai masyarakat di Amerika. Vaudeville membuktikan bahwa komedi bisa ditampilkan di panggung besar, tapi burlesque) pertunjukan humor yang provokatif menampilkan humor slapstick, lelucon verbal, aksi penari telanjang, dan para penyanyi perempuan) membuktikan bahwa stand-up comedy bisa ditampilkan dalam tempat yang lebih intim. Para comic yang tampil di burlesque menampilkan sketsa dan monolog di

gedung pertunjukan yang lebih kecil, intim, dan penuh interaksi hingga menghasilkan gaya stand up.Pada tahun 1979 di Inggris terbentuk sebuah

kelompok Stand up Comedy gaya amerika pertama yang didirikan oleh Peter Rosengard. Seiring dengan dibentuknya kelompok ini serta berjalannya waktu kemudian mulai bermunculan kelompok-kelompok Stand up Comedy sejenis di


(38)

berbagai penjuru dunia hingga sampai ke Indonesia dan semakin menancapkan eksistensinya.

Di Indonesia sendiri, belum jelas pastinya kapan Stand Up Comedy itu masuk, akan tetapi sebenarnya sudah ada sejak dahulu kala. Nama-nama beken seperti (alm) Taufik Savalas, Butet Kertaradjasa dan Ramon P. Tommybens telah lama ada di Stand Up Comedy di Indonesia. Bahkan grup Warkop DKI dan Bagito sebenernya sudah memulai era komedi cerdas, hanya saja mereka membawakan bentuk komedinya secara berkelompok. Berawal dari kegelisahan seorang Ramon P. Tommybens atau yang lebih dikenal dengan Ramon Papana, terhadap gaya komedi Indonesia yang berbeda dengan komedi di Eropa dan Amerika yang lebih banyak menampilkan komedi yang lebih pintar dan modern (Smart Comedy). Maka ia ingin mengenalkan dan mengembangkan Stand Up Comedy di Indonesia. Harapan dia ini mulai terwujud pada tahun 1992, bersama rekannya Harry de fretes, ia menyelenggarakan Lomba Lawak Tunggal di café milik mereka (Boim Cafe). Lomba Lawak Tunggal yang diusung Ramon Papana ini mungkin berbeda dari yang sudah ada, karena disini mensyaratkan “bahan” lawakan yang menceritakan pengalaman atau kehidupan pribadi dan point of view si pelawak tunggal.

  Pada tahun 1997 dimulai acara OpenMic (ketika itu dinamakan acara “Bintang Baru”) yang memperbolehkan siapapun tampil di panggung untuk melucu. Bahkan saat itu Ramon Papana menyediakan hadiah bagi siapa saja yang tampil di pangggung Comedy Café Indonesia miliknya. Acara tersebut berlanjut dan dipelihara secara konstan, karena inginnya Ramon Papana melihat


(39)

berkembangnya Stand Up Comedy di Indonesia. Di tahun 2004 seorang penggemar fanantik Stand Up Comedy, yang bernama Iwel Sastra (dikenal juga sebagai Iwel Wel), nekad menggelar Show Tunggal Stand Up Comedy di Gedung Kesenian Jakarta dengan modal sendiri dan tercatat sebagai Comic Indonesia pertama yang menggelar Show Tunggal. (ISC-doc: 8).

Di tahun 2011 merupakan era berkembang dan boomingnya Stand Up Comedy di Indonesia. Banyaknya comic-comic baru yang mulai menunjukkan kebolehannya dalam Stand Up Comedy seperti Raditya Dika, Pandji Pragiwaksono, Setyawan Tiada Tara, Ernest Prakasa, Ryan Adriandy, Asep Suaji, Farhan, Mongol, Reggy Hasibuan, Soleh Solikhun, dan masih banyak lagi.

Tidak ketinggalan menangkap fenomena berkembangnya Stand Up Comedy di Indonesia, dua stasiun televisi nasional memproduksi acara tentang Stand Up Comedy. Metro TV memulai program acara yang bernama Stand Up Comedy Show yang tayang mulai tanggal 15 September 2011. Lalu pada tanggal 21 September 2011 disusul dengan Kompas TV yang membuat konsep audisi diacaranya yang bertajuk Stand Up Comedy Kompas TV.

Seiring berjalannya waktu, suasana bertambah ramai dengan mulai terbentuknya komunitas-komunitas Stand Up Comedy dan mengadakan Open Mic dan Stand Up Nite di kota-kota lain, seperti Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Depok, Bogor, Bekasi, Medan, Malang, Semarang, Solo, Purwokerto, Padang, Pekanbaru, Sukabumi, Jambi, Pontianak, Banjaramsin, Samarinda, Manado, Bali, Makasar, dan lain-lain.


(40)

I.5.6.2 Stand Up Comedy Show Metro TV

Stand Up Comedy Show merupakan program acara yang bisa dikatakan salah satu program acara komedi masih baru tayang di Metro tv. Acara tersebut taping pada tanggal 13 September 2011 dan tayang pada 15 September 2011 setiap hari Rabu pukul 22.30 WIB. Stand Up Comedy Show Metro TV berbentuk

ShowCase di mana para stand up comedian atau comic, atau seorang stand up

istilah yang lazim digunakan dipilih oleh tim kreatifnya.

Berbeda dengan Kompas TV yang mengusung konsep kompetisi dalam acaranya, Stand Up Comedy Metro tv menampilkan comic-comic profesional yang memang sudah berkecimpung di dunia stand up comedy, sebut saja Iwel, Raditya Dika, Stany Agustaf, Pandji, Setyawan Tiada Tara dan masih banyak lagi.

Meski menampilkan comic-comic yang sudah handal, namun Metro TV juga menampilkan comic-comic yang belum punya nama, tetapi ternyata memiliki potensi yang luar biasa. Mongol dan Soleh Solihun, misalnya. Dua nama ini sekarang ini berhasil menjadi primadona penonton stand up comedy. Betapa tidak, materi komedi mereka kocak dan bikin terpingkal-pingkal penontonnya.

Episode perdana Stand Up Comedy Show mendapat rating 1,3 dengan 7,8 share alias bagus, sejajar dengan rating acara Kick Andy yang merupakan salah satu program unggulan Metro TV. Menurut Agus Mulyadi di majalah

RollingStone Indonesia, Manajer Produksi dan Kreatif Metro TV, intuisinya

mengatakan bahwa episode perdana itu akan mendapat respon yang baik dari para pemirsa, apalagi setelah melihat respon di Twitter.


(41)

Bahkan disalah satu kesempatan Stand Up Comedy Show Metro Tv pernah menghadirkan Mario Teguh untuk berunjuk gigi, membawakan joke-jokenya bersaing dengan comic-comic yang biasa tampil di acara itu.

I.5.7 Materi Komedi

Materi dalam hal ini adalah bahan komedi atau lawakan, sedangkan komedi biasa disebut dengan joke, seperti yang ditulis oleh Sarwoko dalam bukunya, joke merupakan tulang punggung dalam lawakan. Joke secara umum disebut lelucon atau lawakan, dan merupakan amunisi yang harus dimiliki seorang pelawak atau comedian (Sarwoko, 2011:15). Seorang pelawak dalam setiap menyampaikan materi selalu menambahkan joke didalamnya. Seorang pelawak juga dituntut untuk selalu melontarkan joke baru, karena yang membuat sebuah joke menjadi sangat berharga adalah kesegarannya. Kesegaran sebuah joke dalam pentas lawak atau komedi amat bergantung pada spontanitas dari pelawak itu sendiri. Namun, semua itu bisa dikondisikan oleh sebuah joke yang telah mempertimbangkan seluruh unsur yang dapat memancing tawa (Sarwoko, 2011:18). Jadi joke harus ada dalam setiap materi lawakan untuk memancing tawa penonton.

Berdasarkan joke dan bahan materi yang sering dibawakan seorang pelawak atau comedian di atas pentas, maka joke-joke dan materi tersebut dapat dikategorisasikan kedalam jenis-jenis lawakan sebagai berikut:


(42)

1. Lawakan Jorok/Porno

Adalah lawakan yang joke-jokenya sering mengungkap hal-hal yang berbau pornografi ataupun hal jorok, seperti: lawakan dengan membicarakan tentang seks, orang buang angin, meludah, dan lain-lain.

2. Lawakan Fisik

Merupakan lawakan yang modal dasarnya mengeksploitasi fisik lawan mainnya. Yang lebih parah dari lawakan fisik adalah mencela atau menghina orang secara berlebihan. Oleh karena itu selalu ada korban dalam lawakan ini, lawakan fisik tidak mencerminkan lawakan yang intelektual. misalnya saja adul yang sering disamakan seperti kecebong, nyingnying, dan lain-lain.

3. Lawakan Kasar

Lawakan kasar atau biasanya juga disebut slaptis. Lawakan ini sejatinya hanya urusan kekerasan fisik, seperti : orang terjatuh, terjengkal, terpeleset, kejedot, dipukul/ditampar, merusak property seperti yang sering muncul di televisi, dan masih banyak lagi. Lawakan jenis ini memang efektif untuk memancing tawa orang dari segmen kelas bawah. Untuk audiens anak-anak, lawakan ini lebih efektif memancing tawa ketimbang lawakan jenis lainnya.

4. Lawakan Parodi: Plesetan Cerita dan Karakter

Parodi jenis lawakan dengan memelesetkan sesuatu yang sudah diketahui oleh masyarakat. pemelesetan atau pemarodian biasanya dilakukan pada cerita-cerita yang sudah amat dikenal di masyarakat. Kendati pada cerita-cerita-cerita-cerita baru bisa saja dialkukan, terutama pada pemlesetan karakter. Seperti plesetan yang dilakukan Opera Anak Endong di Trans 7 (Juli 2010) dalam lakon Malin


(43)

Kundang. Disini Malin Kundang yang menolak dikutuk jadi batu, lalu dikutuk menjadi ibu.

5. Lawakan Metropolis

Ialah lawakan yang dibawakan merupakan lawakan kota, maka peran-perannya pun seperti pengusaha, karyawan, ibu rumah tangga, om-om, atau tante-tante. Bukan hanya cerutanya, gaya bicara dalam lawakan pun mengikuti keseharian orang-orang yang tinggal dikota metropolitan. Lawakan metropolis seperti yang di tampilkan oleh Extravaganza dan Ngelenong Nyok.

6. Lawakan Intelek

Lawakan intelek saat ini dimaknai sebagai lawakan kritik atau lawakan politik, karena lawakan jenis ini sering menggunakan joke-joke yang mengkritisi tentang sesuatu hal. Pelopor lawakan ini adalah Warkop DKI.

7. Lawakan Tradisional

Lawakan jenis ini seperti yang ditampilkan oleh ketoprak humor, srimulat, atau ludruk. Yang selalu menampilakn ciri ketradisionalan dalam setiap pentas. Gaya lawakan yang dibawakan selalu sama, tetapi kelompok ini memang memiliki penggemar sendiri.

8. Lawakan Solusi

Ialah lawakan yang sering digunakan oleh seorang pelawak atau comedian dengan memanfaatkan keadaan sekelilinggya, karena kehabisan idea tau bahan lawakan. Misal mengartikan kata, membuat kata yang berujung sama, dan membuat pantun (Sarwoko, 2011:4-11)


(44)

I.5.8 Studi Resepsi

Studi resepsi sebenarnya terfokus pada oposisi dan negoisasi audiens terhadap media. Studi ini tentunya untuk mengetahui sejauh mana penafsiran dan pemaknaan audiens terhadap teks media.

Dalam bukunya, McQuail (2009:73) menjelaskan bahwa :

“The essence of the ‘reception approach’ is to locate the attribution and construction of meaning (derived from media) with the receiver. Media messages are always open and ‘polysemic’ having multiple meanings and are interpreted according to the context and the culture of receivers. Among the forerunners of reception analysis was a persuasive variant of critical theory formulated by Stuart Hall (1974/1980) which emphasized the stage of transformation trought which any media message passes on the way from its origins to its reception and interpretation. It drew from, but also challenged, the basic principles of structuralism and semiology which presumed that any meaningful ‘message’ is constructed from signs which can have denotative and connotative meanings, depending on the choices made by an encoder.”

“Esensi dari 'pendekatan resepsi' adalah untuk menemukan atribusi dan konstruksi makna (berasal dari media) dengan penerima. pesan media selalu terbuka dan polysemic memiliki beberapa arti dan ditafsirkan sesuai dengan konteks dan budaya penerima. Diantara pelopor analisis resepsi adalah varian persuasif teori kritis yang dirumuskan oleh Stuart Hall (1974/1980) yang menekankan tahap trought transformasi yang melewati setiap pesan media dalam perjalanan dari asal-usulnya ke resepsi dan interpretasi. Hal menarik dari


(45)

resepsi, tetapi juga menantang, prinsip-prinsip dasar strukturalisme dan semiologi yang diduga bahwa 'pesan' apapun yang berarti dibangun dari tanda-tanda yang dapat memiliki makna denotatif dan konotatif, tergantung pada pilihan yang dibuat oleh encoder.”

Berkaitan dengan penerimaan atau pemaknaan pesan media oleh audiens, menurut Stuart Hall dalam Eriyanto (2009: 94) ada tiga bentuk pembacaan / hubungan antara penulis dan pembaca dan bagaimana pesan itu dibaca oleh keduanya, antara lain:

1. Posisi pembaca dominan (dominant hegemonic position)

Penulis menggunakan kode-kode yang bisa diterima umum, sehingga pembaca akan menafsirkan dan membaca pesan/tanda itu dengan pesan yang sudah diterima umum tersebut. Artinya, tidak ada perbedaan penafsiran antara penulis dan pembaca.

2. Pembacaan yang dinegoisasi (negotiated code/position)

Kode yang disampaikan penulis kemudian ditafsirkan secara terus menerus di antara kedua belah pihak. Namun, ketika diterima pembaca akan menggunakan kepercayaan dan keyakinannya tersebut dan dikompromikan dengan kode penulis.

3. Pembacaan oposisi (oppositional code/position)

Posisi pembaca yang ketiga ini merupakan kebalikan dari posisi yang pertama. Pembaca akan berseberangan penafsiran dengan penulis. Pembacaan oposisi ini muncul kalau penulis tidak menggunakan kerangka acuan budaya atau


(46)

kepercayaan politik khalayak pembacanya, sehingga akan menggunakan acuan budaya dan kepercayaan politiknya sendiri.

Dalam konteks penelitian ini, khalayak yang masuk dalam kategori Posisi pembaca dominan (dominant hegemonic position). ketika khalayak setuju dengan memaknai materi komedi pada tayangan Stand Up Comedy Show Metro Tv tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan oleh media. Secara hipotesis dapat dikatakan tidak terjadi perbedaan penafsiran antara pembuat program dengan khalayak.

Untuk kategori Pembacaan yang dinegoisasi (negotiated code/position), khalayak tidak serta merta menyetujui pesan yang ada dalam memaknai materi komedi pada tayangan Stand Up Comedy Show Metro Tv. Khalayak mengkompromikan kode yang disediakan oleh tim produksi acara Stand Up Comedy Show Metro Tv dengan menggunakan kepercayaan dan keyakinannya terlebih dahulu dalam memaknai pesan materi komedi tersebut.

Terakhir, jika khalayak termasuk ke dalam kategori Pembacaan oposisi (oppositional code/position) maka khalayak tidak setuju dengan materi komedi yang dimaksudkan oleh tim produksi Stand Up Comedy Show Metro Tv. Makna yang dihasilkan oleh khalayak berbeda dengan apa yang diinginkan oleh pembuat acara tersebut karena mereka mempunyai kerangka kode sendiri mengenai makna materi komedi. Penjelasan ini merupakan kebalikan dari posisi yang pertama. Beragam makna yang dihasilkan oleh khalayak tersebut juga terkait dengan konsep khalayak aktif dimana khalayak dilihat sebagai pihak yang lebih aktif dalam membuat keputusan mengenai bagaimana menggunakan media.


(47)

I.6 Fokus Penelitian

Menurut Spradley dalam Sugiyono, fokus adalah domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Fokus penelitian digunakan untuk membatasi studi bagi peneliti dan menentukan sasaran penelitian. (Sugiyono, 2008:208). Maka kemudian peneliti dapat mengklasifikasikan data yang dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dalam suatu penelitian.

Fokus penelitian ini secara umum yaitu pemaknaan atau hasil interpretasi dari informan, yakni anggota komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang mengenai pemaknaan materi komedi pada tayangan Stand Up Comedy Show Metro Tv. Peneliti memfokuskan pada pengalaman dan pemirsaan khalayak (penonton/ pembaca).

Stand Up Comedy Show Metro Tv adalah acara Stand Up Comedy yang tayang setiap hari Rabu di Metro Tv. Dimana acara tersebut selalu menghadirkan comic-comic professional setiap episodenya, seperti Mongol, Setyawan Tiada Tara, Abdel, Sammy, dan masih banyak lagi. Comic-comic professional tentunya memiliki materi komedi yang tidak remeh untuk di pertunjukkan dan menampilkan materi yang berbeda-beda, hal ini akan mempengaruhi penerimaan dan pemaknaan audiens.

I.7 Penelitian Terdahulu

Studi penelitian terdahulu dilakukan peneliti untuk menjadi bahan acuan yang mampu memberikan rumusan asumsi dasar bagi pengembangan kajian. Peneliti mencari studi penelitian yang memiliki hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, dalam konteks subjek, metodologi maupun perspektif penelitian.


(48)

Tabel 1.1 Matriks Penelitian Terdahulu

No Judul Skripsi Nama Peneliti Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Pemaknaan

Khalayak terhadap Nilai Metroseksualitas dalam Iklan. (Studi Pemaknaan Khalayak terhadap Iklan L’Oreal Men Expert) Chandri Bernadia Anggita, Universitas Indonesia, 2010 Menggambar-kan pemaknaan khalayak terhadap produk perawatan wajah lengkap bagi pria dan iklan produk perawatan wajah pria terutama mengenai nilai metroseksuali-tas yang terdapat di dalamnya, dengan iklan L’Oreal Men Expert sebagai contoh kasus penelitian. • Metode penelitian kualitatif interpretatif dengan pendekatan reception studies.

• Sasaran dalam penelitian ini adalah khalayak dengan latar belakang yang beragam dalam hal ini terkait dengan pengalaman menggunakan produk perawatan wajah. • Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi serta studi literatur. Latar belakang pembentukan pemaknaan pada khalayak terkait erat dengan penanaman nilai mengenai perawatan tubuh dan penampilan yang menarik dalam keluarga, peer group, lingkungan kerja, serta relasi dengan lawan jenis. Nilai pribadi yang dimiliki khalayak khususnya self esteem, dan nilai lainnya seperti pandangan mereka mengenai citra pria masa kini dan definisi metroseksual serta pengalaman tentang produk juga mempunyai peran yang signifikan dalam proses 28 


(49)

pembentukan pemaknaan khalayak terhadap nilai metroseksuali-tas dalam iklan L’Oreal Men Expert.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah dari tujuan penelitian, lokasi penelitian, serta sasaran penelitian. Untuk tujuan penelitian, penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui pemaknaan dan apresiasi khalayak tentang metroseksualitas dalam iklan perawatan khusus pria. Sedangkan tujuan dari penelitian ini cara memaknai materi komedi pada tayangan Stand Up Comedy Show di Metro Tv. Untuk lokasi penelitian, penelitian terdahulu dilakukan di Jakarta, sedangkan untuk penelitian ini dilakukan di Malang. Sasaran penelitian pada penelitian terdahulu terdiri dari beragam latar belakang dan profesi, sedangkan untuk penelitian ini difokuskan pada komunitas saja tetapi dengan latar belakang yang berbeda.

I.8 METODE PENELITIAN 1.8.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif interpretatif, dengan cara memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai objek kajiannya, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami kode di balik tanda dan teks tersebut. Data yang digunakan merupakan data kualitatif (data yang tidak terdiri dari angka-angka) melainkan berupa kata-kata dari informan.


(50)

Sementara itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode reception studies. Esensi dari studi resepsi adalah untuk menemukan atribusi dan konstruksi makna (berasal dari media) dengan penerima. Pesan media selalu terbuka dan polysemic memiliki beberapa arti dan ditafsirkan sesuai dengan konteks dan budaya penerima, serta berdasarkan pengalaman dan pandangannya selama berinteraksi dengan media. Dalam reception studies, khalayak diandaikan sebagai individu-individu yang berada didalam dan menjadi bagian dari budaya massa (mass culture). (Muslimin, 2011:87)

1.8.2 Teknik Pemilihan Informan

Informan dari penelitian ini adalah anggota komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang, yang sudah pernah menonton tayangan Stand Up Comedy Show Metro Tv. Dipilihnya anggota komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang sebagai informan karena dalam penelitian ini dibutuhkan orang-orang yang mengerti tentang Stand Up Comedy dalam memaknai materi komedi pada tayangan Stand Up Comedy Show Metro Tv. Disamping itu anggota komunitasnya yang beragam dari berbagai daerah di Indonesia tidak hanya dari malang saja, serta mayoritas comic-comic dari komunitas ini sudah memiliki karakteristik persona diatas panggung yang berbeda-beda. Bahkan menurut Reggy Hasibuan selaku pembina Stand Up Comedy Indonesia Malang, dalam materi komedi comic-comic dari komunitas ini ada sisi edukasinya kepada audiens. Tentunya dengan berbagai alasan tersebut informan yang terpilih akan memiliki pemaknaan yang berbeda-beda tentang materi komedi pada tayangan Stand Up Comedy Show Metro Tv.


(51)

Dalam penelitian ini peneliti menentukan informan penelitian dengan teknik purposive sampling, yakni teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 2008:218). Teknik ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi dari sumber yang telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Sebelumnya, peneliti melakukan pra-survey atau pra observasi untuk mengetahui beberapa kriteria atau syarat-syarat dari informan penelitian. Adapun syarat-syarat sebagai informan antara lain:

1. Informan merupakan anggota komunitas Stand Up Comedy Malang

2. Informan mengerti teori Stand Up Comedy, antara lain: Don’t try to be funny, Don’t tell street jokes atau jokes kodian, Don’t tell stories, Be serius.

3. Informan pernah menonton tayangan Stand Up Comedy Show di Metro TV 4. Informan pernah melakukan open mic

5. Informan bersedia terlibat dalam wawancara mendalam (in depth interview) selama penelitian berlangsung

6. Informan memberikan persetujuan untuk mempublikasikan hasil penelitian. Dua puluh lima orang anggota komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang telah berhasil peneliti temui dan terseleksi lima orang comic yang memenuhi syarat menjadi informan penelitian. Berikut tabel hasil pemilihan informan.


(52)

Tabel 1.2 Tabel Penentuan Informan No Kategori /

Nama Anggota komunitas Stand Up Comedy Malang Mengerti teori Stand Up Comedy Pernah menonton tayangan Stand Up Comedy Show di Metro TV Pernah melakuk an open mic Bersedia terlibat dalam wawancara mendalam (in depth interview) Memberika n persetujuan untuk mempublik asikan hasil penelitian. 1 Wawan Saktiawan

V V V V X X

2 Satriaddin V V V V V V

3 Yanuar Rezqi

V V X V X X

4 Ary Wijaya

V V V V V V 5 Hena

Wirasatya

V V X V X X 6 Yoel

Yaspier

V V X V X X 7 Firstyo

Marza Ditapradja

V V V V V V

8 Kholilul Rohman

V V V V X X

9 Fajri Arma Erikk S

V V V V X X 10 Yuda

Wicaksono

V V V V X X

11 Daniel Aryz V V X V X X

12 Aditya Setya Nugraha

V V V V V V

13 Habib Afwan

V V X V X X 14 Rezky

Safawi

V V X V X X 15 Bayu

Siddhartha

V V V V X X 16 Fajar

Rahman

V V V V X X


(53)

17 Nur Kholiq V V X V X X 18 Reza

Ariefanda

V V X V X X

19 Guk Sueb V V V V X X

20 Yulyanikas ih

V V V V V V 21 Novan

Angga

V V X V X X 22 Lanang

Agung

V V V V X X 23 Abdurrahim

Arsyad

V V V V X X 24 Subhan

Setowara

V V V V X X

25 M. Sutoni V V X V X X

Sumber : Olahan data peneliti

Keterangan :

V = Memenuhi kategori X = Tidak memenuhi kategori

Sesuai dengan tabel penentuan informan di atas, telah diperoleh lima informan yang telah memenuhi kriteria. Berikut ini adalah daftar nama manasumber yang akan berpartisipasi dalam proses penelitian ini, antara lain: 1. Satriaddin

2. Ary Wijaya

3. Firstyo Marza Ditapradja 4. Aditya Setya Nugraha 5. Yulyanikasih


(54)

Berikut latar belakang dari kelima informan di atas a. Informan 1

Satriaddin merupakan informan pertama dalam penelitian ini, orang yang lebih akrab di sapa Arie Kriting ini, berasal dari Kendari, dia lahir pada tanggal 13 April 1985. Arie memiliki ciri badan seperti orang timur kebanyakan, berbadan kekar, berkulit hitam, berambut keriting, dan sebagainya.

Arie bergabung di komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang sejak pertama kali dia open mic yakni tanggal 16 Desember 2011, Orang yang memiliki akun twitter @Arie_Kriting ini telah memiliki 659 followers dan 359 followingnya, ini membuktikan bahwa Arie sudah cukup banyak dikenal di kota Malang.

Arie Kriting ini orangnya ramah, sangat kritis, berwawasan luas, cerdas, dan memiliki selera humor yang tinggi. Hingga saat ini dia masih berstatus sebagai mahasiswa di Institut teknik Nasional (ITN) Malang. Meskipun begitu dia juga sudah bekerja sebagai konsultan tata kota.

Pengalaman Arie Kriting di dunia Stand Up Comedy bisa dikatakan cukup banyak. Dia pernah ikut audisi Stand Up Comedy Kompas TV, pernah menjadi comic pembuka Merem Melek Tour yang di gagas comic nasional Ernest Prakasa. Dalam setiap penampilannya diatas panggung, dia memilih membawakan persona sebagai orang timur, dan termasuk kedalam comic tipe observasi (observational comics). Materi komedinya juga selalu ada


(55)

kaitannya dengan orang timur dan mengkritisi tentang berbagai bidang lebih sering politik dan sosial, comic idolanya adalah Pandji.

b. Informan 2

Ary Wijaya merupakan informan kedua dalam penelitian ini. Orang asli kota Blitar ini lahir pada tanggal 14 Januari 1985. Ary memiliki ciri fisik badan agak gemuk, dan berperawakan kalem, seorang yang cerdas, kritis, memiliki wawasan luas, memiliki kemampuan bahasa inggris yang baik.

Lulusan Sastra Bahasa Inggris Universitas Brawijaya ini mulai bergabung dengan komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang sama dengan informan pertama, yakni sejak tanggal 16 Desember 2011. Akun twitternya @arywijaya hingga saat ini memiliki 611 followers dan 256 followingnya.

Ary Wijaya saat ini bekerja sebagai dosen ESP di Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam setiap penampilannya diatas panggung, dia memilih membawakan persona sebagai dosen seperti pekerjaannya. Ary Wijaya termasuk kedalam comic tipe observasi (observational comics), materi komedinya tak lepas dari bidang akademik dan politik. Comic idola Ary Wijaya adalah Pangeran Siahaan.

c. Informan 3

Firstyo Marza Ditapradja, informan ketiga ini masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. Fito lahir di Malang pada tanggal 2 April 1995. Hingga saat ini dia masih tercatat sebagai siswa kelas XI SMAN 5 Malang.


(56)

Fito biasanya dia dipanggil merupakan orang yang berbadan tinggi, kurus, ramah, sopan, kalem, kritis, dan berwawasan luas.

Fito merupakan orang yang tergabung di komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang di awal pembentukannya, yakni pada tanggal 23 Oktober 2011. Fito memiliki akun twitter dengan nama @FMD62, saat ini dia memiliki 328 followers sebanyak dan 426 following. Meskipun masih duduk di bangku SMA Fito pernah menjadi comic pembuka Merem Melek Tour yang di gagas comic nasional Ernest Prakasa bersama Arie Kriting.

Dalam setiap penampilannya Fito memilih membawakan persona anak SMA yang gaul dan dinamis. Fito termasuk kedalam comic tipe observasi (observational comics). Materi komedi yang sering dia bawakan biasanya tentang kehidupan remaja saat ini khususnya anak SMA. Comic idola Fito adalah Ernest Prakasa.

d. Informan 4

Aditya Setya Nugraha, yang kesehariannya akrab dipanggil mas Tyok ini merupakan informan keempat dalam penelitian ini. Mas Tyok lahir di Malang tanggal 8 Agustus 1983, orangnya berbadan agak gemuk, ramah, senang bercanda, logat jawa masih kental, dan wawasan luas.

Saat ini mas Tyok bekerja sebagai karyawan di perusahaan jasa pengiriman barang JNE Malang. Dia merupakan salah satu penggagas terbentuknya komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang, dan bergabung sejak tanggal 23 Oktober 2011. Mas Tyok juga memiliki akun twitter, yang


(57)

namanya @Tyok_Setyo hingga saat ini memiliki 165 followers dan 366 following.

Dalam setiap penampilannya mas Tyok memilih membawakan persona orang desa. Tyok termasuk kedalam tipe comic topik (topical

comics). Materi komedinya juga tidak lepas dari kehidupan sehari-harinya

dan apa saja yang ada di desa. Comic idolanya adalah Kelik Ketitik e. Informan 5

Yulyanikasih merupakan informan kelima dalam penelitian ini. Yuli biasa dia dipanggil lahir di Tanah Grogot, Kalimantan Timur pada tanggal 29 Juli 1988, orangnya berperawakan pendek, cantik, centil, pemberani, mudah bergaul, selera humornya tinggi, kritis, pintar dan berwawasan luas.

Yuli merupakan mahasiswa S2 Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang. Pertama kali gabung dengan komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang pada tanggal 4 Februari 2011. Yuli juga memiliki akun twitter sebagai media promosi dan berhubungan dengan penggemar. Nama akunnya @Yuli_Queen dan sudah memiliki 1.503 followers dan 551 following. Tak heran jika dia memiliki banyak followers karena Yuli merupakan finalis Stand Up Comedy Kompas Tv sesi 2.

Dalam setiap penampilannya, Yuli memilih membawakan persona sebagai cewek remaja, bedanya dengan persona Fito, Yuli lebih ke arah kehidupan mahasiswa. Yuli termasuk kedalam tipe comic topik (topical

comics). Materi komedinya juga tidak jauh dari kehidupannya sebagai

mahasiswa, terutama soal cinta. Comic idola Yuli adalah Raditya Dika.


(58)

I.8.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian berupa wawancara mendalam dan observasi dilakukan di tempat yang telah disepakati informan penelitian (anggota komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang) untuk memperoleh data hasil wawancara dan observasi dengan informan tersebut. Berikut adalah tempat dilakukan wawancara antara peneliti dengan informan:

1. ABS café, Jl. Sigura-gura No. 3

2. Angkringan Kota, Jl. MT Haryono No. 83 3. Rumah informan, Jl. Nongko Jajar No. 45

4. Eastwest Café, Jl. Soekarno-Hatta Kav. 1B Malang 5. Green Camp Us, Jl. Tirto Utomo No. 7

Waktu penelitian dilakukan dengan pertimbangan penyesuaian terhadap kesediaan informan penelitian. Selain melakukan wawancara, peneliti juga melakukan observasi terhadap informan dengan mencatat bagaimana perilaku informan pada saat diwawancara oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012.

I.8.4 Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland dalam Moleong menyatakan, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah tindakan dan kata-kata, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain. (Moleong, 2007:157) Maka dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari :


(59)

1. Data primer

Data primer yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan dan wawancara (in depth interview) langsung dengan informan penelitian ini. Data tersebut berupa pemaknaan materi komedi pada tayangan Stand Up Comedy Show Metro Tv berdasarkan latar belakang dan pengalaman dari informan.

2. Data sekunder

Data sekunder didapatkan dari sumber tidak langsung, yaitu melalui literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini seperti buku, jurnal, skripsi dan artikel dari internet mengenai materi komedi dalam Stand Up Comedy.

I.8.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam (in-depth interview) dengan khalayak yang akan dijadikan sebagai informan penelitiaan. Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan informan yaitu anggota komunitas Stand Up Comedy Malang yang sudah dipilih dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan sebelumnya. Di sini peneliti menggunakan struktur pertanyaan yang dibuat sebagai pedoman wawancara, namun tidak dilakukan dengan kaku sehingga pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan. Peneliti akan berusaha mendapatkan informasi secara lengkap, mendalam, dan komprehensif sesuai tujuan penelitian pada saat dilakukannya wawancara tersebut. Pengumpulan data secara langsung ini juga akan menggunakan alat perekam (recorder) pada saat wawancara sedang


(60)

berlangsung sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam pembuatan transkrip setelah wawancara dilakukan.

Di samping wawancara mendalam, peneliti juga melakukan observasi terhadap informan sebagai subyek penelitian. Teknik observasi merupakan metode pengumpulan data dengan mengamati langsung di lapangan. Teknik ini menjadi kajian pendahuluan untuk mengenal pasti lingkungan yang menjadi tempat penelitian (Muslimin,2011:24).

Observasi dilakukan pada saat wawancara berlangsung dengan memperhatikan dan mengamati ekspresi, bahasa tubuh serta interaksi informan dengan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi secara terus terang. Namun peneliti juga melakukan observasi tersamar pada saat mereka sedang melakukan aktivitas lain, seperti saat open mic dan kumpul bersama komunitas. Selain melakukan wawancara mendalam dan pengamatan, untuk data sekunder, peneliti akan melakukan studi literatur yang berkaitan dengan topik penelitian melalui buku, internet, dan juga karya-karya ilmiah serta bentuk publikasi lainnya mengenai pemaknaan materi komedi pada tayangan Stand Up Comedy Show Metro Tv.

I.8.6 Analisis Data

Analisis data dapat didefinisikan sebagai proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diporoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan


(61)

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono, 2008: 244)

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah menggunakan model Miles and Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas (Sugiyono, 2008: 246). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 (tiga) tahapan analisis, yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Yaitu merangkum, memilih hal – hal yang pokok, hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya. Peneliti akan mereduksi data yang berarti merangkum data yang diperoleh di lapangan.

2. Penyajian Data

Yaitu menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan atau hubungan antar kategori, dan lain sebagainya.

3. Menarik Kesimpulan

Yaitu kesimpulan didukung oleh bukti – bukti pada saat pengumpulan data. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti – bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2008: 246 – 252).


(1)

namanya @Tyok_Setyo hingga saat ini memiliki 165 followers dan 366 following.

Dalam setiap penampilannya mas Tyok memilih membawakan persona orang desa. Tyok termasuk kedalam tipe comic topik (topical comics). Materi komedinya juga tidak lepas dari kehidupan sehari-harinya dan apa saja yang ada di desa. Comic idolanya adalah Kelik Ketitik

e. Informan 5

Yulyanikasih merupakan informan kelima dalam penelitian ini. Yuli biasa dia dipanggil lahir di Tanah Grogot, Kalimantan Timur pada tanggal 29 Juli 1988, orangnya berperawakan pendek, cantik, centil, pemberani, mudah bergaul, selera humornya tinggi, kritis, pintar dan berwawasan luas.

Yuli merupakan mahasiswa S2 Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang. Pertama kali gabung dengan komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang pada tanggal 4 Februari 2011. Yuli juga memiliki akun twitter sebagai media promosi dan berhubungan dengan penggemar. Nama akunnya @Yuli_Queen dan sudah memiliki 1.503 followers dan 551 following. Tak heran jika dia memiliki banyak followers karena Yuli merupakan finalis Stand Up Comedy Kompas Tv sesi 2.

Dalam setiap penampilannya, Yuli memilih membawakan persona sebagai cewek remaja, bedanya dengan persona Fito, Yuli lebih ke arah kehidupan mahasiswa. Yuli termasuk kedalam tipe comic topik (topical comics). Materi komedinya juga tidak jauh dari kehidupannya sebagai mahasiswa, terutama soal cinta. Comic idola Yuli adalah Raditya Dika.


(2)

I.8.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian berupa wawancara mendalam dan observasi dilakukan di tempat yang telah disepakati informan penelitian (anggota komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang) untuk memperoleh data hasil wawancara dan observasi dengan informan tersebut. Berikut adalah tempat dilakukan wawancara antara peneliti dengan informan:

1. ABS café, Jl. Sigura-gura No. 3

2. Angkringan Kota, Jl. MT Haryono No. 83 3. Rumah informan, Jl. Nongko Jajar No. 45

4. Eastwest Café, Jl. Soekarno-Hatta Kav. 1B Malang 5. Green Camp Us, Jl. Tirto Utomo No. 7

Waktu penelitian dilakukan dengan pertimbangan penyesuaian terhadap kesediaan informan penelitian. Selain melakukan wawancara, peneliti juga melakukan observasi terhadap informan dengan mencatat bagaimana perilaku informan pada saat diwawancara oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012.

I.8.4 Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland dalam Moleong menyatakan, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah tindakan dan kata-kata, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain. (Moleong, 2007:157) Maka dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari :


(3)

1. Data primer

Data primer yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan dan wawancara (in depth interview) langsung dengan informan penelitian ini. Data tersebut berupa pemaknaan materi komedi pada tayangan Stand Up Comedy Show Metro Tv berdasarkan latar belakang dan pengalaman dari informan.

2. Data sekunder

Data sekunder didapatkan dari sumber tidak langsung, yaitu melalui literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini seperti buku, jurnal, skripsi dan artikel dari internet mengenai materi komedi dalam Stand Up Comedy.

I.8.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam (in-depth interview) dengan khalayak yang akan dijadikan sebagai informan penelitiaan. Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan informan yaitu anggota komunitas Stand Up Comedy Malang yang sudah dipilih dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan sebelumnya. Di sini peneliti menggunakan struktur pertanyaan yang dibuat sebagai pedoman wawancara, namun tidak dilakukan dengan kaku sehingga pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan. Peneliti akan berusaha mendapatkan informasi secara lengkap, mendalam, dan komprehensif sesuai tujuan penelitian pada saat dilakukannya wawancara tersebut. Pengumpulan data secara langsung ini juga akan menggunakan alat perekam (recorder) pada saat wawancara sedang


(4)

berlangsung sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam pembuatan transkrip setelah wawancara dilakukan.

Di samping wawancara mendalam, peneliti juga melakukan observasi terhadap informan sebagai subyek penelitian. Teknik observasi merupakan metode pengumpulan data dengan mengamati langsung di lapangan. Teknik ini menjadi kajian pendahuluan untuk mengenal pasti lingkungan yang menjadi tempat penelitian (Muslimin,2011:24).

Observasi dilakukan pada saat wawancara berlangsung dengan memperhatikan dan mengamati ekspresi, bahasa tubuh serta interaksi informan dengan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi secara terus terang. Namun peneliti juga melakukan observasi tersamar pada saat mereka sedang melakukan aktivitas lain, seperti saat open mic dan kumpul bersama komunitas. Selain melakukan wawancara mendalam dan pengamatan, untuk data sekunder, peneliti akan melakukan studi literatur yang berkaitan dengan topik penelitian melalui buku, internet, dan juga karya-karya ilmiah serta bentuk publikasi lainnya mengenai pemaknaan materi komedi pada tayangan Stand Up Comedy Show Metro Tv.

I.8.6 Analisis Data

Analisis data dapat didefinisikan sebagai proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diporoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan


(5)

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono, 2008: 244)

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah menggunakan model Miles and Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas (Sugiyono, 2008: 246). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 (tiga) tahapan analisis, yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Yaitu merangkum, memilih hal – hal yang pokok, hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya. Peneliti akan mereduksi data yang berarti merangkum data yang diperoleh di lapangan.

2. Penyajian Data

Yaitu menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan atau hubungan antar kategori, dan lain sebagainya.

3. Menarik Kesimpulan

Yaitu kesimpulan didukung oleh bukti – bukti pada saat pengumpulan data. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti – bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2008: 246 – 252).


(6)

Gambar 1.2 Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman Sumber: Muslimin, 2011: 26

I.8.7 Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif peneliti menyadari bahwa realitas obyektif sesungguhnya tidak pernah bisa ditangkap, maka peneliti menggunanakan metode triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibiltas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiyono, 2008:273)

Teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber. Sebagaimana yang dijelaskan Sugiyono (2008:274), bahwa triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data-data yang sama akan diuraikan dan dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana pandangan yang berbeda dan mana yang lebih spesifik, kemudian data yang telah dianalisis tersebut menghasilkan satu kesimpulan. Hal ini berarti peneliti bermaksud menguji data yang diperoleh dari satu sumber untuk dibandingkan dengan data dari sumber lain.

 

Pengumpulan 

Data 

Penyajian   Data 

Reduksi 

Data 

Penarikan/Pengujia n Kesimpulan 


Dokumen yang terkait

Persepsi Mahasiswa Terhadap Tayangan “Stand Up Comedy”(Studi Deskriptif Persepsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya USU Terhadap Tayangan “Stand Up Comedy” di Metro TV)

14 154 130

KANDUNGAN UNSUR SARA DALAM STAND UP COMEDY INDONESIA (Analisis Isi pada acara Stand Up Comedy Show Metro TV, Episode 15, 22, dan 29 September 2011)

0 3 52

Retorika Dakwah Dzawin Nur Ikram Dalam Stand Up Comedy

5 57 93

Tayangan Stand Up Comedy Terhadap Persepsi Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Tayangan Stand Up Comedy di Metro TV terhadap Persepsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

1 12 84

TINDAK TUTUR DALAM ACARA STAND UP COMEDY METRO TV.

0 2 9

PENGARUH TAYANGAN “STAND UP COMEDY” TERHADAP WAWASAN MAHASISWA MENGENAI MASALAH SOSIAL Pengaruh Tayangan “Stand Up Comedy” Terhadap Wawasan Mahasiswa Mengenai Masalah Sosial (Studi Eksperimen Tentang Pengaruh Tayangan “Stand Up Comedy Show” Di Metro Tv

1 2 15

PENGARUH TAYANGAN “STAND UP COMEDY” TERHADAP WAWASAN MAHASISWA MENGENAI MASALAH SOSIAL Pengaruh Tayangan “Stand Up Comedy” Terhadap Wawasan Mahasiswa Mengenai Masalah Sosial (Studi Eksperimen Tentang Pengaruh Tayangan “Stand Up Comedy Show” Di Metro Tv

0 2 15

Materi Stand Up Comedy Lucu Tentang Seko

0 0 3

STAND UP COMEDY INDONESIA SEBAGAI MEDIA KRITIK SOSIAL (Analisis Wacana Stand Up Comedy Indonesia Season 4 di Kompas TV)

1 0 100

STAND UP COMEDY INDONESIA SEBAGAI MEDIA KRITIK SOSIAL (Analisis Wacana Stand Up Comedy Indonesia Season 4 di Kompas TV)

0 2 100