Kerangka Pikir The Role of Zooplankton in Nutrient Dynamic in Lampung Bay Using 3 Dimensional Hydrodynamic Model and Biogeochemical Model

2 unsur P yang lebih tinggi dibandingkan dengan Calanoid dan Copepoda Andersen and Hessen, 1992. Hasil penelitian Urabe et al. 1997 dalam skala laboratorium menunjukan bahwa laju pertumbuhan Daphnia tidak dipengaruhi oleh penambahan unsur P yang lebih tinggi pada fitoplankton, karena Daphnia cenderung mengkonsumsi fitoplankton dengan kandungan unsur P yang lebih rendah. Ekskresi zooplankton sangat kuat mempengaruhi dinamika trofik dalam ekosistem melalui kontribusi N dan P anorganik untuk produktivitas primer Lehman, 1980; Sterner, 1990; Vanni, 2002. Urabe et al. 1997 mengestimasi kisaran unsur N dan P yang dimanfatkan oleh fitoplankton 14 - 50 berasal dari hasil eksresi zooplankton. Faktor yang memengaruhi fraksi unsur N dan P termasuk diantaranya adalah kondisi fisik lingkungan, komposisi spesies dan biomassa fitoplankton dan zooplankton, dan rasio nutrien internal. Karena faktor- faktor ini berinteraksi secara dinamis sehingga menjadi sangat sulit untuk mengkuantifikasi peran zooplankton dalam siklus nutrien. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang mencakup proses fisik, kimia dan biologi untuk mempelajari peran zooplankton dalam dinamika nutrient di perairan, sehingga dengan memahami peran mereka dalam distribusi dan fluks nutrien dalam ekosistem akuatik merupakan hal penting untuk manajemen perairan.

1.2 Kerangka Pikir

Perairan Teluk Lampung merupakan salah satu contoh daerah yang wilayah pesisirnya digunakan untuk berbagai kegiatan seperti perikanan tangkap, budidaya mutiara, budidaya ikan, tambak udang, pariwisata, pelayaran, pelabuhan, permukiman, industri, maupun kegiatan perdagangan. Berbagai kegiatan tersebut akan menghasilkan dampak yang dapat menurunkan kondisi dan mencemari perairan teluk. Pencemaran yang dihasilkan oleh salah satu kegiatan di atas akan menyebar ke kawasan lain oleh gerakan massa air. Penelitian yang dilakukan di perairan Teluk Lampung sebagian besar hanya mengkaji pola sebaran nutrien dan hubungannya dengan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton, sehingga tidak didapatkan gambaran kuantitatif mengenai interaksi antara nutrien, fitoplankton dan zooplankton. Helfinalis 2000 mengkaji 3 karakteristik arus pasang surut dan pola sedimentasi, Simanjutak 2000 mengkaji sebaran silikat. Damar 2003 mengakaji efek pengkayaan nutrien terhadap dinamika fitoplankton dan produktivitasnya. Penelitian pemodelan yang dilakukan di Teluk lampung diantaranya dilakukan Mihardja dkk 1995 yang memodel sebaran panas di Tarahan, Koropitan 2003 yang memodelkan ekosistem perairan Teluk Lampung dalam model dua dimensi atau perata-rataan kedalaman, sedangkan Baskoro 2009 memodelkan pengaruh pembangunan jetti terhadap kapasitas sungai Way Kuripan. Penelitian pemodelan yang telah dilakukan belum memberikan gambaran yang utuh mengenai interaksi nutrien, fitoplankton dan zooplankton terutama interaksi antara kolom air dan sedimen, karena hanya menggunakan pemodelan dua dimensi. Oleh karenanya pemodelan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggabungkan antara model hidrodinamika 3 dimensi dengan model biogeokimia untuk mengetahui dinamika nutrien secara komprehensif. Model divalidasi dengan data hasil pengukuran lapangan untuk mengetahui tingkat akurasi model. Hasil model dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis peran zooplankton dalam dinamika nutrien di Teluk Lampung.

1.3 Perumusan Masalah