76
Tabel 10 Perbandingan nilai rata-rata bulanan data meteorologis masukan model dan data BMKG Tahun 2007
Curah Hujan m
Tekanan Udara mbar
Suhu Maksimum
o
C Suhu
Minimum
o
C Kelembaban
Udara a
b a
b a
b a
b a
b Januari
0.05 0.0744
1003.8 1011.8
28.3 32
22 23.4
90.4 97
Februari 0.006
0.0103 1001.7
1011.4 28.1 31.5
22.1 23.6
91.9 99
Maret 0.02
0.0302 1001.8
1010.3 28.3 31.9
22.0 23.5
91.6 98
April 0.02
0.0303 1001.6
1010.1 28.7 32.2
22.2 23.7
92.5 93
Mei 0.0115
1002.3 1010.9
29.3 32.4 23
23.9 92.1
99 Juni
0.01 0.0223
1002.4 1010.3
28.2 31.5 22
22.9 93.4
91 Juli
0.01 0.0182
1002.7 1010.9
28.4 31.9 21.8
22.2 91.5
98 Agustus
0.03 0.039
1003.8 1011.7
28.8 33.6 23.1
23.3 90.1
96 Sumber :
a
Masukan Model www.ecmwf.int.
b
BMKG Bandar Lampung dalam Lampung dalam angka, 2008
Arah angin masukan model pada bulan Januari angin bertiup dominan dari arah barat, bulan Februari
– Mei dominan dari arah barat laut, sedangkan pada bulan Juli dan Agustus angin dominan dari arah tenggara. Pola angin dominan di
Teluk lampung menurut Oldeman 1978 dalam Damai 2003 adalah dari Barat Nopember- Januari, dari Utara Maret-Mei, Timur Juni
– Agustus, dan Selatan September
– Oktober. Pariwono 1998 menyebutkan arah angin dominan pada Bulan Desember
– Februari adalah dari Barat – Barat laut – Utara, pada Bulan Maret Mei dari Barat Laut, Bulan Juni
– Agustus dari Tenggara dan Bulan September
– Nopember dari Tenggara hingga ke Timur.
4.1.5 Validasi Pasang surut
Analisis data pasang surut dilakukan dari hasil pengamatan selama 15 hari yang berlokasi di Pelabuhan Panjang dilakukan menggunakan metode analisis
harmonik. Dari hasil analisis data pasang surut didapatkan komponen pasang surut yang disajikan dalam Tabel 11. Komponen pasang surut yang telah
didapatkan digunakan untuk mengetahui tipe pasang surut yang terjadi dengan menghitung bilangan Formzahl. Dengan nilai bilangan Formzahl tersebut maka
tipe pasang surut di perairan Teluk Lampung masuk dalam kisaran 0.25 F 1.5, maka dikategorikan memiliki tipe pasang surut Campuran dominan Ganda.
77
Tabel 11 Komponen Pasang Surut
Parameter M2
S2 N2
K1 O1
Amplitudo 0.305
0.119 0.065
0.214 0.093
Fase 158.07
289.92 32.23
261.23 209.63
Frekuensi 1.9323
2.000 1.8960
1.0027 0.9295
Sumber: Hasil penelitian diolah
Verifikasi terhadap hasil luaran model dengan data lapangan disajikan pada Gambar 18. Untuk mengetahui tingkat keakuratan antara hasil simulasi dan data
hasil pengamatan dilakukan validasi dengan metode Standard Error dan metode Root Means Square Error RMSE. Hasil verifikasi elevasi pasut dapat dilihat
bahwa pola elevasi dan amplitudo pasang surut hasil simulasi mempuyai kemiripan dengan pola elevasi hasil pengamatan.
Gambar 18 Verifikasi pola elevasi pasang surut antara hasil simulasi dan hasil pengamatan.
Amplitudo hasil simulasi memiliki nilai yang lebih besar dari hasil pengamatan, sedangkan fase gelombang pasut secara umum memiliki nilai yang
berhimpitan antara data hasil pengamatan dan hasil simulasi. Tingkat keakuratan kedua data yang divalidasi diperoleh hasil nilai Standar Error SE 0.004030 dan
nilai Root Mean Square Error RMSE 0.099. Nilai SE dan akar kuadrat tengah galat RMSE menyatakan bahwa semakin kecil nilai yang diperoleh maka
semakin besar keakuratan atau kemiripan dari kedua data tersebut.
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4 1.6
1.8
11 07 0:
00 12
07 0: 00
13 07 0:
00 14
07 0: 00
15 07 0:
00 16
07 0: 00
17 07 0:
00 18
07 0: 00
19 07 0:
00 11
007 :00
11 107
:00 11
207 :00
11 307
:00 11
407 :00
11 507
:00 11
607 :00
m e
ter
Waktu Data Hasil Pengamatan
Data Hasil Simulasi
78
4.2 Model Ekosistem Teluk Lampung 4.2.1 Pola Sebaran Komponen Ekosistem