21
Penggolongan berikutnya berdasarkan menu. Jika dilihat dari menu yang ditawarkan, maka fast food di Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua macam.
Pertama, bermenu barat seperti hamburger, sandwich, pizza, ayam goreng, kentang goreng, salad, dan beraneka jenis roti. Kedua, bermenu tradisional seperti ketoprak,
taoge goreng, lontong sayur, karedok, empek-empek, es campur, pisang goreng, tahu goreng, wedang jahe dan bandrek Hubeis, 1993.
Namun di Indonesia yang lebih dikenal sebagai fast food adalah makanan yang bermenu barat. Sejak masuknya makanan luar yang ditandai dengan berdirinya
restoran-restoran asing, barulah restoran fast food menjadi populer di Indonesia.
3. Sistem Franchise
Fast food semakin populer dan diminati oleh masyarakat dari berbagai usia. Besarnya pangsa pasar fast food memberikan kesempatan untuk berbagai
merek fast food dari luar untuk membuka restoran fast food di Indonesia dengan sistem franchise. Sistem franchise dipilih karena sistem ini merupakan output yang
seragam dan konsisten bagi konsumen dimana pun produk dibeli PT. Corinthian Infopharma Corpora, 1993.
Sebuah restoran dapat digolongkan sebagai restoran fast food dan dapat dijalankan dengan sistem franchise jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
1 Makanan yang ditawarkan unik dan relatif sulit ditiru, produk yang tidak unik harus memiliki nama yang telah terkenal.
2 Relatif menguntungkan dan telah sukses minimal selama dua tahun. 3 Memiliki pasar potensial yang besar, dan
4 Memiliki sistem operasional yang telah dibakukan.
22
Sebagian besar restoran fast food atau cepat saji yang ada di Indonesia merupakan restoran waralaba franchise yang berasal dari luar negeri seperti
Kentucky Fried Chicken pelopor fast food dan franchise, Mc Donald’s , AW Restaurant, Texas Fried Chicken, California Fried Chicken, Popeyes Chicken, dan
lainnya. Di Indonesia sendiri franchise dikenal dengan istilah waralaba dan sebagian kecil dari dalam negeri seperti misalnya Es Teler 77 dan restoran Padang Sederhana.
Menurut Suryana 1994, franchise adalah suatu persetujuan lisensi menurut hukum antara suatu perusahaan pabrik penyelenggara dengan penyalur
atau perusahaan lain untuk melaksanakan usaha. Sedangkan franchising sendiri adalah kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan cabang atau penyalur.
Inti dari franchising adalah memberi hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha dari perusahaan induk. Perusahaan pemberi lisensi disebut franchisor dan yang
diberi lisensi disebut franchisee. Kotler 1997, membedakan waralaba franchise berdasarkan tiga
karakteristik: 1 Pemberi waralaba memiliki merek dagang atau merek jasa dalam
melisensikannya kepada pewaralaba franchisee dan imbalannya adalah pemberi royalti.
2 Pewaralaba diharuskan untuk membayar hak-hak untuk menjadi bagian dari sistem tersebut. Akan tetapi iuran awal initial fee ini hanyalah bagian kecil dari
jumlah total yang pewaralaba investasikan ketika ia menandatangani suatu kontrak waralaba.
3 Pemberi waralaba menyediakan suatu sistem pemasaran dan operasi untuk menjalankan bisnisnya.
23
Dalam format bisnis seperti ini, perusahaan yang diberi hak monopoli menyelenggarakan perusahaan seolah-olah merupakan bagian dari perusahaan
pemberi lisensi yang dilengkapi dengan nama produk, merek produk logo, dan prosedur penyelenggaraan secara standar. Pada umumnya dukungan yang diberikan
meliputi dukungan awal seperti pemilihan lokasi, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, periklanan, grafik, dan bantuan pada
acara opening. Dukungan lain yang berlanjut seperti pencatatan dan akuntasi, konsultasi, pemeriksaan dan standar, promosi, pengendalian kualitas, nasihat hukum,
riset, dan material lainnya Suryana, 1994
II. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai restoran cepat saji telah banyak dilakukan terutama yang menyangkut masalah pemasaran. Hasil-hasil penelitian terdahulu membahas
pemasaran dari berbagai sudut pandang serta berbagai aspek pembahasan. Hasil penelitian Sulistyowati 1994 melalui Pendekatan Penskalaan Multi
Dimensi menguraikan urutan atribut produk yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih produk ayam goreng di Kentucky Fried Chicken, California Fried
Chicken dan Bogor Fried Chicken antara lain adalah rasa, keempukan daging ayam dan kerenyahan sedangkan atribut mutu pelayanan adalah kebersihan, penyajian
dalam keadaan panas, kecepatan pelayanan, ukuran porsi, keramahan pelayan, harga, lokasi restoran, sambal dan saos tomat yang disajikan, merek serta promosi
yang dilakukan. Hasmini 1994 dalam penelitiannya tentang Tinjauan Finansial Perusahaan
Fast Food Ayam Goreng Studi Kasus Pada PT. Fast Food Indonesia, Jakarta dan PT.