Kelas VIII terdiri dari : 14 334.47

62 Tabel 32 Pengambilan keputusan dalam penentuan kesesuaian penggunaan lahan pertanian lahan kering dengan kelas kemampuan lahan Kelas Kemampuan penggunaan lahan pertanian lahan kering semusim Kesesuaian S=sesuai; T=tidak Luas ha I 4 429.88 17.72 Kec. Sampaga s 1 393.12 5.57 Kec. Tommo s 3 036.76 12.15 II d2 164.97 0.66 Kec. Tapalang Barat s 164.97 0.66 II L2 989.84 3.96 Kec. Sampaga s 329.95 1.32 Kec. Tommo s 659.90 2.64 II t1 4 643.73 18.58 Kec. Kalumpang s 232.19 0.93 Kec. Tommo s 4 411.54 17.65 IV L3

13.04 0.05

Kec. Kalumpang s 6.52 0.03 Kec. Tommo s 6.52 0.03 IV L3d4k2 1 264.81 5.06 Kec. Tommo s 1 264.81 5.06 VI L4 1 264.81 5.06 Kec. Sampaga t 843.20 3.37 Kec. Tommo t 421.60 1.69 VII L5 5 480.83 21.93 Kec. Mamuju t 2 108.01 8.43 Kec. Simboro t 843.20 3.37 Kec. Tapalang Barat t 1 264.81 5.06 Kec. Tommo t 1 264.81 5.06 VII L5d2k3 6 745.64 26.99 Kec. Bonehau t 1 264.81 5.06 Kec. Kalumpang t 843.20 3.37 Kec. Mamuju t 1 264.81 5.06 Kec. Sampaga t 843.20 3.37 Kec. Tapalang t 843.20 3.37 Kec. Tommo t 1 686.41 6.75 Jumlah keseluruhan 24 997.54 100 Berdasarkan Tabel-Tabel tersebut diketahui bahwa untuk daerah permukiman yang tidak sesuai t dengan kelas kemampuan lahan seluas 1 686.41ha 87.90 dari total luas penggunaan lahan permukiman Tabel 28, untuk daerah sawah yang tidak sesuai t dengan kelas kemampuan lahan seluas 843.20ha 22.04 dari total luas penggunaan lahan sawah Tabel 29, untuk daerah padang rumput yang tidak sesuai t dengan kelas kemampuan lahan seluas 2 9512.15ha 88.92 dari total luas penggunaan lahan padang rumput Tabel 30, lalu untuk daerah perkebunankebun yang tidak sesuai 63 t dengan kelas kemampuan lahan seluas 43 235.61ha 69.75 dari total luas penggunaan lahan perkebunankebun Tabel 31. Selanjutnya, untuk daerah pertanian lahan kering yang tidak sesuai t dengan kelas kemampuan lahan seluas 10 118.45ha 53.97 dari total luas pertanian lahan kering Tabel 32. Berdasarakan hasil kesesuaian kelas kemampuan lahan dari Tabel-Tabel tersebut, menunjukkan bahwa lahan permukiman dikategorikan tidak sesuai t pada umumnya di wilayah penelitian ini lebih disebabkan karena ancaman erosi, batuan permukaan dan lereng curam. Sejauh ini kendala yang ada diabaikan ataupun sudah dilakukan masukan teknologi sehingga kelas kemampuan lahan saat ini bisa sesuai s. Situasi yang sama juga ditemukan untuk persawahan, padang rumput, perkebunankebun, dan pertanian lahan kering, dimana ketidaksesuaian t lebih disebabkan oleh lereng yang sangat curamterjal, semua kendala yang ada tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dukungan finansial yang memadai. Adapun kesesuaian kelas kemampuan lahan secara keseluruhan berdasarkan kemampuan lahannya dapat dilihat pada Lampiran 5 dan penyebarannya secara spasial dapat dilihat pada Gambar 22. Gambar 22 Penyebaran kesesuaian kelas kemampuan lahan di Kabupaten Mamuju Berdasarkan pada Gambar 22 tersebut, menunjukkan bahwa total luas wilayah yang telah di analisis 219 795.87ha dari total luas lahan di wilayah penelitian ini, maka dominan penggunaan lahan sesuai s dengan kemampuan lahannya 109 341.12ha 49.75 dan tidak sesuai t 110 454.74ha 50.25, artinya kondisi ini segera mungkin perlu perhatian yang lebih serius dan luasan yang tidak sesuai ini perlu mendapat perhatian, karena sebagian besar terletak di daerah berlereng curamterjal dan saat ini mengalami degradasi yang intensif, sebagian lahan ini sudah masuk berkategori lahan terbuka. 64 Arahan Pengembangan wilayah di Kabupaten Mamuju Arahan pengembangan wilayah dan pembangunan di Kabupaten Mamuju berdasarkan identifikasi potensi wilayah yang dimiliki diarahkan pada kawasan budidaya. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk di budidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam dan manusia serta sumberdaya buatan. Kawasan ini perlu dimanfaatkan secara terencana dan terarah, sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi hidup dan kehidupan manusia. Kawasan budidaya secara umum merupakan kawasan yang telah ditetapkan diluar kawasan lindung. Kawasan budidaya perlu diarahkan pengembangannya untuk pembangunan daerah, setelah kawasan lindung didelineasikan sebagai limitasikendala dalam pengembangan wilayah dan pembangunan di Kabupaten Mamuju, sehingga tetap sesuai dengan daya dukung lingkungan. Kriteria untuk mendelineasi kawasan budidaya secara umum lebih didasarkan pada potensi ekonomi wilayah komoditi unggulan dan potensi fisik wilayah kesesuaian kelas kemampuan lahan berdasarakan penggunaan lahan eksisting yang dimiliki untuk dikembangkan. Klasifikasi kawasan budidaya dikaitkan terutama pada fungsi utama pemanfaatan ruang dalam mendukung kebutuhan penduduk, baik untuk kegiatan produktif maupun untuk kegiatan lainnya. Kawasan budidaya yang akan diarahkan pengembangannya di Kabupaten Mamuju sesuai dengan potensi wilayah terdiri dari dua sub-kawasan budidaya yang mencakup: 1. Kawasan pertanian tanaman pangan. 2. Kawasan tanaman perkebunan. Kriteria untuk mendelineasi kawasan budidaya secara umum lebih didasarkan pada potensi ekonomi wilayah dan potensi fisik wilayah yang dimiliki untuk dikembangkan dalam dimensi regional dan lokal. Di Kabupaten Mamuju jumlah keseluruhan luas wilayah yang telah di analisis seluas 219 795.87ha, dengan kesesuaian kelas kemampuan lahannya seluas 109 341.12ha 49.75, adapun klasifikasi kawasan budidaya terutama dikaitkan dengan fungsi utama pemanfaatan ruang dalam menampung kebutuhan penduduk, baik untuk kegiatan produktif maupun kegiatan lainnya. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Didasarkan pada identifikasi potensi ekonomi wilayah dan potensi fisik wilayah yang dimiliki di Kabupaten Mamuju yakni sektor pertanian, yang dapat dikembangkan di wilayah tersebut terdiri dari subsektor tanaman pangan komoditi padi sawah dan subsektor perkebunan komoditi kakao dan kelapa sawit. Untuk itu, perlu adanya arahan pemanfaatan ruang untuk arahan pengembangan wilayah dan pembangunan dalam jangka panjang. Pengembangan kawasan budidaya pertanian secara umum, berdasarkan potensi wilayah di arahkan di seluruh wilayah Kabupaten Mamuju. Hal ini juga merupakan upaya pewilayahan komoditas sesuai dengan potensi wilayah dan karakteristik wilayahnya. Sektor pertanian subsektor tanaman pangan merupakan salah satu kegiatan ekonomi produktif di Kabupaten Mamuju. Komoditas yang dikembangkan masyarakat antara lain padi sawah dan beberapa jenis tanaman lainnya. Adapun nilai LQ komoditas padi sawah tiap kecamatan di Kabupaten Mamuju dapat dilihat pada Tabel 33. 65 Tabel 33 Nilai LQ komoditas padi sawah tiap kecamatan di Kabupaten Mamuju No Kecamatan Nilai LQ 1 Tapalang 1.0 2 Tapalang barat 1.0 3 Mamuju 0.0 4 Simboro 1.0 5 Balabalakang 0.0 6 Kalukku 1.0 7 Papalang 1.0 8 Sampaga 1.0 9 Tommo 1.0 10 Kalumpang 1.0 11 Bonehau 1.0 Pada Tabel 33 tersebut, menunjukkan pada dasarnya seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Mamuju secara komparatif sesuai untuk pengembangan tanaman pangan komoditas padi sawah dengan perolehan nilai LQ1. Berdasarkan konsep pewilayahan komoditas unggulan, maka arahan pemanfaatan ruang untuk kawasan pertanian tanaman pangan sebagai komoditas utama di Kabupaten Mamuju yang sesuai potensi ekonomi wilayah maupun karakteristik fisik-geografis wilayah yakni padi sawah. Untuk mewujudkan pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan sesuai dengan potensinya, kebijaksanaan pemanfaatan ruang yang dilakukan adalah 1 Perluasan areal persawahan barupertanian tanaman pangan 2 Pengembangan prasarana pengairan untuk mendukung pengembangan pertanian tanaman pangan dan 3 Pengendalian kegiatan lain yang mengkonversi lahan pertanian alih fungsi lahan yang relatif subur dan potensial secara konsisten dan berkesinambungan. Selain nilai LQ juga dapat dilihat dari perolehan nilai Shift Share Analaysis SSA, pada komponen nilai differential shift DS+ secara kompetitif dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34 Shift Share Analaysis pada komponen differential shift DS komoditas padi sawah tiap kecamatan di Kabupaten Mamuju. No Kecamatan Nilai DS 1 Tapalang -0.26 2 Tapalang barat 0.31 3 Mamuju 0.00 4 Simboro -0.25 5 Balabalakang 0.00 6 Kalukku -0.02 7 Papalang -0.18 8 Sampaga 0.02 9 Tommo 0.05 10 Kalumpang 1.14 11 Bonehau 1.45 66 Pada Tabel 34 hasil perolehan nilai differential shift DS Positif, menunjukkan bahwa wilayah kecamatan yang kompetitif berdasarkan luas lahan ha untuk dikembangkan, kawasan komoditas unggulan padi sawah, terdapat 5 lima kecamatan terdiri dari, 1 Tapalang barat, 2 Sampaga, 3 Tommo, 4 Kalumpang dan 5 Bonehau. Selanjutnya, melakukan analisis matriks komoditas unggulan leading sector wilayah, berdasarkan perolehan nilai LQ dan SSA tiap kecamatan. Dimana, nilai SSA pada komponen nilai differential shift pada sumbu X dan nilai LQ pada sumbu Y, dapat dilihat pada Gambar 23. Gambar 23 Komoditas unggulan padi sawah di Kabupaten Mamuju Pada Gambar 23 tersebut, menunjukkan bahwa nilai LQ 1 dan Nilai DS positif adalah komoditas unggulan padi sawah berada di wilayah 1 Kecamatan Bonehau, 2 Kecamatan Kalumpang, 3 Kecamatan Tapalang Barat, 4 Kecamatan Tommo dan 5 Kecamatan Sampaga. Namun demikian, berdasarkan hasil pengamatan secara empirik di lapangan terlihat di beberapa wilayah sebagai contoh telah terjadi ketimpangan pembangunan di dalam wilayah antara lain Kecamatan Kalumpang, wilayah kecamatan ini belum dialiri listrik dan prasarana wilayah yang lain seperti infrastruktur jalan, sarana pendidikan, pelayanan kesehatan, perumahan, transportasi, sanitasi dan unit-unit pelayanan jasa lainnya yang sangat minim. Di samping itu, di wilayah kecamatan yang lain juga terjadi ketimpangan pembangunan, Kecamatan Tommo dan Kecamatan Bonehau, yaitu kurangnya unit jasa pelayanan sosial-ekonomi seperti unit-unit perbankan dan minimnya infarstruktur jalan, sehingga masih didominasi oleh jalan tanah bukan aspal sebagai jalan utama. Untuk itu, kebijakan pemerintah harus lebih fokus pada pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia untuk melengkapi sektor publik tersebut, hal ini senada dengan pendapat Egunjobi 2013 bahwa pemerintah harus lebih fokus pada pembangunan infrastruktur dan sumberdaya manusia untuk melengkapi sektor publik. Keterkaitan antara infrastruktur, sumberdaya alam dan masyarakat, dengan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, perbankan dan listrik akan mempercepat proses pembangunan Rabha 2012.