Peranan Sektor Perikanan Dan Penentuan Komoditas Unggulan Dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat

(1)

KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

adalah benar hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 12 Februari 2009

Arizal Lutfien Prasslina

C 44104038


(3)

Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI

Kabupaten Sukabumi memiliki potensi sumberdaya perikanan tangkap dan budidaya yang cukup besar. Potensi yang besar ini dapat dimanfaatkan secara maksimal guna meningkatkan kontribusinya terhadap pendapatan daerah, maka perlu disusun suatu strategi pengembangan yang bertujuan meningkatkan peranan sektor perikanan tangkap dan budidaya dalam pembangunan wilayah. Hasil perhitungan nilai LQ menunjukkan bahwa berdasarkan indikator pendapatan wilayah merupakan sektor basis dengan nilai LQ lebih besar dari 1, yaitu pada Tahun 2002 sebesar 1,99, kemudian pada Tahun 2003 sebesar 1,76, dan berturut-turut pada Tahun 2004, Tahun 2005, dan Tahun 2006 masing-masing sebesar 1,59, 1,80, dan 1,96. Berdasarkan hasil analisis multiplier effect, selama periode 2002-2006 berdasarkan indikator pendapatan wilayah, sektor perikanan

memberikan dampak positif terhadap pembangunan wilayah Kabupaten

Sukabumi. Hasil perhitungan penentuan komoditas unggulan didapatkan bahwa ada beberapa komoditas yang dapat dikategorikan sebagai komoditas unggulan yaitu untuk perikanan tangkap, ikan layang, ikan selar, ikan kuwe, kembung, pari, kakap, dan tuna, sedangkan untuk budidaya adalah ikan nila dikategorikan sebagai komoditas unggulan. Hasil analisis SWOT menghasilkan 3 alternatif strategi pembangunan, yaitu 1) Memberikan kemudahan akses bagi masyarakat untuk membuka peluang usaha di bidang perikanan 2) Mengundang investor

menanamkan modalnya untuk meningkatkan sarana dan prasarana perikanan baik secara kualitas maupun kuantitas serta mengembangkan usaha budidaya dan pengolahan perikanan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri, serta pemfokusan dana investasi pada komoditas yang termasuk unggulan, dan 3) Pengembangan usaha pengolahan perikanan yang bersifat padat karya sebagai langkah antisipasi dari semakin berkurangnya lahan perikanan karena beralih fungsi menjadi perkantoran, jalan dan pemukiman penduduk

Kata kunci: sub sektor perikanan tangkap dan budidaya, pembangunan wilayah, komoditas, Locatian Quotient (LQ) dan multiplier effect


(4)

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN

KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN

WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA

BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA C44104038

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(5)

Judul Skripsi : Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Arizal Lutfien Prasslina Nomor Pokok : C 44104038

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan

Disetujui, Pembimbing

Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. NIP. 131 578 826

Diketahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 131 578 799


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 4 Januari 1986 dari pasangan Bapak Drs. Soiman dan Ibu Siti Yuhroida. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Darul Ulum 2 Jombang Tahun 2004, kemudian pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjabat sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan tahun 2005-2006 dan sebagai staf sie Keagamaan Tahun 2006-2007.

Sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Perikanan-Kelautan, penulis menulis skripsi dengan judul “Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat”, dibimbing oleh Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian skripsi yang dilaksanakan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan pada tanggal 12 Februari 2009.


(7)

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia yang tak terbatas, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1) Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S., selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan , sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2) Ayah, ibu dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dorongan, semangat dan doa

3) Bapak Ade selaku Kepala RW 14, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi yang telah banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini dan pelajaran-pelajaran hidup yang dapat dipetik dari beliau.

4) Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, Badan Perencanaan dan

Pembangunan Kabupaten Sukabumi, atas data-data yang di perlukan untuk penelitian ini.

5) Responden yang tidak dapat di sebutkan namanya satu persatu atas data dan informasinya

Akhir kata semoga skripsi ini berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan untuk penelitian lebih lanjut. Terima kasih sebanyak-banyaknya bagi pihak yang telah memberikan andilnya dalam proses dan hasil dari penelitian ini.

Bogor,13 Februari 2009


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Perikanan ... 6

2.2 Komoditas ... 7

2.3 Perencanaan Regional ... 7

2.4 Teori Basis Ekonomi ... 8

2.5 Location Quotient ... 9

2.6 Multiflier Effect ... 11

2.7 Analisis SWOT ... 12

III KERANGKA PENDEKATAN STUDI ... 14

IV. METODOLOGI ... 16

4.1 Metode Penelitian ... 16

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 16

4.3 Metode dan Pengambilan Responden ... 17

4.4 Metode Analisis Data ... 17

4.4.1 Analisis Shift Share ... 18

4.4.2 Analisis Peran Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah ... 18

4.4.3 Analisis Dampak Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah ... 18

4.4.4 Analisis Komoditas Unggulan ... 19

4.4.5 Analisis Strategi Pengembangan Sektor Perikanan ... 20

4.5 Konsep dan Pengukuran ... 25

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

5.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi ... 27

5.1.1 Letak Geografis ... 27

5.1.2 Luas Wilayah ... 28

5.1.3 Kependudukan ... 28

5.1.4 Ketenagakerjaan ... 29

5.1.5 Aspek Sosial Budaya ... 32


(9)

5.2.1 PDRB dan PDRB per Kapita ... 34

5.2.2 Pertumbuhan Laju Perekonomian Sukabumi ... 38

5.2.3 Kontribusi Nilai LQ, dan Multiplier Effect Sektor Perikanan ... 40

5.3 Kondisi Umum Perikanan Kabupaten Sukabumi ... 46

5.3.1 Perikanan Budidaya ... 46

5.3.2 Perikanan Tangkap ... 48

5.4 Peranan dan Dampak Sub Sektor Perikanan Budidaya dan Tangkap ... 52

5.4.1 Sub Sektor Perikanan Budidaya ... 52

5.4.2 Sub Sektor Perikanan Tangkap ... 57

5.5 Komoditas Unggulan Kabupaten Sukabumi ... 61

5.5.1 Perikanan Budidaya ... 61

5.5.2 Perikanan Tangkap ... 57

5.6 Analisis SWOT ... 65

5.6.1 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Sektor dan Kelautan ... 66

5.6.2 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ... 73

5.6.3 Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ... 75

5.6.4 Matriks SWOT ... 75

5.6.5 Perumusan Strategi Utama ... 79

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

6.1 Kesimpulan ... 81

6.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN ... 86


(10)

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN

KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN

WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA

BARAT

SKRIPSI

ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(11)

KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(12)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

adalah benar hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 12 Februari 2009

Arizal Lutfien Prasslina

C 44104038


(13)

Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI

Kabupaten Sukabumi memiliki potensi sumberdaya perikanan tangkap dan budidaya yang cukup besar. Potensi yang besar ini dapat dimanfaatkan secara maksimal guna meningkatkan kontribusinya terhadap pendapatan daerah, maka perlu disusun suatu strategi pengembangan yang bertujuan meningkatkan peranan sektor perikanan tangkap dan budidaya dalam pembangunan wilayah. Hasil perhitungan nilai LQ menunjukkan bahwa berdasarkan indikator pendapatan wilayah merupakan sektor basis dengan nilai LQ lebih besar dari 1, yaitu pada Tahun 2002 sebesar 1,99, kemudian pada Tahun 2003 sebesar 1,76, dan berturut-turut pada Tahun 2004, Tahun 2005, dan Tahun 2006 masing-masing sebesar 1,59, 1,80, dan 1,96. Berdasarkan hasil analisis multiplier effect, selama periode 2002-2006 berdasarkan indikator pendapatan wilayah, sektor perikanan

memberikan dampak positif terhadap pembangunan wilayah Kabupaten

Sukabumi. Hasil perhitungan penentuan komoditas unggulan didapatkan bahwa ada beberapa komoditas yang dapat dikategorikan sebagai komoditas unggulan yaitu untuk perikanan tangkap, ikan layang, ikan selar, ikan kuwe, kembung, pari, kakap, dan tuna, sedangkan untuk budidaya adalah ikan nila dikategorikan sebagai komoditas unggulan. Hasil analisis SWOT menghasilkan 3 alternatif strategi pembangunan, yaitu 1) Memberikan kemudahan akses bagi masyarakat untuk membuka peluang usaha di bidang perikanan 2) Mengundang investor

menanamkan modalnya untuk meningkatkan sarana dan prasarana perikanan baik secara kualitas maupun kuantitas serta mengembangkan usaha budidaya dan pengolahan perikanan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri, serta pemfokusan dana investasi pada komoditas yang termasuk unggulan, dan 3) Pengembangan usaha pengolahan perikanan yang bersifat padat karya sebagai langkah antisipasi dari semakin berkurangnya lahan perikanan karena beralih fungsi menjadi perkantoran, jalan dan pemukiman penduduk

Kata kunci: sub sektor perikanan tangkap dan budidaya, pembangunan wilayah, komoditas, Locatian Quotient (LQ) dan multiplier effect


(14)

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN

KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN

WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA

BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA C44104038

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(15)

Judul Skripsi : Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Arizal Lutfien Prasslina Nomor Pokok : C 44104038

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan

Disetujui, Pembimbing

Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. NIP. 131 578 826

Diketahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 131 578 799


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 4 Januari 1986 dari pasangan Bapak Drs. Soiman dan Ibu Siti Yuhroida. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Darul Ulum 2 Jombang Tahun 2004, kemudian pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjabat sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan tahun 2005-2006 dan sebagai staf sie Keagamaan Tahun 2006-2007.

Sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Perikanan-Kelautan, penulis menulis skripsi dengan judul “Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat”, dibimbing oleh Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian skripsi yang dilaksanakan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan pada tanggal 12 Februari 2009.


(17)

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia yang tak terbatas, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1) Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S., selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan , sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2) Ayah, ibu dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dorongan, semangat dan doa

3) Bapak Ade selaku Kepala RW 14, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi yang telah banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini dan pelajaran-pelajaran hidup yang dapat dipetik dari beliau.

4) Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, Badan Perencanaan dan

Pembangunan Kabupaten Sukabumi, atas data-data yang di perlukan untuk penelitian ini.

5) Responden yang tidak dapat di sebutkan namanya satu persatu atas data dan informasinya

Akhir kata semoga skripsi ini berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan untuk penelitian lebih lanjut. Terima kasih sebanyak-banyaknya bagi pihak yang telah memberikan andilnya dalam proses dan hasil dari penelitian ini.

Bogor,13 Februari 2009


(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Perikanan ... 6

2.2 Komoditas ... 7

2.3 Perencanaan Regional ... 7

2.4 Teori Basis Ekonomi ... 8

2.5 Location Quotient ... 9

2.6 Multiflier Effect ... 11

2.7 Analisis SWOT ... 12

III KERANGKA PENDEKATAN STUDI ... 14

IV. METODOLOGI ... 16

4.1 Metode Penelitian ... 16

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 16

4.3 Metode dan Pengambilan Responden ... 17

4.4 Metode Analisis Data ... 17

4.4.1 Analisis Shift Share ... 18

4.4.2 Analisis Peran Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah ... 18

4.4.3 Analisis Dampak Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah ... 18

4.4.4 Analisis Komoditas Unggulan ... 19

4.4.5 Analisis Strategi Pengembangan Sektor Perikanan ... 20

4.5 Konsep dan Pengukuran ... 25

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

5.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi ... 27

5.1.1 Letak Geografis ... 27

5.1.2 Luas Wilayah ... 28

5.1.3 Kependudukan ... 28

5.1.4 Ketenagakerjaan ... 29

5.1.5 Aspek Sosial Budaya ... 32


(19)

5.2.1 PDRB dan PDRB per Kapita ... 34

5.2.2 Pertumbuhan Laju Perekonomian Sukabumi ... 38

5.2.3 Kontribusi Nilai LQ, dan Multiplier Effect Sektor Perikanan ... 40

5.3 Kondisi Umum Perikanan Kabupaten Sukabumi ... 46

5.3.1 Perikanan Budidaya ... 46

5.3.2 Perikanan Tangkap ... 48

5.4 Peranan dan Dampak Sub Sektor Perikanan Budidaya dan Tangkap ... 52

5.4.1 Sub Sektor Perikanan Budidaya ... 52

5.4.2 Sub Sektor Perikanan Tangkap ... 57

5.5 Komoditas Unggulan Kabupaten Sukabumi ... 61

5.5.1 Perikanan Budidaya ... 61

5.5.2 Perikanan Tangkap ... 57

5.6 Analisis SWOT ... 65

5.6.1 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Sektor dan Kelautan ... 66

5.6.2 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ... 73

5.6.3 Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ... 75

5.6.4 Matriks SWOT ... 75

5.6.5 Perumusan Strategi Utama ... 79

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

6.1 Kesimpulan ... 81

6.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN ... 86


(20)

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN

KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN

WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA

BARAT

SKRIPSI

ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(21)

KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA

C44104038

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(22)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan lapangan kerja. Pada saat krisis ekonomi Tahun 1998, peranan sektor perikanan semakin

signifikan, terutama dalam hal mendatangkan devisa. Ironisnya, sektor perikanan selama ini belum menjadi fokus utama pembangunan, padahal apabila sektor perikanan dikelola dengan serius akan memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan kemiskinan

masyarakat Indonesia terutama masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan. Kegagalan Indonesia dalam menentukan kebijakan pembangunan yang selama ini lebih mengedepankan pembangunan yang bersifat sentralistik, dimana strategi dan pembangunan untuk semua daerah disamaratakan, tanpa memandang karakteristik dan potensi masing-masing daerah. Pada akhirnya kebijakan

sentralistik menimbulkan kesalahan dalam pengelolaan yang mengakibatkan tidak tercapainya hasil yang diharapkan. Hal ini kemudian menghasilkan paradigma baru, yaitu kebijakan desentralistik yang dalam pelaksanaanya memperhatikan karakteristik masing-masing daerah. Dengan demikian diharapkan masing-masing daerah dapat meningkatkan pembangunan sesuai potensinya masing-masing.

Hadirnya paradigma baru dalam pembangunan, maka dewasa ini sektor perikanan menjadi perhatian dalam rencana pembangunan. Habisnya lahan dan besarnya potensi perikanan Indonesia menjadikan fokus pembangunan pemerintah beralih dari agraris ke sektor perikanan. Potensi sumberdaya perikanan Indonesia sangat besar, dimana luas lautan Indonesia sebesar 2/3 luas daratan, dengan luas perairan sebesar 5.8 juta km2. Potensi perikanan diperkirakan mencapai 6,26 juta ton per tahun yang dapat dikelola secara lestari dengan rincian 4,4 juta ton dapat ditangkap di perairan Indonesia dan 1,86 juta ton dari perairan ZEEI (Dahuri R 2001). Perairan tersebut mengandung potensi sumberdaya hayati yang dapat dikelompokkan menjadi sumberdaya ikan dan non-ikan. Kelompok sumberdaya


(23)

ikan dibagi menjadi kelompok ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar, dan ikan demersal.

Perikanan akan menjadi fokus dari penelitian ini. Kegiatan penangkapan ikan menjadi mata pencaharian utama dari beberapa wilayah di Indonesia, khususnya daerah yang mempunyai garis pantai dengan potensi perikanan

tangkap. Profesi nelayan banyak ditemukan di wilayah-wilayah tersebut. Nelayan membantu tersedianya komoditas ikan tangkap. Hasil tangkapan sangat beragam, sehingga masing-masing komoditas memiliki keunggulan dan kelemahan.

Demikian juga dengan perikanan budidaya. Ikan hasil budidaya memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda dengan ikan hasil tangkapan, perbedaan ini juga memberikan nilai plus dan minus tersendiri. Kuantitas dan kualitas suatu

komoditas ikan di setiap daerah juga berbeda-beda, sehingga peran tiap komoditas ikan untuk tiap wilayah tidak sama.

Kabupaten Sukabumi yang terletak di wilayah Pantai Selatan Jawa

memiliki potensi baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya yang cukup potensial untuk dikembangkan. Potensi lestari perikanan yang dimiliki Kabupaten Sukabumi mencapai 14.592 ton per tahun (www.kabupatensukabumi.go.id). Potensi yang cukup besar tersebut masih bisa terus dimaksimalkan untuk

meningkatkan pendapatan daerah. Berdasarkan PDRB Kabupaten Sukabumi atas dasar harga berlaku, menurut lapangan usaha Tahun 2006, nilai sektor perikanan mencapai Rp 9.592.102.000.000,00 atau 0.74% dari nilai PDRB (tanpa minyak dan gas bumi), mengalami peningkatan dari Tahun 2005 sebesar Rp

8.283.335.000.000,00 atau 0.64% dari nilai PDRB (tanpa minyak dan gas bumi). Peningkatan nilai PDRB sektor perikanan menunjukkan peranan dalam kontribusi terhadap pendapatan daerah cukup signifikan.

Dalam PDRB Kabupaten Sukabumi sektor perikanan termasuk dalam sektor primer. Peningkatan nilai suatu sektor yang termasuk sektor primer diharapkan mampu meningkatkan pendapatan daerah dan lebih membuka kesempatan kerja. Sektor perikanan terbagi menjadi dua bagian, yaitu perikanan tangkap dan budidaya, masing-masing bagian memiliki komoditas ikan yang berbeda. Tiap komoditas mempunyai peran sesuai dengan kuantitas dan kualitas masing-masing komoditas. Perlu adanya penentuan komoditas unggulan untuk


(24)

3

dijadikan komoditas kunci untuk pengembangan perikanan. Komoditas unggulan yang dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kontribusi pada perekonomian. Melihat potensi Kabupaten Sukabumi tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat kontribusi sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi, dengan judul “Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Ikan Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat”.

1.2 Perumusan Masalah

Sektor perikanan belum menjadi sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan, karena pemerintah lebih fokus untuk mengelola sektor pertanian yang mempunyai potensi besar dan banyak menyerap tenaga kerja. Sektor

perikanan mulai menjadi perhatian pemerintah ketika sektor pertanian mengalami krisis pangan yang disebabkan kurangnya stok pangan. Potensi sektor perikanan sebesar 6.167.940 ton per tahun (Budiharsono S 2001) bisa dimanfaatkan untuk mengatasi krisis pangan dan meningkatkan lapangan kerja. Pemerintah kemudian mengalihkan perhatiannya ke sektor perikanan dengan mengganti kebijakannya.

Pemerintah mulai melakukan pembenahan diantaranya, mengganti

kebijakan pembangunan yang bersifat sentralistik menjadi desentralistik, sehingga tiap daerah bisa melakukan pembangunan sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Kemudian pemerintah juga mengeluarkan undang-undang

perikanan yang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menggantikan undang perikanan yang lama, karena undang-undang yang lama, yaitu Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan, belum menampung semua aspek pengelolaan sumber daya ikan dan kurang mampu mengantisipasi perkembangan kebutuhan hukum serta

perkembangan teknologi dalam rangka pengelolaan sumber daya ikan. Dengan adanya dukungan pemerintah tersebut, maka sektor perikanan menjadi salah satu sektor yang mendapat perhatian dalam pembangunan, tetapi dalam keragaannya pembangunan sektor perikanan selalu tidak maksimal. Permasalahan yang timbul di lapangan adalah tidak diketahuinya keragaan pembangunan sektor perikanan, sehingga tidak bisa mengetahui peranan sektor


(25)

perikanan dalam pembangunan daerah dan tidak bisa menentukan apakah sektor perikanan termasuk basis atau bukan.

Kegiatan perikanan dalam pelaksanaannya sering melakukan penangkapan ikan tanpa memperhatikan apakah komoditas tersebut unggulan atau bukan, hal ini menyebabkan tidak adanya efisiensi dalam penangkapan ikan, sehingga kurang memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Kegiatan budidaya,

meskipun telah melakukan budidaya pada komoditas yang banyak diminta pasar, namun perlu dikaji lebih jauh lagi apakah komoditas tersebut termasuk komoditas unggulan atau non unggulan. Penentuan komoditas unggulan diperlukan untuk mengetahui komoditas apa yang termasuk unggulan dan komoditas apa yang tidak termasuk unggulan. Dengan ditentukannya komoditas unggulan, diharapkan terjadi efisiensi dengan cara melakukan penangkapan atau budidaya hanya pada komoditas ikan unggulan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih dalam pendapatan daerah.

Penelitian ini mencoba mengidentifikasikan dan menganalisis peran sektor perikanan, seberapa besar potensi sumberdaya perikanan yang tersedia telah memberikan kontribusi yang nyata terhadap perekonomian di Sukabumi. Penelitian ini juga mencoba menentukan komoditas perikanan yang menjadi unggulan. Secara sistematis penelitian ini akan membahas beberapa

permasalahan:

1) Bagaimanakah keragaan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi?

2) Apakah sektor perikanan telah berperan sebagai basis ekonomi di Kabupaten Sukabumi dan bagaimana dengan sub sektor perikanan tangkap dan budidaya? 3) Jenis ikan apa yang menjadi unggulan di Kabupaten Sukabumi?

4) Bagaimana strategi pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mengidentifikasi keragaan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi.

2) Menentukan peranan sektor perikanan berdasarkan perikanan tangkap maupun budidaya terhadap perekonomian wilayah.


(26)

5

4) Menentukan strategi pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi.

Kegunaan penelitian ini adalah:

1) Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perencanaan pembangunan, khususnya bagi pembangunan wilayah dalam kaitannya dengan pembangunan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi.

3) Sebagai bahan informasi dan tambahan data bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan berminat pada masalah ekonomi pembangunan.


(27)

(28)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perikanan

Perikanan adalah semua kegiatan yang terorganisir berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Tujuan utama perikanan adalah penyediaan makanan bagi manusia, sedangkan tujuan lain yaitu olahraga, rekreasi, dan produk ikan seperti minyak ikan. Perikanan terdiri atas dua bidang, yaitu penangkapan dan budidaya. Penangkapan ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk

memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkannya. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, atau membiakkan ikan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol (www.wikipedia.com).

Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di lingkungan perairan (Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan). Dalam perikanan pengelolaan dan konservasi mutlak dilakukan untuk keterusan jalannya sektor perikanan. Pengelolaan perikanan adalah semua upaya termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Konservasi sumberdaya ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumberdaya ikan (Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan).


(29)

Sektor perikanan tak lepas dari peran nelayan dan pembudidaya. Tanpa adanya mereka, sektor perikanan dapat diambil manfaatnya. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan). Pembudidaya ikan adalah orang yang mata pencahariannya

melakukan pembudidayaan ikan. Pembudidaya ikan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan).

2.2 Komoditas

Komoditas adalah suatu objek atau jasa yang memiliki nilai. Nilai suatu barang akan ditentukan karena barang itu mempunyai kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan. Dalam perikanan komoditas bisa berupa barang ataupun jasa. Komoditas berupa barang yaitu ikan atau produk ikan, sedangkan komoditas jasa berupa rekreasi, olahraga dan lain-lain (www.wikipedia.com).

Penentuan komoditas unggulan dimaksudkan dengan tujuan efisiensi dan peningkatan pendapatan daerah. Efisiensi bisa didapatkan dengan menggunakan komoditas yang memiliki keunggulan yang dapat bersaing ditinjau dari segi penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran komoditas ikan unggulan dicirikan oleh kualitas dalam pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi nelayan yang dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan. Dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar baik pasar domestik maupun internasional (Kohar MA dan A Suherman diacu dalamHendayana R 2003)

2.3 Perencanaan Regional

Perencanaan adalah terutama suatu cara berpikir mengenai persoalan-persoalan sosial dan ekonomi, perencanaan adalah terutama berorientasi kepada masa datang, sangat berkenaan dengan hubungan antara tujuan dan keputusan-keputusan kolektip dan mengusahakan kebijaksanaan dan program yang menyeluruh (Friedman diacu dalam Glasson J 1977). Perencanaan terbagi


(30)

8

kedalam beberapa tipe. Perbedaan-perbedaan pokok tertentu antara berbagai tipe bermanfaat dalam analisa mengenai perencanaan regional. Tipe perencanaan antara lain :

1) Perencanaan fisik adalah perencanaan struktur fisik suatu daerah, meliputi tata guna tanah, komunikasi, utilitas, dan sebagainya, dan berasal dari penataan dan pengendalian pengembangan kota,

2) Perencanaan ekonomi lebih berkenaan dengan struktur ekonomi suatu daerah dan tingkat kemakmurannya secara keseluruhan,

3) Perencanaan alokatif adalah perencanaan yang berkenaan dengan koordinasi, penyelarasan hal-hal yang bertentangan, agar dapat terjamin bahwa sistem yang bersangkutan tercakup secara efisien sepanjang waktu sesuai dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditempuh,

4) Perencanaan inovatif berkenaan dengan perbaikan atau pengembangan sistem yang bersangkutan sebagai keseluruhan, dengan menunjukkan sasaran baru dan berusaha menimbulkan perubahan-perubahan besar (Glasson J 1977).

Kebijaksanaan ekonomi regional adalah penggunaan secara sadar berbagai macam peralatan (instrument) untuk merealisasikan tujuan-tujuan regional, dan tanpa adanya usaha yang disengaja tersebut tidak akan tercapai. Kebijaksanaan pembangunan regional harus disesuaikan dengan struktur dasar masing-masing daerah. Salah satu tujuan dari kebijaksanaan pembangunan adalah mengurangi perbedaan dalam tingkat pembangunan atau perkembangan dan kemakmuran antar daerah yang satu dengan daerah yang lain (Kadariah 1985)

Untuk melaksanakan perencanaan pembangunan terdapat beberapa teknik analisis regional yang dapat dipergunakan untuk menentukan lokasi yang sesuai dengan aktifitas ekonomi. Teknik-teknik tersebut antara lain basis ekonomi, multiflier effect, model grafitsi, analisis titik pertumbuhan dan analisis I-O (Richardson HW 1991)

2.4 Teori Basis Ekonomi

Inti dari model ekonomi basis adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang dan jasa, termasuk tenaga kerja (Budiharsono S 2001). Analisis dilakukan dengan mencari


(31)

hubungan interaksi perekonomian daerah dengan wilayah-wilayah di luarnya. Proses interaksi ini memungkinkan adanya proses impor dan ekspor dari suatu daerah ke daerah lainnya, sehingga ditentukan bahwa inti dari model ekonomi basis adalah arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh adanya ekspor di wilayah sendiri.

Menurut Glasson J (1977) dalam teori basis ekonomi perekonomian regional dibagi menjadi dua sektor : kegiatan basis dan kegiatan bukan basis. Kegiatan basis adalah kegiatan-kegiatan yang mengekspor barang dan jasa ke tempat-tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan bukan basis adalah kegiatan yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan.

Total keseluruhan ekonomi sektor basis dan non basis menggambarkan kondisi perekonomian wilayah tersebut. Sektor basis sangat dipengaruhi oleh permintaan luar daerah secara langsung, begitu pula sektor non basis juga dipengaruhi oleh permintaan luar daerah secara tidak langsung. Mekanisme ini diawali dengan permintaan sektor basis yang kemudian membawa pengaruh pada sektor non basis (Purnomo 2007)

Budiharsono S (2001) menyatakan bahwa suatu sektor dapat

diklasifikasikan sebagai sektor basis dan non basis didasarkan pada pengukuran langsung dan tidak langsung. Apabila faktor sumber daya (biaya, tenaga kerja dan waktu) tidak menjadi kendala, maka survai secara langsung dapat dilakukan untuk melihat secara lebih akurat apakah suatu sektor termasuk basis atau tidak. Apabila terdapat kendala biaya, tenaga kerja dan waktu maka tidak didapatkan data yang bersifat langsung sehingga pengukuran sektor basis dan tidak basis tersebut dapat dilakukan dengan pengukuran tidak langsung.

2.5 Location Quotient

Untuk mengetahui suatu sektor merupakan sektor basis atau non basis dapat digunakan beberapa metode, yaitu (1) metode pengukuran langsung dan (2) metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dilakukan dengan survai langsung untuk mengidentifikasikan sektor mana yang merupakan


(32)

10

sektor basis. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu (1) metode melalui pendekatan asumsi; (2) metode location quotient; (3) metode kombinasi (1) (2) dan (4) metode kebutuhan minimum (Budiharsono S 2001).

Metode LQ adalah membandingkan porsi lapangan kerja atau nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah yang dibandingkan dengan porsi lapangan kerja atau nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional. Asumsi yang

digunakan adalah bahwa penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat nasional. Permintaan wilayah akan suatu barang pertama-tama akan dipenuhi oleh hasil produksi wilayah itu sendiri, jika jumlah yang diminta melebihi jumlah produksi wilayah, maka

kekurangannya diimpor. Produksi yang dihasilkan terlebih dahulu ditujukan untuk konsumsi lokal dan diekspor ke luar wilayah apabila terjadi surplus produksi. Apabila LQ kurang dari satu, maka wilayah yang bersangkutan harus mengimpor, sedangkan jika nilai LQ lebih dari satu, maka wilayah tersebut dapat melakukan ekspor (Tarigan R 2004)

Metode LQ mempunyai kelemahan. Asumsi yang didasarkan bahwa produktivitas rata-rata atau konsumsi rata-rata antar wilayah adalah sama menjadikan metode LQ banyak dikritik. Bisa saja dari suatu wilayah yang lapangan kerjanya untuk sektor 1 rendah, tetapi total produksinya lebih tinggi. Perbedaan pengklasifikasian dari sektor kegiatan ekonomi yang mungkin berbeda dari suatu wilayah ke wilayah lain, dan juga kemungkinan terjadinya perhitungan ganda. Menurut Kadariah (1985) secara umum rumus LQ adalah:

LQ =

dimana:

vi = pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain dari industri atau sektor tertentu di suatu wilayah;

Vi= total pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain di wilayah tersebut

vt= pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain dari industry atau sektor tertentu di wilayah perbandingan yang lebih luas

Vt= total pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain di wilayah perbandingan yang lebih luas.


(33)

2.6 Multiplier Effect

Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan efek pengganda (Multiplier Effect) pada perekonomian wilayah secara

keseluruhan. Peningkatan pada kegiatan basis akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan terhadap barang dan jasa didalamnya dan menimbulkan kenaikan volume kegiatan bukan basis (Glasson J 1977). Arus pendapatan yang timbul, akan meningkatkan konsumsi dan investasi yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja (Kadariah 1985).

Multiplier effect dengan menggunakan indikator pendapatan ini, dilandaskan pada kenyataan bahwa penginjeksian sejumlah tertentu uang ke dalam perekonomian regional akan menaikkan pendapatan regional yang mengakibatkan bertambahnya pengeluaran konsumen, meskipun dalam jumlah yang lebih kecil daripada jumlah uang yang diinjeksikan semula. Bagian

pendapatan yang dibelanjakan ini akan menjadi pendapatan bagi pihak lain yang selanjutnya membelanjakannya sebagian, dan demikian seterusnya (Glasson J 1977).

Menurut Glasson J (1977) secara keseluruhan pendapatan wilayah (Y) merupakan penjumlahan pendapatan sektor basis (Yb) dan sektor non basis (Yn). Pendapatan sektor basis akan dibelanjakan kembali di dalam wilayah maupun untuk impor. Pendapatan yang dibelanjakan kembali di dalam wilayah untuk produksi lokal akan menghasilkan efek pengganda terhadap pendapatan wilayah. Jika proporsi pendapatan sektor basis yang dibelanjakan kembali di dalam wilayah sebesar “r”, maka total pendapatan sektor basis yang dibelanjakan kembali adalah sebesar (r) Yb. Selanjutnya pembelanjaan kembali di dalam wilayah akan menghasilkan total pendapatan sebesar (r2) Yb, kemudian menjadi (r3) Yb dan seterusnya. Keadaan ini dapat ditulis dalam bentuk rumus:

Y = Yb + rYb + r2Yb + r3Yb + …..+rnYb

=(1 + r + r2 + r3+….+rn) Yb………...(2) Rumus tersebut dapat diserhanakan menjadi


(34)

12

Faktor 1-1-r di atas merupakan economic multiplier yang menimbulkan efek pengganda terhadap perekonomian secara keseluruhan.

Secara empiris nilai “r” sulit ditentukan, maka rumus tersebut dapat diturunkan lebih lanjut untuk mencari nilai “r” sebagai berikut :

Y/Yb = (1/1-r) atau 1-r = Yb/Y sehingga,

r = 1-(Yb/Y) atau r = (Y-Yb)/Y Karena Y-Yb= Yn, maka :

r =

………(

4)

Dengan demikian economic multiplier dalam jangka pendek adalah :

MSy =

=

=

=

=

……..

……..…...………

(5)

dimana : MSy = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan

Y = jumlah pendapatan wilayah

Yb = jumlah pendapatan sektor basis

Berdasarkan rumus diatas, perubahan pendapatan wilayah karena adanya peningkatan kegiatan basis adalah :

Y = Yb (MS)……….………(6) dimana: MSy = koefisien pengganda jangka pendek

Y = perubahan pendapatan wilayah

Yb = perubahan pendapatan sektor basis

Koefisien jangka pendek tersebut kemudian digunakan untuk memprediksi dampak kegiatan atau sektor basis terhadap perekonomian wilayah.

2.7 Analisis SWOT

Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditentukan sebelumnya. Strategi pengembangan adalah suatu strategi yang mengikat semua bagian usaha menjadi satu (Rangkuti F 2000). Analisis yang paling sering digunakan adalah analisis SWOT.


(35)

SWOT merupakan alat untuk menyusun suatu strategi dalam

mengembangkan suatu usaha. SWOT adalah singkatan dari Strenght, Weakness,

Opportunity, dan Threath. Strenght (kekuatan) adalah unsur dari potensi sumberdaya yang dapat melindungi dari persaingan dan dapat menciptakan kemajuan dalam suatu kegiatan atau usaha. Weakness (kelemahan) adalah unsur dari potensi sumberdaya yang tidak dapat bersaing sehingga tidak dapat

menciptakan suatu kemajuan dalam kegiatan atau usaha. Opportunity (peluang) adalah unsur lingkungan yang dapat memungkinkan suatu kegiatan atau usaha mendapatkan keberhasilan yang tinggi. Adapun Threath (ancaman) adalah unsur lingkungan yang dapat mengganggu atau menghalangi kegiatan atau usaha jika tidak ada tindakan pengolahan yang tegas segera diambil (Kotler P 1997).


(36)

III KERANGKA PENDEKATAN STUDI

Perbedaan karakteristik fisik dan non fisik yang dimiliki Kabupaten Sukabumi merupakan potensi yang menjadi aset untuk pengembangan

pembangunan wilayah. Perencanaan regional dilakukan agar setiap daerah dapat melaksanakan pembangunan secara proporsional dan merata, sesuai dengan potensi yang ada si daerah tersebut. Karakteristik fisik yang ada diantaranya adalah sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi dan kelembagaan perlu digerakkan untuk peningkatan produksi dan produktivitas, sehingga memberikan kontribusi terhadap pendapatan wilayah (PDRB) dan perluasan kesempatan kerja dalam rangka pembangunan wilayah. Pengembangan potensi sumberdaya alam diutamakan pada sektor atau komoditas yang dianggap memiliki peluang bersaing dalam era pasar global. Salah satu sektor yang signifikan dengan pengembangan potensi sumberdaya adalah sektor perikanan tangkap dan budidaya.

Pengembangan sektor perikanan dan kelautan dirasa pengaruhnya cukup besar terhadap kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Sukabumi dilihat dari semakin meningkatnya nilai PDRB sektor perikanan. Sektor perikanan tangkap dan budidaya masih merupakan lapangan usaha yang banyak diminati dan dan menjadi sumber penghasilan keluarga.

Salah satu metode untuk mengetahui kontribusi sektoral adalah dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ). LQ dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu sektor ekonomi di suatu daerah termasuk sektor basis atau non basis dalam periode tertentu. Metode LQ adalah membandingkan pendapatan untuk sektor tertentu di daerah yang lebih sempit, dibandingkan dengan pendapatan untuk sektor yang sama secara nasional (wilayah yang lebih luas). Metode LQ juga digunakan untuk menentukan suatu komoditas, apakah komoditas tersebut termasuk unggulan atau non unggulan.

Dengan menggunakan metode LQ, Multiplier Effect, dan metode SWOT sebagai alat analisis, berbagai indikator dapat digunakan untuk melihat peranan suatu sektor terhadap perekonomian wilayah. Dalam penelitian ini, indikator yang akan digunakan adalah pendapatan wilayah (PDRB) dan nilai produksi perikanan selama lima tahun. Penentuan indikator tersebut berdasarkan pada pentingnya


(37)

peranan masing-masing indikator terhadap pembangunan wilayah di Kabupaten Sukabumi. Perekonomian dan kesejahteraan masyarakat perlu ditingkatkan dengan melakukan peningkatan pendapatan daerah. Metode Multiplier Effect

menunjukkan pengaruh indikator pendapatan terhadap perekonomian wilayah. Metode SWOT digunakan untuk menentukan strategi pengembangan arah pembangunan daerah ke depannya. Metode SWOT berbentuk matriks dengan menempatkan indikator Strenght, Weakness, Opportunities, dan Threaths ke dalamnya. Skema kerangka pendekatan studi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Analisis LQ

Analisis ME

Metode SWOT

Gambar 1. Skema Kerangka Pendekatan Studi Keterangan : ……….. = ruang lingkup penelitian

Analisis LQ = analisis Location Quotient

Analisis ME = analisis Multiplier Effect

Analisis SWOT = analisis SWOT SDA

Karakteristik Fisik

Kelembagaan

Teknologi

SD

Peranan dan Komoditas Unggulan Produksi Potensi Sektor Perikanan

Karakteristik non Fisik

Implikasi Dampak PDRB


(38)

IV METODOLOGI

4.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasus adalah sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi. Studi kasus adalah metode penelitian tentang subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield M 1930 diacu dalam Nazir M 1999). Tujuan dari studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun studi dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data berdasarkan jenisnya ada dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah kumpulan angka-angka hasil observasi. Berdasarkan jenisnya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif berupa data produksi ikan Kabupaten Sukabumi dan Provinsi Jawa Barat dan nilai PDRB Kabupaten Sukabumi serta nilai PDRB Provinsi Jawa Barat selama lima tahun, sedangkan data kualitatif berupa data hasil wawancara dengan responden. Dari segi perolehannya, data yang didapat

dikategorikan sebagai non experimental atau data yang diperoleh dengan tidak melakukan percobaan.

Berdasarkan sumbernya data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan perkembangan sektor perikanan baik perikanan tangkap maupun budidaya di Kabupaten Sukabumi. Data primer ini digunakan untuk memperkuat dan menjelaskan data sekunder yang telah didapat serta untuk menentukan alternatif strategi pengembangan wilayah dengan menggunakan analisis SWOT. Data sekunder merupakan data time series lima tahun terakhir yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik Kabupaten


(39)

Sukabumi, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat serta Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Sukabumi

4.3 Metode Pengambilan Responden

Pemilihan responden dilakukan secara non acak yaitu dengan purposive sampling. Menurut Fauzi A (2001), pemilihan sampel pada purposive sampling

dilakukan pada teknik anggota populasi untuk memenuhi tujuan tertentu. Pengambilan responden ini digunakan untuk menentukan alternatif strategi pengembangan wilayah dengan menggunakan SWOT.

Responden dipilih dari wakil setiap stakeholder atau pelaku perikanan dan yang berelevansi dengan penelitian, berjumlah tiga orang terdiri atas Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, Kepala Seksi Pengembangan Penangkapan dan Budidaya Laut, dan Kepala Seksi Pengembangan Budidaya Ikan.

4.4 Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data-data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel. Analisis

deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi dan keragaaan pembangunan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Sukabumi.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah sektor perikanan termasuk basis ekonomi di Kabupaten Sukabumi, serta bagaimana dampaknya terhadap pembangunan wilayah dilihat dari indikator PDRB, tenaga kerja dan produksi perikanan. Metode yang digunakan untuk kedua analisis di atas adalah Location Quotient dan Multiplier Effect. Strategi pengembangan wilayah digunakan analisis SWOT dengan identifikasi kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta kesempatan dan ancaman dari faktor eksternal dari suatu sektor, sehingga dapat dibuat suatu alternatif strategi.


(40)

18

4.4.1 Analisis Shift Share

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB, model matematikanya adalah sebagai berikut (Sawono Y dan S Endang 1983)

Ki =

x 100%

dimana :

Ki : Besarnya kontribusi tahun i

Vi : PDRB sektor perikanan pada tahun i Pi : Total PDRB tahun i

4.4.2 Analisis Peran Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah Perhitungan LQ digunakan untuk mengklasifikasikan sektor perikanan sebagai sektor basis atau non basis dalam perekonomian wilayah dengan menggunakan rumus:

LQ

=

= vi/Vi : vt/Vt

dimana:

vi = pendapatan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi

Vi= total pendapatan seluruh sektor di Kabupaten Sukabumi

vt = pendapatan sektor perikanan di Provinsi Jawa Barat

Vt= total pendapatan seluruh sektor di Provinsi Jawa Barat

4.4.3 Analisis Dampak Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan efek pengganda (Multiplier effect) pada perekonomian wilayah secara

keseluruhan. Menurut Glasson J (1977) Multiplier Effect jangka pendek dalam hal ini dihitung berdasarkan nilai perubahan yang terjadi berdasarkan indikator produksi hasil perikanan dan nilai PDRB Sektor Perikanan Kabupaten Sukabumi, dapat dilihat dari rumus sebagai berikut:


(41)

dimana :

MSy = Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan Kabupaten Sukabumi

Y = Perubahan pendapatan wilayah Kabupaten Sukabumi

Yb = Perubahan pendapatan sektor perikanan Kabupaten Sukabumi

4.4.4 Analisis Komoditas Unggulan

Penentuan komoditas ikan unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan perikanan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi perdagangan global. Komoditas unggulan dicirikan oleh keunggulan dari sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan dari pasar domestik maupun internasional. Dari segi penawaran komoditas ikan unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial ekonomi nelayan yang dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan (Syafaat N dan F Supena 2000

diacu dalam Hendayana R 2003)

Untuk dapat menentukan jenis ikan unggulan yang dijadikan prioritas pengembangan perikanan di Kabupaten Sukabumi, dibuat matrik dari pendekatan

Location Quotient (LQ). Menurut Budiharsono S (2001) formula LQ sebagai berikut:

LQ =

Keterangan:

Xij = produksi ikan jenis ke-j pada Kabupaten Sukabumi Xi. = produksi total perikanan Kabupaten Sukabumi X.j = produksi total jenis ikan ke-j di Jawa Barat X.. = produksi total perikanan Jawa Barat Interpretasi nilai LQ

1) Jika nilai LQ>1, menunjukkan terjadinya konsentrasi produksi perikanan di Kabupaten Sukabumi secara relatif dibandingkan dengan produksi perikanan Jawa Barat atau terjadi pemusatan aktivitas di Kabupaten Sukabumi. Atau


(42)

20

terjadi surplus produksi pada Kabupaten Sukabumi dan komoditas tersebut merupakan sektor basis di Kabupaten Sukabumi.

2) Jika nilai LQ = 1, maka pada Kabupaten Sukabumi mempunyai pangsa aktivitas perikanan setara dengan produksi total Jawa Barat.

3) Jika nilai LQ < 1, maka Kabupaten Sukabumi mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas perikanan di Jawa Barat, atau telah terjadi defisit produksi di Kabupaten Sukabumi.

Pendekatan adanya pemusatan produksi perikanan dengan LQ dibedakan dalam dua kelompok, kelompok-kelompok tersebut masing-masing terdiri atas tiga kriteria dan dua kriteria. Kelompok pertama dilihat dari nilai perhitungan LQ, yaitu terpusat (LQ > 1), mendekati terpusat (LQ = 0.80 sampai 0.99) dan tidak terpusat (LQ < 1 ). Masing-masing kelompok secara berurutan dibobot dengan nilai 3, 2, dan 1. Kelompok kedua dilihat dari nilai pertumbuhan LQ, yaitu nilai LQ yang mengalami pertumbuhan diberi bobot 3, nilai LQ yang mengalami pertumbuhan tetap diberi bobot 2, dan untuk nilai LQ yang mengalami pertumbuhan negatif diberi bobot 1.

4.4.5 Analisis Strategi Pengembangan Sektor Perikanan

Analisis SWOT adalah identifikasi secara sistematis antara kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta kesempatan dan ancaman dari faktor eksternal dari suatu sektor, sehingga dapat dibuat suatu alternatif strategi. Rangkuti F (2000) mengemukakan bahwa matrik SWOT ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi, yaitu SO, ST, WO, WT.

1) Strategi SO (Strenghts – Opportunity)

Strategi ini adalah strategi yang memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-sebesarnya

2) Strategi ST (Strenghts – Threath)

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

3) Strategi WO (Weakness – Opportunity)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.


(43)

4) Strategi WT (Weakness – Threat)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Masing-masing faktor internal dan eksternal dikaitkan, sehingga dapat mengilustrasikan bagaimana bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh suatu perusahaan dapat dipertemukan dengan kelemahan dan kekuatan internal untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategis yaitu SO, ST, WO, WT. Secara lengkap analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis SWOT Internal Eksternal

Strenghts (S) Weakness (W)

Opportunity(O) Strategi SO

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk

menangkap kesempatan

Strategi WO

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threat(T) Strategi ST

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti F (2000)

Dari Tabel 1 terlihat bahwa masing-masing faktor internal dan eksternal dikaitkan, sehingga dapat mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh suatu perusahaan dapat dipertemukan dengan kelemahan dan kekuatan internal untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategis yaitu SO, ST, WO, WT.

Menurut Rangkuti F (2000), analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunity), namun


(44)

22

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (treaths). Diagram analisis SWOT diperlihatkan pada Gambar 2.

Kuadran 3 Kuadran 1

Mendukung strategi turn around Mendukung strategi agresif

Kuadran 4 Kuadran 2

Mendukung strategi defensif Mendukung strategi diversifikasi

Sumber: Rangkuti F (2000)

Gambar 2. Diagram Analisis SWOT, Rangkuti F (2000)

Untuk membuat analisis SWOT, dibutuhkan analisis terhasap lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi suatu wilayah. Analisis lingkungan internal dan eksternal dilakukan dengan membuat matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation-IFE) dan Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation-EFE). Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat matriks

Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE), yaitu: a) Menyusun daftar faktor-faktor yang dianggap berpengaruh penting sebagai

faktor internal dan ekstrnal sektor perikanan Kabupaten Sukabumi.

b) Penilaian bobot setiap faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal dalam sektor perikanan Kabupaten Sukabumi. Penentuan bobot dilakukan oleh responden, dengan menggunakan skala:

1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari indikator vertikal

Berbagai Peluang

Kekuatan Internal Kelemahan Internal


(45)

Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal

Faktor Strategis Internal A B C … Total

A

B

C

Total

Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal

Faktor Strategis Eksternal A B C … Total

A

B

C

Total

c) Penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan menggunakan proporsi nilai dari setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan dengan rumus :

ai

=

Keterangan:

ai = Bobot variabel ke-i

Xi = Nilai variabel ke-i

i = 1,2,3,…n

n = Jumlah variabel

Pembobotan ditempatkan pada kolom kedua matriks dengan total sama dengan satu.

d) Penentuan peringkat terhadap variabel-variabel hasil analisis situasi dilakukan oleh peneliti, dengan skala sebagai berikut :

Nilai untuk matriks IFE, skala peringkat yang digunakan yaitu:

1 = sangat kuat 3 = lemah


(46)

24

Nilai untuk matriks EFE, skala peringkat yang digunakan yaitu :

1 = rendah 3 = tinggi

2 = sedang 4 = sangat tinggi

e) Tiap peringkat dikalikan masing-masing bobotnya untuk setiap variabel, sehingga menjadi skor

f) Skor dijumlahkan untuk menentukan total skor.

Tabel 4. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan :

1………..

2………..

Kelemahan:

1………

2……….

Total

Tabel 5. Matriks External Factor Evaluation (EFE)

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang :

1………..

2………..

Ancaman:

1………

2……….

Total

g) Total skor berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5 menunjukkan posisi internal dan eksternalnya lemah, sedangkan total skor diatas 2,5 menunjukkan bahwa posisi internal dan eksternalnya berada pada tingkat yang kuat. Total skor yang berada pada nilai 2,5 menunjukkan situasi eksternal dan internalnya berada pada posisi rata-rata.


(47)

4.5 Konsep dan Pengukuran

Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan konsep yang penting, antara lain:

1) Sektor perikanan dan kelautan meliputi perikanan, kelautan, pertambangan dan energi, transportasi laut, bangunan kelautan dan jasa kelautan lainnya, dalam penelitian ini yang dianalisis hanya sub sektor perikanan, yaitu perikanan tangkap dan budidaya;

2) Peranan sektor perikanan dalam pembangunan adalah kedudukan sektor perikanan dalam pembangunan wilayah yang diukur berdasarkan indikator pendapatan wilayah dan tenaga kerja;

3) Sektor basis perikanan adalah perbandingan relatif kemampuan sektor

perikanan pada wilayah penelitian dibandingkan dengan wilayah administratif di atasnya (nasional) serta sektor perikanan mampu memenuhi kebutuhan komoditas perikanan Kabupaten Sukabumi dan mengekspor ke luar wilayah Kabupaten Sukabumi;

4) Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah pendapatan total suatu wilayah dari seluruh kegiatan perekonomian selama satu tahun. PDRB yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga berlaku, yaitu PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan, baik pada saat menilai produksi , biaya antara maupun komponen nilai tambah. Dengan PDRB ini, dijadikan indikator untuk melihat pengaruh perubahan tingkat kemakmuran dan perekonomian termasuk inflasi. Selain itu digunakan PDRB per kapita, yaitu perbandingan antara PDRB dengan jumlah penduduk

pertengahan tahun, sehingga dengan PDRB per kapita dapat diketahui kemampuan wilayah dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpatisipasi dalam proses produksi. Satuan PDRB yang digunakan adalah jutaan rupiah;

5) Kesempatan kerja adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Kesempatan kerja sektor perikanan, yaitu jumlah angkatan kerja yang bekerja pada sektor perikanan. Kesempatan kerja sektor perikanan dinyatakan dalam orang (jiwa);


(48)

26

6) Efek pengganda (pendapatan/ tenaga kerja) adalah koefisien yang menunjukkan kemampuan setiap peningkatan (pendapatan/ tenaga kerja) dalam wilayah terhadap pertumbuhan (pendapatan/ tenaga kerja) wilayah yang bersangkutan;

7) Faktor internal adalah kekuatan yang merupakan keunggulan yang dimiliki oleh sektor perikanan serta kelemahan yang merupakan keterbatasan atau kekurangan sektor perikanan yang mempengaruhi kinerja pembangunan; 8) Faktor ekternal adalah peluang yang merupakan kesempatan yang dimiliki

sektor perikanan untuk dimanfaatkan dan ancaman yang merupakan hambatan yang berasal dari luar sektor perikanan;

9) Strategi pengembangan adalah rencana atau siasat pengembangan secara bertahap dan teratur dari kondisi riil saat ini menuju sasaran yang diinginkan.


(49)

5.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 5.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Sukabumi secara geografis terletak antara 60 57’ Lintang Selatan dan 1060 41’ – 1070 00’ Bujur Timur. Ibukota Kabupaten Sukabumi adalah Palabuhanratu yang terletak di Kecamatan Palabuhanratu. Dari tata letak,

Kabupaten Sukabumi berbatasan dengan:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Banten dan Samudra Indonesia 4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur (Lampiran 2)

Bentuk topografi wilayah Kabupaten Sukabumi pada umumnya meliputi permukaan yang bergelombang di daerah selatan dan bergunung di daerah bagian utara dan tengah. Terdapat dua gunung, yaitu Gunung Salak dan Gunung Gede masing-masing dengan ketinggian 2.211 m dan 2.958 m dpl menyebabkan keadaan lereng sangat miring (lebih besar dari 350) meliputi 29 persen dari luas Kabupaten Sukabumi, kemiringan antara 130-350 meliputi 37 persen dan

kemiringan antara 20-130 meliputi 21% dari luas kabupaten, sisanya adalah daerah datar meliputi 13% dari luas kabupaten. Keadaan topografi yang demikian menyebabkan wilayah Kabupaten Sukabumi menjadi rawan terhadap longsor, erosi tanah dan lain-lain.

Curah hujan pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, geografi, dan perputaran/ pertemuan arus angin. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Catatan curah hujan rata-rata pada Tahun 2003 adalah 258,9mm, Tahun 2004 sebesar 209,8mm, dan pada Tahun 2006 sebesar 309,9mm. Kelembaban nisbi rata-rata pada Tahun 2003 sebesar 89% dan berturut-turut pada Tahun 2004 dan 2005 sebesar 90% dan 88,8%. Temperatur udara rata-rata pada Tahun 2003 maksimal 31,60Cdan minimal 19,60C, Tahun 2004 maksimal 31,20C minimal sebesar 19,60C, dan Tahun 2005 maksimal sebesar 30,80C dan minimal sebesar 20,30C.


(50)

28

5.1.2 Luas Wilayah

Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten terluas di Pulau Jawa dan Bali. Luas wilayah Kabupaten Sukabumi, yaitu 408.560 ha, dengan alokasi masing-masing penggunaan lahan untuk lahan sawah seluas 62.751 ha (15,35%), kebun/ tegalan seluas 103.678 ha (25,37%), padang rumput 4.335 ha (1,06%), kolam/ empang 1.702 ha (00,42%), tambak 200 ha (00,05%), hutan rakyat 45.851 ha (11,22%), perkebunan 74.839 ha (18,31%), dan hutan negara seluas 85.296 ha (20,87%). Kabupaten Sukabumi memiliki 40 kecamatan, kecamatan terluas adalah Kecamatan Ciemas, yaitu 267 km2

atau 6,46

% dari luas kabupaten, kemudian diikuti Kecamatan Jampang Tengah dengan 6,13% dari luas Kabupaten,

sedangkan kecamatan paling kecil adalah Kecamatan Kebonpedes seluas 10 km2 atau 0,25%.

5.1.3 Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi pada Tahun 2004 mencapai 2.188.722 jiwa yang terdiri atas 1.135.416 laki-laki dan 1.053.306 perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Sukabumi sebesar 106 yang berarti bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 106 penduduk laki-laki. Rata-rata penduduk laki-laki adalah 1.087.485 jiwa dan perempuan sebesar 1.040.341 jiwa.

Jumlah penduduk terbesar di wilayah Kabupaten Sukabumi terdapat di Kecamatan Cisaat sebanyak 108.065 jiwa atau sebesar 4,85 % dari penduduk Kabupaten Sukabumi. Penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Cidolog sebanyak 18.401 jiwa atau sebesar 0,82 % dari jumlah penduduk seluruhnya. Kepadatan penduduk di Kabupaten Sukabumi adalah sebesar 540,31 orang per Km2. Kecamatan Cisaat masih merupakan kecamatan terpadat yaitu sebesar 5.037,06 orang per Km2 dan kepadatan terendah adalah Kecamatan Cibitung yang terletak di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi yaitu sebanyak 159,95 orang per Km2. Tabel 6 memperlihatkan jumlah penduduk di Kabupaten Sukabumi


(51)

Tabel 6. Jumlah Penduduk Kabupaten Sukabumi Tahun 2000-2004 Tahun

Laki-Laki

(Jiwa) Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Tingkat Pertumbuhan(%)

2000 1.047.530 1.012.390 2.059.920 0.19

2001 1.068.402 1.017.117 2.085.519 1.24

2002 1.066.805 1.059.599 2.126.404 1.94

2003 1.119.274 1.049.295 2.168.569 1.96

2004 1.135.416 1.053.306 2.188.722 0.93

Sumber: BPS, Susenas tahun 2000-2004

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi selalu mengalami peningkatan dari Tahun 2000 sampai Tahun 2004. Peningkatan tertinggi Tahun 2003 sebesar 1,96%, sedangkan yang terendah pada Tahun 2000 yaitu 0,19%. Dari segi pendidikan di Kabupaten Sukabumi memiliki infrastruktur pendidikan umum, seperti Sekolah Dasar sebanyak 1.176 buah, Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 284 buah, 144 Sekolah menengah Pertama, 166 Madrasah Tsanawiyah, 88 Sekolah Menengah Atas, dan 56 Madrasah Aliyah. Dari segi agama, penduduk di Kabupaten Sukabumi sebagian besar beragama Islam dengan jumlah mencapai 99,53%, diikuti agama Kristen dengan 0,44%, Hindu 0,02%, dan Budha 0,01%.

5.1.4 Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dalam pembangunan ekonomi sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting khususnya dalam upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Dengan menciptakan dan menerapkan berbagai program pembangunan pada sektor ekonomi dan sektor ketenagakerjaan, maka pemerintah sering berhasil dalam meningkatkan pendapatan penduduk yang tergolong miskin. Penduduk merupakan sumber angkatan kerja, sehingga profil ketenagakerjaan merupakan gambaran kondisi geografi. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mencerminkan laju pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi pula. Tabel 7 menjelaskan nilai presentase penduduk usia kerja menurut kegiatan usaha dan jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi.


(52)

30

Tabel 7. Presentase Penduduk Usia 10 tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin Kabupaten Sukabumi 2004-2006

Status Penduduk Laki-laki (%) Perempuan (%)

2004 2005 2006 2004 2005 2006

Angkatan kerja 86,63 76,59 75,83 33,69 31,90 30,54

Bekerja 79,13 67,03 67,79 26,44 20,86 23,55

Mencari pekerjaan 9,50 9,55 8,04 7,25 11,04 6,99

Bukan angkatan kerja 11,37 23,41 24,17 66,31 68,10 69,46

Sekolah 5.65 14,86 17,05 4,22 14,57 16,74

Rumah tangga 0,00 0,44 0,14 42,05 45,44 46,68

Lain-lain 5,72 8,12 6,98 20,04 7,99 6,03

Jumlah 100 100 100 100 100 100

Sumber: Susenas 2004-2006

Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Sukabumi pada Tahun 2006 secara keseluruhan mengalami penurunan sebanyak 7.94%, penurunan tersebut secara berturut-turut mulai tahun sebelumnya, yaitu Tahun 2004 dan 2005. Penurunan yang terjadi disebabkan terjadinya penurunan pada jumlah penduduk yang bekerja dan yang mencari pekerjaan terutama pada laki-laki dari 86,63% pada Tahun 2004 menjadi 75,83% pada Tahun 2006. Terjadinya perubahan struktur angkatan kerja di Kabupaten Sukabumi disebabkan terjadinya peningkatan presentase penduduk usia kerja yang berstatus sekolah. Pada Tahun 2004 meningkat secara drastis dari 4,96% menjadi 14,71% pada Tahun 2005 dan pada Tahun 2006 meningkat lagi menjadi 16,90% dari seluruh penduduk dengan usia 10 tahun keatas.

Dari hasil Susenas diketahui bahwa komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di Kabupaten Sukabumi didominasi oleh sektor

pertanian dan sektor perdagangan, hal tersebut sangat menguntungkan mengingat sektor pertanian mempunyai elastisitas penyerapan tenaga kerja yang tinggi, selain itu untuk sektor pertanian tidak diperlukan sumberdaya pendidikan yang relatif tinggi, sehingga potensi tenaga kerja yang belum tersalurkan di sektor lain dapat diserap di sektor pertanian.

Indikasi lain yang terjadi pada pola penyerapan tenaga kerja ini adalah adanya kemajuan ekonomi yang mengarah kepada peningkatan produktivitas tenaga kerja. Hal ini dimungkinkan, karena yang bekerja disektor perdagangan dan jasa, cenderung memiliki tingkat produktivitas yang relatif tinggi jika


(53)

dibandingkan dengan yang bekerja pada sektor pertanian. Tabel 8 memperlihatkan presentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan.

Tabel 8. Presentase Penduduk 10 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Kabupaten Sukabumi 2005-2006

Lapangan Pekerjaan Laki-Laki (%) Perempuan (%)

Laki-Laki dan Perempuan (%)

2005 2006 2005 2006 2005 2006

Pertanian 36,5 29,75 36 33,59 36,38 30,69

Pertambangan 2,19 1,54 0,34 0,3 1,75 1,23

Industri pengolahan 8,64 11,46 11,36 16,83 9,28 12,77

Listrik, gas, air minum 0,31 1,12 0 1,57 0,24 1,23

Bangunan 11,13 8,81 0,35 0,32 8,59 6,74

Perdagangan, hotel dan

restoran 17,49 24,6 35,6 28,84 21,77 25,64

Angkutan dan komunikasi 11,69 11,75 0,71 3,47 9,09 9,73

Keuangan 1,26 0,19 0,34 0,91 1,04 0,37

Jasa 10,79 10,78 15,3 14,17 11,86 11,61

Jumlah 100 100 100 100 100 100

Sumber: BPS, Susenas 2005-2006

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa, menurut lapangan pekerjaan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja pada Tahun 2006 adalah sektor pertanian sebesar 30,69%, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 25,64%, kemudian sektor industri pengolahan sebesar 12,77%, jasa sebesar 11,61%, angkutan dan komunikasi sebesar 9,73%.

Dilihat dari jenis kelamin, ternyata ada empat sektor yang sangat diminati oleh kaum perempuan Kabupaten Sukabumi yaitu pertanian, industri,

perdagangan dan jasa. Sektor pertanian menyerap tenaga kerja perempuan yang paling besar, namun keterlibatan kaum perempuan dalam sektor ini sebagian besar hanya sebagai pekerja keluarga atau pekerja tidak dibayar. Keterlibatan

perempuan dalam sektor lain biasanya berstatus sebagai buruh, seperti halnya dalam pada sektor industri, pada sektor ini mereka biasanya sangat dibutuhkan pada industri konveksi atau jenis home industri yang lebih memerlukan ketekunan dan ketelitian. Pada sektor perdagangan mereka pada umumnya pada perdagangan kecil seperti warung makanan atau kebutuhan sehari-hari. Dilihat dari jenis


(54)

kelamin laki-laki, maka s dengan nilai sebesar 29,7 dan restoran dengan 24,6 11,75%, sedangkan sekto adalah sektor keuangan d diaagram pie presentase lapangan usaha pada tahu

Gambar 3. Diagram Pie P menurut Lapan 5.1.5 Aspek Sosial Buda Penduduk Kabup dengan karakter dan prib yang ada di Kabupaten S Dog-dog Lojor, Seni Jipe kesenian Parebut Seeng, kesenian Gondang Buhu berupa Gekbreng, Kuda Di Kabupaten Su Palagan Bojongkokosan diadakan di Kabupaten S Pesta Panen Sirnarasa.

Perdagang el dan res 26% Angkutan dan komunikasi 10% Keuangan 0%

a sektor pertanian merupakan sektor yang paling d 9,75% pada Tahun 2006, diikuti sektor perdagang 4,6%, kemudian sektor angkutan dan komunikasi s ktor yang paling sedikit menyerap tenaga kerja lak n dengan nilai presentase 0,19%. Gambar 3 memp se penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja me ahun 2006.

ie Presentase Penduduk Usia 10 Tahun ke atas yan pangan Usaha, Tahun 2006

udaya

upaten Sukabumi memiliki corak budaya dan unik ribadi orang-orang Sukabumi. Berbagai keseniana n Sukabumi antara lain dari Kecamatan Cisolok be ipeng, Seni Topeng, dan Lais. Dari Kecamatan Ci g, Bangkolung. Dari Kecamatan Sagaranten terda hun, Angklung Buncis, dan kesenian-kesenian yan da Lumping dan Reog Karbo.

Sukabumi juga terdapat cagar budaya, seperti Mus an dan Bale Budaya Pudak Arum. Upacara adat ju n Sukabumi seperti Pesta Hari Nelayan Palabuhanr

Pertanian 31% Perta Indus pengola 13% Listrik, gas, air

minum 1% Bangunan 7% angan, hot restoran 26% an Jasa 11% 32 g diminati ngan, hotel si sebesar laki-laki mperlihatkan menurut ang Bekerja nik, sesuai na daerah berupa Cicurug ada rdapat ang lain useum juga anratu dan ertambangan 1% dustri golahan 13%


(55)

5.1.6 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di Kabupaten Sukabumi antara lain berupa jalan yang dibagi lagi menjadi jalan nasional sepanjang 43,112 km, jalan propinsi 354,869 km, jalan kabupaten 1.506 km, dan jembatan sepanjang 3.101 m. Transportasi merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan dalam usaha perikanan. Kegiatan transportasi di Kabupaten Sukabumi cukup baik,hal ini ditunjang dengan tersedianya alat transportasi dan prasarana jalan yang menghubungkan kota kabupaten dengan kecamatan dan antar kecamatan yang cukup baik. Jalan yang menghubungkan desa-desa dengan ibukota kecamatan telah ditingkatkan, sehingga mobilitas hasil pertanian dari desa menjadi lebih lancar. Selain itu, dengan jalur arteri dengan kota-kota besar memudahkan dalam kegiatan pemasaran hasil perikanan.

Sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pendidikan di Kabupaten Sukabumi diuraikan sebagai berikut Sekolah Dasar 1.176 buah, Madrasah

Ibtidaiyah sebanyak 284 buah, dengan jumlah guru 11.013 guru, untuk pendidikan tingkat menengah pertama di Kabupaten Sukabumi terdapat gedung Sekolah Menengah Pertama sebanyak 144 buah, Madrasah Tsanawiyah 166 buah dengan total jumlah guru sebanyak 6.039 guru, dan untuk pendidikan tingkat menengah atas terdapat 88 Sekolah Menengah Atas, 56 Madrasah Aliyah dengan total jumlah guru untuk tingkat pendidikan ini sebanyak 3.070 guru. Infrastruktur kesehatan di Kabupaten Sukabumi terdiri atas 3 unit Rumah Sakit Umum Daerah, 58 unit Puskesmas, 102 unit Puskesmas Pembantu, 55 unit Puskesmas Keliling, 2.996 Posyandu, 357 orang Bidan, dan 270 orang Perawat. Infrastruktur

keagamaan seperti masjid sebanyak 5.499 unit, mushola 1.137 unit, langgar 59.359 unit, pondok pesantren 252 unit, majlis taklim 4.727 unit, TKA/ TPA/ TQA 432 unit, gereja 11 buah, vihara 1 buah.

5.2 Kondisi Perekonomian Kabupaten Sukabumi

Suatu wilayah dikatakan mengalami perkembangan ekonomi bila kondisi perekonomiannya meningkat dari tahun ke tahun. Meningkat atau tidaknya kondisi perekonomian suatu wilayah dapat dianalisis berdasarkan indikator


(1)

104

Lampiran 12.Data Produksi Perikanan budidaya Tahun 2006

Budidaya Tambak

(Ton)

jumlah nila bandeng belanak kakap mujair lain

udang windu

udang putih

udang api2

udang

vaname kepiting

kerang darah

rumput laut jawa barat 83319,9 911,1 30052,6 3235,9 650,5 8767,4 7304,5 14248,0 4714,3 6848,8 1289,7 350,7 100,0 4846,3

Sukabumi 873 873

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2006

Budidaya Kolam

(Ton)

jumlah mas nila nilem mujair gurame tawes lele patin

udang galah

sepat

alam tambakan bawal lain jawa barat 116065,7 26729,2 27425,3 11879,7 2986,8 5917,8 6536,7 23626,9 918,2 681,2 1789,0 2849,3 1427,1 3298,6

sukabumi 8204,2 1864,7 5258,9 39,2 5,9 648,0 2,0 31,8 120,8 233

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2006

Budidaya Kolam Air Deras

(Ton)

jumlah mas nila mujair gurame tawes lele lain

jawa barat 11513 8407,96 2925,43 33,99 20,93 4 15,49 105,2

sukabumi 1325 689 596,25 39,75


(2)

105

Lampiran 13. Data Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi dan Jawa Barat Tahun 2002

Jumlah

Sub

jumlah peperek manyung beloso kakap cucut pari

bawal

putih layang selar

sukabumi 6679,9 6670,8 280,6 19 21,6 42 148,2 86,5 20,2 31 29,2

Jabar 150010,20 123366,60 12173,80 4717,70 1341,10 2351,90 4791,30 4381,10 3351,70 3801,40 3085,00

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2002

kuwe sunglir belanak julung2 teri japuh tembang terubuk Kembung tenggiri layur

Sukabumi 101,8 54,8 50,3 45,8 86,5 371,5 1241,7 7,4 39,1 54,5 76,1

Jabar 449,90 54,80 712,40 199,90 5066,40 1165,10 12487,50 7,50 6591,70 4036,20 5400,30

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2002

tuna cakalang tongkol

ikan lainnya

udang barong

udang windu

udang jerbung

udang dogol

udang lainnya

cumi-cumi

rumput laut

Sukabumi 200,1 938,7 1336,8 1387,4 13,4 3,2 10,7 74,8 103,9 5,3 5,6

Jabar 200,10 1113,60 11033,80 12307,00 77,8 2501,3 1551 1648,7 3131,3 2535


(3)

106

Lampiran 14. Data Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi dan Jawa Barat Tahun 2003

Jumlah

Sub

jumlah peperek manyung lencam kakap cucut pari

bawal hitam

sukabumi 6683,88 6628,28 169,6 45,1 81,5 83,3 654,4 506,8 24,3

Jabar 149157,58 89384,81 21354,31 3056,43 907,53 4403,32 8806,61 4022,89

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2003

layang selar kuwe

ikan

terbang Teri japuh tembang lemuru golok2 kembung tenggiri

Sukabumi 50,5 76,5 90,5 59,5 22 42,2 160,9 28,1 10,3 199,5 77,8

Jabar 2560,99 6082,92 357,06 741,2 11279,48 1265,24 2335,3 187,13 4305,35 3820,36 725,76

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2003

layur tuna cakalang tongkol

ikan lainnya

udang jerbung

udang dogol

udang

lainnya cumi-cumi

rumput laut

Sukabumi 1004,5 688,3 1151,6 729,1 671,98 11,6 12,1 7,2 3,7 21

Jabar 3767,9 13726,53 6955,91 904,79 9059,3 1195,6 903,3 5,92 367,4 2650


(4)

107

Lampiran 15.Data Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi dan Jawa Barat Tahun 2004

Jumlah Sub jumlah lidah nomei peperek manyung lencam kakap

sukabumi 9124,21 9047,61 369,5 110,6 149 166,6 85 190

Jabar 160240,3 139883,12 96,4 22758,27 5379,26 945,96

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2004

ekor

kunign cucut pari

bawal

hitam layang selar kuwe sunglir

ikan terbang

Sukabumi 32,4 636,3 1425,9 71,7 423,8 212,8 56,5 585 42,4

Jabar 1,8 3510,34 7099,28 2618,53 969,93 3394,29 1070,24 28,2 88,8

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2004

teri japuh tembang lemuru golok2 kembung tenggiri papan tenggiri layur tuna

Sukabumi 160,7 87,6 26 54,2 58,2 840,3 0,2 128,8 151,9 917,9

Jabar 8259,91 2839,91 7083,21 851,51 1478,53 5076,36 936,71 3720,2 9455,38 80,73

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2004

cakalang tongkol

ikan lainnya

udang dogol

udang

lainnya cumi-cumi sotong

rumput laut

Sukabumi 865,9 624,9 573,51 7,9 3,4 3,7 3,6 58

Jabar 2671,82 1582,53 18621,71 1754,8 994,7 1603,7 860,4 2687


(5)

108

Lampiran 16. Data Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi dan Jawa Barat Tahun 2005

Jumlah

Sub

jumlah lidah nomei peperek manyung lencam kakap

ekor

kunign cucut pari

bawal hitam

sukabumi 9824,6 9751,3 353,8 105,9 142,7 159,5 81,4 181,9 31 609,3 1365,4 68,7

Jabar 155341,6 132297,84 97,2 22130,5 5496,1 55,22 1152,9 32,2 4091,8 9435,3 2551,8

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2005

layang selar kuwe albakora madidihang setuhuk sunglir

ikan

terbang teri japuh tembang

sukabumi 405,8 203,7 54,1 144 1495 18,4 560,2 40,6 153,9 83,9 24,9

Jabar 1794,39 3992,3 322,1 18,4 1134,39 177,5 3535,2 1686,2 11521,79

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2005

lemuru golok2

ikan

pedang setuhuk layaran kembung

tenggiri

papan tenggiri layur cakalang tongkol

Sukabumi 51,9 55,7 31,3 18,4 2,5 804,6 0,2 123,3 273,8 829,1 598,4

Jabar 1465 114,8 31,3 18,4 2,5 6998,4 547,9 4276 2802,95 1214,5 9653,09

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2005

ikan

lainnya

udang dogol

udang

lainnya cumi-cumi sotong

rumput laut

Sukabumi 551 7,5 3,3 3,5 3,4 55,6

Jabar 12054,43 1765,5 3371,8 2497,43 1549,4 756,93


(6)

109

Lampiran 17. Data Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi dan Jawa Barat Tahun 2006

Jumlah

Sub

jumlah manyung cendro

ikan

sebelah selar kuwe layang sunglir

sukabumi 9347,01 7823,25 27,87 94,47 52,34 53,7 237,63 181,05 87,93

Jabar 149488,98 132643,1 3904,06 500,27 3805,82 138,54 1555,43 1016,07

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2006

tetengek

bawal

hitam talang2 bentong jangilus

kakap

putih selanget tembang lemadang teri

Sukabumi 91,12 31,79 28,13 51,78 119,7 72,23 5,31 756,21 55,12 159,27

Jabar 22,41 2572,12 16,66 10471,7 4233,11

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2006

layaran

ikan

padang kapas2 peperek

kakap

merah swanggi lisong

tongkol

komo cakalang kembung banyar

Sukabumi 117,62 120,77 20,94 222,51 79,81 97,15 530,43 9,23 578,59 321,63 231,2

Jabar 2,5 925,05 6207,44

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2006

tenggiri albakora

tuna mata besar

tongkol abu2

kerapu

sunu baronang

baronang

kuning rejung layur

cucut tikus

Sukabumi 85,82 222,3 125,24 561,97 63,09 7,25 53,85 843,59 518,02 42,65

Jabar 3719,21 3847,68

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2006

cucut lanyam mako cucut martil cucut botol pari kekeh ikan lainnya udang putih lobster udang lainnya cumi-cumi

Sukabumi 106,51 88,47 87,94 330,45 108,46 142,11 80,75 29,51 293,53 54,08

Jabar 16251,48 9,64 4571,35 983,1