Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

Konservasi, yaitu suatu tindakan atau profesi yang bertujuan untuk pelestarian kekayaan budaya untuk masa depan. Kegiatan konservasi meliputi pemeriksaan, dokumentasi, perawatan, dan perawatan pencegahan serta didukung oleh penelitian dan pendidikan. Restorasi, yaitu prosedur perawatan yang bertujuan untuk mengembalikan kekayaan budaya ke keadaan yang diketahui atau diasumsikan seperti semula, dan seringkali melalui penambahan materi yang tidak asli.

2.4 Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian yang menjadi acuan penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Pelestarian Angklung Sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dalam Pariwisata Berkelanjutan di Saung Angklung Udjo, Bandung 2013, Annisa Pratiwi, Program Studi Kajian Pariwisata Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar. 2. Pelestarian Nilai Budaya dalam Seni Tari Tarawangsa di Kabupaten Sumedang, suatu studi pada sekolah sebagai pusat budaya 2013, Fitri Nuraini, Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. 3. Arena Produksi Kultural Jaranan Buto Sekar Dhiyo di Banyuwangi 2014, Niasty deja Pratiwi, praogram studi sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember. Pada penelitian yang pertama, yaitu Pelestarian Angklung Sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dalam Pariwisata Berkelanjutan di Saung Angklung Udjo, Bandung, merupakan penelitian yang berlokasi di kabupaten Bandung, dengan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu : 1. apakah masyarakat Saung Angklung Udjo dapat menyesuaikan dengan perkembangan pariwisata budaya angklung?; 2. apakah dampak perkembangan pariwisata budaya angklung terhadap aspek ekonomi, sosial dan budaya masyarakat di sekitar Saung Angklung Udjo?; 3. bagaimana upaya pelestarian warisan budaya tak benda di Saung Angklung Udjo?. Metode penelitian yang digunakan adalah perpaduan kuantitaif dan Kualitatif. Penelitian ini memiliki beberapa temuan yaitu : a. saung Angklung Udjo menerapkan langkah-langkah konstruktif untuk instalasi baru dan sarana fasilitas pemantauan dalam pelayanan untuk melestarikan dan mempromosikan tempat wisata. Dengan menghubungkan pelestarian warisan budaya, peningkatan dan optimalisasi infrastruktur yang ada dilakukan oleh aktor profesional lokal; b. identitas budaya sebagai pusaka budaya yang dapat dikembangkan menjadi modal ekonomi dan sebagai aset agar dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan untuk mensejahterakan masyarakat dengan tetap menjaga nilai-nilai budaya dan kearifan lokal sebagai ciri khasnya; Penelitian ini menggunakan teknik dan konsep Carrying Capacity. Keunggulan penelitian ini adalah menjelaskan dampak terhadap aspek-aspek pariwisata berkelanjutan dan perhitungan daya dukung, yang mana mencakup aspek-aspek ekonomi, lingkungan dan sosial budaya. Persamaan dengan penelitian ini adalah objek penelitian yang sama yaitu komunitas kesenian tradisional. Perbedaan dengan penelitian ini adalah teori dan metode penelitian yang digunakan. Pada penelitian yang kedua, yaitu Pelestarian Nilai Budaya dalam Seni Tari Tarawangsa di Kabupaten Sumedang, suatu studi pada sekolah sebagai pusat budaya, penelitian ini berlokasi di kabupaten Sumedang, tepatnya di sekolah SMA Negeri Rancakalong, dengan beberapa rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana peran dinas pendidikan dalam upaya peningkatan kreatifitas siswa untuk pelestarian nilai budaya dalam seni tari Tarawangsa? 2. Bagaimanakah kebijakan sekolah terkait Tarawangsa sebagai katalisator atau media pembelajaran dan refleksi nilai-nilai karakter bangsa yang terkandung dalam seni budaya di persekolahan? 3. Bagaimanakah peran masyarakat, dinas pendidikan dan dinas kebudayaan dan pariwisata dalam upaya pelestarian nilai budaya dalam seni tari Tarawangsa? Data-data yang diperoleh oleh peneliti dari informan dilapangan dengan cara melakukan observasi, wawancara, catatan lapangan, studi pustaka dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, menggunakan teori tindakan kebudayaan, temuan data dari penelitian ini adalah bahwa seni tari tarawangsa yang dibelajarkan di kelas X SMA Negeri Rancakalong merupakan bentuk pelestarian nilai budaya karena guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam setiap gerakan tari tarawangsa sebagai proses mewujudkan nilai-nilai kehidupan seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 dan Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap gerakan tari tarawangsa diantaranya; nilai pendidikan, nilai moral, nilai hiburan, nilai religious, nilai seni dan nilai perjuangan hidup. Pada penelitian yang ketiga yaitu, Arena Produksi Kultural Jaranan Buto Sekar Dhiyo di Banyuwangi. Pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah bagaimana posisi agen dalam produksi kultural jaranan buto Sekar Dhiyu di Banyuwangi? Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan struktural generatif. Temuan pada penelitian ini antara lain. 1. Terdapat dua agen yang terlibat dalam keberlangsungan jaranan buto Sekar Dhiyu, yakni mbah Setro dan mbah Darni, dengan posisi masing-masing sebagai pencipta kesenian dan pemimpin komunitas Sekar Dhiyu. 2. Mbah Setro yang berasal dari Trenggalek, membawa habitus tentang kesenian jaranan ke Banyuwangi, karena terinspirasi dengan sosok Minak Jinggo, mbah setro menciptakan jaranan buto. Sosok Minak Jinggo kerap kali digambarkan berwajah jelek dengan hati yang baik. Dalam setiap pertunjukkan minak jinggo selalu memberikan nasehat-nasehat kepada rakyatnya supaya hidup dengan tentram dan sejahtera. 3. Banyuwangi sebagai arena dalam produksi budaya jaranan buto, di dalamnya terdapat persaingan di antara para komunitas kesenian jaranan buto, dengan kepentingan yang sama, yakni keuntungan ekonomi. 4. Terdapat dua modal dalam pertunjukkan komunitas kesenian jaranan buto Sekar Dhiyu, yakni pertunjukkan komunitas Sekar Dhiyu yang ditampilkan telah melekat di hati masyarakat, dan pertunjukkannya masih original. 5. Karena terdapat banyak komunitas kesenian jaranan buto, komunitas sekar Dhiyu melakukan perubahan pada segi pertunjukkannya, dengan tujuan agar keberadaan jaranan buto Sekar Dhiyu tetap terjaga di masyarakat. Persamaan penelitian ini adalah objek penelitian yang diteliti, yaitu komunitas kesenian, perbedaan penelitian ini adalah metode penelitian yang digunakan, yakni pendekatan struktural generatif. 27

BAB 3. METODE PENELITIAN