Inferensi Diagnosa Inferensi Terapi Perancangan Mesin Inferensi

Perkembangan: BIASA Treatment: GANTI TERAPI Terapi sekarang: Terapi Spesifik1 INH, 15mgkgbbhr 1xsehari durasi:180hari maks:400mghari Pirazinamid, 25mgkgbbhr 2xsehari durasi:60hari maks:1500mghari 10 Konklusi: Profilaksis Sekunder Terapi sebelumnya: Profilaksis Sekunder 30 hari INH, 15mgkgbbhr 1xsehari durasi:180hari maks:400mghari Perkembangan: BIASA Treatment: GANTI TERAPI Terapi sekarang: Terapi Spesifik2 INH, 10mgkgbbhr 1xsehari durasi:180hari maks:400mghari Pirazinamid, 25mgkgbbhr 2xsehari durasi:60hari maks:1500mghari Rifampisin, 10mgkgbbhr 1xsehari durasi:180hari maks:600mghari 11 Konklusi: Profilaksis Primer Terapi sebelumnya: HENTIKAN 30 hari Perkembangan: KURANG Treatment: LANJUTKAN

3.2.3 Mekanisme Inferensi

Ada 2 fasilitas utama dalam sistem ini, yaitu melakukan diagnosa terhadap suatu penyakit dan memberikan saran terapi kepada user. Pada bagian ini akan dijelaskan mekanisme inferensi diagnosa dan inferensi terapi.

3.2.3.1 Inferensi Diagnosa

Diagnosa adalah menentukan penyakit yang diderita pasien berdasarkan data-data yang diberikan oleh user. Dalam melakukan diagnosa suatu penyakit di dalam sistem ini menggunakan algoritma forward chaining dan backward chaining sekaligus. Forward chaining digunakan untuk menentukan calon-calon penyakit yang mungkin diderita oleh pasien berdasarkan gejala yang dimasukkan oleh user. Setelah diketahui daftar penyakit yang menjadi calon konklusi, dilakukan backward chaining guna mengetahui gejala pendukung yang menentukan penyakit-penyakit tersebut. Universitas Sumatera Utara Penentuan penyakit dilakukan dengan memilih diantara calon konklusi yang memiliki CF tertinggi.

3.2.3.2 Inferensi Terapi

Metode penalaran yang dipakai dalam penentuan terapi ini adalah dengan menggunakan metode forward chaining, yaitu suatu metode penelusuran dengan didasarkan hasil diagnosa kemudian menuju ke alternatif terapi yang mungkin dilakukan. Suatu jenis terapi yang diberikan kepada seorang pasien akan menentukan obat apa saja yang harus dikonsumsi oleh pasien. Dalam mengonsumsi suatu obat, harus diperhatikan antara kontraindikasi obat tersebut dengan alergi yang diderita oleh pasien.

3.2.3.3 Perancangan Mesin Inferensi

Perancangan mesin inferensi dapat ditunjukkan dengan pohon keputusan dan atau flowchart. Pohon keputusan yang digunakan sebagai sebuah alat bantupendukung support tool dalam membuat suatu keputusan di dalam sistem ini seperti pada Gambar 3.4. Pohon keputusan ini menggunakan algoritma forward chaining dan backward chaining. Runut pohon keputusan tersebut terdapat pada Tabel 3.19. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.4 Pohon Keputusan Diagnosa dan Terapi penyakit TBC pada Anak 2 Terapi spesifik Uji Tuberkulin + BTA + 4 1 2 3 Klinis TB Umur 5 th Indurasi = 10 mm Blm imunisasi BCG Indurasi = 15 mm Sdh imunisasi BCG Demam Batuk Anoreksia Keringat Malam Malaise Penurunan BB 1 1 1 Uji Tuberkulin + Rontgen + Lab + 2 1 1 Indurasi = 10 mm Blm imunisasi BCG Indurasi = 15 mm Sdh imunisasi BCG Pembesaran Kelenjar hilus Efusi Pleura Milier Atelektasis Emfisema Lobus Pembesaran kelenjar paratrakeal LED Tinggi Demam Batuk Anoreksia Keringat Malam Parut BCG Penurunan BB Malaise Klinis TB Uji Tuberkulin ulang setelah 3-4 minggu + Indurasi = 10 mm Blm imunisasi BCG Sdh imunisasi BCG Indurasi = 15 mm 1 1 2 Universitas Sumatera Utara Pohon keputusan pada gambar 3.4 dibaca dari bawah ke atas. Simpul paling atas pada pohon keputusan ini adalah simpul akar. Simpul yang ditandai dengan tanda kotak di simpul tersebut disebut dengan simpul keputusan. Cabang- cabang yang mengarah ke kanan dan ke kiri dari sebuah cabang keputusan merepresentasikan kumpulan dari alternatif keputusan yang bisa diambil. Hanya satu keputusan yang dapat diambil dalam suatu waktu. Terapi spesifik terdiri dari 4 alternatif keputusan yang bisa diambil, yang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa cabang pilihan. Jika Indurasi = 10 mm dan belum imunisasi BCG maka keputusan yang diambil adalah Uji Tuberkulin positif dan akan disarankan untuk terapi spesifik. Jika Indurasi = 15 mm dan pasien sudah imunisasi, maka keputusan yang diambil adalah Uji Tuberkulin positif. Jika pasien mengalami demam, batuk, anoreksia, keringat pada malam hari, berat badan menurun dan malaise, maka pasien disarankan untuk melakukan klinis TB. Untuk pasien berumur 5 tahun, yang menjalani Uji Tuberkulin positif dan Klinis TB, disarankan untuk mengikuti terapi spesifik. Jika pasien mengalami pembesaran kelenjar hilus, pembesaran kelenjar pankreas, efusi pleura, milier, atelektasis dan emfisema lobus, maka disarankan kepada pasien untuk menjalani Rongjen positif. Sedangkan untuk pasien yang memiliki LED tinggi, disarankan untuk mengikuti Lab positif. Untuk pasien yang menjalani Uji Tuberkulin positif, Rontgen positif dan Lab positif, maka disarankan untuk mengikuti Terapi spesifik. Jika pasien mengalami demam, batuk, anoreksia, keringat malam, penurunan berat badan, malaise dan perut BCG, maka disarankan kepada pasien untuk mengikuti klinis TB. Universitas Sumatera Utara Jika pasien belum imunisasi dan memliki indurasi = 10 mm, maka disarankan kepada pasien untuk mengikuti uji tuberkulin ulang setelah 3-4 minggu positif, dan jika pasien yang sudah imunisasi BCG dan Indurasi BCG, maka pasien juga akan melakukan uji tersebut. Pasien yang menjalani BTA positif, juga disarankan menjalani terapi spesifik. Flowchart adalah simbol-simbol yang digunakan untuk menggambarkan sebuah pernyataan logika pemrograman serta aliran logika yang ditunjukkan dengan arah panah. Saran Terapi dan Rekam Medis Data GejalaPenyakit, Data AlergiKontraindikasi, Data Obat, Data Terapi, Manajemen Aturan Diagnosa, Manajemen Aturan Terapi Data Pasien Mulai User Login Pakar? Data GejalaPenyakit, Data AlergiKontraindikasi, Data Obat, Data Terapi, Manajemen Aturan Diagnosa, Manajemen Aturan Terapi Data Pasien Data Konsultasi Penentuan Penyakit TBC pada Pasien Selesai Gambar 3.5 Flowchart Sistem Pakar Untuk Diagnosa Penyakit TBC Pada Anak Ya Tidak Data GejalaPenyakit, Data AlergiKontraindikasi, Data Obat, Data Terapi, Manajemen Aturan Diagnosa, Manajemen Aturan Terapi Universitas Sumatera Utara Dari Gambar 3.5, dapat dijelaskan langkah-langkah proses yang dilakukan adalah sebagai berikut: Saat mulai menjalankan sistem berada pada posisi Mulai, kemudian diminta memasukkan user dan password. Apabila login sebagai Pakar, maka ada pilihan-pilihan menu untuk menginput Data GejalaPenyakit, Data AlergiKontraindikasi, Data Obat, Data Terapi, Manajemen Aturan Diagnosa, dan Manajemen Aturan Terapi. Input ini akan menjadi database yang kemudian akan memberikan output berupa daftar data yang telah dimasukkan sebelumnya. Untuk login sebagai user yang lain, maka harus keluar dari menu utama Pakar. Setelah keluar dari menu utama Pakar, maka akan ditampilkan kembali halaman untuk login. Apabila tidak login sebagai Pakar, maka user dan password yang dimasukkan adalah bagi Paramedis. Sebagai paramedis, dapat memasukkan Data Pasien sehingga menjadi database Data Pasien. Setelah itu, paramedis memasukkan Data Konsultasi yang diperoleh dengan cara bertanya kepada pasien. Setelah itu sistem akan menggunakan algoritma forward chaining untuk mengetahui jenis penyakit dari gejala yang telah ada. Kemudian diperlukan besar CF untuk menentukan apakah penyakit tersebut atau tidak. Data Pasien serta Data Konsultasi tersebut nantinya akan mengeluarkan output berupa Saran Terapi dan Rekam Medis pasien. Setelah itu maka sistem ini Selesai.

3.2.4 Perancangan Antarmuka