60 Dengan melihat grafik diatas dari plot residual nilai uji prediksinya yang
merupakan uji linearitas dan uji heteroskedastisitas, maka regresi linear ini sesuai dengan asumsi linearitas.
3. Uji Statistik
Dengan metode penyeleksian backward yang dimulai dengan memasukan dua variabel independen yang kemudian dilakukan analisis dan variabel
yang tidak layak dalam model regresi dikeluarkan satu per satu. Terlihat pada Tabel 4.8 semua variabel yang dimasukan tidak ada yang dikeluarkan
kembali. Hal ini menunjukkan layak dimasukkan dalam persamaan regresi.
Tabel. 4.8. Variabel EnteredRemoved
Variables EnteredRemoved
b
lnbebanj, penjualanj
a
. Enter
Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: pphj b.
Sumber: Data diolah
Tabel. 4.9.
Descriptive Statistics
72 57254482820
9600800642000 1766357073157
2455129033823 72
56470185397 8195304000000
1607958040729 2121274710613
72 243500000
500658144500 40018855628,61 88631752721,809
72 penjualan
beban pph
Valid N listwise N
Minimum Maximum
Mean Std. Deviation
Sumber: Data diolah
61 Tabel 4.9 menunjukkan bahwa variabel Pajak Penghasilan terutang
memiliki rata-rata Rp 40.018.855.628,61 dengan standar deviasi Rp 88.631.752.721,80 dan jumlah sampel 72, variabel penjualan bersih
memiliki rata-rata Rp 1.766.357.073.157 dengan standar deviasi Rp 2.455.129.033.823 dan jumlah sampel 72, sedangkan variabel beban
komersial memiliki rata-rata Rp 1.607.958.040.729 dengan standar deviasi Rp 2.121.274.710.613 dan jumlah sampel 72. Perusahaan sampel dengan
penjualan bersih tertinggi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu PT. Semen Gresik Persero sebesar Rp 9.600.800.642.000 dan terendah yaitu
PT. Beton Jaya Manunggal sebesar Rp 57.254.482.820. Sedangkan perusahaan sampel dengan beban komersial tertinggi yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu PT Charoen Pokphand Indonesia sebesar Rp 8.195.304.000.000 dan yang terendah yaitu PT Beton Jaya Manunggal
sebesar Rp 56,470,185,397.
Tabel. 4.10. Koefisien Determinasi
Model Summary
b
,816
a
,665 ,656
52014,28 ,801
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-
Watson Predictors: Constant, lnbebanj, penjualanj
a. Dependent Variable: pphj
b. Sumber: Data diolah
Besarnya adjusted R
2
adalah 0,656, hal ini berarti 65,6 variasi Pajak Penghasilan terutang dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel
independen yaitu variabel penjualan bersih dan beban komersial.
62 Sedangkan sisanya 34,4 100 - 65,6 = 34,4 dijelaskan oleh
variabel-variabel atau sebab-sebab lain di luar model. Variabel lain ini diantaranya menurut penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh
Yulianti 2008 yaitu rasio nilai utang atau Debt to Equity Ratio DER sebesar 20 mempengaruhi PPh terutang. Standar Error of the Estimate
SEE dalam model penelitian ini sebesar 52014,28. Makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel
dependen.
Tabel. 4.11. Uji Signifikansi Simultan
ANOVA
b
3,71E+11 2
1,855E+11 68,577
,000
a
1,87E+11 69
2705485646 5,58E+11
71 Regression
Residual Total
Model 1
Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Predictors: Constant, lnbebanj, penjualanj a.
Dependent Variable: pphj b.
Sumber: Data diolah
Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 68,577 dengan probabilitas 0.000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05, maka
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Pajak Penghasilan terutang atau dapat dikatakan bahwa penjualan bersih dan beban komersial
secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pajak Penghasilan terutang.
63
Tabel. 4.12. Uji Signifikansi Parameter Individual t test
Coefficients
a
212644,6 108187,9
1,966 ,053
,036 ,004
1,009 8,305
,000 ,328
3,045 -17502,1
8439,425 -,252
-2,074 ,042
,328 3,045
Constant penjualanj
lnbebanj Model
1 B
Std. Error Unstandardized
Coefficients Beta
Standardized Coefficients
t Sig.
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: pphj a.
Sumber: Data diolah
Kedua variabel independen yaitu penjualan bersih dan beban komersial signifikan pada 0.05. Dari sini dapat disimpulkan bahwa variabel Pajak Penghasilan terutang
dipengaruhi oleh penjualan bersih dan beban komersial. Dengan melihat tabel 4.12 dapat diketahui:
a. Pengaruh penjualan bersih terhadap Pajak Penghasilan terutang. Hasil uji koefisien pada tabel 4.12 didapat t hitung 8,305 dengan tingkat
signifikan 0,000. Karena tingkat signifikan di bawah 0,05 dan t hitung lebih besar dari t tabel 8,3051,9935, maka secara parsial variabel penjualan
bersih berpengaruh secara signifikan terhadap Pajak Penghasilan terutang. Hasil penelitian ini sejalan dengan Yulianti 2008, yang menyatakan bahwa
Pajak Penghasilan Badan terutang dipengaruhi secara positif oleh Debt to Equity Ratio
DER, selain itu juga sejalan dengan penelitian Muhammah 2006 dalam Yulianti 2008:69, yang menyatakan bahwa DER berpengaruh
positif terhadap harga saham. Harga saham dan Pajak Penghasilan terutang merupakan refleksi dari laba perusahaan Yulianti, 2008:70. Proporsi utang
dan modal yang optimal dengan pengelolaan yang baik dapat meningkatkan
64 laba perusahaan, yang selanjutnya meningkatkan pula harga saham dan Pajak
Penghasilan terutang. Selain itu penelitian ini sejalan dengan Sanwanih 2006, yang menyatakan bahwa laba setelah pajak Earning After Tax secara
signifikan dipengaruhi oleh penjualan bersih, serta sejalan dengan penelitian Nandliyah 2004 yang menyatakan bahwa gabungan variabel penjualan, Net
Profit Margin , dan Gross Profit Margin mempunyai pengaruh yang sangat
kuat terhadap hutang PPN. Menurut Resmi 2005:139 penghindaran pajak dapat dilakukan dengan memperbesar perbandingan antara utang dan modal
DER. Dengan memperbesar jumlah utang, maka dapat mempertinggi rasio DER sehingga beban bunga yang merupakan bagian dari beban komersial
dapat menjadi pengurang pajak yang relatif besar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penambahan ataupun
pengurangan penjualan bersih mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jumlah Pajak Penghasilan terutang perusahaan tersebut.
b. Pengaruh beban komersial terhadap Pajak Penghasilan terutang. Hasil uji koefisien pada tabel 4.12 didapat nilai t hitung untuk beban
komersial sebesar -2,074, dengan tingkat signifikansi 0,042. Oleh karena tingkat signifikansi di bawah 0,05 dan t hitung lebih besar dari t tabel
2,0741,9935, maka secara parsial variabel beban komersial berpengaruh secara signifikan terhadap Pajak Penghasilan terutang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Yulianti 2008:75 yang menyatakan bahwa beban penyusutan dan beban bunga yang dibayarkan untuk utang
semakin memperkecil nilai laba perusahaan yang pada akhirnya mengecilkan
65 pula nilai Pajak Penghasilan terutang. Menurut Floyd A. Beams dkk.
2007:129 untuk menghindari pembayaran pajak yang sebelumnya dihindari, perusahaan menghindari likuidasi LIFO berlapis yang menghasilkan harga
pokok penjualan yang lebih rendah, laba bersih yang lebih tinggi, dan tagihan pajak yang lebih tinggi. Dengan menggunakan metode persediaan LIFO Last
In First Out perusahaan dapat meningkatkan harga pokok penjualan yang
termasuk satu di antara beban komersial, sehingga mengurangi laba kena pajak dan Pajak Penghasilan terutang. Jadi, perusahaan menggunakan metode
LIFO untuk tujuan perpajakan. Persediaan dengan lapisan LIFO dapat dilikuidasi selama periode interim namun diharapkan dapat digantikan pada
akhir tahun Beams dkk., 2007:129, dikarenakan sebenarnya metode ini tidak boleh digunakan untuk tujuan laporan keuangan tahunan.
Bagi perusahaan peningkatan beban komersial dapat membawa pengaruh positif yaitu penghematan PPh terutang, akan tetapi bagi pemerintah fiskus,
jika perusahaan meningkat beban komersialnya tentu penerimaan dari sektor PPh Badan akan berkurang. Untuk itu peningkatan beban komersial yang
terkait dengan perhitungan PPh terutang perlu mendapat pengawasan yang lebih karena dapat mengindikasikan adanya penghindaran pajak. Salah satu
caranya dengan lebih memperhatikan isi peraturan pada pasal 6 ayat 1 UU PPh Tahun 2008 mengenai biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan.
c. Uji F Simultan Uji F statistik digunakan untuk mengukur pengaruh secara simultan atau
bersama-sama variabel independen Penjualan bersih dan beban komersial
66 terhadap variabel dependen Pajak Penghasilan terutang. Hasil uji ANOVA
pada tabel 4.11 didapat F hitung sebesar 68,577 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi yang dihasilkan di bawah 0,05 dan F hitung
lebih besar dari F tabel 68,5773,11, maka model regresi dapat digunakan untuk melihat besarnya pengaruh penjualan bersih dan beban komersial
terhadap Pajak Penghasilan terutang. Bagi perusahaan pajak dianggap sebagai beban, karena mengurangi laba perusahaan, sehingga perusahaan berusaha
untuk meminimalkan pajak tersebut untuk memaksimalkan laba dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing Setiyadi, 2008:9. Usaha Wajib Pajak
untuk memperkecil PPh terutangnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Satu di antaranya menurut Setiyadi 2008 yaitu dengan perencanaan beban
sumber daya manusia. Perencanaan-perencanaan itu dapat dilakukan jika pemahaman terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya baik itu Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktorat Jenderal Pajak maupun dalam bentuk Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak dilaksanakan dengan baik. Kesimpulannya bahwa penjualan bersih dan beban komersial secara bersama-
sama berpengaruh secara signifikan terhadap Pajak Penghasilan terutang pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang sahamnya terdaftar di BEI.
67
Tabel. 4.13. Koefisien Regresi
Coefficients
a
212644,6 108187,9 1,966
,053 ,036
,004 1,009
8,305 ,000
,328 3,045
-17502,1 8439,425 -,252
-2,074 ,042
,328 3,045
Constant penjualanj
lnbebanj Model
1 B
Std. Error Unstandardized
Coefficients Beta
Standardized Coefficients
t Sig.
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: pphj a.
Sumber: Data diolah
Dari table 4.13 dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Hal ini dapat diartikan: 1. Konstanta sebesar Rp 212.644.600.000 menyatakan bahwa jika
variabel independen penjualan bersih dan beban komersial konstan, maka PPh terutang sebesar Rp 212.644.600.000.
2. Koefisien regresi penjualan bersih Rp 36.000, hal ini dapat dijelaskan jika penjualan bersih naik satu juta rupiah maka akan menyebabkan
PPh terutang naik sebesar Rp 36.000, begitu juga sebaliknya jika nilai penjualan bersih turun satu juta rupiah maka akan menyebabkan PPh
terutang turun Rp 36.000. 3. Koefisien regresi beban komersial sebesar Rp -17.502.100.000, hal ini
dapat dijelaskan jika beban komersial naik satu juta rupiah maka akan menyebabkan PPh turun Rp 17.502.100.000, begitu juga sebaliknya
jika beban komersial turun satu juta rupiah maka akan menyebabkan PPh terutang naik sebesar Rp 17.502.100.000.
PPh = Rp 212.644.600.000 + Rp 36.000 Penjualan Bersih - Rp 17.502.100.000PPh Terutang
67
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian sederhana terhadap 36 perusahaan yang tercatat dalam perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur selama tahun
2006 dan 2007, maka dari hasil uraian tentang pengaruh variabel independen penjualan bersih dan beban komersial terhadap variabel dependen Pajak
Penghasilan terutang, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan uji t statistik diketahui t hitung untuk variabel penjualan
bersih sebesar 8,305 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi di bawah 0,05 dan t hitung lebih besar dari t tabel
8,3051,9935, maka dapat disimpulkan bahwa penjualan bersih berpengaruh secara signifikan terhadap Pajak Penghasilan terutang pada
perusahaan-perusahaan manufaktur yang sahamnya terdaftar di BEI. 2. Berdasarkan uji t statistik diketahui t hitung untuk variabel beban
komersial sebesar -2,074, dengan tingkat signifikansi 0,042. Karena tingkat signifikansi di bawah 0,05 dan t hitung lebih besar dari t tabel
2,0741,9935, maka dapat disimpulkan bahwa beban komersial berpengaruh secara signifikan terhadap Pajak Penghasilan terutang pada
perusahaan-perusahaan manufaktur yang sahamnya terdaftar di BEI. 3. Berdasarkan hasil uji F simultan pada tabel ANOVA menunjukkan F
hitung sebesar 68,577, dengan taraf signifikan sebesar 0.05, hal ini berarti