Kecerdasan Emosi Perkembangan Emosi

Kegiatan Pembelajaran 5 76 1. mengenali emosi diri. Mengenali perasaan saat perasaan itu muncul merupakan dasar dari kecerdasan emosi yang melandasi terbentuknya kecakapan- kecakapan emosi yang lain. Lebih lanjut Yusuf 2014:113 menyatakan karakteristik perilaku dari aspek kesadaran diri, yaitu mengenali perasaan sendiri, merasakan emosi sendiri, memahami penyebab timbulnya suatu perasaan, dan mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan, 2. mengelola emosi. Mengelola emosi adalah kemampuan mengendalikan diri, mengatur suasana hati yang didasari oleh kemampuan seseorang dalam memahami diri. Yusuf 2014:114 menjelaskan karakteristik perilaku dari aspek mengelola emosi, yaitu: a memiliki toleransi terhadap frustasi dan mampu mengendalikan amarah lebih baik, b mampu mengungkapkan amarah lebih baik dan tepat tanpa berkelahi, c mampu mengendalikan emosi yang bersifat destruktif dan agresif, d mempunyai perasaan yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, e keluarga dan sekolah, f mampu mengelola stress dengan baik, dan g mampu mengatasi perasaan kesepian dan kecemasan dalam pergaulan 3. memotivasi diri sendiri. Kemampuan mengelola emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan, merupakan hal sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri, dan menguasai diri sendiri, serta untuk berkreasi. Yusuf 2014:114 mengemukakan karakteristik perilaku dari aspek memanfaatkan emosi secara produktif, yaitu memiliki tanggung jawab , dapat memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan, dapat mengendalikan diri, dan tidak bersikap impulsif. 4. mengenali emosi orang lain. Empati, Seseorang dapat berempati kepada orang lain apabila telah memahami emosinya sendiri. Kemampuan berempati merupakan “keterampilan bergaul” dan memupuk sikap altruisme yaitu dorongan untuk membantu. Penjelasan lain disampaikan Yusuf 2014:114 bahwa karakteristik perilaku dari aspek empati, yaitu dapat menerima sudut pandang orang lain, mempunyai sikap empati atau kepekaan terhadap perasaan orang lain, memiliki kemampuan untuk mendengarkan orang lain. SD Kelas Tinggi KK A 77 5. membina hubungan. Membina hubungan dengan orang lain sebagian besar merupakan keterampilan memahami dan mengelola emosi orang lain. Dinyatakan Yusuf 2014:114 bahwa karakteristik perilaku dari aspek membina hubungan, yaitu: a mampu memahami dan menganalisis hubungan dengan orang lain, b mampu menyelesaikan konflik dengan orang, c memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, d mudah bergaul dan bersikap bersahabat dengan teman sebaya, e memiliki perhatian dan tenggang rasa terhadap orang lain, f suka menolong, g mampu menyesuaikan diri dengan kelompok, dan f senang berbagi rasa. Istilah kecerdasan emosi pertama kali digagas oleh Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire pada tahun 1990. Keduanya menjelaskan kualitas-kualitas emosional yang penting untuk mencapai kesuksesan Kualitas-kualitas tersebut di antaranya adalah: 1 empati; 2 mengungkapkan dan memahami perasaan; 3 mengendalikan amarah; 4 kemandirian; 5 kemampuan menyesuaikan diri; 6 disukai; 7 kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, 8 ketekunan; 9 kesetiakawanan; 10 keramahan; 11 sikap hormat Shapiro, 1997:5. Peserta didik yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan tercermin dalam sikap dan perilakunya. Mengingat kecerdasan emosi aspek yang sangat penting dalam keberhasilan peserta dalam bidang akademik, di dunia kerja, dan dalam kehidupannya, maka guru seyogyanya mengembangkan kecerdasan emosi peserta didik melalui integrasi dalam pembelajaran.

c. Pengendalian Emosi

Untuk dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik, peserta didik harus memiliki keseimbangan emosi. Keseimbangan emosi yang ideal seorang peserta didik lebih didominasi oleh emosi yang menyenangkan sehingga bisa melawan emosi yang tidak menyenangkan. Keseimbangan emosi dapat diperoleh melalui pengendalian lingkungan dan membantu anak untuk mengembangkan toleransi terhadap emosi. Menurut Hurlock 2003:231 mengendalikan emosi adalah mengarahkan energi emosi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial. Dalam mengendalikan emosi, anak harus belajar bagaimana cara menangani rangsangan Kegiatan Pembelajaran 5 78 yang membangkitkan emosi dan bagaimana cara mengatasi reaksi yang biasa menyertai emosi. 2. Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-kanak Akhir 6-12 tahun Setelah memasuki sekolah, anak melakukan hubungan sosial yang lebih luas dengan teman sebayanya dibandingkan dengan anak pada masa pra sekolah. Pada masa ini minat terhadap kegiatan keluarga berkurang, sebaliknya minat terhadap kegiatan teman sebayanya semakin kuat. Perubahan permainan individual menjadi permainan kelompok yang membutuhkan banyak orang, sehingga pergaulannya semakin luas. Berubahnya minat bermain, keinginan untuk bergaul dan diterima oleh teman-temannya semakin kuat. Pada masa ini disebut sebagai masa “gang”, yaitu usia dimana kesadaran sosial berkembang pesat. Gang memiliki peran dalam meningkatkan sosialisasi anak, anak belajar berperilaku agar dapat diterima secara sosial. Menjadi pribadi sosial adalah salah satu tugas perkembangan yang utama dalam periode ini. Anak menjadi anggota kelompok teman sebaya dan secara bertahap menggantikan pengaruh orangtua dalam berperilaku.

a. Bentuk Perilaku yang Paling Umum pada Masa Kanak-kanak Akhir

1. Rentan terhadap penerimaan sosial. Keinginan akan perhatian dan penerimaan sosial menjadi kuat sehingga anak akan melakukan segala hal untuk menghindari penolakan. 2. Kepekaan yang berlebihan. Anak mudah tersinggung dan menafsirkan kata- kata dan perbuatan orang lain sebagai permusuhan. 3. Sikap sportif dan tanggung jawab. 4. Diskriminasi sosial, ada kecenderungan untuk melakukan pembedaan di antara orang dengan ciri tertentu. Pembedaan ini disertai dengan kecenderungan memperlakukan secara berbeda terhadap mereka. 5. Prasangka, ada kecenderungan untuk menilai lebih rendah segala sesuatu yang menjadi milik orang lain. 6. Antagonisme jenis kelamin, yaitu perlawanan aktif dan penuh permusuhan terhadap anggota jenis kelamin yang berlawanan. 7. Persaingan terjadi antara anggota dalam kelompok atau antara gang saingannya. Persaingan sering menimbulkan permusuhan , dan pada anak-anak yang lebih tua sering mengakibatkan pertengkaran seperti kritikan atau perkelahian.