Tingkat danTahapan Perkembangan Moral
SD Kelas Tinggi KK A
93
Tingkat Kesadaran Moral Tahapan Perkembangan Moral
ini sudah terjadi internalisasi tetapi
belum sepenuhnya. dan kewajiban,
menghargai kewibawaan, dan
mempertahankan peraturan yang
berlaku
III. Penalaran Pascakonvensional
Pastconventional autonomous, or principle
level Usia 13 tahun ke atas.
Penalaran pascakonvensional
adalah tingkat tertinggi dan terjadi internalisasi
moral pada individu dan tidak didasarkan pada
standa-standar moral orang lain. Seseorang
mengenal pelajaran- pelajaran moral
alternatif, menjajaki pilihan, kemudian
memutuskan aturan- aturan moral pribadi.
5 : Orientasi kontrak sosial The social contract
legalistic orientation Seseorang memahami
bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan bersifat
relatif dan standar nilai dapat berbeda antara
satu orang dengan yang lainnya. Tindakan
seseorang dibimbing oleh asas-asas yang biasa
disetujui masyarakat, asas-asas yang dijunjung
tinggi untuk mempertahankan
penghargaan dari teman sebaya merupakan
penghargaan diri. 6. Prinsip-prinsip etika
universal The universal ethical principle
orientation Pada tahap ini
seseorang ttelah mengembangkan suatu
standar moral yang didasarkan pada hak-
hak manusia yang bersifat universal.
Tindakan dibimbing oleh asas-asas atas
pilihan sendiri atau kata hati, asa-asa yang
dijunjung tinggi untuk menghindari
penyesalan diri.
Untuk memudahkan pemahaman mengenai tingkat dan tahap perkembangan moral dari Kohlberg, berikut penjelasan melalui penggunaan contoh namun penjelasan
umum pada tabel di muka masih disampaikan untuk kemudahan mengaitkan dengan konteks perkembangannya.
Tingkat
Satu : Penalaran Prakonvensional
Tingkat ini adalah tingkat paling rendah 4-10 tahun. Pada tingkat ini anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral tetapi dikendalikan oleh
hadiah dan hukuman eksternal.
Kegiatan Pembelajaran 6
94
Tahap 1. Orientasi hukuman dan ketaatan. Pada tahap ini penalaran moral
didasarkan pada hukuman. Anak-anak taat karena menghindari hukuman, menaruh hormat karena melihat sifat yang memberi aturan yang bersangkutan.
Anak-anak berpikir mereka harus taat sebab bila tidak taat akan mendapat hukuman. Contoh, ketika seorang anak dilarang oleh ayahnya, anak akan taat
karena selain hormat juga takut dihukum.
Tahap 2. Orientasi ganjaran. Pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas
hadiah dan kepentingan sendiri. Anak taat karena akan mendapat hadiah dan mendapat balasan budi. Anak-anak menalar bahwa apabila bersikap baik
terhadap orang lain, maka orang lain akan bersikap baik kepadanya. Contoh, anak akan patuh pada aturan karena akan mendapat pujian atau hadiah.
Tingkat Dua : Penalaran Konvensional
Internalisasi masih setengah-setengah 10-13tahun. Pada tingkat ini anak patuh secara internal pada standar tertentu, tetapi standar itu pada dasarnya
ditetapkan oleh orang lain, seperti orang tua atau oleh aturan sosial.
Tahap 3. Norma-norma interpersonal. Pada tahap ini seseorang menghargai
kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan moral. Anak taat untuk menghindari rasa tidak setuju dari orang
lain. Anak-anak sering mengambil standar-standar moral orangtuanya untuk mengharapkan penghargaan dari orangtuanya sebagai anak yang baik. Contoh,
anak-anak dan remaja akan mematuhi peraturan dan nilai-nilai moral sesuai dengan standar moral orangtuanya. Anak berusaha menjadi anak baik di untuk
mendapatkan penghargaan dari orangtuanya.
Tahap 4. Orientasi otoritas. Pada tahap ini pertimbangan moral didasarkan
atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban. Perilaku yang benar adalah melaksanakan tugas dan kewajiban, menghargai
kewibawaan, dan mempertahankan peraturan yang berlaku. Perilaku yang benar adalah mentaati aturan atau hukum yang berlaku. Contoh, remaja
mungkin berpikir agar dapat bekerja efektif, maka komunitas harus dilindungi oleh hukum yang ditaati oleh anggotanya.
Tingkat Tiga : Penalaran Pascakonvensional
SD Kelas Tinggi KK A
95
Tingakat ini adalah tingkat tertinggi 13 tahun ke atas. Pada tingkat ini internalisasi moral terjadi pada individu dan tidak didasarkan pada standar-
standar moral orang lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan, kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode
moral pribadi.
Tahap 5. Orientasi kontrak sosial. Pada tahap ini seseorang memahami
bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan bersifat relatif dan standar nilai dapat berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Tindakan seseorang dibimbing
oleh asas-asas yang biasa disetujui sebagai hal yang penting bagi kesejahteraan umum, asas-asas yang dijunjung tinggi untuk mempertahankan penghargaan
dari teman sebaya yang merupakan penghargaan diri. Remaja dan dewasa
menalar perilaku baik adalah nilai pribadi yang sesuai dengan peraturan dan nilai-nilai sosial. Contoh, remaja dan dewasa dapat berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai sosial tanpa dibimbing dan di awasi, didorong, dan diancam dengan hukuman seperti saat masa anak-anak. Mereka dapat mengendalikan
perilakunya sendiri sesuai dengan yang disetujui oleh masyarakat.
Tahap 6. Prinsip-prinsip etis universal. Pada tahap ini seseorang telah
mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang bersifat universal. Tindakan dibimbing oleh asas-asas atas pilihan sendiri
atau kata hati, asas-asas yang dijunjung tinggi untuk menghindari penyesalan diri. Contoh, ketika individu dihadapkan pada sebuah konflik antara hukum dan
suara hati, maka individu menalar akan memilih suara hati, meskipun pilihannya itu mungkin berisiko. Penalaran di tahap 6 jarang dijumpai.
Kohlberg Santrock, 2011:369 berkeyakinan bahwa tingkat dan tahap perkembangan moral merupakan sebuah rangkaian dan berkaitan dengan usia.
Sebelum umur 9 tahunan, sebagian besar anak berada pada tingkat 1 yaitu penalaran prakonvensional. Penalaran moral mereka berdasarkan hukuman
dan hadiah. Penalaran tahap 4 tidak muncul di anak-anak yang berusia 10 tahun. Sebagian besar remaja berada pada tahap 3, dan beberapa indikasi di
tahap 2 dan 3. Pada masa dewasa awal hanya sedikit individu yang bernalar di pascakonvensional.
Kegiatan Pembelajaran 6
96
Menurut Conger Makmun, 2002: 108 terdapat hubungan yang sangat erat antara perkembangan kesadaran moralitas dengan perkembangan intelektual.
Menurut Bandura dan Mc. Donald Atkinson, 1996: 83 perkembangan pertimbangan mana yang baik dan salah tidak hanya merupakan fungsi
kematangan kemampuan kognitif intelektual tetapi berdasarkan identifikasi anak-anak dengan orang tua, standar moral yang dianut oleh teman sebaya,
para pelaku pada cerita TV, dan buku. Ciri-ciri perilaku moral peserta didik yang buruk yang perlu mendapat perhatian diantaranya adalah
berbohongtidak jujur, mencuri, menyontek, perilaku melukai diri sendiri, dan tidak bertanggungjawab. Dengan demikian keluarga dan sekolah harus
memberikan perhatian yang besar terhadap pengembangan moral peserta didik sejak dini, melalui pemahaman nilai-nilai moral yang diberikan sesuai dengan
tahap perkembangan moralitas, usia, serta perkembangan kognitif. Selain itu orangtua dan guru harus menjadi model identifikasi anak-anak, dan
dikembangkan melalui pembiasaan dengan penguatan.