Tinjauan Atas Prosedur Dan Pelaksanaan Permohonan Pengurangan PBB Dan KPP Pratama Bandung Cicadas

(1)

TINJAUAN ATAS PROSEDUR DAN PELAKSANAAN PERMOHONAN PENGURANGAN PBB PADA KPP PRATAMA BANDUNG CICADAS

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan sebagai salah satu syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Studi S-I

Program Studi Akuntansi

Disusun oleh: INDAR YULIAS

21108096

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Sebagian besar Negara di dunia ini memiliki sistem perpajakan untuk membiayai pengeluaran pemerintahnya. Tidak terkecuali dengan Indonesia di mana pajak menjadi tulang punggung untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah dalam rangka menyediakan barang publik dan jasa publik (Dudi:2008). Di dalam masa perubahan baru undang-undang Indonesia pemerintah mengharapkan agar pajak dipandang sebagai hak masyarakat untuk berperan serta di dalam pembangunan. Dengan pembangunan Nasional dimaksudkan disini adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang bertujuan mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

Pengertian Pajak adalah iuran rakyat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengaluaran – pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Soemarso, 2007 : 2). Di Indonesia, dikenal beberapa jenis pajak salah satunya adalah Pajak Bumi dan Bangunan. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman(termasuk rawa-rawa tambak perairan) serta laut wilayah


(3)

yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan tempat yang diusahakan (Siti Resmi, 2004 : 612).

Oleh karena itu pengertian dari Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek atau bumi, tanah dan atau bangunan (Erly Suandy 2008). Dasar hukum dari Pajak Bumi dan Bangunan adalah Undang- undang no. 12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang no.12 tahun 1994. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) selama ini diidentikkan dengan Pajak Lempung karena objek pajak utamanya berupa tanah (bumi) dengan wajib pajak yang meliputi seluruh golongan masyarakat dari golongan rakyat jelata sampai pejabat tinggi Negara, sementara kontribusi finansial untuk penerimaan Negara masih relatif kecil dibandingkan dengan jenis pajak lainnya. Kecilnya kontribusi pemasukan tersebut tercipta karena struktur tarif pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan mencakup kebutuhan hidup dasar masyarakat dan aspek-aspek yang sangat rentan terhadap gejolak masyarakat.

Dalam hal pengenaan pajak terhadap objek Pajak Bumi dan Bangunan salah satu caranya adalah memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk mendaftarkan sendiri Objek Pajak yang di kuasai/dimilikinya (Self Assessment di bidang pelaporan) ke Direktorat Jenderal Pajak atau tempat-tempat lain yang ditunjuk. Yang dimaksud dengan objek pajak adalah objek yang dimiliki atau dikuasai atau digunakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menyalenggarakan pemerintahan. Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi


(4)

pengelompokkan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta mempermudah dalam menghitung pajak terutang (Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, 2010 : 274), sedangkan yang menjadi subjek pajak dalam pajak bumi dan bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Dengan demikian, subjek pajak tersebut menjadi wajib pajak pajak bumi dan bangunan (Waluyo, 2007 : 145).

PBB Menurut UU No. 12 tahun 1994 bahwa pajak bumi dan bangunan bersifat kebendaan. Pajak kebendaan adalah pajak yang dipungut tanpa memperhatikan keadaan wajib pajak tetapi hanya memperhatikan obyek pajak saja. PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh kadaan objek yaitu bumi/tanah/dan bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak. Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan Objek Pajak yaitu Bumi dan Bangunan, keadaan Subjek ( siapa yang membayar ) tidak ikut menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang (Waluyo 2007 : 196). Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan (UU No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994), merupakan pajak yang bersifat kebendaan atau pajak yang bersifat objektif dalam arti besarnya pajak yang terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan.


(5)

keadilan bagi para wajib pajak, khususnya wajib pajak yang kurang mampu dalam memenuhi kewajiban pajak terutangnya. Dalam rangka menciptakan keadilan dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan, maka diatur kebijakan tentang pengurangan pajak bumi dan bangunan. UU No. 12 tahun 1994 tentang pajak bumi dan bangunan pasal 19, bahwa Menteri Keuangan dapat memberikan pengurangan pajak yang terhutang. Pengurangan pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pemberian keringanan pajak yang terutang atas objek pajak.

Menyangkut persentase pemberian pengurangan ini khusus untuk veteran aturannya adalah sudah baku yaitu 75% sedangkan untuk yang lain belum ada. Pemberian pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama antara satu dengan yang lain bervariasi tergantung kebijakan masing-masing. Artinya bahwa persentase pemberian pengurangan masih bersifat subjektif, sehingga diperlukan paraturan yang baku. Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dapat tercapai sesuai dengan target dan bisa mengubah cara pandang wajib pajak terhadap pajak bumi dan bangunan bahwa pajak tersebut bukanlah sesuatu hal yang menakutkan dan harus dihindari.

Bedasarkan informasi dari salah satu kepala bagian seksi pengawasan dan konsultasi (waskon) di KPP Wilayah Kota Bandung, setelah wajib pajak diberi pengurangan pajak bumi dan bangunan, mereka menjadi lebih patuh untuk membayar pajak pada tahun berikutnya. Karena, yang dirasa oleh wajib pajak, mereka telah diberi keringanan sehingga dapat dengan mudah memenuhi segala kewajiban perpajakannya lagi tanpa menjadi beban seperti sebelumnya. Namun, masih ada kendala mengenai besaran persentase pemberian pengurangan yang


(6)

belum memiliki acuan. Walaupun sifat PBB adalah pajak obyektif sehingga dalam pengenaan pajaknya yang dilihat didasarkan kepada keadaan obyeknya dan tidak dipengaruhi oleh subyek pajaknya, tetapi bagi wajib pajak badan ataupun wajib pajak orang pribadi yang tidak mempunyai kemampuan disisi keuangannya maka wajib pajak tersebut dapat menggunakan haknya dengan mengajukan pengurangan pajak sesuai dengan pasal 19 Undang-undang PBB (Sumber:Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. KEP-10/1999 Pasal 19).

Permohonan pengurangan PBB menggunakan aturan Keputusan DJP No: KEP-10/PJ.6/1999 tanggal 4 Oktober 1999 tentang Tata Cara Pemberian pengurangan PBB. Wajib pajak sebelum mengajukan permohonan pengurangan PBB terlebih dahulu harus membayar lunas tahun sebelumnya, karena STTS (Surat Tanda Terima Setoran) pada dasarnya akan diberikan apabila telah dibayar lunas sesuai nominal yang tercantum. Kenyataan ini, nampaknya sulit untuk dapat dipenuhi oleh wajib pajak yang pajak terhutangnya cukup besar. mengangsur pembayaran PBB terhutang sampai dengan batas waktu jatuh tempo pembayaran. Kebijakan tersebut nampaknya dapat dilaksanakan dengan baik manakala perusahaan atau wajib pajak badan tidak mengalami kesulitan dari sisi keuangan, tetapi jika perusahaan sedang mengalami kesulitan likuiditas bahkan menuju kebangkrutan maka untuk memenuhi kewajiban itu akan sangat sulit dipenuhi.

Pemberian presentasi pengurangan PBB tidak ada aturan yang dapat dipedomani secara jelas, dengan kata lain subyektifitas sangat tinggi. Kecenderungan besaran persentasi pengurangan yang diberikan sama dengan besaran persentasi yang diberikan tahun-tahun sebelumnya. Pada prakteknya


(7)

penentuan persentase pengurangan pajak bumi dan bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Bandung yang diberikan kepada wajib pajak antara kebijakan waskon satu dengan waskon yang lain berbeda-beda dan tidak memiliki kesamaan yang pasti. Kendala administrasi pun menjadi masalah dalam pelaksanaan perngurangan PBB. Karena kurang memperhatikan tanggal penerimaan SPPT akibatnya terjadi kesalahpahaman antara petugas pajak dengan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Kota Bandung.

Alasan penolakan adalah karena syarat formal tidak terpenuhi yaitu telah melebihi batas waktu pengurangan permohonan pengurangan PBB. Selain itu juga pengurusan administrasi dirasakan rumit oleh pensiunan PNS yang mendapatkan penghargaan berupa pengurangan PBB sampai 75% (PMK No. 110/PMK.03/2009), dana yang mereka keluarkan juga tidak sedikit. Kemudian permasalahan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan yang terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas dimana terdapat protes karena wajib pajak yang mengajukan permohonan pengurangan PBB ditolak, karena syarat formal tidak terpenuhi yaitu telah melebihi batas waktu pengurangan permohonan pengurangan. Permohonan pengurangan tersebut seharusnya diajukan paling lambat 3 bulan terhitung sejak diterimanya SPPT. Kesalahpahaman antara petugas pajak dengan wajib pajak dengan persyaratan yang harus dipenuhi dan kurang memperhatikan tanggal penerimaan SPPT tersebut menjadi kendala.


(8)

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis utarakan diatas, penulis tertarik untuk membuat Laporan Kerja Praktek dengan judul “Tinjauan Atas Posedur Dan Pelaksanaan Permohonan Pengurangan PBB Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas”.

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Adapun maksud dan tujuan Kerja Praktek yang dilaksanakan penulis adalah sebagai berikut:

1.2.1 Maksud Kerja Praktek

Maksud Kerja Praktek ini adalah untuk mengimplementasikan materi yang sudah didapat dalam perkuliahan dalam hal ini mengimplementasikan bagaimana prosedur dan pelaksanaan permohonan pengurangan PBB pada Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas.

1.2.2 Tujuan Kerja Praktek

Tujuan dari kerja praktek ini adalah :

1. Untuk mengetahui prosedur permohonan pengurangan PBB di KPP Pratama Bandung Cicadas.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan permohonan pengurangan PBB di KPP Pratama Bandung Cicadas.


(9)

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Kegunaan yang dapat diperoleh dengan dilaksanakannya Kerja Praktek adalah sebagai berikut:

1.3.1 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis dari informasi yang berhasil dikumpulkan selama kerja praktek yaitu :

1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas

Sebagai bahan masukan yang dapat dipertimbangkan dalam hal mengevaluasi dan menyempurnakan kegiatan dalam prosedur pengurangan PBB.

2. Bagi Pihak Lain

Pihak lain yang dimaksud adalah Pembaca. Laporan kerja praktek ini dapat memberikan manfaat sebagai bahan referensi atau pertimbangan dalam meningkatkan wawasan dan pengetahuan, khususnya bagi Pembaca yang nantinya akan melaksanakan Kuliah Kerja Praktek dan menyusun Laporan Kerja Praktek.

1.3.2 Kegunaan Akademik

Adapun kegunaan akademik dari informasi yang berhasil dikumpulkan selama kerja praktek yaitu :

1. Bagi Penulis

Dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui prosedur permohonan pengurangan Pajak bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.


(10)

2. Peneliti Selanjutnya

Hasil kerja praktek ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi atau informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan mata kuliah perpajakan khususnya prosedur dan pelaksanaan permohonan pengurangan PBB pada KPP Pratama Bandung Cicadas.

1.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam menyusun dan menyelesaikan tugas Kerja Praktek ini penulis menggunakan metode Deskriptif. Pengertian Metode Deskriptif menurut Sugiyono, adalah sebagai berikut :

Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.

(2005 : 21) Adapun cara dalam pengumpulan data dan informasi sebagai bahan sebagai bahan pendukung dalam penyajian laporan ini adalah:

a. Penelitian Secara Langsung

1. Observasi langsung, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pencarian dan pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan penelitian tentang kegiatan-kegiatan yang terjadi pada suatu perusahaan.

2. Interview, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tatap muka langsung dengan pihak yang bersangkutan untuk diwawancarai


(11)

sehingga data-data yang diperlukan dapat membantu dalam memecahkan masalah yang akan dibahas.

b. Studi Pustaka

Studi Pustaka, yaitu teknik pengumpulan data yang ada dari berbagai bahan pustaka (referensi) yang relevan dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek.

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Lokasi kerja praktek dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas, yang beralamat di Jl. Soekarno Hatta No. 781. Bandung, Jawa Barat.

Waktu kerja praktek tersebut dilaksanakan dari tanggal 01 Agustus 2011 sampai dengan 09 September 2011.

Tabel 1.5.1 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Juli'11 Agust'11 Sept'11Okt'11 Nov'11Des'11

1 Permohonan Ijin KP 2 Realisasi Ijin KP

3 Menentukan Tempat KP 4 Mendapat Surat Penerimaan 5 Mendapat Absen Untuk K P

1 Aktifitas KP

2 Bimbingan Di Tempat KP

1 Konsultasi 2 Mulai Bimbingan 3 Pembuatan Laporan 4 Ujian Laporan

No. Kegiatan KP

I II III Persiapan KP Pelaksanaan KP Pelaporan KP


(12)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas

Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001, tentang organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Drektorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, serta Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan. KMK tersebut memutuskan bahwa KPP Bandung Cibeunying yang semua wilayahnya meliputi wilayah Cibeunying dan wilayah Ujungberung dipecah menjadi dua KPP, yaitu KPP Bandung Cibeunying sebagai KPP lama meliputi wilayah Cibeunying, dan KPP Bandung Cicadas sebagai KPP baru meliputi wilayah Ujungberung ditambah wilayah kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.

Kemudian berdasarkan KEP-122/PJ/2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Pajak Banten, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I, dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat II sejak tanggal 28 Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas mulai menerapkan sistem administrasi modern dan berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.


(13)

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No 55/PMK.01/2007 wilayah kerja Kantor pelayanan Pajak Bandung Cicadas meliputi 6 (enam) kecamatan, yaitu :

1. Kecamatan Cicadas 2. Kecamatan Arcamanik 3. Kecamatan Cibiru 4. Kecamatan Ujungberung 5. Kecamatan Rancasari 6. Kecamatan Margacinta

Kedudukan KPP Bandung Cicadas adalah sebagai unsur pelaksana Direktorat Jenderal Pajak di bidang pelayanan pajak. Keberadaan KPP Bandung Cicadas berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I. Secara organisatoris, KPP Bandung Cicadas dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang dibantu oleh Kepala Seksi, Account Representatif (AR), Fungsional Pemeriksa, Fungsional Penilai PBB dan para Staf Pelaksana.

Adapun Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah: a) Visi

Visi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bandung Cicadas seperti juga Kantor Pelayanan Pajak manapun yang ada di Indonesia adalah “Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat”.


(14)

b) Misi 1. Politik

Mendukung Demokrasi Bangsa 2. Kelembagaan

Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.

3. Fiskal

Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

4. Ekonomi

Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan yang minimising distortion (peminimalisiran penyimpangan).

2.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas

Struktur organisasi merupakan salah satu hal yang penting untuk mengetahui danmemberikan batasan wewenang setiap bagian dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagaiagian dari suatu organisasi. Sehingga masing-masing bagian memiliki wewenang dan tanggungjawab yang sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan yang dijalankan agar tujuan dan sasarandapat tercapai melalui efisiensi dan efektivitas kerja.


(15)

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 254/KMK.01/2004 dan No. 132/KMK.01/2006, struktur orgasisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas terdiri dari :

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama, 2. Sub Bagian Umum;

3. Seksi Ekstensifikasi;

4. Seksi Pengolah Data dan Informasi; 5. Seksi Pelayanan;

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, IV; 7. Seksi Pemeriksaan;

8. Seksi Penagihan; dan


(16)

Gambar 2.2.1 STRUKTUR ORGANISASI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANDUNG CICADAS

Dengan struktur organisasi tersebut diharapkan akan meningkatkan kepatuhan pajak, kepercayaan terhadap administrasi perpajakan, dan meningkatkan produktivitas pegawai pajak.

2.3 Uraian Tugas KPP Pratama Bandung Cicadas

Tugas, wewenang dan tanggung jawab merupakan fungsi dari setiap bagian di dalam Kantor Pelayanan Pajak Bandung Ciacadas yang dapat

KEPALA Sub Bagian Seksi Ekstensifikasi Seksi Pengolah an Data dan Informasi Seksi Pelayanan Seksi Pengawa san dan Konsulta si I, II, III, IV Seksi Pemeriksaan Seksi Penagiha n Kelompok Jabatan Fungsional


(17)

membedakan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Berikut adalah tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap bagian:

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas, Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Melakukan penyuluhan (pembinaan terhadap karyawan yang ada di dalam wewenang kekuasaannya);

b. Melakukan peningkatan pelayanan;

c. Melakukan pengawasan (pemeriksaan dan penagihan), termasuk mengawasi jalannya kegiatan operasional perpajakan, yaitu:

1. Pajak Penghasilan (PPh);

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN);

3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM); 4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);

5. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Banguanan (BPHTB); 6. Pajak Tidak Langsung Lainnya.

d. Menerima laporan kerja dari setiap seksi dan membuat kegiatan operasional Kantor Pelayanan Pajak wilayah Jawa Barat.

2. Sub Bagian Umum

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Melakukan urusan kepegawaian;

b. Melakukan urusan keuangan; c. Melakukan urusan tata usaha; dan


(18)

3. Seksi Ekstensifikasi

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Melaksanakan dan menatausahakan pengamatan potensi perpajakan; b. Melaksanakan pendataan objek dan subjek pajak;

c. Melaksanakan penilaian objek pajak; dan

d. Melaksanakan kegiatan ekstensifikasi perpajakan. 4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengumpulkan dan mengolah data;

b. Menyajikan informasi perpajakan; c. Merekam dokumen perpajakan;

d. Melaksanakan urusan tata usaha penerimaan perpajakan;

e. Melaksanakan pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB;

f. Melaksanakan dukungan teknis komputer; g. Melakukan pemantapan e-SPT dan e-filling; dan h. Menyimpan laporan kerja.

5. Seksi Pelayanan

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Memberikan pelayanan kepada wajib pajak dengan melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

b. Melaksanakan pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan; c. Menerima dan mengolah surat pemberitahuan dan surat lainnya;


(19)

d. Melakukan penyuluhan perpajakan;

e. Melaksanakan peregistrasian wajib pajak; dan f. Kerjasama perpajakan.

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, IV

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan wajib pajak, melalui

pemanfaatan dan Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) atau Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak (SIDJP);

b. Melaksanakan pembimbingan atau himbauan kepada wajib pajak; c. Melaksanakan konsultasi teknis perpajakan kepada wajib pajak; d. Merekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka intensifikasi;

e. Memonitor penyelesaian pemeriksaan pajak dan prosedur keberatan; f. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku; g.Membantu wajib pajak dalam memperoleh penegasan dan konfirmasi

masalah perpajakan;

h. Melakukan pemutakhiran data wajib pajak dan membuat company profile; i. Menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru kepada wajib pajak; j. Menganalisis kinerja wajib pajak; dan

k. Menyelesaikan permohonan surat keterangan yang diperlukan wajib pajak 7. Seksi Pemeriksaan

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Menyusun rencana pemeriksaan;


(20)

c. Melaksanakan penerbitan dan penyaluran SP3 (Surat Perintah Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak); dan

d. Administrasi perpajakan lainnya. 8. Seksi Penagihan

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Melaksanakan dan menatausahakan penagihan aktif

b. Melaksanakan penagihan piutang pajak; c. Penundaan angsuran tunggakan pajak; d. Usulan penghapusan piutang pajak; dan

e. Mempersiapkan teguran dan melakukan penagihan dengan surat paksa. 9. Kelompok Jabatan Fungsional, Terdiri dari :

a. Pejabat Fungsional Pemeriksa

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan masing-masing berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku dan berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan.

b. Pejabat Fungsional Penilai

Memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan masing-masing berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku dan berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi.


(21)

2.4 Kegiatan KPP Pratama Bandung Cicadas

Tujuan umum dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah memeberikan pelayanan publik dengan baik kepada wajib pajak dengan memenuhi semua kebutuhan wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan prosedur dan tata kerja organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas, juga

apek-aspek kegiatan yang tidak dapat dilupakan adalah:

1. Pelayanan terhadap wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan melalui prosedur yang mudah dan sistematis.

2. Melakukan operasional perpajakan di bidang pengolahan data informasi, tata usaha perpajakan, pelayanan, penagihan, pengawasan, dan konsultasi, serta pemeriksaan kepada wajib pajak.

3. Kegiatan pengawasan dan verifikasi atas pajak penghasilan maupun pajak pertambahan nilai dan penerapan sanksi administrasi perpajakan dengan mencari, mengumpulkan mengolah data, maupun keterangan lain dalam rangka pengawasan pemenuhan kewajiban perpajakan.

4. Melakukan kegiatan penatausahaan dan lampirannya termasuk kebenaran penuisan dan perhitungan yang bersifat formal, pemantauan dan penyusunan laporan pembayaran masa PPh, PPN, PBB, BPHTB dan PTLL.

5. Mengadakan kegiatan penyuluhan pajak kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban perpajakannya.


(22)

BAB III

PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Dalam pelaksanaan kerja praktek di KPP Pratama Bandung Cicadas, penulis ditempatkan di seksi Waskon IV (Pengawasan Dan Konsultasi). Pelaksanaan kerja praktek dimaksudkan untuk mengetahui prosedur pengurangan pembayaran PBB (Pajak Bumi dan Bangunan).

3.1.1 Pengertian Prosedur

Suatu kegiatan perusahaan untuk melaksanakan dan untuk mencapai tujuannya memiliki tatacara kerja untuk melaksanakan pekerjaan yang memiliki pola kerja tetap yang sudah ditentukan suatu perusahaaan. Dengan memiliki prosedur yang jelas, maka setiap perusahaan tersebut akan dengan mudah mencapai tujuan dari target usahanya.

Definisi prosedur menurut Ardiyos, yaitu :

“Prosedur adalah suatu bagian sistem yang merupakan rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi dapat terjadi berulangkali dan dilaksanakan secara seragam”.

( 2004:734 ) Sedangkan pengertian prosedur menurut Mulyadi, yaitu :

“Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang jadi berulang-ulang.”


(23)

Berdasarkan kedua definisi diatas prosedur dapat diartikan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

3.1.2 Pajak

3.1.2.1 Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut Ray M. Sommerfeld, Hershel M, Anderson, dan Horace R. Brock yang dikutip dalam bukunya Moh. Zain, adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah suatu pangalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan”.

(2007:12) Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro yang dikutip dalam bukunya Moh. Zain, adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dipaksakan) dengan tiada mendapati jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

(2007:11) Pengertian Pajak menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah, adalah sebagai beriku:.

“Pajak ialah kontribusi wajib kepada Daerah yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.


(24)

Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat ditarik kesimpulan:

1. Pajak merupakan kontribusi wajib dari rakyat kepada Negara 2. Dapat dipaksakan karena berdasarkan Undang-Undang. 3. Tidak dapat ditunjukannya kontraprestasi secara langsung.

4. Digunakan untuk membiayai pengeluaran umum Negara,pengeluaran rutin, pembiayaan pembangunan dalam hal menjalankan Pemerintahan.

3.1.2.2 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB)

Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, adalah sebagai berikut:

“Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman( termasuk rawa, tambak perairan) serta laut yang berada diwilayah Republik Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanan atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan”.

( 2010: 273) Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan menurut Erly Suandy, adalah sebagai berikut:

“Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek atau bumi, tanah, dan atau bangunan. Keadaan subjek ( siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besar pajak”.

(2008 : 64) Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan menurut Buku Panduan Hak dan Kewajiban, adalah sebagai berikut:

“Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan atau bangunan. PBB merupakan


(25)

pajak pusat namun demikian hampir seluruh realisasi penerimaan PBB diserahkan kepada Pemda baik provinsi maupun kota”.

(2009 : 5) Berdasarkan definisi- definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan adalah penerimaan yang berasal dari rakyat yang memiliki hak atas kebendaan objek atau bumi, tanah dan atau bangunan.

3.1.2.3 Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Objek pajak bumi dan bangunan adalah bumi dan atau bangunan. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokkan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta mempermudah menghitung pajak terutang.

Dalam menentukan klasifikasi bumi / tanah diperhatikan faktor sebagai berikut: 1. Letak

2. Peruntukan 3. Pemanfaatan

4. Kondisi lingkungan, dan lain – lain

Dalam menentukan klasifikasi bangunan, faktor yang mempengaruhi adalah: 1. Bahan yang digunakan

2. Rekayasa 3. Letak

4. Kondisi lingkunan, dan lain – lain

Objek Pajak yang dikecualikan atau tidak dikenakan PBB adalah objek pajak yang:


(26)

1. Digunakan semata – mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak mencari keuntungan, antara lain:

a. Tempat ibadah

b. Tempat pelayanan kesehatan c. Tempat pendidikan

d. Untuk Sosial

e. Untuk kebudayaan Nasional

2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, dsb

3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, taman nasional, hutan wisata, tanah penggembalaan yang dikuasai desa, tanah Negara yang belum dibebani suatu hak.

4. Digunakan untuk perwakilan diplomatikberdasarkan asas timbal balik. 5. Digunakan oleh badan atau organisasi internasional yang ditentukan oleh

Menteri Keuangan.

Besarnya Nilai Hual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ( NJOPTKP) ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Keuangan No. 201/KMK.04/2000 tanggal 6 juni 2000 sebesar Rp. 12.000.000,-(Dua Belas Juta Rupiah) untuk setiap Wajib Pajak dan ditetapkan secara regional. Apabila wajib pajak mempunyai beberapa objek pajak, maka NJOPTKP hanya diberikan satu kali terhadap Objek Pajak yang paling besar pajak. Keputusan Menteri Keuangan No. 201/KMK.04/2000 tentang penyasuaian besarnya NJOPTKP sebagai Dasar Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan telah mengatur:


(27)

2. Setiap wajib pajak diberikan NJOPTKP.

3. Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah daerah Kabupaten/Kota atas nama Menteri Keuangan ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dengan mempertimbangkan pendapat Pemerintah Daerah Setempat.

4. Sesuai Keputusan Menteri Keuangan ini yang diberlakukan mulai tahun pajak 2001 bahwa besarnya NJOPTKP ditetapkan secara regional, setinggi- tingginya Rp 12.000.000,- untuk setiap wajib pajak.

3.1.2.4 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Yang menjadi subjek pajak Pajak Bumi dan Bangunan adalah:

a. Yang menjadi subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi atau memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Dengan demikian tanda pembayaran atau pelunasan PBB bukan merupakan bukti kepemilikan.

b. Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak.

c. Apabila terhadap suatu Objek Pajak belum jelas diketahui Wajib Pajaknya, maka Direktorat Jenderak Pajakakan menetapkan Subjek Pajak sebagaimana dimaksud diatas sebagai Wajib Pajak.


(28)

3.1.2.5 Pengertian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan

Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pemberian keringanan pajak yang terutang atas Objek Pajak dalam hal :

1. Wajib Pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu Objek Pajak yang ada hubungannya dengan Subyek Pajak dan atau karena sebab-sebab tertentu lainnya, yaitu :

a. Objek Pajak berupa lahan pertanian/perkebunan /perikanan/peternakan yang hasilnya sangat terbatas yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi.

b. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang berpenghasilan rendah yang nilai jualnya meningkat akibat adanya pembangunan atau perkembangan lingkungan.

c. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari pensiunan, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi.

d. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang berpenghasilan rendah sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi.

e. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib pajak veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela kemerdekaan.

f. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas yang serius


(29)

sepanjang tahun, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin perusahaan.

2. Wajib Pajak orang pribadi atau badan dalam hal objek pajak yang terkena bencana alam (gempa bumi, banjir, tanah longsor, gunung meletus dan sebagainya) atau sebab-sebab lain yang luar biasa (kebakaran, kekeringan, wabah penyakit dan hama tanaman.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.03/2009, mendefinisikan bahwa :

“Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan adalah pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan kepada Wajib Pajak karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan/atau karena sebab-sebab tertentu lainnya, dan dalam hal objek pajak terkena bencana alam (seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, dll) atau sebab lain yang luar biasa seperti kebakaran, wabah penyakit tanaman, dan/atau wabah hama tanaman”.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan adalah keringanan yang diberikan kepada Wajib Pajak karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan/atau karena sebab-sebab tertentu lainnya, dan dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.

Dasar hukum dalam pemberian pengurangan PBB adalah :

a. Pasal 19 Undang-Undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 tahun 1994.

b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 362/KMK.04/1999 tentang Pemberian Pengurangan PBB.


(30)

c. Keputusan Dirjen Pajak Nomor Kep.10/PJ.6/1999 tentang Tata Cara Pemberian Pengurangan PBB.

Fungsi dan Tujuan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) bagi Masyarakat adalah sebagai berikut:

Mengacu pada Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang pajak bumi dan bangunan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 12 tahun 1994. Fungsi PBB adalah sumber devisa bagi negara untuk pembangunan di Indonesia, karena dengan adanya pajak khususnya PBB maka otomatis akan menambah pemasukan bagi negara untuk pembangunan. Untuk lebih lanjut Tujuan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) adalah sebagai berikut :

1. Menghimpun dana dari masyarakat sebanyak-banyaknya untuk dimasukan ke kas negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

2. Mendidik masyarakat agar selalu membayar pajak dimana pajak tersebut digunakan untuk pembangunan bangsa dan akan sangat bermanfaat jika pajak tersebut digunakan dengan tepat guna.

3.1.2.6 Tarif Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan

Berdasarkan peraturan pelaksanaan undang-undang yang tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK 362/KMK.04/1999 tentang pemberian pengurangan PBB, Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. KEP- 10/1999 tentang Tata Cara Pemberian Pengurangan PBB, Keputusan Direktorat


(31)

Jenderal Pajak No. KEP-10/1999 Pasal 1 pengurangan Pajak dapat diberikan kepada :

a. Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan karena kondisi tertentu obyek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan/atau karena sebab-sebab tertentu lainnya; diberikan pengurangan setingi-tingginya 75% (Pasal 5 huruf 1).

b. Wajib Pajak Orang Pribadi dalam hal obyek pajak terkena bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, gunung meletus dan sebagainya serta sebab-sebab lain yang luar biasa seperti kebakaran, kekeringan, wabah penyakit dan hama tanaman; diberikan pengurangan sampai dengan 100% (pasal 5 huruf 2).

a. Wajib Pajak anggota Veteran Pejuang Kemerdekaan dan Veteran pembela Kemerdekaan termasuk janda/dudanya; ditetapkan pemberian pengurangan PBB sebesar 75% (pasal 5 huruf 3).

3.1.2.7 Persyaratan Permohonan Pengurangan PBB Syarat – syarat permohonan pengurangan PBB adalah:

a. Satu permohonan untuk satu SPPT PBB untuk pengajuan perorangan atau satu permohonan untuk beberapa objek dengan tahun yang sama untuk pengajuan kolektif.

b. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mencantumkan besarnya persentase pengurangan yang dimohonkan disertai alas an yang jelas.


(32)

c. Diajukan kepada kepala KPP Pratama.

d. Ditandatangani oleh WP, dalam hal dkuasakan harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus.

e. Diajukan selambat – lambatnya :

a. 3 bulan terhitung sejak diterimanya SPPT.

b. 1 bulan terhitung sejak tanggal diterimanya SKP PBB.

c. 1 bulan terhitung sejak tanggal diterimanya Surat Keputusan Keberatan PBB.

d. 3 bulan terhitung sejak tanggal terjadinya bencana.

e. 3 bulan terhitung sejak tanggal terjadinya Kejadian Luar Biasa. f. Kecuali WP dapat menunjukkan dalam kondisi force majeur.

f. Tidak memiliki tunggakan PBB untuk tahun sebelumnya atas objek pajak yang dimohonkan pengurangan (dilampiri dengan bukti pembayaran tahun sebelumnya).

g. Tidak Diajukan keberatan atau banding atas SPPT atau SKP PBB yang dimohonkan pengurangan.

h. Fotocopy SPPT/ SKP tahun pajak yang dimohonkan pengurangan. i. Fotocopy KTP

j. Fotocopy SK Pensiun/ Daftar Penghasilan/ SPT Tahunan PPh/ Surat Keterangan Tidak Mampu.

k. Fotocopy rekening listrik/ Telepon/ Air.

l. Fotocopy bukti kepemilikan apabila nama yang tercantum dalam SPPT berbeda.


(33)

m. Bukti pendukung lain yang menguatkan alasan pengajuan permohonan.

3.1.2.8 Keputusan Permohonan Pengurangan PBB Keputusan permohonan pengurangan PBB adalah:

1. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang membawahi Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan yang menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan atau Surat Ketetapan Pajak (SKP), atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan atas permohonan pengurangan pajak terutang yang lebih dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)

2. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan yang menerbitkan SPPT dan atau SKP, atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan atas permohonan pengurangan pajak terutang yang tidak lebih dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)

3. Keputusan pengurangan dapat berupa:

a. Diterima seluruhnya. Permohonan dikabulkan seluruhnya apabila hasil penalitian secara administrasi dan atau verifikasi lapangan menunjukkan hal- hal yang sesuai dengan alasan permohonan pengurangan.

b. Diterima sebagian. Permohonan dikabulkan sebagian apabila dari hasil pemeriksaan dan administrasi dan atau verifikasi lapangan menunjukkan sebagian daata yang sesuai dengan alasan permohonan. c. Ditolak. Permohonan ditolak seluruhnya apabila dari hasil


(34)

menunjukkan data yang tidak sesuai dengan alasan pengajuan permohonan pengurangan.

4. Keputusan atas permohonan pengurangan pajak harus diterbitkan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulansejak diterimanya permohonan pengurangan wajib pajak. Jangka waktu sebagaimana tersebut terhitung sejak:

a. Tanggal tanda terima Surat Permohonan, dalam hal surat permohonan disampaikan secara langsung;

b. Tanggal stempel pos, dalam hal Surat Permohonan, dikirimkan melalui pos (biasa maupun tercatat) atau sarana pengiriman lainnya. 5. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan keputusan belum

diterbitkan, maka permohonan pengurangan pajak dikabulkan.

6. Keputusan pengurangan berlaku untuk tahun pajak yang bersangkutan.

3.1.2.9 Kondisi yang Menyebabkan Terjadinya Pengurangan Pembayaran PBB.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang pajak bumi dan bangunan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 12 tahun 1994. Dalam Pengurangan Pembayaran PBB dapat terjadi dalam kondisi sebagai berikut :


(35)

1. Kondisi tertentu Wajib Pajak

a. Objek Pajak berupa lahan pertanaian, perkebunan, perikanan, peternakan, yang hasilnya sangat terbatas yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh Wajib Pajak orang pribadi.

b. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh Wajib Pajak pribadi yang berpenghasilan rendah, namun nilai jual Objek Pajaknya meningkat akibat adanya pembangunan atau perkembangan lingkungan.

c. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh Wajib Pajak pribadi yang penghasilannya semata-mata dari pensiun, sehingga kewajiban PBB sulit dipenuhi.

d. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh Wajib Pajak pribadi yang berpenghasilan rendah.

e. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Veteran Pejuang dan Pembela Kemerdekaan termasuk janda atau dudanya.

f. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh Wajib Pajak badan, yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditasnya sehingga tidak dapat memenuhi kewajibannya.

2. Kondisi dalam hal Objek Pajak terkena bencana alam dan sebab lainnya yang luar biasa. Contoh : banjir, gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, kebakaran, kekeringan, wabah penyakit, dan lain-lainnya.


(36)

Terhadap kondisi tertentu Objek Pajak, pengurangan dapat diberikan maksimal 75 % dari pajak terutang, sedangkan apabila terkena bencana alam dan sebab luar biasa lainnya, pengurangan dapat diberikan maksimal 100 % dengan mempertimbangkan kondisi secara wajar dan objektif.

3.1.3.0Dokumen Pendukung Permohonan Pengurangan PBB

Dokumen pendukung untuk permohonan Wajib Pajak yang diajukan secara perseorangan, dalam hal :

1. Objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi veteran pejuang kemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan, penerima tanda jasa bintang gerilya, atau janda/dudanya dapat berupa :

1. Fotokopi Kartu Tanda Anggota Veteran, atau fotokopi Surat Keputusan tentang Pengakuan, Pengesahan, dan Penganugerahan Gelar Kehormatan dari pejabat yang berwenang;

2. Fotokopi bukti pelunasan PBB Tahun Pajak sebelumnya; dan/atau 3. Dokumen pendukung lainnya.

2. Objek pajak berupa lahan pertanian/perkebunan/perikanan/peternakan yang hasilnya sangat terbatas yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang berpenghasilan rendah dapat berupa :

1. Surat pernyataan dari Wajib Pajak yang menyatakan bahwa : a. Hasil pertanian, perkebunan, perikanan, atau peternakan

sangat terbatas; dan

b. Penghasilan Wajib Pajak rendah 2. Fotokopi Kartu Keluarga;


(37)

3. Fotokopi rekening tagihan listrik, air, dan/atau telepon;

4. Fotokopi bukti pelunasan PBB Tahun Pajak sebelumnya; dan/atau 5. Dokumen pendukung lainnya.

3. Objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari pensiunan, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi dapat berupa:

1. Fotokopi surat keputusan pensiun;

2. Fotokopi slip pensiunan atau dokumen sejenis lainnya; 3. Fotokopi Kartu Keluarga;

4. Fotokopi rekening tagihan listrik, air, dan/atau telepon;

5. Fotokopi bukti pelunasan PBB Tahun Pajak sebelumnya; dan/atau 6. Dokumen pendukung lainnya.

4. Objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang berpenghasilan rendah, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi dapat berupa :

1. Surat pernyataan dari Wajib Pajak yang menyatakan bahwa penghasilan Wajib Pajak rendah;

2. Fotokopi Kartu Keluarga;

3. Fotokopi rekening tagihan listrik, air, dan/atau telepon;

4. Fotokopi bukti pelunasan PBB Tahun Pajak sebelumnya; dan/atau 5. Dokumen pendukung lainnya.

5. Objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang berpenghasilan rendah yang Nilai Jual Objek Pajak per meter perseginya meningkat akibat perubahan lingkungan dan dampak positif pembangunan dapat berupa :


(38)

1. Surat pernyataan dari Wajib Pajak yang menyatakan bahwa penghasilan Wajib Pajak rendah

2. Fotokopi SPPT tahun sebelumnya 3. Fotokopi Kartu Keluarga

4. Fotokopi rekening tagihan listrik, air, dan/atau telepon

5. Fotokopi bukti pelunasan PBB Tahun Pajak sebelumnya, dan/atau 6. Dokumen pendukung lainnya.

Dokumen pendukung untuk Wajib Pajak badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas pada Tahun Pajak sebelumnya sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin perusahaannya, dapat berupa :

1. Fotokopi laporan keuangan tahun sebelumnya

2. Fotokopi SPT Tahunan PPh Tahun Pajak sebelumnya

3. Fotokopi bukti pelunasan PBB Tahun Pajak sebelumnya, dan/atau 4. Dokumen pendukung lainnya.

Dokumen pendukung untuk permohonan Wajib Pajak yang diajukan secara perseorangan dalam hal objek pajaknya terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa, dapat berupa :

1. Surat pernyataan dari Wajib Pajak yang menyatakan objek pajaknya terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa

2. Surat keterangan yang mendukung alasan permohonan dari Kepala Desa/Lurah setempat atau instansi terkait, dan/atau


(39)

Dokumen pendukung untuk permohonan Wajib Pajak yang diajukan secara kolektif oleh pengurus Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) atau organisasi terkait lainnya dapat berupa :

1. Fotokopi Kartu Tanda Anggota Veteran tiap-tiap Wajib Pajak

2. Fotokopi bukti pelunasan PBB tiap-tiap Wajib Pajak Tahun Pajak sebelumnya, dan/atau

3. Dokumen pendukung lainnya.

Dokumen pendukung untuk permohonan Wajib Pajak yang diajukan secara kolektif oleh Kepala Desa/Lurah dapat berupa :

1. Surat keterangan yang mendukung alasan permohonan dari Kepala Desa/Lurah setempat atau instansi terkait;

2. Fotokopi bukti pelunasan PBB tiap-tiap Wajib Pajak Tahun Pajak sebelumnya; dan/atau

3. Dokumen pendukung lainnya.

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Adapun teknis pelaksanaan kerja praktek adalah:

1. Mendapatkan penjelasan umum tentang kepegawaian dan struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.

2. Ditempatkan pada Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon IV) lalu dijelaskan apa tugas dan tanggung jawab dari Seksi tersebut.

3. Mendapatkan penjelasan mengenai bidang yang akan diaksanakan oleh penulis yaitu tentang prosedur pengurangan pembayaran PBB (Pajak


(40)

Bumi dan Bangunan) pada KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Bandung Cicadas

3.3 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

3.3.1 Prosedur Permohonan Pengurangan PBB

Tabel 3.1 Bagan Arus 1 (Flow Chart) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Wajib Pajak atas Pengurangan PBB

Wajib Pajak Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) Pelaksana Seksi Pelayanan Kepala Kantor Kepala Seksi Pengawasan Account Representative Mengajukan Permohonan Menerima Berkas dan menerbitkan BPS Merekam Permohonan Meneliti kelengkapan

berkas dan persyaratan formal Syarat terpenuhi Membuat Surat Pengantar Ya Meneliti dan menyetujui Membuat surat penolakan Tidak Meneliti dan menyetujui Mencetak Produk Hukum Menerima produk hukum BPS Menctak Surat Pengantar A Menan datang ani Menan datang ani


(41)

Tabel 3.2 Bagan Arus 2 (Flow Chart) Tata Cara Penyelesaian Permohonan Wajib Pajak atas Pengurangan PBB

Wajib Pajak Pelaksana Bidang Pengurangan, Keberatan dan Banding Kepala Kantor Wilayah Penelaah Keberatan Kepala Seksi Pengurangan, Keberatan dan Banding Kepala Bidang Pengurangan, Keberatan dan Banding A Meregistrasi Surat dari KPP Meneliti dan membuat penugasan Meneliti dan membuat penugasan Membuat Uraian penelitian dan mencetak konsep SK Meneliti dan menyetujui SK Meneliti dan menyetujui Meneliti dan menyetujui Menerima SK Menan datang ani Mencetak

3.3.2 Pelaksanaan Permohonan Pengurangan PBB

Besarnya pengurangan PBB yang akan diberikan kepada wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 362/KMK.04/1999 tentang pemberian pengurangan PBB.


(42)

Proses penyelesaian pengurangan PBB berdasarkan Standard Operating Procedures (SOP) Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai berikut:

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pengurangan PBB secara tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.

2. Petugas TPT (Tempat Pelayanan Terpadu) menerima permohonan pengurangan PBB kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya. Dalam hal berkas permohonan Pengurangan PBB belum lengkap, terhadap Wajib Pajak dihimbau untuk melengkapinya. Dalam hal berkas permohonan permohonan Pengurangan PBB sudah lengkap, Petugas TPT akan mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas permohonan Pengurangan PBB. Petugas TPT merekam permohonan dan meneruskan permohonan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

3. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan memberi disposisi kepada Account Representative (AR).

4. AR meneliti pemenuhan persyaratan formal permohonan Wajib Pajak. Apabila persyaratan formal terpenuhi, AR meneliti apakah keputusan atas permohonan pengurangan PBB adalah wewenang Kepala KPP Pratama atau wewenang Kepala Kantor Wilayah sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 362/KMK.04/1999 dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-149/PJ/2007. Apabila pemberian keputusan menjadi wewenang KPP


(43)

Pratama, maka AR membuat Uraian Penelitian dan konsep surat keputusan berdasarkan hasil penelitian lapangan, serta menyerahkan uraian dan konsep tersebut ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

5. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, menandatangani Uraian Penelitian, dan memaraf konsep surat keputusan, kemudian meneruskan ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

6. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Uraian Penelitian dan Surat Keputusan.

7. Surat Keputusan atas permohonan pengurangan PBB Wajib Pajak dikirim ke Wajib Pajak (Standard Operating Procedures Tata Cara Penyampaian Dokumen di Kantor Pelayanan Pajak) .

8. Dalam permohonan Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan formal, AR membuat konsep surat pemberitahuan tidak dapat diproses dan menyerahkan konsep surat tersebut ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

9. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan memaraf konsep surat pemberitahuan tidak dapat diproses dan meneruskan ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

10. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Surat Pemberitahuan Tidak Dapat Diproses.

11. Surat Pemberitahuan Tidak Dapat Diproses dikirim ke Wajib Pajak (Standard Operating Procedures Tata Cara Penyampaian Dokumen di Kantor Pelayanan Pajak)


(44)

12. Dalam hal keputusan atas permohonan pengurangan PBB merupakan wewenang Kepala Kantor Wilayah, AR memroses konsep Surat Pengantar ke Kantor Wilayah.

13. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep surat pengantar, dan meneruskan konsep tersebut ke Kepala Seksi Pelayanan.

14. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep surat pengantar, kemudian menerus ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

15. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani surat pengantar.

16. Surat pengantar dikirim ke Kantor Wilayah (Standard Operating Procedures Tata Cara Penyampaian Dokumen di Kantor Pelayanan Pajak).


(45)

3.4 Pembahasan Pelaksanaan Kerja Praktek

3.4.1Analisis Prosedur Permohonan Pengurangan PBB

Prosedur Permohonan Pengurangan PBB di KPP Pratama Bandung Cicadas telah dilakukan sesuai dengan Ketentuan dan Standar Operating Prosedur.

Wajib Pajak mengajukan permohonan atas Pengurangan PBB ke Kantor Pelayanan Pajak. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) menerbitkan Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan meneruskan permohonan kepada Pelaksana Seksi Pelayanan. Pelaksana Seksi Pelayanan merekam Permohonan Wajib Pajak dan meneruskan kepada AR. AR meneliti pemenuhan persyaratan formal permohonan Wajib Pajak. Dalam hal permohonan tidak memenuhi persyaratan formal, dibuatkan konsep Surat Penolakan Permohonan bahwa permohonan tersebut tidak dapat diproses. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi memberikan persetujuan atas konsep Surat Penolakan Permohonan. Dalam hal Kepala Seksi tidak menyetujui konsep Surat Penolakan Permohonan, AR memperbaiki dokumen tersebut.

Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan persetujuan atas konsep Surat Penolakan Permohonan. Dalam hal Kepala Kantor tidak menyetujui konsep Surat Penolakan Permohonan, AR memperbaiki dokumen tersebut. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan produk hukum berupa Surat Penolakan Permohonan. Produk hukum ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Wajib Pajak


(46)

menerima produk hukum yang dikirim melalui Subbag Umum. Dalam hal permohonan telah memenuhi persyaratan formal, AR menyiapkan Surat Pengantar dan mengirimkan ke Kanwil melalui Subag Umum. Pelaksana Bidang PKB menerima Berkas Permohonan, membuat registrasi dan meneruskan kepada Kepala Bidang. Kepala Bidang meneliti dan membuat penugasan kepada Kepala Seksi PKB. Kepala Seksi PKB meneliti dan membuat penugasan kepada Penelaah Keberatan.

Penelaah Keberatan membuat konsep Uraian Penelitian (berita acara pemeriksaan sederhana). Kepala Seksi PKB meneliti dan memberikan persetujuan serta meneruskan kepada Kepala Bidang PKB. Dalam hal Kepala Seksi tidak menyetujui Penelaah memperbaiki konsep tersebut. Kepala Bidang PKB meneliti dan memberikan persetujuan serta meneruskan kepada Kepala Kanwil. Dalam hal Kepala Bidang tidak menyetujui, Penelaah memperbaiki konsep tersebut. Kepala Kanwil meneliti dan memberikan persetujuan serta menandatangani SK. Dalam hal Kepala Bidang tidak menyetujui, Penelaah memperbaiki konsep tersebut. Wajib Pajak menerima Surat Keputusan (SK) melalui Bagian Umum. Proses selesai.

3.4.2 Analisis Pelaksanaan Permohonan Pengurangan PBB

Prosedur Permohonan Pengurangan PBB di KPP Pratama Bandung Cicadas telah dilakukan sesuai dengan Ketentuan dan Standar Operating Prosedur. Berikut ini merupakan proses penyelesaian pengurangan PBB di KPP Bandung Cicadas beserta sketsa arus kegiatannya.


(47)

Gambar 3.4.2.1

Bagan proses penyelesaian pengurangan PBB di KPP Pratama Bandung Cicadas

1 11

2

9 8

4 4 7

Keterangan :

1. Wajib pajak memasukkan permohonan pengurangan PBB dan syarat-syarat dalam pengajuan pengurangan PBB melalui loket TPT (Tempat Pelayanan Terpadu) Pelayanan.

2. Setelah dilakukan pengecekan dan ternyata syarat-syarat dalam pengajuan pengurangan PBB telah lengkap maka petugas TPT (Tempat Pelayanan Terpadu) meneruskan surat permohonan dan persyaratan tersebut yang telah diterima kemudian diserahkan kepada kepala seksi pengawasan dan Konsultasi.

3. Kepala seksi pengawasan dan Konsultasi mengecek kembali kelengkapan berkas yang diterima kemudian mendisposisikannya kepada AR (Account

Wajib Pajak

LoketTPT/ Pelayanan

Seksi Waskon

Seksi PDI Kepala Kantor


(48)

Representative). AR meneliti pemenuhan persyaratan formal dan tambahan seperti rekening listrik, telepon, air, yang nantinya akan digunakan sebagai panduan dalam menentukan besarnya pengurangan PBB. Setelah itu AR meneliti apakah keputusan atas permohonan pengurangan PBB adalah wewenang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama atau wewenang Kepala Kantor Wilayah sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 362/KMK.04/1999 dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-149/PJ/2007. Apabila pemberian keputusan menjadi wewenang KPP Pratama, maka AR melakukan pemeriksaan melalui pemeriksaaan sederhana kantor dan pemeriksaan sederhana lapangan dan dituangkan dalam berita acara.

4. Setelah dilakukan PSK (Pemeriksaan Sederhana Kantor) dan PSL (Pemeriksaan Sederhana Lapangan), untuk permohonan dengan pokok ketetapan sama dengan atau lebih dari Rp1.000.000,00 bekerja sama dengan seksi-seksi lain yang terkait untuk mendapatkan data yang diperlukan. 5. Berkas permohonan, berita acara PSK (Pemeriksaan Sederhana Kantor) dan

berita acara PSL (Pemeriksaan Sederhana Lapangan), dan konsep SK (Surat Keputusan) pengurangan PBB terutang diberikan kepada kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk diperiksa dan disetujui .

6. Konsep SK (Surat Keputusan) pengurangan PBB terutang yang disetujui kemudian diberi nomor SK oleh Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi. 7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi mengirim hasil pencetakan SK


(49)

8. SK Pengurangan yang sudah ditandatangani oleh kepala kantor dikembalikan ke seksi pengawasan dan konsultasi untuk ditandanangani oleh kepala seksi pengawasan dan konsultasi.

9. SK Pengurangan yang sudah ditandanangani oleh kepala kantor dan kepala seksi pengawasan dan konsultasi dikirim ke seksi PDI (Pengolahan Data dan Informasi) untuk direkam dan dicetak.

10. Hasil cetakan dari seksi PDI (Pengolahan Data dan Informasi) dikirim ke seksi pelayanan untuk dilakukan pembukuan perkecamatan.

11. Hasil penyelesaian pengurangan berupa SK (Surat Keputusan) pengurangan diberikan kepada wajib pajak dan salinannya disimpan sebagi arsip.


(50)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Prosedur pengurangan PBB di KPP Pratama Bandung Cicadas sesuai dengan SOP (Standard Opeerating Procedures) yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Nomor A055a tanggal 07/11/2007.

2. Pelaksanaan Permohonan pengurangan PBB di KPP Pratama Bandung Cicadas telah sesuai dengan SOP (Standard Opeerating Procedures) dengan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 110/PMK/03/2009, tentang pemberian pengurangan pajak Bumi dan Bangunan

1.2 Saran

Saran untuk penelitian ini adalah:

1. Petugas TPT harus bersikap tegas apabila ada wajib pajak yang mengajukan permohonan pengurangan tidak melengkapi persyaratan dengan lengkap karena apabila hal tersebut tidak dilakukan akan memberikan kesulitan untuk menentukan besarnya persentase pengurangan PBB.

2. Peraturan mengenai pemberian pengurangan PBB saat ini memang cukup bagus tetapi masih kurang terperinci. Oleh karena itu pemerintah harus


(51)

membuat peraturan mengenai tata cara pemberian pengurangan PBB lebih terperinci lagi. Isi dari peraturan tersebut harusnya menetapkan besarnya persentase pemberian pengurangan PBB dengan terperinci.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyos, 2004, Kamus Besar Akuntansi, Jakarta: Citra Harta Prima Erly Suandy 2008, Hukum Pajak, Jakarta: Salemba Empat

Moh Zain, 2007, Manajemen Perpajakan, Edisi 3, Jakarta: Salemba Empat Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Yogyakarta : Salemba Empat

Siti Kurnia Rahayu, Ely Suhayati, 2010, “Perpajakan: Teori dan Teknis Perhitungan, Yogyakarta: Graha Ilmu

Siti Resmi, 2004, Perpajakan” Teori dan Kasus”, Jakarta: Salemba Empat Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: ALFABETA Waluyo, 2007, “Perpajakan Indonesia”, , Edisi 2, Jakarta: Salemba Empat

Buku Panduan Hak dan Kewajiban 2009, Jakarta: Direktorat Jendral Pajak DEPKEU RI

Dudi Wahyudi (2008) Pengertian Pajak Penghasilan dan Fungsinya(2008) Diakses pada 2008 dari http://dudiwahyudi.com/pajak/pajak-penghasilan/pajak-pengertian-dan-fungsinya.html 2008.


(53)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Indar Yulias Nama Panggilan : Indar

Tempat/Tanggal Lahir : Purwokerto, 11 Juli 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jln. Kopo Margahayu Ds. Cilampeni RT/RW 03/04 Kecamatan Katapang

No. HP : -

E-mail : ianxz_uchuld@yahoo.co.id

Data Pendidikan Pendidikan Formal :

1. 1996 - 2002 : SDN Angkasa XII 2. 2002 - 2005 : SMPN 2 Margahayu 3. 2005 – 2008 : SMAN 1 Katapang

4. 2008- Sekarang : Universitas Komputer Indonesia, Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi S-1


(54)

(55)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini yang berjudul “Tinjauan Atas Prosedur dan Pelaksanaan Permohonan Pengurangan PBB pada KPP Pratama Bandung Cicadas”.

Alasan disusunya laporan kerja praktek ini adalah untuk melengkapi salah satu syarat mata kuliah pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. Meskipun penulis telah berusaha sebaik mungkin, namun terbatasnya ilmu pengetahuan, kemampuan yang dimiliki, penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh mendekati sempurna dan tidak terlepas dari adanya kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan hasil laporan kerja praktek ini akan penulis terima dengan sukacita.

Dengan selesainya laporan ini, merupakan kebanggaan dan syukur tersendiri bagi penulis. Pembuatan laporan ini melibatkan beberapa pihak yang turut membantu dan mendukung dalam proses penulisan laporan kerja praktek. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan beribu – ribu terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.


(56)

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia. 4. Ely Suhayati, S.E., AK.,M.SI., selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga dalam menyusun laporan ini.

5. Haryono, selaku Kepala Kantor di KPP Pratama Bandung Cicadas 6. Ichsan Mulia Adiguna selaku Kepala seksi Pengawasan dan Konsultasi

IV dan pembimbing yang telah membantu dan mengarahakan selama kerja praktek.

7. Parulian Nando Simbolon, Syu’bah, Yusse Kiki Yuliarti, Andrian Wijaya, Djon Sinaga, selaku Account Representative dan Irfan selaku Pelaksana di bagian Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV dan seluruh karyawan karyawati di Perusahaan.

8. Kedua Orang Tua saya yang telah memberikan dukungan, dorongan

dan do’a kepada saya.

9. Adik- adik dan seluruh saudara saya yang telah memberikan dorongan dan semangat selama penyusunan laporan kerja praktek.

10. Eriska W, Septi A, Nopa R, Lina R, Euis M, Dani S dan teman – teman di 4 AK 2 yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama proses penyusunan laporan Kerja Praktek ini.


(57)

11. Untuk semua dosen Fakultas Ekonomi yang telah banyak membantu selama saya kuliah di Universitas Komputer Indonesia.

Akhir kata penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi saya pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Untuk itu penulis mengharapkan koreksi, kritik dan saran dari semua pihak dan kalangan untuk kebaikan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang.

Bandung, Desember 2011

Penulis

Indar Yulias 21108096


(58)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan... i

Kata Pengantar……….……… ii

Daftar Isi………....………..……... v

Daftar Tabel... viii

Daftar Gambar... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek... 1

1.2 Maksud Dan Tujuan Kerja Praktek... 7

1.2.1 Maksud Kerja Prektek... 7

1.2.2 Tujuan Kerja Praktek... 7

1.3 Kegunaan Kerja Praktek... 8

1.4 Metode Pengumpulan Data... 9

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek... 10

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah KPP Pratama Bandung Cicadas…………...…….…. 11

2.2 Struktur KPP Pratama Bandung Cicadas... 13

2.3 Uraian Tugas KPP Pratama Bandung Cicadas... 15

2.4 Kegiatan KPP Pratama Bandung Cicadas ... 20

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek……...…...………….. 21


(59)

3.1.1 Prosedur... 21

3.1.2 Pajak……...………… 22

3.1.2.1 Pengertian Pajak... 22

3.1.2.2 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan... 23

3.1.2.3 Objek Pajak Bumi dan Bangunan... 24

3.1.2.4 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan... 26

3.1.2.5 Pengertian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.. 27

3.1.2.6 Tarif Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan... 29

3.1.2.7 Persyaratan Permohonan Pengurangan PBB... 30

3.1.2.8 Keputusan Permohonan Pengurangan PBB... 32

3.1.2.9 Kondisi yang Menyebabkan Terjadinya Pengurangan Pembayaran PBB... 33

3.1.3.0 Dokumen Pendukung Permohonan Pengurangan PBB... 35

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek …...……….…….. 38

3.3 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek... 39

3.3.1 Prosedur Permohonan Pengurangan PBB... 39

3.3.2 Pelaksanaan Permohonan Pengurangan PBB... 40

3.4 Pembahasan Pelaksanaan Kerja Praktek... 44

3.4.1 Analisis Prosedur Permohonan Pengurangan PBB... 43

3.4.2 Analisis Proses Pelaksanaan Permohonan Pengurangan PBB………... 45


(60)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan... 49

4.2 Saran... 49

DAFTAR PUSTAKA………...….….. 51

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 52


(61)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.5.1 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek... 10 Tabel 3.3.1.1 Bagan Arus 1 (Flow Chart)... 39 Tabel 3.3.1.2 Bagan Arus 2 (Flow Chart)... 40


(62)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.4.2.1 Bagan Proses Penyelesaian Pengurangan PBB... 46 Gambar 2.2.1 Bagan Struktur Organisasi KPP Cicadas……… 15


(63)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar... 53

Lampiran 2 Uraian Penelitian Permohonan Pengurangan PBB... 54

Lampiran 3 Keputusan Menteri Keuangan Pengurangan PBB... 56

Lampiran 4 Permohonan Pengurangan PBB... 57

Lampiran 5 Penolakan Permohonan Pengurangan PBB... 58

Lampiran 6 Daftar Kehadiran Mahasiswa Unikom... 59

Lampiran 7 Berita Acara Bimbingan Kerja Praktek... 60

Lampiran 8 Surat Keterangan Hasil Kuliah Kerja Praktek Dari Unikom.. 61

Lampiran 9 Ijin Lokasi Praktek Kerja Lapangan... 62

Lampiran 10 Permohonan Kuliah Kerja Praktek... 63

Lampiran 11 Surat Keterangan Hasil Kuliah Kerja Praktek Dari Perusahaan... 64


(64)

(1)

vi

3.1.1 Prosedur... 21

3.1.2 Pajak……...………… 22

3.1.2.1 Pengertian Pajak... 22

3.1.2.2 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan... 23

3.1.2.3 Objek Pajak Bumi dan Bangunan... 24

3.1.2.4 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan... 26

3.1.2.5 Pengertian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.. 27

3.1.2.6 Tarif Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan... 29

3.1.2.7 Persyaratan Permohonan Pengurangan PBB... 30

3.1.2.8 Keputusan Permohonan Pengurangan PBB... 32

3.1.2.9 Kondisi yang Menyebabkan Terjadinya Pengurangan Pembayaran PBB... 33

3.1.3.0 Dokumen Pendukung Permohonan Pengurangan PBB... 35

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek …...……….…….. 38

3.3 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek... 39

3.3.1 Prosedur Permohonan Pengurangan PBB... 39

3.3.2 Pelaksanaan Permohonan Pengurangan PBB... 40

3.4 Pembahasan Pelaksanaan Kerja Praktek... 44

3.4.1 Analisis Prosedur Permohonan Pengurangan PBB... 43

3.4.2 Analisis Proses Pelaksanaan Permohonan Pengurangan PBB………... 45


(2)

vii BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan... 49

4.2 Saran... 49

DAFTAR PUSTAKA………...….….. 51

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 52


(3)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.5.1 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek... 10 Tabel 3.3.1.1 Bagan Arus 1 (Flow Chart)... 39 Tabel 3.3.1.2 Bagan Arus 2 (Flow Chart)... 40


(4)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.4.2.1 Bagan Proses Penyelesaian Pengurangan PBB... 46 Gambar 2.2.1 Bagan Struktur Organisasi KPP Cicadas……… 15


(5)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar... 53

Lampiran 2 Uraian Penelitian Permohonan Pengurangan PBB... 54

Lampiran 3 Keputusan Menteri Keuangan Pengurangan PBB... 56

Lampiran 4 Permohonan Pengurangan PBB... 57

Lampiran 5 Penolakan Permohonan Pengurangan PBB... 58

Lampiran 6 Daftar Kehadiran Mahasiswa Unikom... 59

Lampiran 7 Berita Acara Bimbingan Kerja Praktek... 60

Lampiran 8 Surat Keterangan Hasil Kuliah Kerja Praktek Dari Unikom.. 61

Lampiran 9 Ijin Lokasi Praktek Kerja Lapangan... 62

Lampiran 10 Permohonan Kuliah Kerja Praktek... 63

Lampiran 11 Surat Keterangan Hasil Kuliah Kerja Praktek Dari Perusahaan... 64


(6)