2.2.2 Manfaat Karotenoid
Karotenoid banyak dikonsumsi orang dari makanan alami seperti buah dan sayur-sayuran karena lebih sehat serta memiliki angka kematian yang rendah dari
beberapa penyakit kronis. Pada manusia karotenoid seperti β-carotene sangat
berperan sebagai prekusor dari vitamin A, suatu pigmen yang sangat penting untuk proses penglihatan, karotenoid juga berperan sebagai anti oksidan dalam
tubuh Ravi et al. 2010. Karatenoid merupakan scavenger yang efisien untuk radikal bebas serta dapat secara signifikan mengurangi resiko dari penyakit kanker
Henrikson 2009.
2.3 Ekstraksi Karotenoid
Ekstraksi merupakan pemisahan senyawa tertentu dari campuran menggunakan pelarut. Ekstraksi pelarut menghasilkan senyawa tidak murni,
karena setelah proses tersebut senyawa yang diinginkan masih tercampur dengan pelarut, beberapa jenis lilin, albumin dan zat warna, sehingga diperlukan proses
pemisahan dan pemurnian senyawa misalnya rektifikasi. Ekstraksi secara umum dapat digolongkan menjadi dua yaitu ekstraksi cair-
cair dan ekstraksi padat-cair. Pada ekstraksi cair-cair, senyawa yang dipisahkan terdapat dalam campuran yang berupa cairan, sedangkan ekstraksi padat-cair
adalah suatu metode pemisahan senyawa dari campurannya yang berupa padatan. Semakin banyak pengulangan dalam ekstraksi, maka semakin besar jumlah
senyawa yang terekstrak dari campurannya atau efektivitas ekstraksi semakin tinggi, mengikuti persamaan berikut:
D x V D x V x v
= Xn
Xo
n
Keterangan: Xn = berat zat terlarut yang diperoleh g
Xo = berat zat terlarut yang diekstrak g
D = perbandingan distribusi kedua fase
V = volume larutan ml
v = volume pelarut ml
Cara ekstraksi senyawa padat-cair dengan prosedur klasik adalah menggunakan ekstraksi kontinyu dengan alat ekstraktor Soxhlet menggunakan
pelarut yang berbeda-beda, misalnya eter, petroleum eter dan kloroform. Cara kerja dengan ekstraksi pelarut menguap cukup sederhana yaitu bahan dimasukkan
ke dalam ketel ekstraktor. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam bahan dan melarutkan minyak beserta beberapa jenis lilin, albumin, dan zat warna Guenther
1987. Ekstrak yang diperoleh disaring dengan penyaringan vakum, lalu dipekatkan dengan rotary evaporator vakum yang akan memekatkan larutan tanpa
terjadi percikan pada temperatur antara 30
o
C sampai 40
o
C. Saat ini, monoterpen dan seskuiterpen diisolasi dari jaringan tanaman dengan ekstraksi memakai eter,
eter minyak bumi atau aseton Harborne 1987. Cara lain yang dapat dilakukan adalah maserasi, yaitu menggunakan lemak
panas, dengan temperatur mencapai 80
o
C dan jaringan tanaman yang dimaserasi dicelupkan ke dalamnya. Penggunaan lemak panas dapat digantikan dengan
pelarut organik yang volatil. Penekanan utama metode ini adalah tersedianya waktu kontak yang cukup antara pelarut dengan jaringan yang diekstrasi Guenther
1987. Maserasi merupakan penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam pelarut yang sesuai selama beberapa jam
sampai tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan
konsentrasi rendah proses difusi. Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama
proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan Sudjadi, 1986.
Ekstraksi karotenoid sangat ditentukan oleh pelarut yang digunakan karena keberadaan karotenoid intraseluler dan bersifat sangat hidrofobik Dutta et al.
2006. Oleh karena itu karotenoid umumnya diekstrak dengan pelarut non polar Mortensen 2006.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menggunakan perbandingan bahan dengan pelarut dan lama ekstraksi dalam mengekstrak karotenoid dari bahan salah
satunya yaitu pada ekstraksi pigmen karotenoid labu kabocha perlakuan terbaik yaitu rasio antara bahan dengan pelarut yaitu 1:9, dan lama ekstraksi 25 menit
pelarut yang digunakan petroleum eter dan aseton Manasika dan Widjanarko 2015, pada penelitian stabilitas warna ekstrak buah merah menunjukkan
perlakuan lama ekstraksi buah merah dengan pemanasan menggunakan suhu terbaik adalah 360 menit pada suhu 85 °C Satriyanto dkk, 2012, pada ekstraksi
buah pandan ukuran partikel terbaik adalah 60 mesh dan lama ekstraksi terbaik yaitu 5 jam pelarut yang digunakan etanol Antari dkk. 2015 dan suhu terbaik
45°C Cahayanti 2015. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi pewarna dari buah pandan yaitu kloroform.
2.4 Pelarut