19
Gambar 2.16 Perpindahan kalor konduksi Persamaan laju perpindahan kalor konduksi :
= − ....................................……...............................................2.1
: Laju perpindahan kalor konduksi, W : Konduktivitas termal, Wm ⁰C
: Luas permukaan benda yang tegak lurus dengan arah perpindahan kalor, m
2
: Suhu permukaan dinding 1, ⁰C : Suhu permukaan dinding 2, ⁰C
ΔX
: Tebal benda m b.
Perpindahan Kalor Konveksi Merupakan perpindahan kalor panas pada suatu zat yang disertai dengan
berpindahnya zat perantara. Konveksi sebenarnya mirip dengan Induksi, hanya saja jika Induksi adalah perpindahan kalor tanpa disertai zat perantara sedangkan
konveksi merupakan perpindahan kalor yang di ikuti zat perantara.
Gam Persamaan perpindaha
= -
…… : Jumlah kalor ya
: Luas yang berse : Suhu permukaan
: Suhu fluida yang : Koefisien perpin
1. Konveksi bebas
Konveksi beba perpindahan atau pe
dikarenakan gaya ap tersebut. Perbedaan k
temperatur akibat pros mbar 2.17 Perpindahan kalor konveksi
ahan kalor konveksi : …………………………………………………
yang berpindah tiap satuan waktu, W rsentuhan dengan fluida, m
2
aan benda yang bersentuhan dengan fluida, ⁰C ang mengalir di atas benda, ⁰C
pindahan panas konveksi, Wm
2
⁰ C
bas sering juga disebut sebagai konveksi perambatan kalor yang terjadi apabila per
apung bouyancy force akibat perbedaan n kerapatan itu sendiri bisa terjadi karena ad
roses pemanasan. 20
………….….2.2
C
si alamiah, yaitu pergerakan fluida
n densitas fluida adanya perbedaan
21
2. Konveksi paksa
Perpindahan atau perambatan kalor yang terjadi karena adanya pergerakan fluida yang terjadi akibat gaya luar atau alat bantu yang memaksa fluida untuk
mengalir,seperti kipas fan atau pompa.
2.1.6. Refrigeran
Refrigeran adalah zat yang mengalir didalam mesin pendingin. Zat ini merupakan bahan pendingin atau fluida yang digunakan untuk menyerap panas
melalui perubahan fase dari cair ke gas evaporasi dan membuang panas melalui perubahan fase dari gas ke cair kondensasi.
a. Syarat-syarat refrigeran :
1. Refrigeran hendaknya tidak bereaksi dengan material yang dipakai,
sehingga tidak menyebabkan korosi. 2.
Refrigeran tidak boleh beracun dan berbau merangsang. 3.
Refrigeran tidak boleh mudah terbakar dan meledak. 4.
Refrigeran harus mudah dideteksi jika terjadi kebocoran. 5.
Harganya tidak mahal dan mudah di peroleh. 6.
Dapat bercampur dengan minyak pelumas kompresor. 7.
Ramah lingkungan, tidak merusak ozon dan tidak memberikan efek pemanasan global.
Untuk mendapatkan sifat-sifat refrigeran seperti secara mutlak seperti diatas jarang sekali dijumpai untuk sebuah sistem pendingin. R134a sebagai salah satu
alternatif memiliki beberapa properti yang baik, tidak beracun, tidak mudah terbakar dan relatif stabil, namun disamping hal tersebut R-134a juga memiliki
22
kelemahan diantaranya, tidak bisa dijadikan pengganti R-12 secara langsung tanpa melakukan modifikasi sistem refrigerasi drop in subtitute, relatif mahal, dan
masih memiliki potensi sebagai zat yang dapat menyebabkan efek pemanasan global karena memiliki Global Warming Potential GWP yang signifikan.
2.1.7. Beban Pendinginan dan Proses Perubahan fase
a. Beban pendinginan
Besarnya kalor total yang diserap evaporator dari lingkungannya ketika mesin pendingin bekerja merupakan besar beban pendingin. Beban pendinginan
dibedakan atas beban laten dan beban sensibel. 1.
Beban Laten Besarnya energi yang diserap evaporator yang berasal dari perubahan phase
media yang didinginkan proses pembekuan. Persamaan yang dipergunakan : =
. ………........................……..….............................................….2.3 Pada persamaan 2.3 :
: massa media yang didinginkan, kg : kalor laten zat, kJkg
2. Beban Sensibel
Besarnya energi yang diserap evaporator yang berasal dari penurunan suhu media yang didinginkan.
= . . ∆ =
. . −
…..........................................................2.4 Pada persamaan 2.4 :
: massa media yang didinginkan, kg
:
kalor jenis zat, kJkg
o
C