Khazanah Antropologi SMA 1
proses tawar-menawar tersebut akan muncul istilah-istilah harga barang yang tidak asing
di lingkungan para pedagang pasar. Istilah- istilah harga barang yang merupakan bahasa
para pedagang tersebut dalam ilmu folklor disebut dengan nama shoptalk. Misalnya, di
Jakarta dan beberapa kota lain komunikasi di kalangan para pedagang selalu dilakukan
dengan istilah-istilah nilai harga yang diambil dari bahasa Cina Hokian, seperti jigo yang
berarti dua puluh lima, cepe yang berarti seratus, ceceng yang berarti seribu, dan cetiau
yang berarti satu juta.
Namun, terlepas dan adanya istilah-istilah khusus yang muncul di kalangan para pedagang tersebut, secara umum bahasa dan dialek
yang digunakan di pasar-pasar cenderung bersifat campuran dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa serta dialek-dialek lokal
yang berasal dari daerah di mana pasar-pasar tersebut berada. Pada pasar-pasar tradisional yang terdapat di daerah, kegiatan komunikasi
atau transaksi ekonominya cenderung lebih banyak dilakukan dengan menggunakan bahasa-bahasa daerah atau bahasa lokal,
diselingi dengan pemakaian bahasa Indonesia. Sebaliknya, kegiatan transaksi barang pada pasar-pasar swalayan cenderung memakai
bahasa Indonesia dengan logat daerah diselingi dengan penggunaan bahasa serta dialek setempat. Pada lingkungan komunitas pasar
tradisional di kota-kota besar seperti di Jakarta cenderung menggu- nakan bahasa Indonesia bercampur dengan dialek-dialek Jakarta.
3. Di Lingkungan Terminal
Ragam bahasa yang digunakan di tempat umum seperti terminal juga memiliki ciri khas tertentu. Terminal adalah tempat pem-
berhentian bus atau angkutan darat lainnya yang membawa penumpang dari berbagai daerah. Karena terdiri dari para
penumpang yang berasal dari berbagai daerah maka kelompok masyarakat yang ada di daerah terminal cenderung bersifat
heterogen majemuk, baik dilihat dari segi asal daerahnya, suku bangsa, agama, dan jenis kelaminnya. Lingkungan terminal terdiri
atas para penumpang, sopir, kondektur, kernet, pedagang, yang ada di toko atau kantin-kantin terminal maupun para pedagang asongan
yang menjajakan dagangannya di terminal. Selain itu, di terminal juga terdapat para calo penumpang, para pengamen, pengemis,
preman, dan copet.
Karena sifatnya yang heterogen tersebut maka pemakaian ragam bahasa di terminal juga sangat beragam sehingga terdapat ragam
bahasa dan dialek para kru bus, para penumpang, para pedagang,
Sumber: Dokumen Penerbit
Gambar 9.4 Situasi pasar
Di unduh dari : bukupaket.com Sumber buku : bse.kemdikbud.go.id
Bahasa dan Dialek dalam Masyarakat
pengamen, pengemis, gelandangan, preman, dan para pencopet. Karena lingkungan sosialnya bersifat campuran atau beragam maka
ragam bahasa yang dipakai di terminal ada yang menggunakan bahasa Indonesia dengan dialek serta logat daerah asalnya masing-
masing serta bahasa lokal dengan dialek daerah tertentu. Fenomena tersebut akan mudah ditemukan di lingkungan terminal-terminal
antarkota di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, atau Medan. Sebaliknya, di lingkungan terminal-terminal
kota kecil keberagaman bahasa tersebut semakin berkurang.
Selain itu, pada lingkungan komunitas yang ada di terminal juga muncul istilah-istilah khusus yang hanya dimengerti oleh
anggota dari lingkungan komunitas-komunitas yang ada di terminal tersebut. Misalnya, di lingkungan penjahat dan gelandangan terminal
terdapat istilah-istilah khusus yang hanya dimengerti oleh anggota- anggota dari komunitas tersebut. Dalam ilmu folklor, istilah-istilah
khusus yang biasa digunakan di lingkungan para penjahat serta gelandangan atau oleh kelompok khusus lainnya disebut dengan
istilah slang bahasa rahasia. Fungsi bahasa slang adalah untuk menyamarkan arti bahasa yang digunakan anggotanya terhadap
orang luar. Penggunaan slang bahasa rahasia, dalam arti khusus oleh suatu kelompok sosial tertentu disebut cant. Misalnya, di
Jakarta cant adalah istilah-istilah rahasia yang biasa dipergunakan oleh para pencopet maupun penjambret seperti istilah jengkol yang
berarti kaca mata serta rumput yang berarti polisi. Bagi para pencopet dan penjambret, jengkol diartikan sebagai kaca mata karena bentuk
buahnya yang bulat seperti kaca mata. Istilah tersebut dipergunakan oleh para penjahat ketika akan menyuruh kawannya untuk merampas
kaca mata orang yang hendak mereka jadikan korban penjambretan. Istilah rumput diartikan polisi karena warna pakaian polisi yang
berwarna hijau seperti rumput. Dengan demikian, apabila seorang pencopet hendak memperingatkan kawannya bahwa ada seorang
polisi maka ia akan berkata, ”awas ada rumput”, yang berarti ada polisi di dekat tempat itu.
Salah satu ciri ragam bahasa atau dialek yang biasa digunakan oleh komunitas-komunitas tertentu, baik di pasar maupun terminal-
terminal adalah memiliki idiom-idiom serta istilah-istilah khusus yang hanya dimengerti oleh anggota-anggota komunitas tersebut.
Selain di lingkungan terminal dan pasar, ragam bahasa dan dialek serta istilah-istilah khusus tersebut juga digunakan di lingkungan-
lingkungan lainnya seperti dalam lingkungan pergaulan remaja maupun di lingkungan arisan.
4. Di Lingkungan Remaja