Laporan Hasil Penelitian Pembuatan Asam Oksalat dari Batang Eceng Gondok
Bab II – Tinjauan Pustaka
Program Studi S-1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
– UPN ”Veteran” Jatim
Kemurnian  produk  akhir  adalah  99.  Konversi  asam  oksalat  pada  proses  ini adalah  63
– 65 .
c. Fermentasi glulosa.
Asam  oksalat  dapat  dihasilkan  dengan  menggunakan  proses  fermentasi gula  dengan  menggunakan  jamur  seperti  Aspergillum  atau  Penicillium
sebagai pengurainya. Produk yang diperoleh kemudian disaring, diasamkan dan dihilangkan  warnanya.  Setelah  itu,  produk  dinaikkan  konsentrasinya  dengan
evaporator  dan  hasilnya  dikristalkan.  Kemudian  dilakukan  pengeringan  untuk memisahkan  produk  dengan  airnya.  Hasil  dari  asam  oksalat  tergantung  dari
nutrient nitrogen yang ditambahkan.
d. Sintetic dari natrium formiat.
Natrium  formiat  merupakan  salah  satu  bahan  untuk  membentuk  asam oksalat  dengan  proses  sintesis.  Dalam  proses  ini  bahan  yang  dipakai  adalah
CO, CaOH
2
, H
2
SO
4
dan NaOH. Kondisi operasi yang digunakan pada proses ini yaitu suhu operasi 380 °C
dan  tekanan  1  atm.  Dengan  kondisi  tersebut,  konversi  yang  dihasilkan  sangat kecil dan kemurnian produk hanya mencapai 50 .
2.3 Landasan Teori
Untuk  proses  pemasakan  dengan  larutan  alkali,  bahan  baku  harus mengandung  selulosa  dan  hemiselulosa  yang  dapat  ditemui  dalam  sekam  padi,
serbuk  gergaji,  kertas  bekas,  tongkol  jagung,  atau  bahan  lain,  dimana  setelah pemasakan  nantinya  dihasilkan  asam  oksalat,  asam  asetat  dan  asam  formiat
agra,1970. Didalam  bahan  yang  telah  kami  sebutkan  juga  terdapat  lignin,  dimana
hemiselulosa  itu  mudah  dipisahkan  dari  selulosa  dan  juga  mudah  larut  dalam larutan alkali .
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Laporan Hasil Penelitian Pembuatan Asam Oksalat dari Batang Eceng Gondok
Bab II – Tinjauan Pustaka
Program Studi S-1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
– UPN ”Veteran” Jatim
Proses  pemasakan  dimulai  dengan  larutnya  lignin  dan  hemiselulosa  pada suhu  125°C  -  150°C,  kemudian  terjadi  hidrolisa  terhadap  selulosa  dan  pada
pemanasan  selanjutnya  akan  mengalami  oksidasi  dan  pemecahan  yang menyebabkan terjadinya garam oksalat, asetat, dan formiat .
Akibat  pemanasan  yang  tinggi  akan  terbentuk  natrium  oksalat  dan  asam oksalat.  Natrium  oksalat  dibuat  secara  teknis  dengan  jalan  pemanasan  Natrium
dengan cepat pada suhu tinggi. Mekanisme  reaksi  utama  pada  proses  pemasakan  dapat  dilihat  pada  tahap-
tahap berikut ini : a.
Proses peleburan
Kebutuhan Oksigen diperoleh dari air dan alkali yang masuk dalam reactor.
b. Tahap pengendapan dan penyaringan
Hasil  peleburan  yang  menghasilkan  garam  Natrium  akan  diendapkan sebagai  garam  kalsium  oksalat  dan  sebagai  pengendapnya  digunakan  CaCl
2
selanjutnya endapan yang terjadi dipisahkan dengan penyaringan. Reaksinya adalah sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Laporan Hasil Penelitian Pembuatan Asam Oksalat dari Batang Eceng Gondok
Bab II – Tinjauan Pustaka
Program Studi S-1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
– UPN ”Veteran” Jatim
c. Tahap pengasaman
Endapan  yang  terjadi  diasamkan  dengan  larutan  asam  sulfat  encer kemudian  endapan  kalsium  sulfatnya  dipisahkan  dengan  jalan  penyaringan.
Reaksinya sebagai berikut :
d. Tahap analisa hasil
Setelah  pengasaman  selesai  dilakukan  kemudian  larutan  dititrasi  dengan menggunakan  larutan  KMnO
4
untuk  memastikan  bahwa  yang  diperoleh adalah asam oksalat dan juga untuk menghitung berapa banyak asam oksalat
yang dihasilkan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemasakan dan peleburan yaitu :
a. Konsentrasi larutan basa
Sebagai  larutan  pelebur  dapat  dipakai  KOH  dan  NaOH  ,  tetapi didalam  industri  yang  sering  dipakai  adalah  NaOH  karena  harganya
lebih  murah.  Jika  konsentrasi  larutan  basa  yang  dipakai  terlalu  rendah, maka  kecepatan  reaksinya  kecil  sehingga  dalam  waktu  tertentu  hasil
yang  diperoleh  hanya  sedikit.  Sebaliknya  semakin  pekat  larutan  basa, maka  kecepatan  reaksinya  akan  besar.  Tetapi  konsentrasi  larutan  basa
yang  terlalu  tinggi  pada  perbandingan  pereaksi  yang  tetap  dapat menyebabkan terjadinya pengarangan karena pembasaan butir bahan dan
pemerataan panas tidak sempurna. othmer dkk,1942
b. Waktu peleburan
Semakin  lama  waktu  peleburan,  hasil  yang  diperoleh  akan semakin  banyak.  Tetapi  jika  peleburan  diteruskan,  hasil  yang  diperoleh
akan  turun  karena  hasil  akan  terurai  dan  kemungkinan  terjadi  reaksi samping,  waktu  terbaik  dipengruhi  oleh  jumlah  zat  yang  dilebur,  cepat
lambatnya peleburan dan suhu peleburan. agra dkk,1970.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Laporan Hasil Penelitian Pembuatan Asam Oksalat dari Batang Eceng Gondok
Bab II – Tinjauan Pustaka
Program Studi S-1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
– UPN ”Veteran” Jatim
c. Suhu peleburan
Semakin  tinggi  suhu  peleburan  kecepata  reaksinya  semakin besar.  Tetapi  suhu  peleburan  tidak  boleh  terlalu  tinggi,  karena  akan
menyebabkan peruraian hasil, sehingga hasil yang diperoleh akan turun. agra dkk,1970.
d. Kecepatan pengaduk
Semakin  cepat  perputaran  pengadukan,  kontak  antara  bahan dengan larutan pelarut akan semakin baik, sehingga hasil yang diperoleh
meningkat. agra dkk,1970.
e. Ukuran bahan yang akan dilebur
Semakin  kecil  ukuran  bahan  yang  akan  dilebur  dalam  reaktor, semakin banyak hasil yang diperoleh. Hal ini karena bidang persentuhan
semakin besar, sehingga pemerataan panasnya dapat terjadi dengan baik. agra dkk,1970.
2.4 Hipotesis