Proses Hidrolisis Proses Fermentasi

Tinjauan Pustaka LAPORAN HASIL PENELITIAN 23 6. Di laboratorium, asam klorida biasa digunakan untuk titrasi penentuan kadar basa dalam sebuah larutan. 7. Asam klorida juga berguna sebagai bahan pembuatan cairan pembersih porselen. 8. HCl digunakan pada proses produksi gelatin dan bahan aditif pada makanan. 9. Pada skala industri, HCl juga digunakan dalam proses pengolahan kulit. 10. Campuran asam klorida dan asam nitrat HNO 3 atau biasa disebut dengan aqua regia, adalah campuran untuk melarutkan emas. Kegunaan-kegunaan lain dari asam klorida diantaranya adalah pada proses produksi baterai, kembang api dan lampu blitz kamera. 11 kegunaan asam klorida atau HCl di atas hanyalah sebagian diantaranya. Masih banyak bidang lain yang mempergunakannya Hudiko, 2009.

2.3 . Landasan Teori

Limbah biji jagung dihasilkan dari proses pembibitan biji jagung unggulan. Limbah biji jagung ini memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, selain itu mengandung senyawa sianida pestisida yang bersifat toksik. Kandungan bahan organik dalam limbah biji jagung ini sangat tinggi, pengolahan yang paling sesuai adalah secara biologi. Untuk membuat limbah biji jagung non benih sebagai bioethanol digunakan beberapa proses yaitu hidrolisa dan fermentasi. Dalam pembuatan Bioethanol dilakukan beberapa proses yakni :

2.3.1. Proses Hidrolisis

Pati merupakan komponen yang lebih kompleks daripada disakarida. Sebelum difermentasi, pati harus dipecah dengan menggunakan enzim Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tinjauan Pustaka LAPORAN HASIL PENELITIAN 24 amilase menjadi komponen disakarida yaitu maltosa. Dengan menggunakan enzim lain yaitu maltase, maltosa akan dihidrolisis menjadi glukosa Sa’id, 1987. C 6 H 10 O 5 + H 2 O HCl C 6 H 12 O 6 Pati Bacillus subtilis Glukosa Proses hidrolisis dipengaruhi dengan beberapa faktor, antara lain sebagai berikut : a. Kandungan pati pada bahan baku Kandungan pati sedikit maka akan menghasilkan glukosa sedikit dan sebaliknya. Akan tetapi pengaruh dari kemampuan penguraian mikroba atau bakteri juga harus diperhatikan. b. Suhu hidrolisis Pada umumnya semakin tinggi suhu, semakin naik laju reaksi baik yang tidak dikatalis maupun yang dikatalis oleh enzim. Akan tetapi jika suhu yang terlalu tinggi dapat mempercepat pemecahan atau perusakan enzim. Hampir semua enzim mempunyai aktivasi optimal pada suhu 30 o C – 40 o C. c. pH pH berpengaruh terhadap jumlah produk hidrolisis. Enzim menunjukkan aktivitas maksimum pada suatu kisaran pH yang disebut pH optimum. Dimana pH optimum umumnya berkisar antara 4,5 – 8. pH optimum suatu enzim berbeda, bergantung pada asal enzim tersebut.

2.3.2. Proses Fermentasi

Bioethanol merupakan bentuk alami yang dihasilkan dari proses fermentasi yang banyak ditemukan dalam produk bir, anggur, spiritus, dan masih banyak lagi. Minuman beralkohol dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu : 1. Produk hasil fermentasi yang dikonsumsi langsung. 2. Produk hasil fermentasi yang didistilasi lebih dahulu sebelum dikonsumsi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tinjauan Pustaka LAPORAN HASIL PENELITIAN 25 Dalam pembentukan alkohol melalui fermentasi, peran mikroorganisme sangat besar dan biasanya mikroorganisme yang digunakan untuk fermentasi mempunyai beberapa syarat sebagai berikut : 1. Mempunyai kemampuan untuk memfermentasi glukosa secara cepat 2. Mempunyai genetik yang stabil tidak mudah mengalami mutasi 3. Toleran terhadap alkohol yang tinggi antara 14 – 15 4. Mempunyai sifat regenerasi yang cepat. Minuman beralkohol yang dihasilkan tanpa distilasi hasil fermentasi biasanya mempunyai kadar alkohol antara 12 – 15. Untuk mempertinggi kadar alkohol sering dilakukan tahap lanjutan yaitu didistilasi dan kadar alkohol yang dihasilkan antara 95 – 96. Prinsipnya reaksi proses pembentukan bioethanol dengan fermentasi sebagai berikut : C 6 H 12 O 6 Saccharomyces C. 2C 2 H 5 OH + 2CO 2 Glukosa Bioethanol Yuliana, 2005. Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam proses fermentasi antara lain sebagai berikut : a. pH pH yang baik untuk fermentasi, yaitu antara 4,5 – 5. pH ini adalah pH yang disenagi oleh ragi dan pada pH ini dapat menahan perkembangan banyak jenis bakteri. Untuk mengasamkan biasanya dipergunakan asam sulfat, yang lebih baik lagi adalah asam laktat, karena asam laktat baik untuk pertumbuhan ragi, tetapi keburukannya dapat tumbuh bakteri asam butirat yang dapat merugikan fementasi dan ragi. b. Waktu Pada umumnya waktu yang diperlukan untuk fermentasi antara 36 – 50 jam. Waktu optimum yang dibutuhkan untuk fermentasi adalah ±7 hari. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tinjauan Pustaka LAPORAN HASIL PENELITIAN 26 Apabila lebih dari 7 hari akan menyebabkan semakin tinggi kadar bioethanol yang dihasilkan sehingga terjadi kematian pada bakteri. Yuliana, 2005 c. Suhu Pada umumnya suhu yang baik untuk proses fementasi antara 25 – 30 o C. Semakin rendah suhu fermentasi akan semakin tinggi alkohol yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan pada suhu yang rendah fermentasi akan lebih lengkap dan kehilangan alkohol karena terbawa oleh gas karbondioksida akan lebih sedikit. d. Bahan nutrient Kecepatan fermentasi akan dipengaruhi oleh konsentrasi garam logam dalam perasan. Pada konsentrasi yang rendah akan menstimulur aktivitas dan pertumbuhan Saccaromyces cereviceae, sedangkan pada konsentrasi tinggi akan menghambat pertumbuhan Saccaromyces cereviceae. Unsur yang dibutuhkan untuk aktivitas Saccaromyces cereviceae antara lain Mg, K, Zn, CO, Fe, Ca, Cu, P, S, dan N. Sebagai sumber P dan N perlu ditambahkan ammonium phospat. Sebagai sumber N lainnya dapat pula ditambahkan ammonium klorida dan ammonium karbonat. Vitamin yang berfungsi sebagi faktor pertumbuhan Saccaromyces cereviceae.

2.4. Hipotesa