PEMANFAATAN LIMBAH BONGGOL JAGUNG ZEA MA
PEMANFAATAN LIMBAH BONGGOL JAGUNG (ZEA MAYS SP.) SEBAGAI
ALTERNATIF BAHAN BAKU PEMBALUT WANITA YANG AMAN DAN RAMAH
LINGKUNGAN
Oceu Dwi Putri, Aisyah Sofiyatul Husna, Ajeng Widi Nurfadilah
Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pendidikan Indonesia
Jln. Dr. Setiabudi 229 Bandung 40154
Abstract
Feminine hygiene products are used by nearly 70 % of women during menstruation in the United
States, and the average of women there use 11,000 pieces of women’s pads and other feminine
hygiene products during their life Considering the pads are something that are important for women,
so women should be careful in choosing the pads, because common pads that are circulated in the
market today are made of recycled paper which have been through bleaching process that can lead to
formation of harmful chemical, dioxin One of the materials that can be used as an alternative raw
material for pads which are safe and environmentally friendly is corn cobs waste because corn cobs
waste is waste that contains high amount of cellulose and has not widely used. The purpose of this
research is to obtain raw materials for women’s pads which is safer and more environmentally
friendly by using corn cobs waste. Preparation of raw materials for pads begins with cooking corn cob
with acetosolv process then pulping by adding some starch. Having passed the test, pulps are formed
into thin sheets and covered by plain fabric. The pads which are made of corn cobs don’t contain
heavy metals like Pb and Cd and also have good absorbing ability.
Keywords: Corn cob, pads, cellulose, acetosolv.
Abstrak
Produk-produk kewanitaan dipergunakan oleh hampir 70% wanita masa haid di Amerika
Serikat, dan rata-rata seorang wanita di sana menggunakan 11.000 buah pembalut dan produk-produk
kewanitaan lain selama hidupnya. Mengingat pembalut merupakan sesuatu yang penting bagi kaum
wanita, maka kaum wanita harus berhati-hati dalam memilih pembalut, karena pada umumnya
pembalut yang beredar di pasaran saat ini berbahan dasar dari daur ulang kertas yang pada proses
pengolahannya dilakukan tahap bleaching yang dapat menimbulkan zat kimia berbahaya yaitu dioxin.
Salah satu bahan yang bisa digunakan sebagai alternatif bahan baku pembalut yang ramah lingkungan
dan aman adalah bonggol jagung, karena bonggol jagung merupakan limbah yang memiliki
kandungan selulosa yang cukup tinggi dan belum banyak dimanfaatkan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk memperoleh bahan baku pembalut yang lebih aman dan ramah lingkungan dengan
memanfaatkan limbah bonggol jagung. Pembuatan bahan baku pembalut ini diawali dengan
pemasakan bonggol jagung dengan proses acetosolv kemudian pulping dengan penambahan kanji.
Setelah lolos uji, pulp dibentuk lembaran tipis dan dilapisi kain sederhana. Pembalut dari bonggol
jagung ini tidak mengandung logam berat Pb dan Cd serta memiliki daya serap yang baik.
Kata kunci: bonggol jagung, pembalut, selulosa, acetosolv
PENDAHULUAN
Model pembalut berkembang dari masa
ke masa. Pada awalnya ada pembalut yang
menggunakan sabuk, ada juga pembalut
yang sangat tebal karena bahan
penyerapnya tidak efektif. Tetapi sekarang,
pembalut yang digunakan adalah pembalut
yang berperekat dan tipis. Bahan utama
pembalut pun bermacam-macam dari
mulai serbuk kayu, kain wol, katun, kapas,
hingga daur ulang kertas. (Anonim, 2013)
produksi jagung di Sulawesi Selatan
mencapai 1,28 juta ton/tahun (BPS,2011).
Mengingat
pembalut
merupakan
sesuatu yang penting bagi kaum wanita,
maka kaum wanita harus berhati-hati
dalam memilih pembalut, karena pada
umumnya pembalut yang beredar di
pasaran saat ini berbahan dasar dari daur
ulang kertas yang pada proses yang dapat
menimbulkan zat kimia berbahaya yaitu
dioxin. (Anonim, 2013)
Dioxin dihasilkan dari zat aditif yang
ditambahkan pada tahap bleaching
tersebut.Dioxin
atau
Polychlorinated
dibenzodioxin
(PCDDs)
merupakan
senyawa
beracun
yang
dapat
mempengaruhi sejumlah organ dan sistem
dalam tubuh manusia. Dioxin bertahan
lama dalam tubuh manusia karena
stabilitas kimia dan kemampuan dioxin
untuk diserap oleh jaringan lemak, di mana
mereka kemudian disimpan dalam tubuh.
Selain itu, dioxin juga akan menyerap ke
dalam rahim melalui serviks sehingga
dapat menyebabkan kanker serviks, gatalgatal, myoma dan lain-lain. Oleh karena
itu, untuk menghindari terbentuknya
dioxin, tahap bleaching tidak perlu
dilakukan, tetapi dapat diatasi dengan
mengganti bahan baku pembalut dengan
bahan lain. (Alviyah Ibnu Aqil, 2012)
Tabel1. Komposisi ligninselulosa dari beberapa
limbah pertanian
Bonggol jagung merupakan limbah
yang belum banyak dimanfaatkan.
Padahal, bonggol jagung memiliki
kandungan selulosa yang cukup tinggi
(Johnson, 1991). Kandungan selulosa yang
cukup tinggi ini membuat bonggol jagung
dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pembuat pulp yang dapat digunakan
sebagai bahan baku pembalut yang lebih
aman.
Bonggol Jagung
Pemanfaatan jagung saat ini sangat
beraneka ragam mulai bahan pangan
hingga bioenergi. Buah jagung terdiri dari
30% limbah yang berupa bonggol jagung.
Sehingga dari jumlah limbah tersebut
dapat dikatakan cukup banyak dan akan
menjadi sangat potensial jika dapat
dimanfaatkan secara tepat (Gozan, 2007).
Zat-zat yang Terdapat dalam Pembalut
Biasa
Limbah bonggol jagung sebanyak
30%
dari
berat
total
jagung
(Koswara,1991) merupakan salah satu
sumber
lignoselulosa
yang
ketersediaannya cukup melimpah, dimana
Pada umumnya pembalut yang beredar
di pasaran saat ini berbahan dasar dari daur
ulang
kertas
yang
pada
proses
pengolahannya dilakukan tahap bleaching
yang dapat menimbulkan zat kimia
berbahaya yaitu dioxin. Dioxin dihasilkan
Gambar1. Struktur Dioxin
dari zat aditif yaitu gas klorin, sodium
hidroksida, kalsium hipoklorit, hidrogen
peroksida, klorin dioksida, dan sodium
peroksidayang ditambahkan pada tahap
bleaching
tersebut.
Dioxin
atau
Polychlorinated dibenzodioxin (PCDDs)
merupakan senyawa beracun yang dapat
mempengaruhi sejumlah organ dan sistem
dalam tubuh manusia. Dioxin bertahan
lama dalam tubuh manusia karena
stabilitas kimia dan kemampuan dioxin
untuk diserap oleh jaringan lemak, di mana
mereka kemudian disimpan dalam tubuh.
Selain itu, dioxin juga akan menyerap ke
dalam rahim melalui serviks sehingga
dapat menyebabkan kanker serviks, gatalgatal, myoma dan lain-lain. (Anonim,
2013)
Pulp
Pulp adalah hasil pemisahan serat dari
bahan baku berserat. Pulp dapat dibuat dari
bahan kayu, non kayu, dan kertas bekas
(waste paper). Pulp merupakan bubur kayu
sebagai bahan dasar dalam pembuatan
kertas. Bahan baku pulp biasanya
mengandung tiga komponen utama, yaitu:
selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Secara
umum prinsip pembuatan pulp merupakan
proses pemisahan selulosa terhadap
impurities bahan-bahan dari senyawa yang
dikandung oleh kayu di antaranya lignin.
Proses pembuatan pulp di antaranya
dilakukan dengan proses: mekanis, kimia,
dan semikimia. Proses pembuatan pulp
dengan
proses
kimia
ini
akan
menghasilkan pulp dengan kekuatan tarik
lebih tinggi daripada proses mekanis dan
semikimia.
Proses Pembuatan Pulp
Proses Organoslov
Proses organosolv adalah proses
pemisahan serat dengan menggunakan
bahan kimia organik seperti misalnya
metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan
lain-lain. Proses ini telah terbukti
memberikan dampak yang baik bagi
lingkungan dan sangat efisien dalam
pemanfaatan sumber daya hutan.
Dengan
menggunakan
proses
organosolv diharapkan permasalahan
lingkungan yang dihadapi oleh industri
pulp dan kertas akan dapat diatasi. Hal ini
karena proses organosolv memberikan
beberapa keuntungan, antara lain yaitu
rendemen pulp yang dihasilkan tinggi,
tidak menggunakan unsur sulfur sehingga
lebih aman terhadap lingkungan, dapat
menghasilkan hasil sampingan berupa
lignin dan hemiselulosa dengan tingkat
kemurnian tinggi.
Penelitian mengenai penggunaan bahan
kimia organik sebagai bahan pemasak
dalam proses pulping sebenarnya telah
lama dilakukan. Ada berbagai macam jenis
proses organosolv, namun yang telah
berkembang pesat pada saat ini adalah
proses alcell (alcohol cellulose) yaitu
proses pulping dengan menggunakan
bahan kimia pemasak alkohol dan proses
acetosolv dengan menggunakan bahan
kimia pemasak asam asetat. Proses pulping
dengan menggunakan asam asetat disebut
proses acetosolv.
Menurut Ararki et al., (1989) bahwa
tahun 1980 metode pulping organosolv
telah mulai dikembangkan ke arah
penerapan. Proses organosolv ini tidak
hanya efektif digunakan untuk karbohidrat
dan lignin tetapi juga karakterisrik pulp
yang dihasilkan sebanding dengan proses
Kraft.
Menurut Kleinert (1974) mengatakan
bahwa ciri penting dari organosolv adalah
pemutihan pulp lebih mudah dan dapat
dilakukan dengan menggunakan senyawa
non-klor serta daur ulang larutan pemasak
relatif mudah melalui metode penguapan.
Proses Asam
Dalam proses ini, campuran asam sulfit
(H2SO3) dan ion bisulfit (HSO3) digunakan
untuk melarutkan lignin. Sulfit bersatu
dengan lignin membentuk garam dari
asam lignosulfonik yang dapat larut
dalam larutan pemasak dan struktur
kimia dari lignin masih utuh. Pulp sulfit
dapat dilakukan dalam rentang pH yang
besar. Asam sulfit menunjukkan proses
pulp dengan kelebihan asam sulfur
bebas
(pH
1-2),
dimana bisulfit
memasak dalam keadaan sedikit asam.
Pulp sulfit berwarna lebih cerah
daripada pulp kraft dan dapat di bleach
lebih mudah tetapi lembaran kertas lebih
lemah daripada kertas kraft.
Proses Basa
Dalam proses ini, kayu dimasak
dengan NaOH. Cairan pemasak yang
tersisa
diuapkan dan
dibakar
menghasilkan
Na2CO3
dan
ketika
ditambahkan dengan kapur menghasilkan
NaOH. Keuntungan proses soda adalah
mudah mendapatkan kembali bahan
kimia hasil pemasakan (recovery) NaOH
dari lindi hitam dan bahan baku yang
dipakai dapat bermacam-macam.
METODOLOGI PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari:
1. Hot plate
2. Gelas Ukur 10 mL
3. Gelas ukur 25 mL
4. Gelas ukur 100 mL
5. Gelas kimia 100 mL
6. Gelas kimia 600 mL
7. Erlenmeyer 250 mL
8. Magnetic stirer
9. Neraca analitik
10. Tabung reaksi
11. Spatula
12. Batang pengaduk
13. Kaca arloji
14. Corong buchner
15. Erlenmeyer Vakum
16. Corong pendek
17. Cetakan kertas
18. Oven
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Bonggol jagung
Asam asetat glasial
Aquades
KI
KCN
Kanji
Indikator universal
Kertas saring
Prosedur penelitian
A. Preparasi Sampel
1) Bonggol jagung dibersihkan.
2) Bonggol jagung dijemur.
3) Bonggol jagung dihaluskan.
B. Proses Pemasakan
1) Bonggol jagung halus ditimbang 10
gram.
2) Bonggol jagung halus dan cairan
pemasak (asam asetat) dimasukkan ke
dalam erlenmeyer.
3) Magnetic stirer dimasukkan ke dalam
erlenmeyer.
4) Erlenmeyer berisi bonggol jagung
dipanaskan dengan hotplate pada
temperatur tetap (1200C) selama 90
menit.
5) Hasil pemasakan didinginkan.
C. Pencucian Pulp
1. Pulp hasil pemasakan disaring
dengan corong buchner.
2. Pulp dicuci dengan aquades hingga
pH netral.
3. Pulp dikeringkan dalam oven.
D. Karakterisasi Pulp
1) Dilakukan uji kualitatif selulosa
menggunankan FTIR.
2) Dilakukan
uji
kualitatif
Pb2+
menggunakan larutan KI.
3) Dilakukan
uji
kualitatif
Cd2+
menggunakan larutan KCN.
4) Untuk uji daya serap air, pulp dicetak
tipis, dimasukkan ke dalam wadah
berisi 10 mL air.
untuk menentukan gugus fungsi yang
terdapat dalam pulp sebagai berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan pulp dari bonggol
jagung dilakukan dengan perbandingan
10:1 antara volume cairan pemasak dengan
massa sampel bonggol jagung yang
digunakan. Analisis yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisis kualitatif
dengan FTIR serta analisis kualitatif logam
berat dan daya serap air dari pulp untuk
mengetahui kualitas pulp dari bonggol
jagung. Pada proses pemasakan digunakan
perbandingan 10:1 karena dari penelitian
pendahuluan, jika semakin kecil volume
asam asetat yang digunakan, luas kontak
permukaan dengan sampel akan lebih
kecil, sehingga proses delignifikasi tidak
akan optimal. Dari uji dengan instrumen
FTIR diperoleh spektrum IR seperti pada
gambar berikut:
Bilangan Gelombang
Gugus Fungsi
3448,72 cm-1
O–H
2924,09 cm-1 –
2858,51 cm-1
C–H
1159,22 cm-1 –
1035,77 cm-1
C–O
Tabel 1. Bilangan gelombang dan gugus
fungsi pada spektrum IR hasil uji pulp dengan
FTIR
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa pulp hasil pemasakan
memiliki gugus fungsi yang sama dengan
gugus fungsi yang terdapat pada selulosa
yang ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 3. Struktur Selulosa
100
457.13
530.42
669.30
1253.73
609.51
1726.29
Pemasakan
pulp
dengan
asam
asetat dapat memisahkan selulosa dari
lignin yang ada pada bonggol jagung
1656.85
1631.78
85
1159.22
1404.18
1381.03
1323.17
2260.57
90
2924.09
3761.19
3684.04
2858.51
95
2133.27
2073.48
%T
(delignifikasi) sehingga yang diperoleh
1035.77
80
hanya selulosa saja. Selulosa tersebutlah
75
yang akan dijadikan sebagai bahan baku
70
3448.72
pembalut.
65
Pulp
60
4500
4000
Samp[el putih
3500
3000
2500
2000
1750
1500
1250
1000
750
Gambar 2. Grafik FTIR Bonggol Jagung
500
1/cm
hasil
pemasakan
dan
pencucian menunjukkan pH netral setelah
diuji dengan indikator universal sehingga
dapat dipastikan bahwa tidak ada lagi asam
Dari spektrum tersebut diperoleh
data bilangan gelombang dan %
transmitansi yang dapat diinterpretasikan
asetat di dalam pulp. Nilai pH harus netral
untuk
menghindari
kesensitifan
kulit
terhadap pembalut dari pulp bonggol
jagung ini.
Uji kualitatif logam berat dengan
larutan KI tidak menghasilkan endapan
kuning. Ini menunjukkan bahwa di dalam
pulp
hasil pemasakan tidak terdapat
logam-logam
yang
dapat
mengendap
dengan penambahan larutan KI seperti
logam Pb, Ag, dan Hg.
Gambar 4. Uji kualitatif logam dengan
larutan KCN
Uji daya serap air dilakukan untuk
mengetahui daya serap dari pulp bonggol
jagung ini. Uji daya serap air ini
dilakukan dengan menggiling pulp basah
hingga terbentuk lapisan setipis kertas
dengan ukuran 5 x 5 cm, kemudian
dijemur hingga kering. Pulp yang telah
Gambar 3. Uji kualitatif logam dengan larutan KI
kering kemudian dimasukkan ke dalam
air sebanyak 10 mL dan jika pulp
Selain dengan larutan KI, pada
penelitian ini dilakukan uji dengan larutan
KCN dan hasilnya tidak terbentuk endapan
putih saat pulp direaksikan dengan larutan
KCN. Ini juga menunjukkan bahwa di
dalam pulp hasil pemasakan tidak terdapat
logam yang dapat mengendap dengan
penambahan larutan KCN seperti logam
Cd.
menyerap seluruh air yang ada, volume
air ditambahkan lagi sehingga diketahui
pasti berapa volume air yang dapat
diserap oleh pulp. Dari hasil pengujian
ini diperoleh daya serap air dari pulp
bonggol jagung ini adalah
karena dari
2 mL/cm2
25 cm2 pulp yang diuji,
volume air yang dapat diserap adalah
12,5 mL.
http://alviyah29.wordpress.com/2
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan,
012/11/24/ada-apakah-dengan-
dapat disimpulkan bahwa:
pembalut-bergel/ [13 Juli 2013]
1. Bahan baku pembalut dari limbah
bonggol jagung dapat diperoleh
dengan pemisahan selulosa dari
lignin (delignifikasi) dengan proses
acetosolv.
Gozan, M. (2007), Sakarafikasi dan
Fermentasi
Etanol
Bagas
Menjadi
Menggunakan
Enzim
Sellulase dan Enzim Sellobiase,
Jurnal Teknologi
2. Proses pembuatan bahan baku
dari limbah bonggol
Gunawan, Adi. (2012). Pengaruh Waktu
jagung ini diawali dengan proses
Pemasakan dan Volume Larutan
pemasakan sampel bonggol jagung
Pemasak
dengan cairan pemasak, pencucian
Pulp dari Ampas Tebu. Penelitian
pulp, dan analisis kualitatif kualitas
Jurusan Teknik Kimia Fakultas
dari pulp yang dihasilkan.
Teknik Universitas Sriwijaya
pembalut
Terhadap
Viskositas
3. Pembalut dari limbah bonggol
jagung ini aman untuk digunakan
karena tidak mengandung logamlogam
berbahaya,
berkualitas
karena memiliki daya serap yang
baik,
serta
karena
ramah
lingkungan
dibuat
dengan
menggunakan limbah yang belum
Johnson, L.A. (1991). Corn : The major
cereal of the American. In : Kulp
and Ponte, Jr. Handbook of
Cereal Science and technology.
Marcel Dekker, Inc. New York,
Bassel.
Dowswell,
R.L.Paliwal,
and
C.R.,
R.P.Cantrell,
1996. Maize in the thir world.
banyak dimanfaatkan.
Westview Press.
Koswara, J. (1991). Budidaya Jagung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(2013).
Wanita .
Pembalut
[Online].
Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemb
alut_wanita [13 Juli 2013]
Jurusan
Budidaya
Pertanian,
Institut
Pertanian
Fakultas
Pertanian,
Bogor.
Wibisono, Ivan. (2011). Pembuatan Pulp
Aqil, Alviyah Ibnu. (2012). Ada Apakah
dengan
[Online].
Pembalut
dari Alang-Alang. Penelitian
Bergel? .
Jurusan Teknik Kimia Universitas
Tersedia:
Katolik Widya Mandala Surabaya
ALTERNATIF BAHAN BAKU PEMBALUT WANITA YANG AMAN DAN RAMAH
LINGKUNGAN
Oceu Dwi Putri, Aisyah Sofiyatul Husna, Ajeng Widi Nurfadilah
Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pendidikan Indonesia
Jln. Dr. Setiabudi 229 Bandung 40154
Abstract
Feminine hygiene products are used by nearly 70 % of women during menstruation in the United
States, and the average of women there use 11,000 pieces of women’s pads and other feminine
hygiene products during their life Considering the pads are something that are important for women,
so women should be careful in choosing the pads, because common pads that are circulated in the
market today are made of recycled paper which have been through bleaching process that can lead to
formation of harmful chemical, dioxin One of the materials that can be used as an alternative raw
material for pads which are safe and environmentally friendly is corn cobs waste because corn cobs
waste is waste that contains high amount of cellulose and has not widely used. The purpose of this
research is to obtain raw materials for women’s pads which is safer and more environmentally
friendly by using corn cobs waste. Preparation of raw materials for pads begins with cooking corn cob
with acetosolv process then pulping by adding some starch. Having passed the test, pulps are formed
into thin sheets and covered by plain fabric. The pads which are made of corn cobs don’t contain
heavy metals like Pb and Cd and also have good absorbing ability.
Keywords: Corn cob, pads, cellulose, acetosolv.
Abstrak
Produk-produk kewanitaan dipergunakan oleh hampir 70% wanita masa haid di Amerika
Serikat, dan rata-rata seorang wanita di sana menggunakan 11.000 buah pembalut dan produk-produk
kewanitaan lain selama hidupnya. Mengingat pembalut merupakan sesuatu yang penting bagi kaum
wanita, maka kaum wanita harus berhati-hati dalam memilih pembalut, karena pada umumnya
pembalut yang beredar di pasaran saat ini berbahan dasar dari daur ulang kertas yang pada proses
pengolahannya dilakukan tahap bleaching yang dapat menimbulkan zat kimia berbahaya yaitu dioxin.
Salah satu bahan yang bisa digunakan sebagai alternatif bahan baku pembalut yang ramah lingkungan
dan aman adalah bonggol jagung, karena bonggol jagung merupakan limbah yang memiliki
kandungan selulosa yang cukup tinggi dan belum banyak dimanfaatkan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk memperoleh bahan baku pembalut yang lebih aman dan ramah lingkungan dengan
memanfaatkan limbah bonggol jagung. Pembuatan bahan baku pembalut ini diawali dengan
pemasakan bonggol jagung dengan proses acetosolv kemudian pulping dengan penambahan kanji.
Setelah lolos uji, pulp dibentuk lembaran tipis dan dilapisi kain sederhana. Pembalut dari bonggol
jagung ini tidak mengandung logam berat Pb dan Cd serta memiliki daya serap yang baik.
Kata kunci: bonggol jagung, pembalut, selulosa, acetosolv
PENDAHULUAN
Model pembalut berkembang dari masa
ke masa. Pada awalnya ada pembalut yang
menggunakan sabuk, ada juga pembalut
yang sangat tebal karena bahan
penyerapnya tidak efektif. Tetapi sekarang,
pembalut yang digunakan adalah pembalut
yang berperekat dan tipis. Bahan utama
pembalut pun bermacam-macam dari
mulai serbuk kayu, kain wol, katun, kapas,
hingga daur ulang kertas. (Anonim, 2013)
produksi jagung di Sulawesi Selatan
mencapai 1,28 juta ton/tahun (BPS,2011).
Mengingat
pembalut
merupakan
sesuatu yang penting bagi kaum wanita,
maka kaum wanita harus berhati-hati
dalam memilih pembalut, karena pada
umumnya pembalut yang beredar di
pasaran saat ini berbahan dasar dari daur
ulang kertas yang pada proses yang dapat
menimbulkan zat kimia berbahaya yaitu
dioxin. (Anonim, 2013)
Dioxin dihasilkan dari zat aditif yang
ditambahkan pada tahap bleaching
tersebut.Dioxin
atau
Polychlorinated
dibenzodioxin
(PCDDs)
merupakan
senyawa
beracun
yang
dapat
mempengaruhi sejumlah organ dan sistem
dalam tubuh manusia. Dioxin bertahan
lama dalam tubuh manusia karena
stabilitas kimia dan kemampuan dioxin
untuk diserap oleh jaringan lemak, di mana
mereka kemudian disimpan dalam tubuh.
Selain itu, dioxin juga akan menyerap ke
dalam rahim melalui serviks sehingga
dapat menyebabkan kanker serviks, gatalgatal, myoma dan lain-lain. Oleh karena
itu, untuk menghindari terbentuknya
dioxin, tahap bleaching tidak perlu
dilakukan, tetapi dapat diatasi dengan
mengganti bahan baku pembalut dengan
bahan lain. (Alviyah Ibnu Aqil, 2012)
Tabel1. Komposisi ligninselulosa dari beberapa
limbah pertanian
Bonggol jagung merupakan limbah
yang belum banyak dimanfaatkan.
Padahal, bonggol jagung memiliki
kandungan selulosa yang cukup tinggi
(Johnson, 1991). Kandungan selulosa yang
cukup tinggi ini membuat bonggol jagung
dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pembuat pulp yang dapat digunakan
sebagai bahan baku pembalut yang lebih
aman.
Bonggol Jagung
Pemanfaatan jagung saat ini sangat
beraneka ragam mulai bahan pangan
hingga bioenergi. Buah jagung terdiri dari
30% limbah yang berupa bonggol jagung.
Sehingga dari jumlah limbah tersebut
dapat dikatakan cukup banyak dan akan
menjadi sangat potensial jika dapat
dimanfaatkan secara tepat (Gozan, 2007).
Zat-zat yang Terdapat dalam Pembalut
Biasa
Limbah bonggol jagung sebanyak
30%
dari
berat
total
jagung
(Koswara,1991) merupakan salah satu
sumber
lignoselulosa
yang
ketersediaannya cukup melimpah, dimana
Pada umumnya pembalut yang beredar
di pasaran saat ini berbahan dasar dari daur
ulang
kertas
yang
pada
proses
pengolahannya dilakukan tahap bleaching
yang dapat menimbulkan zat kimia
berbahaya yaitu dioxin. Dioxin dihasilkan
Gambar1. Struktur Dioxin
dari zat aditif yaitu gas klorin, sodium
hidroksida, kalsium hipoklorit, hidrogen
peroksida, klorin dioksida, dan sodium
peroksidayang ditambahkan pada tahap
bleaching
tersebut.
Dioxin
atau
Polychlorinated dibenzodioxin (PCDDs)
merupakan senyawa beracun yang dapat
mempengaruhi sejumlah organ dan sistem
dalam tubuh manusia. Dioxin bertahan
lama dalam tubuh manusia karena
stabilitas kimia dan kemampuan dioxin
untuk diserap oleh jaringan lemak, di mana
mereka kemudian disimpan dalam tubuh.
Selain itu, dioxin juga akan menyerap ke
dalam rahim melalui serviks sehingga
dapat menyebabkan kanker serviks, gatalgatal, myoma dan lain-lain. (Anonim,
2013)
Pulp
Pulp adalah hasil pemisahan serat dari
bahan baku berserat. Pulp dapat dibuat dari
bahan kayu, non kayu, dan kertas bekas
(waste paper). Pulp merupakan bubur kayu
sebagai bahan dasar dalam pembuatan
kertas. Bahan baku pulp biasanya
mengandung tiga komponen utama, yaitu:
selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Secara
umum prinsip pembuatan pulp merupakan
proses pemisahan selulosa terhadap
impurities bahan-bahan dari senyawa yang
dikandung oleh kayu di antaranya lignin.
Proses pembuatan pulp di antaranya
dilakukan dengan proses: mekanis, kimia,
dan semikimia. Proses pembuatan pulp
dengan
proses
kimia
ini
akan
menghasilkan pulp dengan kekuatan tarik
lebih tinggi daripada proses mekanis dan
semikimia.
Proses Pembuatan Pulp
Proses Organoslov
Proses organosolv adalah proses
pemisahan serat dengan menggunakan
bahan kimia organik seperti misalnya
metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan
lain-lain. Proses ini telah terbukti
memberikan dampak yang baik bagi
lingkungan dan sangat efisien dalam
pemanfaatan sumber daya hutan.
Dengan
menggunakan
proses
organosolv diharapkan permasalahan
lingkungan yang dihadapi oleh industri
pulp dan kertas akan dapat diatasi. Hal ini
karena proses organosolv memberikan
beberapa keuntungan, antara lain yaitu
rendemen pulp yang dihasilkan tinggi,
tidak menggunakan unsur sulfur sehingga
lebih aman terhadap lingkungan, dapat
menghasilkan hasil sampingan berupa
lignin dan hemiselulosa dengan tingkat
kemurnian tinggi.
Penelitian mengenai penggunaan bahan
kimia organik sebagai bahan pemasak
dalam proses pulping sebenarnya telah
lama dilakukan. Ada berbagai macam jenis
proses organosolv, namun yang telah
berkembang pesat pada saat ini adalah
proses alcell (alcohol cellulose) yaitu
proses pulping dengan menggunakan
bahan kimia pemasak alkohol dan proses
acetosolv dengan menggunakan bahan
kimia pemasak asam asetat. Proses pulping
dengan menggunakan asam asetat disebut
proses acetosolv.
Menurut Ararki et al., (1989) bahwa
tahun 1980 metode pulping organosolv
telah mulai dikembangkan ke arah
penerapan. Proses organosolv ini tidak
hanya efektif digunakan untuk karbohidrat
dan lignin tetapi juga karakterisrik pulp
yang dihasilkan sebanding dengan proses
Kraft.
Menurut Kleinert (1974) mengatakan
bahwa ciri penting dari organosolv adalah
pemutihan pulp lebih mudah dan dapat
dilakukan dengan menggunakan senyawa
non-klor serta daur ulang larutan pemasak
relatif mudah melalui metode penguapan.
Proses Asam
Dalam proses ini, campuran asam sulfit
(H2SO3) dan ion bisulfit (HSO3) digunakan
untuk melarutkan lignin. Sulfit bersatu
dengan lignin membentuk garam dari
asam lignosulfonik yang dapat larut
dalam larutan pemasak dan struktur
kimia dari lignin masih utuh. Pulp sulfit
dapat dilakukan dalam rentang pH yang
besar. Asam sulfit menunjukkan proses
pulp dengan kelebihan asam sulfur
bebas
(pH
1-2),
dimana bisulfit
memasak dalam keadaan sedikit asam.
Pulp sulfit berwarna lebih cerah
daripada pulp kraft dan dapat di bleach
lebih mudah tetapi lembaran kertas lebih
lemah daripada kertas kraft.
Proses Basa
Dalam proses ini, kayu dimasak
dengan NaOH. Cairan pemasak yang
tersisa
diuapkan dan
dibakar
menghasilkan
Na2CO3
dan
ketika
ditambahkan dengan kapur menghasilkan
NaOH. Keuntungan proses soda adalah
mudah mendapatkan kembali bahan
kimia hasil pemasakan (recovery) NaOH
dari lindi hitam dan bahan baku yang
dipakai dapat bermacam-macam.
METODOLOGI PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari:
1. Hot plate
2. Gelas Ukur 10 mL
3. Gelas ukur 25 mL
4. Gelas ukur 100 mL
5. Gelas kimia 100 mL
6. Gelas kimia 600 mL
7. Erlenmeyer 250 mL
8. Magnetic stirer
9. Neraca analitik
10. Tabung reaksi
11. Spatula
12. Batang pengaduk
13. Kaca arloji
14. Corong buchner
15. Erlenmeyer Vakum
16. Corong pendek
17. Cetakan kertas
18. Oven
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Bonggol jagung
Asam asetat glasial
Aquades
KI
KCN
Kanji
Indikator universal
Kertas saring
Prosedur penelitian
A. Preparasi Sampel
1) Bonggol jagung dibersihkan.
2) Bonggol jagung dijemur.
3) Bonggol jagung dihaluskan.
B. Proses Pemasakan
1) Bonggol jagung halus ditimbang 10
gram.
2) Bonggol jagung halus dan cairan
pemasak (asam asetat) dimasukkan ke
dalam erlenmeyer.
3) Magnetic stirer dimasukkan ke dalam
erlenmeyer.
4) Erlenmeyer berisi bonggol jagung
dipanaskan dengan hotplate pada
temperatur tetap (1200C) selama 90
menit.
5) Hasil pemasakan didinginkan.
C. Pencucian Pulp
1. Pulp hasil pemasakan disaring
dengan corong buchner.
2. Pulp dicuci dengan aquades hingga
pH netral.
3. Pulp dikeringkan dalam oven.
D. Karakterisasi Pulp
1) Dilakukan uji kualitatif selulosa
menggunankan FTIR.
2) Dilakukan
uji
kualitatif
Pb2+
menggunakan larutan KI.
3) Dilakukan
uji
kualitatif
Cd2+
menggunakan larutan KCN.
4) Untuk uji daya serap air, pulp dicetak
tipis, dimasukkan ke dalam wadah
berisi 10 mL air.
untuk menentukan gugus fungsi yang
terdapat dalam pulp sebagai berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan pulp dari bonggol
jagung dilakukan dengan perbandingan
10:1 antara volume cairan pemasak dengan
massa sampel bonggol jagung yang
digunakan. Analisis yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisis kualitatif
dengan FTIR serta analisis kualitatif logam
berat dan daya serap air dari pulp untuk
mengetahui kualitas pulp dari bonggol
jagung. Pada proses pemasakan digunakan
perbandingan 10:1 karena dari penelitian
pendahuluan, jika semakin kecil volume
asam asetat yang digunakan, luas kontak
permukaan dengan sampel akan lebih
kecil, sehingga proses delignifikasi tidak
akan optimal. Dari uji dengan instrumen
FTIR diperoleh spektrum IR seperti pada
gambar berikut:
Bilangan Gelombang
Gugus Fungsi
3448,72 cm-1
O–H
2924,09 cm-1 –
2858,51 cm-1
C–H
1159,22 cm-1 –
1035,77 cm-1
C–O
Tabel 1. Bilangan gelombang dan gugus
fungsi pada spektrum IR hasil uji pulp dengan
FTIR
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa pulp hasil pemasakan
memiliki gugus fungsi yang sama dengan
gugus fungsi yang terdapat pada selulosa
yang ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 3. Struktur Selulosa
100
457.13
530.42
669.30
1253.73
609.51
1726.29
Pemasakan
pulp
dengan
asam
asetat dapat memisahkan selulosa dari
lignin yang ada pada bonggol jagung
1656.85
1631.78
85
1159.22
1404.18
1381.03
1323.17
2260.57
90
2924.09
3761.19
3684.04
2858.51
95
2133.27
2073.48
%T
(delignifikasi) sehingga yang diperoleh
1035.77
80
hanya selulosa saja. Selulosa tersebutlah
75
yang akan dijadikan sebagai bahan baku
70
3448.72
pembalut.
65
Pulp
60
4500
4000
Samp[el putih
3500
3000
2500
2000
1750
1500
1250
1000
750
Gambar 2. Grafik FTIR Bonggol Jagung
500
1/cm
hasil
pemasakan
dan
pencucian menunjukkan pH netral setelah
diuji dengan indikator universal sehingga
dapat dipastikan bahwa tidak ada lagi asam
Dari spektrum tersebut diperoleh
data bilangan gelombang dan %
transmitansi yang dapat diinterpretasikan
asetat di dalam pulp. Nilai pH harus netral
untuk
menghindari
kesensitifan
kulit
terhadap pembalut dari pulp bonggol
jagung ini.
Uji kualitatif logam berat dengan
larutan KI tidak menghasilkan endapan
kuning. Ini menunjukkan bahwa di dalam
pulp
hasil pemasakan tidak terdapat
logam-logam
yang
dapat
mengendap
dengan penambahan larutan KI seperti
logam Pb, Ag, dan Hg.
Gambar 4. Uji kualitatif logam dengan
larutan KCN
Uji daya serap air dilakukan untuk
mengetahui daya serap dari pulp bonggol
jagung ini. Uji daya serap air ini
dilakukan dengan menggiling pulp basah
hingga terbentuk lapisan setipis kertas
dengan ukuran 5 x 5 cm, kemudian
dijemur hingga kering. Pulp yang telah
Gambar 3. Uji kualitatif logam dengan larutan KI
kering kemudian dimasukkan ke dalam
air sebanyak 10 mL dan jika pulp
Selain dengan larutan KI, pada
penelitian ini dilakukan uji dengan larutan
KCN dan hasilnya tidak terbentuk endapan
putih saat pulp direaksikan dengan larutan
KCN. Ini juga menunjukkan bahwa di
dalam pulp hasil pemasakan tidak terdapat
logam yang dapat mengendap dengan
penambahan larutan KCN seperti logam
Cd.
menyerap seluruh air yang ada, volume
air ditambahkan lagi sehingga diketahui
pasti berapa volume air yang dapat
diserap oleh pulp. Dari hasil pengujian
ini diperoleh daya serap air dari pulp
bonggol jagung ini adalah
karena dari
2 mL/cm2
25 cm2 pulp yang diuji,
volume air yang dapat diserap adalah
12,5 mL.
http://alviyah29.wordpress.com/2
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan,
012/11/24/ada-apakah-dengan-
dapat disimpulkan bahwa:
pembalut-bergel/ [13 Juli 2013]
1. Bahan baku pembalut dari limbah
bonggol jagung dapat diperoleh
dengan pemisahan selulosa dari
lignin (delignifikasi) dengan proses
acetosolv.
Gozan, M. (2007), Sakarafikasi dan
Fermentasi
Etanol
Bagas
Menjadi
Menggunakan
Enzim
Sellulase dan Enzim Sellobiase,
Jurnal Teknologi
2. Proses pembuatan bahan baku
dari limbah bonggol
Gunawan, Adi. (2012). Pengaruh Waktu
jagung ini diawali dengan proses
Pemasakan dan Volume Larutan
pemasakan sampel bonggol jagung
Pemasak
dengan cairan pemasak, pencucian
Pulp dari Ampas Tebu. Penelitian
pulp, dan analisis kualitatif kualitas
Jurusan Teknik Kimia Fakultas
dari pulp yang dihasilkan.
Teknik Universitas Sriwijaya
pembalut
Terhadap
Viskositas
3. Pembalut dari limbah bonggol
jagung ini aman untuk digunakan
karena tidak mengandung logamlogam
berbahaya,
berkualitas
karena memiliki daya serap yang
baik,
serta
karena
ramah
lingkungan
dibuat
dengan
menggunakan limbah yang belum
Johnson, L.A. (1991). Corn : The major
cereal of the American. In : Kulp
and Ponte, Jr. Handbook of
Cereal Science and technology.
Marcel Dekker, Inc. New York,
Bassel.
Dowswell,
R.L.Paliwal,
and
C.R.,
R.P.Cantrell,
1996. Maize in the thir world.
banyak dimanfaatkan.
Westview Press.
Koswara, J. (1991). Budidaya Jagung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(2013).
Wanita .
Pembalut
[Online].
Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemb
alut_wanita [13 Juli 2013]
Jurusan
Budidaya
Pertanian,
Institut
Pertanian
Fakultas
Pertanian,
Bogor.
Wibisono, Ivan. (2011). Pembuatan Pulp
Aqil, Alviyah Ibnu. (2012). Ada Apakah
dengan
[Online].
Pembalut
dari Alang-Alang. Penelitian
Bergel? .
Jurusan Teknik Kimia Universitas
Tersedia:
Katolik Widya Mandala Surabaya