Pengaruh Struktur Modal Dan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (ROE) Pada PT. Kalbe Farma TBK Yang Terdaftar Di BEI

(1)

The Infuence Of Capital Structure And Working Capital To Profitability (ROE) At PT. Kalbe Farma Tbk. Listed In IDX

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh

AGUS RIZKY PERMANA PUTRA 21107071

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

Aspects of capital structure and working capital for the company is quite important, to do with profitability measured by the level return on equity (ROE) is good is seen that the company is able to manage their own sources of funding both capital and loan capital from debt and make investments to fund its business in form of working capital in an optimal and efficient in order to increase profits. The purpose of this study to determine the capital structure, working capital, and profitability indicators (ROE), and the magnitude of the effect of capital structure and working capital on profitability (ROE) in PT Kalbe Farma Tbk.

This research uses descriptive verificatif method and statistical analysis methods. To determine the capital structure and working capital and profitability (ROE) using purposive sampling technique in that the data from the report the calculation of the company balance sheet and income statement. Then the capital structure, working capital and profitability (ROE) was analyzed with quantitative approach the multiple linear regression to determine the influence either simultaneously or partially.

Based on the results of research using multiple linear regression equation model that simultaneously shows the amount of profitability (ROE), can be determined / influenced by variables of capital structure and working capital. While partially both working capital and capital structure are equally significant negative effect on profitability (ROE). This means that if the capital structure and working capital decreased the profitability (ROE) produced will increase. (Keywords: Capital Structure, Working Capital, and Profitability, Return On Equity)


(3)

Aspek struktur modal dan modal kerja bagi perusahaan cukup penting, kaitannya dengan profitabilitas diukur dari tingkat pengemabalian ekuitas (ROE) yang baik adalah dilihat bahwa perusahaan yang mampu mengelola sumber dana baik modal sendiri maupun modal pinjaman yang berasal dari hutang kemudian melakukan investasi untuk membiayai usahanya dalam bentuk modal kerja secara optimal dan efisien agar dapat meningkatkan keuntungan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Struktur modal, modal kerja, dan profitabilitas dengan indikator (ROE), dan besarnya pengaruh Struktur modal dan modal kerja terhadap profitabilitas (ROE) pada PT Kalbe Farma Tbk.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif verifikatif dan metode analisis statistik. Untuk mengetahui Struktur modal dan modal kerja serta profitabilitas (ROE) dengan menggunakan teknik sampling purposive yaitu data dari laporan perhitungan neraca dan laba rugi perusahaan. Kemudian Struktur modal, modal kerja dan profitabilitas (ROE) dianalisis dengan pendekatan kuantitatif yaitu regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruhnya baik secara simultan maupun secara parsial.

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan model persamaan regresi linier berganda menunjukan bahwa secara simultan besarnya profitabilitas (ROE), dapat ditentukan/dipengaruhi oleh variabel struktur modal dan modal kerja. Sedangkan secara parsial baik struktur modal maupun modal kerja sama-sama berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROE). Artinya jika Struktur modal maupun modal kerja menurun maka profitabilitas (ROE) yang dihasilkan akan meningkat.


(4)

Assalamualaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Illahi Robbi, karena atas ridho dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul : “PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS (ROE) PADA PT. KALBE FARMA TBK YANG TERDAFTAR DI BEI“. Untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh ujian sidang sarjana di Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Universitas Komputer Indonesia.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan Proposal Usulan Penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa diterima penulis sebagai masukan yang berarti. Sehingga dalam penyusunan karya tulis lainnya penulis dapat menyusun dengan lebih baik.

Penulis menyadari pula bahwa penulisan Proposal Usulan Penelitian ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari semua pihak. Sehubungan dengan itu, pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr.Ir.Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.


(5)

Selaku Dosen Wali Ak-2 yang selama ini telah membimbing kami semua dalam menyelesaikan studi di Universitas Komputer Indonesia..

4. Surtikanti, SE., M.Si selaku dosen pembimbing yang selama ini mengerahkan tenaga, pikiran dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Proposal Usulan Penelitian ini.

5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. 6. Pengelola Program Studi dan Seluruh Karyawan Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia.

7. Kepada Kedua Orang Tua penulis, Papah dan Mamah, penulis haturkan rasa terima kasih yang tak terhingga atas limpahan kasih sayang dan doa serta materi yang tak terhitung banyaknya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

8. Adikku tersayang Dimas Aris Aprilyan dan Kakaku Nova Devi Permanti yang telah memberikan semangatnya .

9. Ateng, Pajar, Bust, Marbun, Febri, angky, dan rekan-rekan di kelas Ak-2 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

10.Untuk Teman-teman, kerabat dan saudara yang telah memberikan doa dan dukungan semangatnya kepada penulis, terima kasih sebesar-besarnya.


(6)

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis, secara langsung ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan laporan Skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih atas semua yang sudah diberikan, mudah-mudahan Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Amien ya robbal alamiin.

Bandung, 22 Juli2011


(7)

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini dengan semakin meningkatnya mobilitas , kuantitas serta kualitas arus ilmu pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan terjadinya perubahan– perubahan yang demikian cepat dalam segi kehidupan khususnya dalam dunia usaha, perubahan yang terus menerus ini berdampak pada kondisi perekonomian di Indonesia yang terus berubah setiap saat. Dalam upaya mengembangkan usaha suatu perusahaan, untuk menghadapi persaingan, maka diperlukan adanya suatu pendanaan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.Sumber-sumber pendanaan perusahaan dapat diperoleh dari dalam (internal) dan luar perusahaan (eksternal). Pada prakteknya dana-dana yang dikelola suatu perusahaan harus dikelola dengan baik, karena masing-masing sumber dana tersebut didalamnya memiliki unsur kewajiban pertanggung jawaban kepada para pemilik dana. Oleh karena itu para pengelola keuangan harus memperhatikan cost of capital dan perlu menentukan struktur modal dalam upaya menetapkan apakah kebutuhan dana perusahaan dapat mencukupi untuk opersional perusahaan (Dian Anggraeni, 2006).

Bagi sebuah perusahaan, khususnya yang bersifat profit, keputusan pendanaan merupakan suatu keputusan yang sangat menentukan akan perkembangannya di masa yang akan datang. Dalam keputusan pendanaan akan timbul dua alternatif penting,


(8)

apakah tetap menggunakan modal sendiri atau menggunakan hutang dalam menjalankan bisnisnya. Pendanaan dengan modal sendiri dapat dilakukan dengan menerbitkan saham, sedangkan pendanaan dengan hutang dapt dilakukan dengan menerbitkan obligasi, right issue, atau berhutang ke Bank. Kedua bentuk pendanaan ini memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Saham merupakan surat tanda bukti yang menunjukan kepemilikan, sedangkan obligasi adalah surat hutang yang dikeluarkan perusahaan yang memiliki tingkat bunga kupon dan masa jatuh tempo lebih dari satu tahun (Irham Fahmi, 2006:76).

Penetapan struktur modal yang tepat merupakan syarat keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Penentuan besar kecilnya modal membutuhkan pemecahan yang tepat sehingga dana yang tersedia dapat menjaga kelangsungan perusahaan tersebut. Kelebihan modal mengakibatkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba menurun karena lambatnya tingkat perputaran perusahaan maka akan terdapat dana mengganggur. Demikian juga apabila kekurangan modal menyebabkan perusahaan sulit untuk memenuhi kewajiban sehingga mengakibatkan hilangnya peluang menghasilkan laba. Penggunaan besarnya proporsi hutang dalam struktur modal dapat diamati lewat rasio Leverage. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya. Dengan kata lain bahwa rasio leverage ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua hutang jangka pendek dan jangka panjangnya yang dapat diukur melalui Debt Equity Ratio/DER dan Debt Ratio/DR (Rahmi Thovania Kaban, 2010).


(9)

Struktur modal bertujuan untuk memadukan sumber dana permanen yang digunakan perusahaan dengan cara yang akan memaksimumkan nilai perusahaan. Bagi sebuah perusahaan sangat dirasa penting untuk memperkuat kestabilan keuangan yang dimilikinya, karena perubahan dalam struktur modal diduga bisa menyebabkan perubahan nilai perusahaan . Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal secara keseluruhan atau biaya modal rata-rata (Irham Fahmi, 2006:77).

Masalah struktur modal merupakan masalah penting bagi setiap perusahaan, karena sehat tidaknya kondisi struktur modal perusahaan akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansialnya. Suatu perusahaan yang memiliki struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat kepada perusahaan tersebut (Dian Anggraeni, 2006).

Salah satu bentuk yang perlu mendapat perhatian adalah investasi usaha dalam bentuk modal kerja. Menurut pengertiannya, modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk harta yang berputar dalam jangka waktu kurang dari satu periode atau usaha normal yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari. Dengan mengetahui jumlah pengeluaran setiap harinya dan periode perputarannya, maka akan dapat diketahui jumlah modal kerja yang dibutuhkan perusahaan.Salah satu konsep modal kerja adalah net working capital (modal kerja bersih). Modal kerja bersih sangat penting untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mempengaruhi likuiditasnya, yaitu kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancarnya


(10)

sehingga dapat menaikkan tingkat pengembalian ekuitas perusahaan, Pemenuhan dan pengelolaan yang efektif dan efisien serta produktif pada modal kerja yang tepat, dapat mengembangkan perusahaan dengan baik, dan disertai pengendalian yang efektif dalam mencegah timbulnya kecurangan yang mungkin terjadi (Herlina Puji Astuti, 2005).

Dalam mengembangkan usahanya, modal kerja haruslah memadai kapasitasnya dan juga perlu di jaga kestabilan modal kerja tersebut agar tidak berlebihan. Penyebab utama kegagalan perusahaan ialah tidak mencukupinya modal perusahaan, sebaliknya jika adanya modal kerja yang berlebih menunjukan terdapat dana yang tidak begitu produktif, maka dari itu perusahaan harus berhati-hati dalam pengembilan keputusan mengenai modal kerja. Dengan demikian setiap perusahaan diharapkan mampu mengahsilkan Return on equity secara maksimal dari laba yang dihasilkan (Ika Yuli Wijayanti, 2007).

Dalam kaitannya tingkat pengembalian ekuitas (Return on equity) mungkin salah satu ukuran rasio profitabilitas yang paling penting untuk menemukan perusahaan yang dikelola dengan baik. konsep yang membantu untuk mengukur kualitas sebuah investasi. Salah satunya yang paling penting dalam usaha adalah "laba atas ekuitas". ROE menunjukan kemampuan perusahaan untuk memperoleh profit bagi pemilik modal yang ada pada perusahaan itu. Artinya tingkat pengembalian ekuitas ini dapat menjadi ukuran efisiensi bagi penggunaan modal sendiri yang dioperasionalkan dalam perusahaan. Semakin besar tingkat pengembalian ekuitas, berarti semakin besar pula tingkat kemampuan perusahaan itu


(11)

menghasilkan laba bagi pemilik modal sendirinya (Higgins,1995:49). Selain memperoleh laba tujuan perusahaan lainnya adalah mengembangkan usaha atau ekspansi. Ekspansi disini dilakukan oleh perusahaan tidak hanya mempercepat perkembangan perusahaan namun juga mengantisipasi permintaan pangsa pasar yang setiap saat selalu meningkat, walaupun demikian perusahaan itu juga tidak akan terhindar dari hambatan-hambatan terutama faktor eksternal perusahaan diantaranya kebijakan pemerintah, krisis global perekonomian dunia, selera pasar yang berubah-ubah, tingkat persaingan dan faktor alam (Dian Anggraeni, 2006).

Dari penjelasan diatas, penulis mencoba melihat kondisi laporan keuangan perusahaan PT. Kalbe Farma Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2004-2010 dimana ROE dan Sruktur modal mengalami fluktuasi berupa kenaikan dan penurunan, hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1

Return On Equity dan Debt Equity Ratio (struktur modal) PT.Kalbe Farma Tbk. tahun 2004 -2010

KALBE FARMA TAHUN ROE

(%) 

DER

(%) 

2004 28 - 165 -

2005 27  98 

2006 23  54 

2007 21  52 

2008 20  57 

2009 22  50 

2010 24  31 


(12)

Dari Tabel 1.1 di atas dapat dilihat persentase Profitability yang diukur dengan menggunakan ROE (Retrun on Equity). ROE ini merupakan suatu ukuran kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dilihat dari ekuitas/ modal perusahaan. Data tersebut menunjukkan adanya perubahan yang berfluktuasi pada PT. Kalbe Farma Tbk mulai dari ROE maupun DER. Pada tahun 2005-2008 ROE perusahaan terus mengalami penurunan yaitu sebesar 27% di tahun 2005, 23% tahun 2006, lalu 21% tahun 2007 dan 20% di tahun 2008. kecuali pada tahun 2009 dan 2010 yang mengalami kenaikan, ROE yang menurun dari tahun 2005-2008 diasumsikan bisa disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya penggunaan hutang yang terlalu banyak menyebabkan perusahaan harus menanggung beban bunga. Hal itu akan mengurangi jumlah keuntungan bagi perusahaan dari tahun sebelumnya, serta dampaknya terhadap perusahaan dan pemilik modal, ROE yang mereka terima cendrung menurun dari tahun-tahun sebelumya dan investor pun akan mempertimbangkan lagi untuk menanamkan modalnya kembali. kenaikan ROE ditahun 2009-2010 ini, dikarenakan DER nya menurun. Selain itu hal ini diperkirakan perusahaan meminimalkan pinjaman dari eksternal perusahaan sehingga kewajiban yang ditanggung perusahaan cendrung kecil dan laba yang dihasilkan bisa maksimal, dan dampaknya terhadap perusahaan, peningkatan ROE ini akan membuat investor tertarik dalam berinvestasi. Disisi lain, hal yang berbeda terjadi pada tahun 2005-2007 dimana penurunan DER tidak diiringi dengan kenaikan tingkat ROE yang meningkat, fenomena ini tidak sesuai dengan teori dimana Peningkatan/penurunan DER seharusnya tidak searah (berbanding terbalik) dengan ROE, dan pada tahun


(13)

2008 dimana DERnya naik tetapi ROEnya turun, hal ini sebenarnya sesuai dengan teori namun fenomenanya merugikan perusahaan. Diperkirakan turunnya DER ini akibat komposisi total hutang semakin kecil dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin kecil pula beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). kemungkinan ROE yang menurun ini disebabkan karena laba yang dihasilkan rendah dengan investasi/modal yang besar. Hal ini dikemukakan oleh peneliti sebelumnya Asih Suko Nugroho (2006) yang menyatakan bahwa semakin besar Struktur modal perusahaan yang diukur dengan (DER) maka semakin kecil pula profitabilitas ROE yang dicapai begitupun sebaliknya. Sejalan dengan pernyataan tersebut José Marcos Carvalho de Mesquita and José Edson Lara (2004) mengungkapkan bahwa struktur modal mempunyai pengaruh terhadap Return on equity.

Dari data tabel di atas diperkirakan Modal kerja tahun 2004 sampai 2010 mengalami kenaikan seiring turunnya ROE, kecuali tahun 2009-2010 yang mengalami kenaikan. Penurunan ROE tahun 2005-2008 juga dapat diakibatkan karena Kenaikan modal kerja pada perusahaan. Kenaikan modala kerja ini Kemungkinan modal kerja yang digunakan berlebih hal ini disebabkan karena jika aktiva lancar tidak digunakan secara produktif dan efektif sehingga menimbulkan dana yang menganggur, hal ini dapat menurunkan laba dan pendapatan disamping itu ROE yang dihasilkan juga rendah. Begitupun penurunan yang terjadi dalam modal kerja ini bisa diasumsikan karena aktiva lancarnya digunakan secara efektif sehingga profitabilitas (ROE) yang dihasilkan meningkat. Penurunan dan kenaikan ini juga


(14)

bisa mempengaruhi profitabilitas (ROE) perusahaan.Perkiraan ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Endang Suhari (2009) menurutnya modal kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Berdasarkan uraian diatas penulis melihat bahwa aspek struktur modal dan modal kerja bagi perusahaan cukup penting, kaitannya dengan profitabilitas diukur dari tingkat pengemabalian ekuitas (ROE) yang baik adalah dilihat bahwa perusahaan yang mampu mengelola sumber dana baik modal sendiri maupun modal pinjaman yang berasal dari hutang kemudian melakukan investasi untuk membiayai usahanya dalam bentuk modal kerja secara optimal dan efisien agar dapat meningkatkan keuntungan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut serta membahas masalah tersebut dan menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul:

“PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN MODAL KERJA TERHADAP

PROFITABILITAS (ROE) PADA PT. KALBE FARMA Tbk. YANG TERDAFTAR DI BEI”

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

1. Pada tahun 2005-2008 ROE pada PT. Kalbe Farma Tbk mengalami penurunan. Hal ini akan mengurangi jumlah keuntungan bagi perusahaan dari tahun sebelumnya, serta dampaknya terhadap perusahaan dan pemilik modal, ROE yang mereka terima cendrung menurun dari tahun-tahun sebelumya.


(15)

2. Pada tahun 2005-2006 dimana penurunan DER tidak diiringi dengan kenaikan tingkat ROE yang meningkat, fenomena ini tidak sesuai dengan teori dimana Peningkatan/penurunan DER seharusnya tidak searah (berbanding terbalik) dengan ROE.

3. Pada tahun 2007-2008 dimana DERnya naik tetapi ROEnya turun, hal ini sebenarnya sesuai dengan teori namun fenomenanya merugikan perusahaan.

4. DER dan modal kerja yang turun tidak selalu disertai dengan meningkatnya Return on equity (ROE).

1.2.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka Penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur modal dan modal kerja pada PT. Kalbe Farma Tbk yang terdaftar di BEI.

2. Seberapa besar pengaruh struktur modal dan modal kerja terhadap Profitabilitas (ROE) pada PT. Kalbe Farma Tbk yang terdaftar di BEI secara simultan.

3. Seberapa besar pengaruh struktur modal dan modal kerja terhadap Profitabilitas(ROE) pada PT. Kalbe Farma Tbk yang terdaftar di BEI secara parsial.


(16)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan oleh penulis, adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai dampak struktur modal dan modal kerja terhadap Profitabilitas(ROE) pada PT. Kalbe Farma Tbk.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan pnelitian ini untuk memperoleh bukti empiris mengenai :

1. Untuk menganalisis struktur modal dan modal kerja pada PT. Kalbe Farma Tbk yang terdaftar di BEI.

2. Untuk menganalisis pengaruh struktur modal dan modal kerja terhadap Profitabilitas (ROE) pada PT. Kalbe Farma Tbk yang terdaftar di BEI secara simultan.

3. Untuk menganalisis pengaruh struktur modal dan modal kerja terhadap Profitabilitas (ROE) pada PT. Kalbe Farma Tbk yang terdaftar di BEI secara parsial.

I.4 Kegunanan penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini ditinjau dari :

1.4.1 Kegunaan Praktis

1. Bagi perusahaan

Diharapkan dapat memberi masukan mengenai Struktur Modal dan Modal Kerja sertadampaknya terhadap Profitabilitas yang di lihat melalui


(17)

Profitabilitas Return On Equity nya pada PT. Kalbe Farma Tbk yang terdaftar di BEI di masa yang akan datang.

2. Bagi Investor

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pada pada PT. Kalbe Farma Tbk.yang terdaftar di BEI berdasarkan Strktur Modal dan Modal kerja.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis:

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pemahaman dalam hal akuntansi mengenai struktur modal, modal kerja dan profitabilitas (ROE). 2. Bagi Akademika :

sebagai bagian pemenuhan dan referensi atau bahan rujukan untuk menambah ilmu pengetahuan maupun untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai struktur modal dan modal kerja, dan profitabilitas (ROE).

1.5 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada PT. Kalbe Farma Tbk. yang bertempat di Jl. Letnan Jenderal Suprapto Kav.4 Jakarta. Telp (021)4287-2888, fax(021)4287-3680. Dengan memperoleh data sekunder melalui Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) BEI yang berlokasi di Jl. Jend. Sudirman kav.52-53 Jakarta 12190.


(18)

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitin ini dilakukan mulai pada bulan Februari 2011 sampai dengan selesai.

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian N

o Kegiatan

Februa ri 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Pra Survei :

a. Persiapan Judul

b. Pengajuan Judul

c. Mencari Perusahaan

2

Usulan Penelitian:

a. Penulisan UP

b. Bimbingan UP

c. Seminar UP

d. Revisi UP 3 Pengumpulan Data 4 Pengolahan Data 5 Penyusunan Skripsi: a.BimbinganSkripsi

b. Sidang Skripsi

c. Revisi Skripsi

d. Pengumpulan draf skripsi


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Struktur Modal

2.1.1.1 Pengertian Struktur Modal

Sumber pendanaan didalam suatu perusahaan dibagi kedalam dua kategori

yaitu pendanaan internal berupa modal sendiri yang diperoleh dari sumber laba

ditahan dan pendanaan eksternal berupa modal pinjaman yang diperoleh dari para

kreditor atau yang disebut dengan hutang dari pemilik, peserta atau pengambil bagian

dalam perusahaan atau yang disebut sebagai modal. Proporsi atau bauran dari

penggunaan modal sendiri dan hutang dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan

disebut struktur modalperusahaan. Perbandingan antara modal pinjaman dan modal

sendiri dalam suatu perusahaan haruslah tepat dan sesuai, karena perbandingan

tersebut akan berpengaruh langsung terhadap posisi keuangan perusahaan.

Struktur modal (capital structure) mempunyai pengertian yang berbeda dengan struktur keuangan (financial structure). Struktur modal hanya merupakan bagian dari struktur keuangan.

Menurut Agnes Sawir memberikan pengertian struktur keuangan dan struktur

modal adalah sebagai berikut:

“Struktur keuangan adalah bagaimana cara perusahaan mendanai aktivanya. Aktiva perusahaan didanai dengan hutang jangka pendek, jangka panjang, dan


(20)

modal pemegang saham, sehingga seluruh sisi aktiva dari neraca memperlihatkan struktur keuangan. Sedangkan struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan”.

(2005: 10)

Adapun pengertian struktur modal menurut Sutrisno adalah sebagai berikut: “Struktur modal adalah merupakan perimbangan antara modal asing atau hutang dengan modal sendiri”.

(2003:289)

Sedangkan menurut Brigham & Weston adalah sebagai berikut:

“Struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan ekuitas. Struktur modal yang optimal adalah gabungan dari hutang dan ekuitas yang memaksimalkan harga saham perusahaan. Penggunaan besarnya proporsi hutang dalam struktur modal dapat diamati lewat rasio Leverage. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya. Dengan kata lain bahwa rasio leverage ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua hutang jangka pendek dan jangka panjangnya yang dapat diukur melalui Debt Equity Ratio/DER dan Debt Ratio/DR. Debt Equity Ratio/DER adalah perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Debt Ratio adalah proporsi antara kewajiban yang dimiliki seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi presentasenya cenderung semakin besar resiko keuangan bagi kreditor

maupun pemegang saham”.

(2005: 150)

keseluruhan yang terdapat di dalam Neraca sebelah kredit. Pada neraca

sebelah kredit terdapat hutang jangka panjang maupun jangka pendek, dan modal

sendiri baik jangka panjang maupun jangka pendek.Jadi struktur keuangan mencakup


(21)

modal hanya menyangkut pembelanjaan jangka panjang saja.Tidak termasuk

pembelanjaan jangka pendek.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa struktur modal dapat

mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan yang

selanjutnya akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

finansialnya.

2.1.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal

Dalam menentukan perimbangan antara besarnya hutang dengan jumlah

modal sendiri sebagai tambahan analisis yang telas dibahas, berikut ini adalah

faktor-faktor yang umumnya dipertimbangkan oleh perusahaan ketika mengambil keputusan

mengenai struktur modal menurut Brigham dan Weston adalah sebagai berikut:

1. Stabilitas penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaannya yang tidak stabil. Stabilitas penjualan akan mempengaruhi stabilitas pendapatan, yang pada akhirnya akan digunakan sebagai jaminan bagi pinjaman.

2. Struktur aktiva

Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung menggunakan banyak hutang, maka pada akhirnya akan digunakan sebagai jaminan bagi pinjaman.

3. Leverage operasi

Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai risiko kecil.

4. Tingkat pertumbuhan

Perusahaan yang tumbuh pesat lebih banyak mengandalkan dari modal eksternal. Dalam biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk menerbitkan surat hutang, yang mendorong perusahaan lebih banyak mengandalkan hutang. Namun dalam pertumbuhan yang dialami perusahaan, juga terdapat ketidakpastian yang lebih besar, sehingga ia menghindari risiko yang ditimbulkan hutang.


(22)

5. Profitabilitas

Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi dari perusahaan yang besar telah membuktikan kenyataan bahwa mereka dapat membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dari dana yang berasal dari internal.

6. Pajak Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan dengan tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut akan sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak tinggi. Karena semakin besar manfaat penggunaan hutang apabila makin tinggi tarif pajak.

7. Pengendalian

Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal. Apabila manajemen saat ini mempunyai hak untuk membiayai hak suara untuk mengendalikan perusahaan, tetapi tidak diperkenankan untuk membeli saham tambahan, mereka mungkin akan memilih hutang untuk pembiayaan baru. Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sudah sangat lemah, sehingga penggunaan hutang dapat menyebabkan adanya risiko kebangkrutan. Tetapi jika jumlah hutangnya kecil manajemen menghadapi risiko pengambilalihan. Jadi perimbangan pengendalian tidak selalu menghendaki penggunaan hutang dan ekuitas, karena jenis modal yang memberikan perlindungan terbaik bagi manajemen adalah bervariasi dari situasi satu ke situasi lain.

8. Sikap manajemen

Sejumlah manajemen cenderung lebih konservatif daripada manajemen lainnya, sehingga menggunakan jumlah hutang yang lebih kecil dari pada rata-rata perusahaan dalam industri yang bersangkutan, sementara manajemen lain cenderung menggunakan hutang lebih besar dalam usaha mengejar laba yang lebih tinggi.

9. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat

Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat (rating agency) seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Perusahaan seringkali membicarakan struktur modalnya dengan pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat sangat memberi masukan yang diterima.

10. Kondisi pasar

Kondisi dipasar saham dan obligasi memberi perubahan jangka panjang dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang optimal. Jika terjadi kekacauan kredit di pasar, pasar obligasi yang bernilai rendah kosong, dan tidak ada pasar dengan tingkat suku bunga yang wajar untuk obligasi jangka panjang yang baru dengan peringkat di bawah. Karena itu perusahaan berperingkat rendah yang


(23)

membutuhkan modal beralih ke pasar saham atau pasar hutang jangka pendek, tanpa memperlihatkan struktur modal yang ditargetkan.

11. Kondisi Internal Perusahaan

Jika suatu litbang perusahaan merancangkan akan meraih laba yang lebih tinggi dalam waktu dekat. Namun kenaikan laba tersebut belum terantisipasi oleh investor, karena belum mencerminkan harga saham.

(2001:39-41)

2.1.1.3Komponen Struktur Modal

Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa

komponen, yaitu :

a. Modal sendiri

Menurut Bambang Riyanto modal sendiri adalah sebagai berikut:

“Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya”.

(2001:240)

Sedangkan menurut Sutojo dan Kleinsteuber Modal sendiri adalah sebagai

berikut:

“dana yang “dipinjam” dalam jangka waktu tak terbatas dari para pemegang saham. Secara umum dikatakan pinjaman baru dikembalikan

kepada para pemegang saham bilamana perusahaan tersebut dipailitkan“. (2002:20)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, modal sendiri dapat diartikan


(24)

waktu yang tidak tertentu lamanya. Sumber modal sendiri dapat berasal dari dalam

perusahaan maupun luar perusahaan.

Menurut Suad Husnan mengemukakan pendapat adalah sebagai berikut: “Sumber dari dalam (internal financing) berasal dari hasil operasi perusahaan yang berbentuk laba ditahan dan penyusutan. Sedangkan sumber dari luar

(external financing) dapat dalam bentuk saham biasa atau saham preferen”. (2000:276)

Komponen dari modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk

Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari:

1). Modal saham

Adapun pengertian saham menurut Suad Husnan adalah sebagai berikut: “Saham menunjukkan bukti kepemilikan yang diterbitkan oleh perusahaan”.

(2000:276)

Sedangkan menurut Bambang Riyanto adalah sebagai berikut:

“tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perseroan terbatas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa saham adalah tanda bukti

kepemilikan atau pengambil bagian dalam suatu perseroan terbatas”.

(2001:238)

Menurut Bambang Riyanto, jenis-jenis modal saham adalah sebagai


(25)

a). Saham biasa (Common Stock) Pemegang saham biasa akan mendapat dividen pada akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapat keuntungan.

b). Saham Preferen (Prefered Stock) Pemegang saham preferen mempunyai keistimewaan tertentu di atas pemegang saham biasa. Pertama, dividen dari saham preferen diambil terlebih dahulu barulah disediakan untuk pemegang saham biasa. Kedua, apabilaperusahaan dilikuidir, maka dalam pembagian kekayaan saham prefern didahulukan daripada saham biasa.

c). Saham Preferen Kumulatif (Cummulative Prefered Stock) Jenis saham ini pada dasarnya adalah sama dengan saham preferen. Perbedaannya hanya terletak pada adanya hak kumulatif pada saham preferen kumulatif. Dengan demikian pemegang saham kumulatif apabila tidak menerima deviden selama beberapa waktu karena besarnya laba tidak mengizinkan atau karena adanya kerugian, pemegang saham jenis ini di kemudian hari apabila perusahaan mendapatkan keuntungan berhak untuk menuntut dividen-dividen yang tidak dibayarkan diwaktu-waktu yang lampau.

(2001:241)

2). Cadangan

Menurut Bamabang Riyanto adalah sebagai berikut:

“Cadangan dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang dibentuk oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan (reserve that are surplus). Tidak semua cadangan termasuk dalam pengertian modal sendiri”.

Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri antara lain: a). Cadangan Ekspansi

b). Cadangan modal kerja c). Cadangan selisih kurs

d). Cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga sebelumnya.


(26)

3). Laba Ditahan

Menurut Bambang Riyanto adalah sebagai berikut :

“Laba ditahan adalah keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan yang tidak dibayarkan sebagai deviden”.

(2001:243)

Sementara itu, menurut Sutojo dan Kleinsteuber adalah sebagai berikut: “laba ditahan adalah akumulasi laba sesudah pajak yang dikumpulkan sejak perusahaan didirikan dan tidak dibagikan kepada pemiliknya”.

(2003:185)

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan, bahwa laba ditahan

adalah keuntungan sesudah pajak yang diperoleh perusahaan yang tidak dibagikan

sebagai deviden. Komponen modal sendiri ini merupakan modal dalam perusahaan

yang dipertaruhkan untuk berbagai risiko, baik risiko usaha, risiko investasi, maupun

risiko-risiko lainnya.

Menurut pendapat Gitosudarmo dan Basri adalah sebagai berikut:

“Risiko usaha adalah risiko yang disebabkan tidak berhasilnya perusahaan untuk memperoleh hasil di dalam lingkungan di dunia bisnis. Hal ini disebabkan oleh produknya mungkin tidak laku terjual, mesin-mesin tidak berjalan secara normal dan sebagainya. Sedangkan risiko investasi yaitu kemungkinan bahwa perusahaan tidak dapat memperoleh laba yang cukup besar untuk menutup beban-beban finansial yang berupa beban bunga, pengembalian cicilan utang ataupun pembayaran dividen kepada para pemegang saham.


(27)

Adapun pendapat menurut Sutojo dan Kleinsteuber adalah sebagai berikut: “Berkaitan dengan uraian tersebut, pembagian risiko investasi perusahaan dinyatakan dalam perbandingan modal sendiri dengan utang jangka panjang atau debt/equity ratio yang direncanakan untuk mendanai investasi. Debt/equity ratio yang paling ideal adalah 50/50, artinya perusahaan dan kreditur masing- masing mendanai 50% jumlah dana yang dibutuhkan untuk pengadaan harta tetap dan perluasan usaha. Dalam struktur pendanaan seperti itu debitur dan kreditur menanggung risiko investasi dengan proporsi sama”.

(2004:211)

Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, dapat dikemukakan bahwa setiap

perusahaan harus mempunyai sejumlah modal sendiri minimum yang diperlukan

untuk menjamin keberlangsungan hidup perusahaan. Besaran modal sendiri yang

lebih dominan dari modal asing dalam struktur modal perusahaan mutlak diperlukan,

untuk menjaga tingkat solvabilitas perusahaan.

b. Utang Jangka Panjang

Modal asing atau utang jangka panjang adalah utang yang jangka

waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun.

Adapun pendapat menurut Bambang Riyanto adalah sebagai berikut: “Utang jangka panjang juga dapat didefinisikan sebagai kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih

panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca)”.

(2001:238)

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa utang jangka panjang

adalah kewajiban keuangan yang mempunyai jangka waktu pembayaran lebih dari


(28)

perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan

modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar.

Jenis atau bentuk-bentuk utama dari utang jangka panjang ini antara lain:

1). Obligasi

Obligasi merupakan surat tanda utang, dan umumnya tidak dijamin

dengan aktiva tertentu.

Adapun pengertian Menurut Bambang Riyanto adalah sebagai berikut: “Obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang, untuk mana si debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai

nominal tertentu”.

(2001:283)

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa obligasi adalah surat tanda

utang jangka panjang yang mempunyai nilai nominal tertentu.

Jenis-jenis obligasi antara lain adalah menurut Bambang Riyanto adalah

sebagai berikut:

a). Obligasi biasa (Bonds)

Obligasi biasa adalah obligasi yang bunganya tetap dibayar oleh debitur dalam waktu-waktu tertentu, dengan tidak memandang apakah debitur memperoleh keuntungan atau tidak. Biasanya kupon (bunga obligasi) dibayar dua kali setiap tahunnya.

b). Obligasi pendapatan (income bonds)

Income bonds adalah jenis obligasi dimana pembayaran bunga hanya dilakukan pada waktu debitur atau perusahaan yang mengeluarkan surat obligasi tersebut mendapat keuntungan. Tetapi di sini kreditur memiliki hak kumulatif, artinya apabila pada suatu tahun perusahaan menderita kerugian sehingga tidak dibayarkan bunga, dan apabila ditahun kemudiannya perusahaan mendapat keuntungan, maka kreditur berhak untuk menuntut bunga dari tahun yang tidak dibayar itu.


(29)

c). Obligasi yang dapat ditukarkan (convertible bonds)

Convertible bonds adalah obligasi yang memberikan kesempatan kepada pemegang surat obligasi tersebut untuk menukarkannya dengan saham dari perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, maka jenis obligasi ini memungkinkan pemegangnya untuk mengubah statusnya, yaitu dari kreditur menjadi pemilik.

(2001:239)

2). Utang hipotik (Mortgage)

Menurut pendapat Bambang Riyanto adalah sebagai berikut:

“Utang hipotik adalah pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik tentang suatu barang tidak bergerak, agar supaya bila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang itu dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya”.

(2001:239)

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa utang hipotik adalah utang

jangka panjang kepada pihak lain yang disertai barang jaminan berupa aktiva tetap

berwujud. Besaran jumlah utang jangka panjang akan berpengaruh terhadap baik dan

buruknya struktur modal.

Menurut Sutojo dan Kleinsteuber adalah sebagai berikut:

“struktur modal yang kurang sehat ditandai oleh terlalu besarnya jumlah pinjaman dari pihak ketiga untuk mendanai kegiatan bisnis”.

(2004:323) Sedangkan menurut Bambang Riyanto adalah sebagai berikut:

“suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai utang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat pada

perusahaan yang bersangkutan”.


(30)

Berkaitan dengan uraian tersebut, apabila hasil pengembalian yang didanai

dari utang itu tidak cukup memadai, maka beban bunga perusahaan menjadi terlalu

berat bahkan ketersediaan aktiva tetap sebagai aktiva yang harus disediakan untuk

beroperasinya perusahaan akan berkurang karena harus dijual untuk menutupi

utangnya. Hal itu akan mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan.

Bertitik tolak dari pemikiran tersebut dapat disimpulkan, bahwa jika proporsi

utang jangka panjang dalam struktur modal semakin besar maka akan semakin besar

pula risiko yang harus dihadapi oleh perusahaan, yaitu kemungkinan terjadinya

ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kembali utang jangka panjang beserta

bunganya pada saat jatuh tempo.

2.1.1.4 Pengukuran Struktur Modal

Dalam pengukuran struktur modal digunakan untuk mengukur seberapa

banyak dana yang di supply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan. Dalam praktek analisa rasio ini

dihitung dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Debt Equity Ratio/DER

Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan

perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk


(31)

Menurut pendapat Sutrisno adalah sebagai berikut:

“Rasio hutang dengan modal sendiri (Debt to Equity Ratio/DER) merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri”.

(2003:233)

DER merupakan salah satu rasio yang bertujuan untuk mengukur kemampuan

dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang perusahaan,

dengan demikian dapat dilihat struktur risiko tidak tertagihnya hutang. Semakin

tinggi rasio ini akan mengakibatkan modal semakin sedikit dibandingkan

utang,dalam pertumbuhan ekonomi perusahaan besarnya hutang tidak boleh melebihi

modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Seharusnya semakin

rendah angka rasio ini akan semakin baik bagi perusahaan.

Secara matematis DER dirumuskan sebagai berikut :

Struktur modal dalam penelitian ini diukur dari Debt to Equity ratio (DER) dikarenakan DER mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (total hutang) dan total shareholder’s equity (total modal sendiri).

Adapun pendapat Menurut Sofyan Syafri Harahap adalah sebagai berikut: “Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio DER ini semkin baik”.


(32)

Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar

dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban

perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Dalam menentukan perimbangan antara

besarnya utang dan jumlah modal sendiri yang tercermin pada struktur modal

perusahaan, maka perlu memperhitungkan adanya berbagai faktor yang

mempengaruhi debt to equity ratio (DER). Adapun penetapan standar untuk rasio utang /Debt Ratio pada perusahaan industri menurut Brigham & Houston (2009:103) sebesar 40,0% untuk rata-rata industri.

2.1.2 Modal Kerja

2.1.2.1 Pengertian Modal Kerja

Modal kerja dalam konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang

benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa menggangu

Likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya.

Definisi modal kerja menurut Jumingan adalah sebagai berikut:

“Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasaldari utang jangka panjang dan modal sendiri. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukan kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada utang jangka pendek dan menunjukan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang.”

(2009:66)

Adapun pengertian modal kerja menurut Agnes Sawir adalah sebagai berikut : “a. Konsep Kualitatif

Modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang disebut juga modal kerja bruto (gross working capital).


(33)

Umumnya elemen-elemen dari modal kerja kuantitatif meliputi kas, surat-surat berharga sekuritas, piutang, dan persediaan.

b. Konsep Kuantitatif

Pada konsep kuantitatif modal kerja dihubungkan dengan besarnya hutang lancar atau hutang yang segera harus dilunasi. Sebagian aktiva lancar dipergunakan untuk melunasi hutang lancar seperti: hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, dan sebagian lagi benar-benar dipergunakan untuk membelanjai kegiatan operasi perusahaan. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar yang juga disebut modal kerja neto (net working capital).

c. Konsep Fungsional

Konsep fungsional mendasarkan pada fungsi dana yang digunakan untuk memperoleh pendapatan. Setiap dana yang dialokasikan pada berbagai aktiva dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan (income), baik pendapatan masa yang akan datang (future income). Berdasarkan konsep fungsional, modal kerja adalah modal yang digunakan untuk menghasilkan current income”.

(2005 : 129)

Sedangkan menurut Bambang Riyanto adalah sebagai berikut:

“Modal kerja menurut konsep Kualitatif ialah kelebihan aktiva lancar atas hutang lancar”.

(2001:57)

Dari berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja

merupakan sejumlah dana yang tertanam untuk membiayai kegiatan operasional

keseharian perusahaan.

2.1.2.2 Jenis - Jenis Modal Kerja

Mengenai jenis-jenis modal kerja menurut Agnes Sawir adalah sebagai

berikut:

1.Modal Kerja Permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanent dapat dibedakan lagi sebagai berikut :


(34)

a. Modal Kerja Primer yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha.

b. Modal Kerja Normal yaitu modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal dalam artian yang dinamis.

2. Modal Kerja Variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah – ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan antara : a. Modal Kerja Musiman yaitu modal kerja yang jumlahnnya disebabkan

karena fluktuasi musim.

b. Modal Kerja Siklis yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah – disebabkan fluktuasi konjungtur.

c. Modal Keja Darurat yaitu modal kerja besarnya berubah – ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

(2005;132)

2.1.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja

Berapa banyaknya modal kerja yang diperlukan oleh suatu perusahaan? Untuk

menentukan jumlah modal kerja yang diperlukan oleh suatu perusahaan terdapat

sejumlah faktor yang perlu dianalisis.

Menurut Jumingan faktor- faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sifat umum atau tipe perusahaan

Modal kerja pada suatu perusahaan jasa relatif akan lebih kecil dibandingkan dengan modal kerja pada perusahaan industri, karena perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan.Apabila dibandingkan dengan perusahaan industri, maka keadaannya sangatlah berbeda, karena perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam operasi sehari-hari.

2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut. Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut dijual. Semakin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau memeperoleh barang tersebut, maka semakin besar pula modal kerja yang diperlukan. Disamping itu, harga pokok per satuan barang juga akan memepengaruhi besar kecilnya modal kerja


(35)

yang diperlukan. Semakin besar harga pokok per satuan barang yang dijual maka semakin besar pula kebutuhan modal kerja untuk membiayainya.

3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan

Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang digunakan untuk memproduksi barang sangat memepengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, maka akan sedikit uang kas yamg harus diinvestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan. Sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek, maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan akan semakin besar.

4. Syarat penjualan

Semakin lunak kredit yang diberikan perusahaan kepada para pembeli, akan mengakibatkan semakin besar jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam komponen piutang-piutang. Untuk memeperkecil risiko adanya piutang yang tidak tertagih, sebaliknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada pembeli. Karena dengan itu diharapkan pembeli akan tertarik untuk membayar hutang dalam periode diskonto tersebut.

5. Tingkat perputaran persediaan

Tingkat perputaran persediaan menunjukkan berap kali persediaan tersebut diganti, dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran tersebut, maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus disediakan perencanaan dan pengawasan yang teratur dan efisien. Semakin cepat atau semakin tinggi perputaran akan memperkecil risiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, dan disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dalam pemeliharaan selama periode tersebut.

(2006:67)

Pentingnya Modal Kerja yang Cukup:

Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar

memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami

kesulitan keuangan, misalnya dapat menutup kerugian dan mengatasi keadaan krisis


(36)

cukup, memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi seekonomis mungkin dan

perusahaan tidak akan mengalami kesulitan yang timbul karena adanya krisis atau

kekacauan keuangan. Akan tetapi adanya modal kerja yang berlebihan atau bahkan

kekeurangan modal kerja dapat mengakibatkan kerugian perusahaan.

Adapun pendapat menurut Jumingan menyatakan bahwa manfaat lain dari

tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut :

a. “Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harga merosot.

b. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.

c. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehinggan dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.

d. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya.

e. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.

f. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada pelanggan.

g. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan suplai yang dibutuhkan.Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi”.

(2009:67)

Di luar kondisi di atas, yakni adanya modal kerja yang berlebihan atau

terjadinya kekurangan modal kerja, keduanya merupakan kondisi yang tidak

menguntungkan bagi perusahaan.

Menurut Agnes Sawir modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya

pengelolaan dana yang tidak efektif di samping akan menimbulkan


(37)

“Dapat menimbulkan pemborosan-pemborosan, investasi-investasi pada cabang yang tidak diinginkan, kerugian bunga karena saldo bank yang tidak dippergunakan”.

(2005:137)

2.1.2.4 Unsur-unsur Modal Kerja

Menurut Munawir bahwa unsur-unsur modal kerja, adalah sebagai berikut :

1. Aktiva Lancar

“Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal)”.

Yang termasuk Aktiva Lancar, yaitu :

a. Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Uang tunai yang dimiliki perusahaan (misalnya uang kas yang disisihkan untuk tujuan penulasan hutang obligasi, untuk pembelian aktiva tetap untuk tujuan-tujuan lain) tidak dapat dimasukan kedalam pos kas. Termasuk dalam pengertian kas adalah check yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau deman deposit, yaitu simpanan bank yang dapat diambil kembali (dengan menggunakan check atau bilyet) setiap saat diperlukan oleh perusahaan. b. Piuatng wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang

dinyatakan dalam suatu wesel atau perjajian yang diatur dengan undang-undang. Karena wesel pembuatannya diatur dengan undang-undang, maka wesel ini lebih mempunyai kekuatan hukum dan lebih terjamin pelunasannya dan piutang wesel (notes receivable) ini dapat diperjual-belikan atau didiskontokan. Dengan didiskontokannya piutang wesel tersebut, timbullah contingentliability, yaitu hutang yang mungkin akan terjadi di masa mendatang pada saat jatuh tempo wesel yang bersangkutan karena pembuat wesel tersebut tidak mampu membayar wesel yang bersangkutan.

c. Persediaan, adalah semua barang-barang yang di perdagangkan yang sampai tanggal neraca masih di gudang atau belum terjual.

d. Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus di terima, adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasanya tetapi di terima pembayarannya sehingga merupakan tagihan.


(38)

e. Persekot atau pembayaran yang diterima di muka, adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya atau jasa pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya.

2. Hutang Lancar

“Hutang Lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka waktu pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan”.

Yang termasuk Hutang Lancar, yaitu :

1. Hutang dagang, adalah hutang yang timbul karena danya pembelian barabg dagangan secar kredit.

2. Hutang wesel, adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa yang akan datang.

3. Hutang pajak, abik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas negara.

4. Biaya yang masih bibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.

5. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah sebagian atau seluruh hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek karena segera dilakukan pembayarannya.

(2004:14)

2.1.3 Profitabilitas

2.1.3.1 Pengertian Profitabilitas

Keinginan perusahaan untuk memperoleh laba (profitability) memberi arti bahwa perusahaan bersifat ekonomis.Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa yang dimaksud dengan pengertian laba menurut K. R. Subramanyam, adalah sebagai berikut:

“Profitabilitas adalah kemampuan dari suatu kesatuan usaha (entitas) untuk memperoleh laba”.


(39)

Sedangkan menurut Erich A.Helfert adalah sebagai berikut:

profitability is the effectiveness with which management has employed both the total assets and the net assets as recorded on the balance sheet”.

(2000:98)

Sedangkan menurut Agnes Sawir mengenai profitabilitas adalah sebagai

berikut:

“Profitabilitas adalah merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Profitabilitas dimaksudkan adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberikan gambaran tentang efektivitas pengelolaan perusahaan”.

(2005:17) Adapun pendapat Menurut R. Agus Sartono adalah sebagai berikut:

“Profitabilitas adalah Kempauan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”

(2001:122)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, dimana kemampuan perusahaan

tersebut didapat dari kegiatan usaha perusahaan dari kelebihan modal yang


(40)

Profit Margin = Pendapatan Bersih Penjualan

Asset Turnover = Penjualan Bersih Total Aktiva

Retrun on Investment = Laba Bersih Total Aktiva 2.1.3.1 Rasio Profitabilitas

Menurut Sofyan Syafri Harahap, ada beberapa jenis rasio profitabilitas, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Margin Laba (Profit Margin)

Angka ini menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.

2. Asset Turnover (Retrun on Asset)

Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.

3. Return On equity (ROE)

ROE sering disebut dengan return on net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dikurangi pajak atau earning after tax (EAT) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Penetapan standar untuk ROE tingkat pengembalian ekuitas pada perusahaan industri menurut Brigham & Houston (2009:110) sebesar 15,0% untuk rata-rata industri.

4. Retrun on Investment

Rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus.

Earning after Tax

ROE = x 100% Equity


(41)

Contributin Margin= Laba Kotor Penjualan

Earing per Share = Laba saham bersangkutan Jumlah Saham

Basic Earning Power= Laba sebelum bunga & pajak Total Aktiva

Retrun on Total asset= Laba bersih Rata-rata Total Aset 5. Retrun on Total asset

Rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva

6. Basic Earning Power

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio semakin baik.

7. Earning per Share

Rasio ini menunjukan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba.

8. Contributin Margin

Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio ini kita dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati laba.

(2009: 304)

Sesuai dengan batasan masalah yang penulis kemukakan dalam BAB.1, maka

penulis hanya akan menggunakan rasio return on equity (ROE). Dimana net profit after tax dibagi dengan total equity untuk perhitungan data atau pembahasan masalah yang terdapat pada BAB.IV. Alasan digunakannya rasio return on total equity (ROE), karena ROE mengukur sejauh mana kemampuan manajemen dalam mengelola equity


(42)

perusahaan yang dihubungkan dengan besaran laba yang diperoleh. Disamping itu

dari rasio ini akan dapat diketahui efektivitas dari modal sendiri yangdiinvestasikan

dalam menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi rasio ini berartimenunjukkan


(43)

2.1.4 Keterkaitan Antar Variabel Penelitian

2.1.4.1Hubungan Struktur Modal Terhadap Tingkat Profitabilitas (ROE)

Perusahaan

Struktur modal yang baik pada perusahaan sangat penting, karena memiliki

peran yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas (Return On Equity) yang terjadi. salah satu tolak ukur dengan membandingkan antara laba yang tersedia bagi pemilik

modal sendiri dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut

merupakan komponen yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan.

Menurut Sutrisno hubungan tersebut, adalah sebagai berikut:

“Penggunaan dari masing-masing jenis modal mempunyai pengaruh berbeda terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Penggunaan modal asing akan menurunkan keuntungan perusahaan sebab harus membayar bunga dan bunga sebagai pengurang laba. Bunga sendiri juga dimanfaatkan sebagai pengurang pajak yang harus ditangung oleh perusahaan. Sedangkan modal sendiri yang kompensasinya berupa pembayaran dividen diambilkan dari keuntungan setelah pajak, sehingga tidak mengurangi pajak”.

(2003:289)

Dari pernyataan diatas menjelaskan bahwa penggunaan modal baik dari modal

asing/pinjaman maupun dari modal sendiri akan menimbulkan pengaruh nilai

perusahaan yang dapat diukur dengan Return On Equity (ROE), dari penggunaan utang perusahaan akan dikenakan bunga sebagai kompensasi atas peminjaman dana

dari kreditur, sehingga dapat mengurangi laba yang akan diperoleh perusahaan,

namun utang juga mempuyai manfaat untuk pengurangan besarnya pajak yang harus

ditanggung oleh perusahaan. Sedangkan modal sendiri, yang kompensasinya berupa


(44)

bunga yang dapat mengurangi besarnya pajak yang harus ditanggung oleh

perusahaan.

Semakin besar utang yang dimiliki perusahaan maka akan semakin

mengurangi tingkat rentabilitas modal sendiri karena perusahaan harus membayar

bunga dan pajak begitu juga sebaliknya. Semakin besar modal sendiri dibanding

dengan utang maka akan semakin meningkatkan tingkat rentabilitas modal sendiri

karena perusahaan tidak membayar bunga yang besar daripada perusahaan yang

mempunyai utang yang lebih besar daripada modal sendiri.

2.1.4.2Hubungan Modal Kerja dan Terhadap Tingkat Profitabilitas (ROE)

Perusahaan

Modal kerja (Working Capital) dalam perusahaan perlu dijaga kelancaranya agar perusahaan memperoleh data yang diharapkan dalam rangka meningkatkan

tingkat profitabilitas perusahaan. Modal kerja adalah salah satu investasi perusahaan

dalam bentuk aktiva lancar, pengelolaannya akan sangat mempengaruhi tingkat

profitabilitas.

Tetapi apabila modal kerja memiliki hambatan, maka akan menimbulkan

dampak negatif terhadap profitabilitas maupun likuiditas perusahaan. Apabila

perusahaan dapat memperpendek waktu yang dibutuhkan oleh modal kerja setiap kali

berputar dimana profit margin dan biaya-biaya konstan, maka volume penjualan dan profitabilitasakan meningkat.


(45)

Seperti yang telah dikemukakan di awal bahwa seringkali perusahaan

dihadapkan pada sebuah dilema atau pemikiran dalam kebijakan pengaturan modal

kerja. Pada kondisi perusahaan berusaha mempertahankan tingkat likuiditas yang

tinggi dengan memegang banyak uang tunai dan aktiva lancar lainnya sehingga dapat

mengantisipasi kebutuhan akan uang tunai. Pada kondisi lain, perusahaan akan

berusaha meningkatkan pendapatan untuk memperoleh tingkat rentabilitas yang

tinggi, dengan memegang sedikit aktiva lancarnya dan mengutamakan investasi

jangka panjangnya.

Adapun pendapat menurut Sutrisno mengenai pengaruh pengelolaan modal

kerja terhadap tingkat profitabilitas adalah sebagai berikut:

“Masalah yang cukup penting dalam pengelolaan modal kerja adalah menentukan seberapa besar kebutuhan modal kerja perusahaan. Hal ini penting karena bila modal kerja perusahaan terlalu besar berarti ada sebagian dana yang menganggur dan ini akan menurunkan tingkat profitabilitas atau tingkat rentabilitas perusahaan”.

(2000:56)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan apabila jumlah modal kerja terlalu besar

berarti ada sebagian dana yang menganggur dan menunjukan dana yang terikat pada

modal kerja terlalu besar atau terdapat kelebihan investasi (over investment) dalam modal kerja, hal tersebut akan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. apabila

modal kerja yang digunakan lancar, maka semakin produktif dalam menghasilkan

tingkat penjualan dan laba tertentu sehingga akan meningkatkan profitabilitas


(46)

Maka modal kerja dapat memberikan pengaruh serta kontribusi yang baik dan

juga dapat memberikan kontribusi yang buruk bagi tingkat profitabilitas perusahaan.

Sehingga untuk mendapatkan kontribusi yang diharapkan perusahaan harus mampu

menggunakan modal kerja tersebut sebaik mungkin tanpa mengganggu nilai

rentabilitas dan yang diharapkan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Menurut Munawir, pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut:

“Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yangdapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara datakeuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yangberkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”.

(2004:2)

Masalah keuangan merupakan bagian yang paling sentral, dimana setiap

aktivitas memerlukan dana agar aktivitas tersebut dapat berjalan , sehingga proses

pencapaian tujuan perusahaan dapat dilaksanakan secara efisien. Untuk mengetahui

bagaimana keadaan, kondisi dan posisi suatu perusahaan hal ini dapat dilihat pada

Neraca (balance sheet) perusahaan yang mencerminkan nilai aktiva dan passiva,

dimana total aktiva dan total pasivanya harus menunjukan nilai yang sama atau

seimbang.

Total pasiva atau sumber dana mencerminkan modal pinjaman (hutang jangka

pendek dan hutang jangka panjang) dan modal sendiri yang merupakan struktur

keuangan (sumber pendapatan Perusahaan). Dimana struktur keuangan


(47)

Total aktiva mencerminkan modal kerja dan modal tetap(investasi), yang mana

modal tersebut digunakan untuk membiayai usahanya atau proses produksi, mulai

dari bahan baku sampai produk akhir (produk jadi) yang siap untuk dijual.

Adapun definisi modal kerja menurut Jumingan adalah sebagai berikut:

“Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasaldari utang jangka panjang dan modal sendiri. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukan kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada utang jangka pendek dan menunjukan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang.”

(2009:66)

Modal kerja disini merupakan modal yang digunakan untuk membiayai

usahanya atau proses produksi, mulai dari bahan baku sampai produk akhir (produk

jadi) yang siap untuk dijual. Hasil penjualan produk tersebut dapat dilihat pada

laporan laba rugi (income statement) perusahaan, yang mana diperoleh EBIT (Net sales – Biaya Operasi), yang pada akhirnya diperoleh EAT setelah dikurangi pajak dan bunga, sehingga kita dapat menghitung tingkat pengembalian ekuitas (ROE)

yang merupakan perbandingan antara EAT dengan modal sendiri(equity).

Rasio dalam pengukuran struktur modal digunakan untuk mengukur seberapa

banyak dana yang di supply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan. Dalam praktek analisa rasio ini

dihitung dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Menurut Sutrisno menyebutkan:


(48)

“Rasio hutang dengan modal sendiri (Debt to Equity Ratio/DER) merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri”.

(2003:233)

Rasio DER menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajibannya dengan ekuitas, yang dimana DER tersebut mengandung dua

komponen yaitu Modal Pinjaman (hutang Jangka Panjang) dan Modal Sendiri

(Equity).

Setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk dapat mencapai

keseimbangan financial, yaitu keseimbangan antara jumlah modal yang tersedia dengan jumlah modal yang dibutuhkan. Terdapat dua kemungkinan

penyimpangan dari kondisi keseimbangan tersebut, yaitu kekurangan dana dan

kelebihan dana. Kekurangan dana akan mengakibatkan terhambatnya proses

produksi, karena perusahaan tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan.

Kelebihan dana terjadi apabila dana yang tersedia dan tertanam dalam

perusahaan melebihi yang diperlukan untuk membelanjai usahanya. Apabila

ditinjau dari segi profitabilitas, dana yang menganggur akan menurunkan

profitabilitas, karena tidak menghasilkan keuntungan/laba. Selain itu, dana yang

berlebihan akan mengakibatkan semakin besarnya kemungkinan terjadinya


(49)

Menurut R. Agus Sartono adalah sebagai berikut:

“Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”.

(2001:122)

Profitabilitas dalam penelitian ini diukur menggunakan Return On Equity (ROE). Return On Equity (ROE) yang dimaksud untuk mengukur perbandingan laba sebelum pajak dengan total Equity dalam periode yang sama yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan atau dalam hal ini koperasi

yang memiliki struktur modal yang optimum maka akan menunjang kinerja


(50)

+

Laporan Keuangan Perusahaan (Neraca)

Total Pasiva Total Aktiva

Struktur Modal

Long-term debt Equity

DER= � − �

Profitabilitas (ROE) Modal kerja

(Aktiva Lancar)

LALancar

Modal Tetap

(Investasi) Modal Kerja

(Aktiva Lancar)

� �

Gambar 2.1


(51)

2.2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian

José Marcos Carvalho de Mesquita and José Edson Lara

(The Journal Of Finance. V. LVII, n 4, July 2004)

Capital Structure and Profitability : The Brazilian Case.

its negative sign indicates an inverse relationship. The result indicates that the return rates are inversely proportional to the debt, in other words: the larger the debt, the lower is the profitability. Those results are in conformity with the conclusions of Booth et al (2001), Fama & French (1998), Graham (2000), and Miller (1977).

Terjemahan:

tanda negatif menunjukkan hubungan terbalik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengembalian profit yang berbanding terbalik dengan hutang, dengan kata lain: semakin besar tingkat hutang, semakin rendah pula profitabilitas. Hasil tersebut sesuai dengan kesimpulan Booth et al (2001), Fama & Prancis (1998), Graham (2000), dan Miller (1977).

Endang Suhari (2007)

Pengaruh Manajemen Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan (Kajian Empiris Perusahaan Manufaktur di Indonesia yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2004-2006)

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja yang diukur dengan current ratio mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi modal kerja ini maka akan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan.


(52)

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah dugaan sementara yang digunakan pada saat

sebelum dilakukannya penelitian dalam hal penggunaan statistika untuk

menganalisisnya.Sugiyono adalah sebagai berikut:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat”.

(2009:64) Struktur Modal

(X1)

(Variabel Independen)

Modal Kerja

(X2)

(Variabel Independen)

Profitabilitas (ROE) (Y)


(53)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti mencoba merumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

Ho= Struktur modal dan Modal Kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap

Profitabilitas (ROE) PT. Kalbe Farma Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia secara parsial dan simultan.

H1 = Struktur modal dan Modal Kerja berpengaruh signifikan secara Simultan

terhadap Profitabilitas (ROE) PT. Kalbe Farma Tbk. yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

H2= Struktur modal dan Modal Kerja berpengaruh signifikansecara parsial terhadap

Profitabilitas(ROE) PT. Kalbe Farma Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek


(54)

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu

penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

jawaban ataupun solusi dari suatu permasalahan.

Menurut Sugiyono adalah sebagai berikut:

“Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan diteliti. Jangan sampai pembuatan rancangan penelitian dilakukan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di objek penelitian”.

(2010: 41)

Objek penelitian dalam penyusunan penelitian ini adalah struktur modal dan

modal kerja (merupakan variable bebas) dan Profitabilitas (ROE) atautingkat

pengembalian ekuitas (merupakan variable terikat).Penelitian ini dilakukan oleh

peneliti pada PT. Kalbe Farma Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono mengenai metode penelitian, adalah sebagai berikut: “Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dengan ciri-ciri keilmuan, yaitu

rasional, empiris dan sistematis”.


(1)

Tbk. tahun 2001 hingga 2010 cendrung mengalami peningkatan di tiap tahunnya, namun sempat mengalami penurunan pada tahun 2002, 2006, dan 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa dana aktiva lancarnya selalu tersedia peningkatan modal kerja tertinggi diperoleh pada tahun 2004, namun sebaliknya peningkatan modal kerja terendah terjadi pada tahun 2009. Dapat disimpulkan bahwa modal kerja pada PT Kalbe Farma Tbk menunjukan angka yang sudah baik walaupun perubahan modal kerja sempat menurun. Karena aktiva lancar lebih besar dari utang lancarnya yang menunjukkan bahwa modal kerja perusahaan meningkat, sehingga dapat membiayai operasional perusahaan dan mampu membayar kewajiban jangka pendek.

2. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan model persamaan regresi linier berganda, Struktur modal dan Modal Kerja berpengaruh signifikan secara Simultan terhadap Profitabilitas (ROE) pada PT Kalbe Farma Tbk. Artinya bahwa secara simultan besarnya profitabilitas (ROE), dapat ditentukan/ dipengaruhi oleh variabel struktur modal dan modal kerja. Lalu struktur modal dan modal kerja secara bersama-sama memiliki korelasi/hubungan yang sangat kuat terhadap profitabilitas (ROE). Artinya struktur modal dan modal kerja secara bersama-sama memberikan kontribusi terhadap profitabilitas (ROE) pada PT. Kalbe Farma Tbk.

3. Berdasarkan hasil pembahasan dan pengujian statistik secara parsial struktur modal berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROE), Artinya bahwa secara parsial besarnya profitabilitas (ROE), dapat ditentukan/dipengaruhi oleh variabel struktur modal. Maka jika struktur modal menurun maka profitabilitas


(2)

(ROE) akan meningkat. Disamping itu struktur modal secara simultan memiliki korelasi/hubungan yang kuat terhadap profitabilitas (ROE). Artinya struktur modal memberikan kontribusi terhadap profitabilitas (ROE). Sama halnya dengan struktur modal, hasil pembahasan dan pengujian statistik secara parsial modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROE), Artinya bahwa secara parsial besarnya profitabilitas (ROE), dapat ditentukan/dipengaruhi oleh variabel modal kerja. Maka jika modal kerja menurun maka profitabilitas (ROE) akan meningkat.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat penulis berikan yaitu

1. Dilihat dari kondisi perkembangan struktur modal perusahaan sudah cukup baik, namun perusahaan juga sebaiknya memperhatikan upaya dan strategi untuk menentukan proporsi struktur modal yang baik, salah satunya dengan cara mempertahankan jumlah modal agar nilainya selalu berada di atas jumlah hutang perusahaan.

2. Kondisi modal kerja sudah cukup dikatakan sehat, hal ini terlihat dari jumlah aktiva lancar yang nilainya selalu berada di atas utang lancar perusahaan. Namun ada baiknya perusahaan juga terfokus untuk mengefisiensikan, mengefektifkan seluruh sumber daya modal kerja yang tersedia, sehingga dapat mengoptimalkan dana yang menganggur, salah satunya dengan cara meningkatkan produksi, agar perusahaan selalu berupaya untuk terus meningkatkan perolehan laba setiap tahunnya.


(3)

3. Walaupun dalam 2 tahun terakhir menunjukan level peningkatan namun dari kondisi perkembangan tingkat Profitabilitas (ROE) perusahaan tahun-tahun sebelumnya yang cendrung menurun menspekulasikan ROE yang dterima kecil, sebaiknya hal ini bisa dihindari dengan cara meningkatkan faktor – faktor lain, salah satunya adalah selalu berupaya untuk terus meningkatkan perolehan laba setiap tahunnya dengan memaksimalkan modal yang dimiliki serta meningkatkan penjualan. Penjualan bisa ditingkatkan dengan meningkatkan kualitas produk atau dengan mengurangi biaya-biaya produksi sehingga bisa menekan harga jual produk, dengan itu maka laba yang dihasilkan pun akan semakin besar.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Brigham. E. F. & Weston J. F, 2001, Manajemen Keuangan, Alih Bahasa: Dodo Suharto dan Herman Wibowo. Edisi Kedelapan, Buku Kedua, Erlangga, Jakarta.

Brigham. E. F. & Weston J. F, 2005, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Alih Bahasa: Dodo Suharto dan Herman Wibowo. Edisi Kesembilan, Jilid Dua, Erlangga, Jakarta.

Dian Anggraeni. 2006. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEJ. Universitas Widyatama, Bandung.

Fahmi, Irham.2006. Analisis Investasi Dalam Perspektif Ekonomi dan politik. PT.Refika Aditama : Bandung.

Gitosudarmo, Indriyo, dan Basri. 2001.Manajemen Keuangan Edisi 4. Yoyakarta:BPFE.

Hair, Joseph F et al. 2006. MultiVariate Data Analysis. Fifth Edition. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Helfert, Erich A. 2000. Techniques of Financial Analysis a Modern Approach. Ninth Edition. New York : Richard D Irwin.

Herlina Puji. 2005. Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Return On Equity Pada Perusahaan Makanan dan Minumanyang terdaftar di BEJ. Universitas Negri Semarang. Semarang.

Husnan, Suad. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang). Yogyakarta: BPFE.

Ika Yuli Wijayanti. 2007. Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap ROE Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. Universitas Negri Semarang. Semarang.

Jumingan,2009, Analisis Laporan Keuangan,Edisi Kesatu, Cetakan Ketiga, PT.Bumi Aksara: Jakarta.


(5)

Narimawati,Umi.2008.Analisis Multifariat untuk Penelitian Ekonomi. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Rahmi Thovania Khaban. 2010. Analisis Hubungan Struktu Modal Dengan ROA Dan ROE Pada PT. PLN (Persero) Ilayah Sumatera Utara Cabang Medan. Universitas Sumatera Utara. Medan

Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE, Yogyakarta.

R. Agus Sartono. 2001. Manajemen Keuangan (Teori, Konsep dan Aplikasi). Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE

S. Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Sawir, Agnes, 2005, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sofyan Syafri Harahap, 2004, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Raja Grafindo: jakarta.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Panelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supangat, Andi. 2007. Statistika: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta: Kencana

Sutojo, Siswanto, dan Fritz, Kleinsteuber. 2004.Manajemen Keuangan Bagi Eksekutif Non-Keuangan.Jakarta: PT Damar Mulia Pustaka.

Sutrisno, 2000, Manajemen Keuangan, EKONOSIA: Yogyakarta.

Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan (Teori, Konsep, dan Aplikasi). Edisi Pertama. Yogyakarta : EKONISIA.

Wild, John J., K. R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey. 2005. Financial Statement Analysis. Jakarta: Salemba Empat.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Agus Rizky Permana Putra

NIM : 21107071

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 23 Desember 1988

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki – laki Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Tongkeng No. 48 RT.07/07, 40113 Bandung Telp./Hp. : 085624109683 / 0224219264

DATA PENDIDIKAN

1. TK Kartika Candra 3 Bandung : 1994 Berijazah 2. SDN Soka 34 Bandung : 1995-2001 Berijazah 3. SLTP Pasundan 6 Bandung : 2001-2003 Berijazah 4. SMA Kartika Siliwangi-1 Bandung : 2004-2007 Berijazah 5. Universitas Komputer Indonesia : 2007-Sekarang