2.1.4.7 Teknik Penilaian pembelajaran Problem Based Learning PBL
Penilain Problem Based Learning sesuai dengan tujuan dari PBL yaitu ditujukan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah atau
kemampuan berpikir kritis. Penilaian yang digunakan dapat berupa penilain kinerja yang dilakukan dalam bentuk checklist dan rating scale. Penilaian
juga ditujukan pada pengembangan keterampilan sosial atau keterampilan kolaboratif melalui aktivitas diskusi. Keterampilan tersebut dapat dinilai
melalui observasi Hosnan, 2014. Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa PBL
merupakan model pembelajaran inovatif yang menjadikan masalah sebagai titik utama dalam pembelajaran. Masalah yang diangkat dalam
pembelajaran adalah masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari agar siswa dapat berpikir kritis dan memiliki keterampilan dalam
pemecahan masalah. Model pembelajaran PBL berpusat pada siswa sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Peran guru dalam
pembelajaran adalah sebagai fasilitator dan pendukung.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini memiliki hubungan degan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya diantaranya: 2.2.1 Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan hubungan antara persepsi siswa
tentang efektivitas penggunaan media pembelajaran, minat dan sikap siswa dengan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Yang menjadi populasi
adalah siswa kelas IX SMPN di Kabupaten Pandeglang yang pada tahun 2012 berstatus RSSN. Jumlah sampel sebanyak 274 orang yang dipilih
secara acak. Instrumen yang dipergunakan adalah angket dan tes hasil belajar. Analisis data menggunakan teknik analisis korelasi model regresi
dengan pengujian signifikansi test statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang
efektivitas penggunaan media pembelajaran dengan hasil belajar siswa r=0.669; 2 terdapat hubungan yang signifikan antara minat siswa terhadap
pembelajaran dengan hasil belajar siswa r=0.789; 3 terdapat hubungan yang signifikan antara sikap siswa dengan hasil belajar siswa r= 0.850;
dan 4
terdapat hubungan
hubungan yang
signifikan antara persepsi siswa tentang efektivitas penggunaan media pembelajaran,
minat dan sikap siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar siswa r= 0,870.
2.2.2 Guru harus mengetahui karakteristik setiap anak didik, termasuk ABK Anak Berkebutuhan Khusus. Kasus ABK yamg sering dijumpai di sekolah
salah satunya adalah hiperaktif. Perbedaan karakteristik anak hiperaktif menyebabkan kemandirian belajar mereka berbeda pula. Guru memiliki
persepsi yang berbeda terhadap kemandirian belajar anak hiperaktif. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk 1
mengetahui persepsi guru terhadap anak hiperaktif kelas IV di SD Kasih, 2 mengetahui persepsi guru terhadap kemandirian belajar anak hiperaktif
kelas IV di SD Kasih.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Data yang diperoleh peneliti berasal dari lima partisipan. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen utama dengan alat
bantu berupa pedoman wawancara dan observasi, hanphone sebagai alat perekam, serta anekdot. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang
digunakan meliputi uji Kredibilitas melalui perpanjangan pengamatan, triangulasi sumber beserta teknik, dan uji Transferability. Teknik analisis
data menggunakan model Miles Huberman yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tiga guru SD Kasih memiliki kesamaan persepsi terkait anak hiperaktif kelas IV di SD Kasih.
Guru menganggap perilaku anak tersebut sama dengan ciri-ciri anak hiperaktif pada umumnya. Guru memiliki persepsi bahwa kemandirian
belajar anak hiperaktif kelas IV di SD Kasih kurang terlihat. Anak tersebut dalam belajar belum memperlihatkan sikap ketidakketergantungan pada
orang lain, tidak memiliki rasa tanggung jawab, tidak mampu mengontrol diri, hanya sedikit memperlihatkan perilaku disiplin dan inisiatif. Meskipun
demikian anak tersebut sudah menunjukkan kepercayaan diri dalam proses belajar.
2.2.3 Keterbatasan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan
pendidikan nilai
diduga menyebabkan
rendahnya sikap
nasionalisme. Siswa yang memiliki kriteria sikap nasionalisme yakni
sebesar 56,25 atau 18 dari 32 siswa. Peneliti menggunakan model Problem Based Learning sebagai solusi permasalahan. Tujuan penelitian ini
adalah 1 mengetahui pelaksanaan model Problem Based Learning dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan sikap nasionalisme bagi siswa kelas
V SD Negeri Nanggulan tahun ajaran 20152016, 2 meningkatkan dan mengetahui kenaikan sikap nasionalisme dalam pembelajaran PKn dengan
model Problem Based Learning bagi siswa kelas V A di SD Negeri Nanggulan tahun ajaran 20152016.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas PTK, yang terdiri dari dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V A SD Negeri
Nanggulan. Teknik pengumpulan data menggunakan cara penyebaran kuesioner, serta observasi dan wawancara sebagai pendukung.
Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan 43,75 sikap nasionalisme
siswa kelas V A SD Negeri Nanggulan. Peningkatan dapat dilihat dari persentase jumlah siswa yang memiliki kriteria sikap, mulai dari kondisi
awal sebesar 56,25, siklus I yakni 93,75, dan siklus II yaitu 100. Kenaikan juga dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa. Kondisi awal yaitu
sebesar 74,87, dan siklus I 87,62, dan siklus II 87,66. Ketiga hasil penelitian di atas relevan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti. Penelitian relevan yang pertama memiliki variabel persepsi, minat, dan sikap siswa dengan hasil belajar. Perbedaan penelitian
relevan pada variabel persepsi siswa yang dilakukan Sholih, dkk 2012 adalah persepsi dengan hasil belajar. Penelitian relevan yang kedua
memiliki variabel persepsi guru. Perbedaan penelitian relevan pada variabel persepsi guru yang dilakukan Ambrosius 2016 adalah anak hiperaktif.
Penelitian relevan yang ketiga memiliki variabel sikap sosial terhadap pembelajaran PKn dengan Problem Based Learning yang dilakukan Yoseph
2016 dan perbedaan penelitian relevan pada variabel sikap berupa sikap nasionalisme. Bedasarkan penelitian relevan, peneliti mengembangkan
sebuah penelitian baru yang berjudul Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas III pada Mata Pelajaran PKn di SD Kanisius Kumendaman
Yogyakarta.
Gambar 2 Literatur Map Hubungan antara
Persepsi, Minat, dan Sikap Siswa dengan
Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran
PKn. Aila Mulyana, Soleh Hidayat,
Sholih Sholih. 2012 Yoseph Bravian
Aderika Sinaba, 2016
Peningkatan sikap nasionalisme dalam
pembelajaran PKn dengan model
Problem Based Learning bagi Kelas
V A di SD Negeri Nanggulan
Ambrosius Cahya Widayanta, 2016
Persepsi guru terhadap kemandirian
Belajar Anak Hiperaktif Kelas IV di
SD Kasih
Penelitian yang dilakukan: Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa
Kelas III pada Mata Pelajaran PKn di SD Kanisius Kumendaman Yogyakarta
Persepsi Sikap
2.3 Kerangka Berpikir