Hubungan persepsi siswa dan sikap siswa kelas V pada mata pelajaran PKN di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA DAN SIKAP SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD NEGERI TEGALREJO 2

YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Aufrida Edith Herinda NIM: 131134071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat, berkat serta karunianya yang berlimpah untuk menyelesaikan dan menyertai disetiap proses dari awal sampai akhir.

2. Kedua orang tua saya, Bapak Heronimus Sulistyo dan Ibu Nunik Murwani yang telah mendukung dan menjadi penyemangat saya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Adik saya, Patricia Grisella Auberta yang telah menemani dan menjadi teman saat saya jenuh mengerjakan skripsi.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing I dan Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi. selaku dosem pembimbing II yang selalu memberikan masukan dan pengarahannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Sahabat saya, Monika Maya Oktavianti Banggul dan Andrea Wikantri Lanamukti yang telah menjadi teman sharing dan membantu dalam proses membuat skripsi.

6. Teman-teman sepayung (Lina, Mira, Nike, Tyas, Yusi, Dessy, Vika) yang selalu membantu, menemani, memberikan semangat, dan menjadi teman sharing dari proses awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

7. Sahabat seperjuangan dan sepenanggungan sejak awal semester Magdalena Fitria Nurcahyanti dan Yohana Dhanis Wari yang selalu memberikan semangat, bantuan, serta menemani dan menjalani segala proses.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam proses, pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini.


(5)

MOTTO

“Pendidikan bukanlah suatu proses untuk mengisi wadah yang kosong, akan tetapi Pendidikan adalah suatu proses menyalakan api pikiran”

-W.B. Yeats-

“Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk merubah dunia”

-Nelson Mandela-

“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun yang di bawah langit ada waktunya.”


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Februari 2017 Peneliti


(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Aufrida Edith Herinda

Nomor Mahasiswa : 131134071

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : HUBUNGAN PERSEPSI SISWA DAN SIKAP SISWA KELAS V

TERHADAP MATA PELAJARAN PKN DI SD NEGERI TEGALREJO 2 YOGYAKARTA

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk penggalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun royalty kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 28 Februari 2017 Yang menyatakan


(8)

viii

Hubungan Persepsi Dan Sikap Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran PKn Di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta

ABSTRAK Aufrida Edith Herinda

131134071

Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil observasi peneliti yang menunjukkan ada 56% siswa mempunyai persepsi rendah dan 66% siswa mempunyai sikap yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi dan sikap siswa kelas V pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei. Sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VB SD N Tegalrejo 2 Yogyakarta yaitu sebanyak 30 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi dan sikap siswa kelas V pada mata pelajaran PKn. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga Sig (2-tailed) sebesar 0,000 (p < 0,05); Pearson correlation= 0,678” N=30. Hal ini termasuk hubungan korelasi yang kuat karena 0,678” berada pada rentang 0,60-0,799.


(9)

The relation of Perception and Attitude on V Grade Students in Civic Education Subject at SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta

ABSTRACT Aufrida Edith Herinda

131134071

The background of this research comes from researcher observation result that shows 56% students have low perception and 66% students have low attitude. The aim of this research is to know the relation of perception and attitude on V grade students in civic education subject at SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta in odd semester, education year of 2016/2017.

This research used survey model. The samples of this research are all students of VB class in SD N Tegalrejo 2 Yogyakarta which consist of 30 students. The result of this research showed that: there is a positive relation between perception and attitude of grade V students in civic education subject. It is showed in value of Sig (2-tailed) in the amount of 0,000 (p < 0, 05); Pearson correlation= 0,678” N=30. This research showed strong correlation, because 0,678” be in place between 0,60-0,799”.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atau rahmat dan kemurahannya sehingga skripsi yang berjudul Hubungan Persepsi Siswa Kelas V dengan Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Tegaltejo 2 Yogyakarta dapat diselesaikan. Penulis menyadari tanpa ada bantuan dari berbagai pihak pada skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Kritik dan saran sangat penulis harapkan demi menyempurnakan skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., dekan FKIP Universitas Sanata Dharma. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Ketua Program Studi. 3. Apri Damai Sagita K, S. S.,M.Pd., Wakil Ketua Program Studi.

4. Drs. P. Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing satu yang dengan penuh ikhlas, sabar, dalam membimbing dan memberi petunjuk serta arahan bagi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A., dosen dua yang telah membantu dan selalu memberi semangat peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., dosen tiga yang telah menguji saat sidang skripsi.

7. Bapak Heronimus Sulistyo dan Ibu Nunik Murwani, orang tua peneliti yang selalu memberikan kekuatan dan dukungan semangat bagi penulis.

8. Adik kandung peneliti, Patricia Grisella Auberta yang telah menemani dan menjadi teman saat saya jenuh mengerjakan skripsi.

9. Sahabat, Monika Maya Oktavianti Banggul dan Andrea Wikantri Lanamukti yang telah menjadi teman sharing dan membantu dalam proses membuat skripsi.

10.Teman-teman sepayung (Lina, Mira, Nike, Tyas, Yusi, Dessy, Vika) yang selalu membantu, menemani, memberikan semangat, dan menjadi teman sharing dari proses awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

11.Sahabat seperjuangan dan sepenanggungan sejak awal semester Magdalena Fitria Nurcahyanti dan Yohana Dhanis Wari yang selalu memberikan semangat, bantuan, serta menemani menjalani segala proses.


(11)

12.Bapak Sukawit, S.Pd., kepala sekolah SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta yang telah mendukung dan membantu dalam melakukan penelitian.

13.Ibu Widiyarti, S.Pd., wali kelas VB yang sudah membantu dalam melakukan penelitian di kelas.

14.Siswa-siswi kelas VB SD Negeri tegalrejo 2 Yagyakarta yang sudah menjadi siswa yang baik saat pengambulan data penelitian.

15.Semua pihak yang telah membantu dalam proses, pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini.

Yogyakarta, 28 Februari 2016 Peneliti


(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Definisi Operasional ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Persepsi ... 8

2.1.1.1 Pengertian ... 8

2.1.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 9

2.1.1.3 Proses Terjadinya Persepsi ... 9


(13)

2.1.2 Sikap ... 12

2.1.2.1 Pengertian ... 12

2.1.2.2 Ciri-ciri Sikap ... 13

2.1.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Sikap ... 13

2.1.2.4 Indikator Sikap ... 15

2.1.3 Paradigma Pedagogi Reflektif ... 16

2.1.3.1 Langkah-langkah PPR ... 17

2.1.3.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 20

2.1.3.3 Ciri-ciri Paradigma Pedagogi Reflektif ... 20

2.1.4 PKn Sebagai Pendidikan Nilai ... 22

2.1.4.1 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ... 22

2.1.4.2 Ruang Lingkup PKn ... 24

2.1.5 Materi Kelas V Mengenai Peraturan Perundang-undangan Tingkat Pusat dan Daerah ... 25

2.2 Penelitian yang Relevan ... 26

2.3 Kerangka Berfikir ... 30

2.4 Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Setting Penelitian ... 32

3.2.1 Tempat Penelitian ... 33

3.2.2 Subjek Penelitian ... 33

3.2.3 Objek Penelitian ... 33

3.2.4 Waktu Penelitian ... 33

3.3 Populasi dan Sampel ... 34

3.3.1 Populasi ... 34

3.3.2 Sampel ... 34

3.4 Variabel Peneltian ... 34

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 36


(14)

xiv

3.6 Instrumen Penelitian ... 37

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 46

3.7.1 Validitas ... 47

3.7.1.1 Validitas Instrumen ... 47

3.7.2 Reliabilitas ... 53

3.8 Teknik Analisis Data ... 55

3.8.1 Uji Prasyarat ... 55

3.8.1.1 Uji Normalitas Data ... 55

3.8.1.2 Uji Homogenitas ... 56

3.8.1.3 Uji Linearitas ... 56

3.8.2 Uji Hipotesis ... 57

3.8.2.1 Uji Korelatif (Hubungan) ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1 Pelaksanaan Penelitian ... 59

4.2 Hasil Penelitian ... 60

4.2.1 Uji Asumsi ... 60

4.2.1.1 Uji Normalitas Persepsi dan Sikap Siswa ... 60

4.2.1.2 Uji Homogenitas Persepsi dan Sikap Siswa ... 62

4.2.1.3 Uji Linearitas ... 63

4.2.2 Uji Hipotesis ... 64

4.2.2.1 Uji Hipotesis Korelatif (Hubungan) Persepsi dan Sikap Siswa Kelas V ... 64

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

4.3.1 Pembahasan Uji Hipotesis ... 65

4.3.1.1 Hubungan Antara Persepsi Siswa Dengan Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn... 65

BAB V PENUTUP ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 67

5.3 Saran ... 68


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 33

Tabel 3.2 Daftar Kuesioner yang Digunakan ... 37

Tabel 3.3 Kisi-kisi dan Indikator Kuesioner Persepsi ... 38

Tabel 3.4 Kisi-kisi dan Indikator Kuesioner Sikap ... 38

Tabel 3.5 Skala Likert ... 39

Tabel 3.6 Skor Kuesioner ... 40

Tabel 3.7 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Persepsi Siswa ... 40

Tabel 3.8 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Sikap Siswa ... 43

Tabel 3.9 Sebaran Uji Coba Kuesioner Persepsi Siswa ... 45

Tabel 3.10 Sebaran Uji Coba Kuesioner Sikap Siswa ... 45

Tabel 3.11 Lembar Observasi Siswa ... 46

Tabel 3.12 Rubrik Penilaian ... 48

Tabel 3.13 Rentang Skor ... 49

Tabel 3.14 Hasil Uji Validasi Persepsi Siswa ... 50

Tabel 3.15 Validasi Setiap Indikator ... 51

Tabel 3.16 Hasil Uji Validasi Sikap Siswa ... 51

Tabel 3.17 Validasi Setiap Indikator ... 52

Tabel 3.18 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 54

Tabel 3.19 Reliabilitas Persepsi Siswa ... 54

Tabel 3.20 Reliabilitas Sikap Siswa Terhadap ... 55

Tabel 3.21 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 58

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Persepsi dan Sikap Siswa... 61

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Persepsi dan Sikap Siswa ... 62

Tabel 4.3 Hasil Uji Linearitas Persepsi dan Sikap Siswa ... 63


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Langkah-langkah Paradigma Pedagogi Reflektif ... 17

Gambar 2.2 Literatur dari Penelitian Sebelumnya ... 29

Gambar 3.1 Pemetaan Variabel Penelitian ... 35

Gambar 3.2 Rumus Validasi ... 49


(17)

DAFTAR GRAFIK


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 72

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 73

Lampiran 3. Silabus ... 74

Lampiran 4. RPP ... 80

Lampiran 5. Uji Validitas Instrumen Persepsi Siswa ... 118

Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Persepsi Siswa ... 119

Lampiran 7. Uji Validitas Instrumen Sikap Siswa ... 121

Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Sikap Siswa ... 122

Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas Persepsi dan Sikap Siswa ... 124

Lampiran 10. Hasil Uji Homogenitas Persepsi dan Sikap Siswa ... 125

Lampiran 11. Hasil Uji Linearitas Persepsi dan Sikap Siswa ... 126

Lampiran 12. Hasil Uji Korelasi (Hubungan) ... 128


(19)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam BAB I ini peneliti membahas latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Menurut Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta kemampuan yang diperlukan masyarakat bangsa dan negara.

Menurut Djahiri (1991:6) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan moral yang diharapkan mampu menampilkan perangkat tatanan nilai, moral dan norma pancasila dan selalu menunjukkan ketertarikan isi pesan sila-sila pancasila. Selain itu menurut Winaputra (2008:29) yaitu dalam strategi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, siswa tidak hanya mempelajari materi pelajaran tetapi mempelajari materi sekaligus praktik, berlatih dan mampu membakukan diri bersikap dan berperilaku sebagai materi yang dipelajari.

Persepsi dapat dikatakan hal yang penting bagi siswa karena persepsi akan membentuk pemahaman siswa terhadap sesuatu. Atkinson (1999 : 75)


(20)

2

menafsirkan stimulus dalam lingkungan. Jika persepsi dapat dibentuk dengan baik, maka pribadi siswa juga akan terbentuk dengan baik pula. Sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan bahkan dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal. Begitu pula dengan sikap dapat dikatakan hal yang penting karena sikap akan memperlihatkan suatu perlakuan terhadap penilaian siswa pada sesuatu hal. Menurut Azwar (2005:7) sikap merupakan ekspresi efek seseorang pada objek sosial tertentu yang mempunyai kemungkinan rentangan dari suka sampai tak suka atau setuju sampai tidak setuju pada suatu objek. Jika sikap siswa itu baik terhadap suatu hal, maka bisa dikatakan bahwa siswa tersebut suka atau setuju dengan hal itu.

Dari hasil pengamatan dan observasi yang telah dilakukan mengenai persepsi siswa dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn saat menggunakan model pembelajaran konvensional, peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa mata pelajaran PKn kurang diminati oleh siswa. Hal tersebut dapat dilihat hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa ada 56% siswa yang persepsinya rendah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perilaku siswa yang banyak bertanya saat peneliti menyampaikan materi pembelajaran sehingga dapat dikatakan bahwa siswa kurang dapat menyerap dan mengerti, sesuai dengan indikator persepsi menurut Hamka (2002). Begitu pula dengan sikap siswa, ada 66% siswa yang sikapnya rendah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perilaku siswa yang kurang suka atau malas saat mengikuti pelajaran PKn sehingga dapat dikatakan bahwa indikator sikap siswa sesuai pendapat Walgito (2010) tergolong rendah. Siswa di SD N Tegalrejo 2 Yogyakarta juga kurang terbiasa menggunakan media ataupun praktek langsung tentang materi yang diajarkan. Contohnya, siswa masih sering


(21)

mencontek saat ulangan harian ataupun ulangan akhir semester. Dan ada juga siswa yang tidak memakai seragam sekolah tidak sesuai aturan yang sudah ditentukan oleh sekolah. Di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta kurang menggunakan model dalam pembelajaran. Pada saat peneliti mengajar di kelas, guru di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta kurang mengetahui apa itu model Paradigama Pedagogi Refletif (PPR), karena guru bertanya pada peneliti mengenai model PPR. Ketika peneliti mengajar menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) itu pun tidak membuat siswa terlalu bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Menurut Subagyo (2010:18) Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pengantar pendidikan nilai dan moral di dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) menekankan sebuah proses yang tidak berhenti pada pencapaian kompetensi dan keterampilan, tetapi merupakan proses refleksi untuk menemukan dan menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan. Dengan menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) peserta didik dapat menemukan dan mengalami sendiri nilai-nilai kehidupan yang ingin dikembangkan untuk selanjutnya pengalaman tersebut direfleksikan untuk membangun kecakapan peserta didik dalam konteks dan hubungannya dengan diri sendiri, sesama, dan alam ciptaan Tuhan. Model Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) mempunyai keunggulan dimana siswa dan guru menjadi belajar untuk mengembangkan


(22)

4

nurani (Consience), dan saling terlibat dengan penuh bela rasa bagi sesama (Compassion).

Pengalaman bagi siswa selama pembelajaran juga ditekankan supaya siswa dapat terlibat langsung. Pengalaman ini diberikan dengan maksud siswa dapat menemukan sendiri nilai-nilai yang sedang mereka pelajari. Kemudian guru memberikan refleksi atas pengalaman dimana refleksi tersebut dilakukan supaya siswa dapat memahami akan nilai yang sudah dipelajarinya. Pemahaman akan nilai tersebut selanjutnya menjadi rumusan bagi tindakan siswa selanjutnya dalam kegiatan aksi, barulah guru dapat mengevaluasinya. Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru tidak hanya dalam ranah kognitif saja, tetapi juga melihat pribadi siswa, apakah siswa mengalami perkembangan setelah mengikuti pembelajaran atau tidak. Persepsi siswa dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn memang perlu dibenahi, karena persepsi siswa terhadap mata pelajaran PKn yaitu PKn adalah pelajaran yang membosankan dan kurang diminati siswa sedangkan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn kurang tertarik terhadap materi didalamnya.

Dari paparan di atas peneliti akan mencoba dan menerapkan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) untuk mengetahui persepsi dan sikap siswa terhadap model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yang diduga dapat membangkitkan kemampuan siswa. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) akan membantu siswa untuk menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) membantu siswa menemukan sendiri melalui pengalaman yang dibantu refleksi bersama guru dan melakukan aksinya dalam kehidupan


(23)

sehari-hari. PPR juga diharapkan mampu membantu siswa dalam menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran PKn.

Penelitian ini akan dibatasi mendeskripsikan hubungan persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn akan nilai peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah. Dengan judul “HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD NEGERI TEGALREJO 2 YOGYAKARTA”.

1.2 Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi pada masalah persepsi siswa terhadap nilai peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah di kelas V SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta menggunakan Standar Kompetensi 2. Memahami peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah Kompetensi Dasar 2.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan Daerah 2.2 Memberikan contoh peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah, seperti pajak, anti korupsi, lalu lintas, larangan merokok.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, masalah dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa dengan sikap siswa pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan hubungan antara persepsi siswa dengan sikap siswa pada


(24)

6 1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

1. Peneliti dapat membuktikan pengaruh Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) terhadap persepsi dan sikap siswa dalam mata pelajaran PKn

2. Peneliti mendapatkan pengalaman baru dalam pelajaran dengan menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) untuk merancang pelajaran PKn

3. Peneliti dapat terinspirasi untuk melakukan pembelajaran di kelas dengan lebih baik

1.5.2 Bagi Guru

1. Guru mendapatlan pengalaman dalam menerapkan pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), sehingga dapat mengembangkan pelajaran lainnya

2. Guru mendapatkan wawasan baru mengenai model pembelajaran di kelas 1.5.3 Bagi Siswa

1. Siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

2. Siswa mendapatkan pelajaran yang menyenangkan

1.5.4 Bagi Sekolah

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah sebagai bahan dalam memperbaiki proses pelajaran untuk mengingat mutu pendidikan siswa di sekolah. Sekolah yang


(25)

menggunakan pembelajaran inovatif pasti akan lebih diminati oleh banyak calon siswa sehingga dalam adanya penelitian ini akan membantu memberikan masukan dalam menjunjung nama sekolah.

1.6 Definisi Operasional

1. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu pendidikan yang memfokuskan pada pendidikan nilai dan moral serta pembentukkan jati diri dan cinta tanah air untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter.

2. Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan sebuah pola pikir dalam menumbuhkan dan mengembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang mempunyai nilai kemanusiaan (hati nurani serta bela rasa terhadap sesama).

3. Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terpadu dalam diri individu. Indikator persepsi adalah menyerap dan mengerti.

4. Sikap merupakan pendapat atau keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang disertai dengan perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut sehingga timbul respon untuk berperilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya. Indikator sikap adalah kognitif, afektif, dan konatif.


(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini peneliti akan menuliskan tentang kajian teori, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian teori akan menjelaskan mengenai teori-teori yang mendukung dan beberapa penelitian yang relevan. Kerangka berpikir menjelaskan mengenai pemikiran dan hipotesis yang berisi dugaan sementara atau jawaban sementara dari rumusan masalah pada penelitian ini.

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Persepsi

2.1.1.1 Pengertian

Persepsi adalah suatu pandangan yang muncul pada seseorang terhadap objek atau peristiwa setelah ia mengamatinya. Atkinson (1999 : 75) persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan stimulus dalam lingkungan. Rahmat Jalaludin (1998:51) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, dari kedua pernyataan diatas kemudian di kuatkan oleh Soemato (1990:23) yang menjelaskan bahwa persepsi adalah bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengalaman. Persepsi pada dasarnya adalah proses kognitif yang diamali seseorang dalam memahami informasi tentang dunia atau lingkungan melalui pengelihatan, penghayatan dan lain – lain. Persepsi setiap individu berbeda – beda karena setiap makhluk hidup memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pemahamannya.


(27)

Dari pengertian para ahli di atas, dapat disumpulkan bahwa persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terpadu dalam diri individu.

2.1.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Dalam menentukan persepsi setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda satu dengan lainnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi sangat beragam. Berikut adalah tiga faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Wirawan (1991:4) adalah diri sendiri, sasaran persepsi, kondisi atau situasi. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor internal individu dan faktor eksternal inividu. Faktor internal individu meliputi perhatian yang selektif, nilai – nilai dan kebutuhan individu, dan pengalaman terdahulu individu. Faktor eksternal meliputi faktor sasaran atau jenis rangsangan dan faktor situasi rangsangan.

2.1.1.3 Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Walgito (2010:102) proses terjadinya perepsi daat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.


(28)

10

Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis.

Dengan demikian dapat disimpulkan yaitu taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persespsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.

2.1.1.4 Indikator Persepsi

Menurut Hamka (2002:101-106), indikator persepsi ada dua macam, yaitu: 1. Menyerap, yaitu stimulus yang berada di luar individu diserap melalui

indera, masuk ke dalam otak, mendapat tempat. Di situ terjadi proses analisis, diklasifikasi dan diorganisir dengan pengalaman–pengalaman individu yang telah dimiliki sebelumnya. Karena itu penyerapan itu bersifat individual berbeda satu sama lain meskipun stimulus yang diserap sama.

2. Mengerti atau memahami, yaitu indikator adanya persepsi sebagai hasil proses klasifikasi dan organisasi. Tahap ini terjadi dalam proses psikis.


(29)

Hasil analisis berupa pengertian atau pemahaman. Pengertian atau pemahaman tersebut juga bersifat subjektif, berbeda -beda bagi setiap individu.

Menurut Walgito (1990: 54 -55), persepsi memiliki indikator-indikator sebagai berikut:

1. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu. Rangsang atau objek tersebut diserap atau diterima oleh panca indera, baik penglihatan, pendengaran, peraba, pencium, dan pencecap secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Dari hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat indera tersebut akan mendapatkan gambaran, tanggapan, atau kesan di dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal maupun jamak, tergantung objek persepsi yang diamati. Di dalam otak terkumpul gambaran-gambaran atau kesan-kesan, baik yang lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas tidaknya gambaran tersebut tergantung dari jelas tidaknya rangsang, normalitas alat indera dan waktu, baru saja atau sudah lama.

2. Pengertian atau pemahaman Setelah terjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan di dalam otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolong-golongkan (diklasifikasi), dibandingkan, diinterpretasi, sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman. Proses terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik dan cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada gambaran -gambaran lama yang telah dimiliki individu sebelumnya (disebut apersepsi).


(30)

12

3. Penilaian atau evaluasi Setelah terbentuk pengertian atau pemahaman, terjadilah penilaian dari individu. Individu membandingkan penge rtian atau pemahaman yang baru diperoleh tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif. Penilaian individu berbeda -beda meskipun objeknya sama. Oleh karena itu persepsi bersifat individual. Dari kedua pendapat tersebut, dalam penelitian ini peneliti menggunakan indikator persepsi yang dikemukakan oleh Hamka (2002) yaitu menyerap dan mengerti. Selanjutnya indikator-indikator persepsi tersebut akan digunakan untuk pengembangan instrumen persepsi siswa terhadap mata pelajaran PKn.

2.1.2 Sikap 2.1.2.1 Pengertian

Pada awalnya sikap diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan. Menurut Saifuddin Azwar (2005:7) sikap merupakan ekspresi efek seseorang pada objek sosial tertentu yang mempunyai kemungkinan rentangan dari suka sampai tak suka atau setuju sampai tidak setuju pada suatu objek. Sedangkan menurut Karlinger dalam (Saifuddin Azwar, 2010:7) sikap adalah kesenderungan yang tertata untuk berfikit, merasa, berperilaku terhadap sesuatu himpunan fenomena seperti objek – objek fisik, kejadian, atau perilaku. Sedangkan Ngalim Purwanto (2004:141) mengemukakan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsangan atau situasi yang dihadapai.

Dari berbagai pendapat mengenai sikap di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan pendapat atau keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi


(31)

yang disertai dengan perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut sehingga timbul respon untuk berperilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya.

2.1.2.2 Ciri – ciri Sikap

Menurut Purwanto (1998) dalam (Wawan & Dewi M, 2010 : 34) mengemukakan sebagai berikut :

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk sepanjang perkembangan dalam hubungan dengan obyeknya.

2) Sikap dapat berubah – ubah

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikapitu terbentuk, dipelajari berubah atau senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal – hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi – segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecapakan – kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.

2.1.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Sikap merupakan hal yang sangat penting dalam psikologi khususnya psikologi sosial. Psikologi sosial menempatkaan sikap sebagai hal yang sentral. Pendapat tersebut kiranya beralasan jikadilihat pentingnya sikap dalam tingkah laku dan perbuatan manusia sehari – hari. Sikap seseorang akan mempengaruhi


(32)

14

beberapa faktor yang dapat menentukan perubahan sikap. Saifuddin Azwar (2005:30) mengemukakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap adalah :

1) Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Hal tersebut melibatkan keadaan emosional agar penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih membekas.

2) Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai pengaruh yang benar terhadap pembentukan sikap seseorang. Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

3) Orang lain yang dianggap penting

Orang lain yang ada di samping kita adalah salah satu komponen sosial yang mempengaruhi sikap kita. Seseorang akan meniru dan bersikap sama seperti orang lain. Jika orang tersebut dianggap memang pantas untuk dijadikan panutan.

4) Pengaruh faktor emosi

Suatu pembentukan sikap seseorang tidaklah ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang namun suatu sikap merupakan pernyataan yang didasari suatu emosi yang berfungsi sebagai penyalur frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Suatu sikap yang didasari emosional adalah prpasangka yaitu sikap yang tidak toleran terhadap sekelompok orang.


(33)

5) Media Massa

Pengaruh media massa tidaklah terlalu besar dalam interaksi individu secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya.

6) Lembaga Pendidikan dan Agama

Kedua lembaga ini mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian konsep moral dalam diri individu. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan system kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu.

2.1.2.4 Indikator Sikap

Menurut Walgito (dalam Puspasari, 2010:16) sikap mengandung tiga indikator yang membentuk struktur sikap, yaitu: kognitif (konseptual), afektif (emosional), konatif (perilaku atau action component).

1. Indikator kognitif merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap objek.

2. Indikator afektif merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang atau tidak senang terhadap objek sikap.

3. Indikator konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.

Dari pendapat tersebut, dalam penelitian ini peneliti menggunakan indikator sikap yang dikemukakan oleh Walgito (2010) yaitu kognitif, afektif, dan


(34)

16

pengembangan instrumen persepsi siswa terhadap mata pelajaran PKn. Di dalam instrumen terdapat penilaian positif dan negatif yaitu favorable dan unfavorable, mulai dari kognitif, afektif, dan konatif tersebut masing-masing mempunyai penilaian positif dan negatif.

2.1.3 Paradigma Pedagogi Reflektif

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata paradigma berarti suatu kerangka berpikir/ model dari teori ilmu pengetahuan/ perubahan model. Dengan kata lain paradigma adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran. Pedagogi adalah suatu cara pendidik untuk mendampingi para siswa dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya (Subagya, 2010:22). Reflektif adalah melihat pengalaman, topik, gagasan, reaksi, spontan maupun yang direncaanakan dari berbagai sudut pandang secara rasional dengan tujuan agar semakin mampu memahami maknanya secara penuh (Tim PPR SD Kanisius, 2009:7). Berdasarkan pengertian masing – masing kata maka Paradigma Pedagodi Reflektif (PPR) merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan refleksi yang bertujuan untuk menemukan nilai – nilai hidup dalam proses pendidikan dimana nilai – nilai tersebut digunakan sebagai pijakkan dalam menemukan sikap atau tindakkan (Tim PPR SD Kanisius, 2009:2).

Proses pembelajaran yang berbasis PPR mengarah pada perkembangan kepribadian yang semakin utuh. PPR yang terintegrasi dalam proses pembelajaran membantu siswa untuk berkembang menjadi pribadi yang kompeten, bersuara hati, bertanggung jawab, dan memiliki kepedulian pada sesama. Pribadi yang demikian adalah pribadi yang utuh baik dalam dan luar dirinya.


(35)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan sebuah pola pikir dalam menumbuhkan dan mengembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang mempunyai nilai kemanusiaan (hatinurani serta bela rasa terhadap sesama).

2.1.3.1 Langkah – Langkah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Berikut adalah langkah – langkah menurut Subagya (2010:65).

Gambar 2.1 Langkah – langkah Paradigma Pedagogi Reflektif

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan langkah – langkah sebagai berikut :

1) Konteks

Pada tahap ini siswa diajak untuk mencermati konteks – konteks yang ada dalam hidupnya sehingga mereka mampu untuk mengenali faktor yang berpotensi mendukung atau menghambat pembelajaran yang dialaminya. Pada tahap ini pula guru memahami dunia siswa, keluarga, dan lingkungan, budaya dan adaat, tekanan social, politik, agama, ekonomi yang ada di

Pengalaman

Refleksi

Aksi Evaluasi


(36)

18

Pemahaman pada konteks akan membantu guru untuk menciptakan suasana belajar yang berkualitas. Konteks siswaa antara lain taraf perkembangan pribadi, kondisi social budaya, dan agama (Subagya, 2005).

2) Pengalaman

Pengembangan kompetensi (3C) paling efektif dilakukan melalui pengalaman, yaitu siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan atau yang ingin dikembangkan dari bahan yang di pelajari (Subagya, 2005). Tahap pengalaman merupakan tahap yang sangat penting untuk menentukan tingkat pencapaian kompetensi yang akan dicapai baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Tahap ini juga menjadi dasar bagi tahap refleksi dan aksi dalam melakukan kelanjutan dari tahap pengalaman. Kegiatan pembelajaran ada beberapa Kompetensi Dasar (KD) yang sangat sulit bagi guru untuk memberikan pengalaman langsung bagi siswa, dengan kasus seperti ini guru bisa mensiasati dengan memberikan pengalaman tidak langsung. Pengalaman tidak langsung ini bisa dilakukan dengan cara bermain peran, melihat gambar atau tayangan gambar, dll.

Pembelajaran yang melibatkan pengalaman akan membuat siswa tidak selalu focus pada buku yang akan membuat siswa mampu mengalami langsung pengalaman belajar sesungguhnya. Karna jika siswa terlalu tergantung pada buku pelajaran, maka pengalaman belajar siswa tidak akan mampu direfleksikan dan akan sulit pula dalam menerapkan aksi dari pengalaman tersebut.


(37)

3) Refleksi

Tahap refleksi adalah unsur penting dalam Paradigma Pedagogi Reflektif, karena tahap refleksi ini menjadi penghubung antara pengalaman dan tindakan. Menurut Subagya (2005), refleksi merupakan tahap di mana siswa menjadi sadar sendiri mengenai kebaikan, keenakan, manfaat, dan makna nilai yang diperjuangkan. Pada tahap ini guru membantu siswa dalam melakukan refleksi dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan yang membantu siswa memahami, mendalami, dan meyakini temuannya. Melalui refleksi diharpkan siswa mampu meyakini makna nilai yang terkandung didalam pengalamannya dan siswa dapat membentuk pribadi mereka sesuai dengan nilai yang terkandung dalam pengalamannya itu.

4) Aksi

Perwujudan dari hasil pengalaman yang sudah direfleksi adalah sebuah aksi. Kegiatan aksi ini merupakan sikap atau perbuatan yang ingin dilakukan siswa atas kemauan mereka sendiri terkait dengan nilai kemanusiaan yang ingin diperjuangkan. Menurut Subagya (2005:3), sampai kesadaran, tetapi harus berlanjut sampai pada bersikap dan berbuat kemauannya sendiri. Seikap dan niat adalah aksi batin, sedangkan perbuatan merupakan aksi lahir.

5) Evaluasi

Tahap terakhir dari pembelajaran yang berbasis pedagogi reflektif adalah evaluasi. Tahap ini dilakukan untuk memantau kemajuan akademik dan menilai kemajuan pembentukan pribadi siswa secara menyeluruh. Selain itu pemberian evaluasi juga diberikan untuk melihat apakah siswa sudah mampu


(38)

20

mengobservasi perbuatan siswa yang spontan, yang meunjukkan perkembangan nilai kemanusiaan. Guru mencatat peristiwa yang cukup mencolok). Perlunya observasi karena ciri khas nilai kemanusiaan adalah kebebasan dan siswa berbut dari kemanuannya sendiri.

2.1.3.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif

Tim PPR Kanisius (2010:3) membagi tujuan PPR menjadi dua bagian yaitu bagi para pendidik dan bagi siswa. Penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif sangat bermanfaat untuk guru yaitu : guru semakin bisa memahami siswa, guru bersedia mendampingi perkembangan siswa dalam proses pembelajaran, guru lebih dalam menyajikan materi ajarnya, mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan.

Adapun manfaat penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif bagi siswa : membantu peserta didik untuk menjadi manusia bagi sesame, menjadi manusia yang utuh, menjadi manusia yang sanggup mencintai dan dicintai, menjadi manusia yang berkomitmen untuk menegakkan keadilan dan pelayanannya pada orang lain.

2.1.3.3 Ciri – ciri PPR

Paradigma Pedagogi Reflektif mempunyai ciri – ciri khas sesuai dengan pendidikan Jesuit (PPR, 2010 :65) yaitu :

a. Paradigma Pedagogi Reflektif dapat diterapkan kepada semua kurikulum. Paradigma ini tidak menuntut tambahan apapun selain pendekatan baru pada cara kita mengajarkan mata pelajaran yang ada.


(39)

b. Paradigma Pedagogi Reflektif fundamental untuk proses belajar mengajar. Ranah akademik dan non-akademik bukan penghalang diterapkannya model Paradigma Pedagogi Reflektif ini seperti : Ekstrakurikuler, Olah raga, Retret, dan sebagainya.

Dalam bidang studi Sejarah, Matematika, Bahasa, Sastra, Fisika dan Kesenian paradigm ini dapat dijadikan sebagai panduan dalam mempersiapkan pengajaran, memilih bahan dan kegiatan – kegiatan lainnya.

c. Paradigma Pedagogi Reflektif menjamin para pengajar menjadi pengajar yang lebih baik. Paradigma ini membantu guru untuk memperkaya isi materi maupun susunan kegiatan yang diajarkan dan memotivasi siswa untuk menghubungkan apa yang mereka pelajari dalam pengalaman mereka.

d. Paradigma Pedagogi Reflektif mempribadikan proses belajar dan mendorong siswa merefleksikan makna dan arti dari apa yang dipelajari. Pengalaman sisw akan membantu mereka lebih berpikir kritis dalam proses belajar mengajar serta meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

e. Paradigma Pedagogi Reflektif menekankan dimensi sosial belajar maupun mengajar. Pengalaman yang paling mendalam timbul dari hubungan manusiawi dengann sesame dan pengalaman bersama orang lain. Refleksi harus selalu mengantar siswa untuk semakin menghargai orang lain.


(40)

22 2.1.4 PKn sebagai Pendidikan Nilai

2.1.4.1 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) selalu ada sejak siswa duduk di bangku Sekolah Dasar. Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar masa yang akan dating menjadi patriot pembela bangsa dan negara. Menurut Sumiati (2008), Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa gar masa yng akan datng menjadi patriot pembela bangsa dan Negara. Pendidikan memiliki beberapa misi penting, yaitu sebagai berikut : PKn sebagai pendidikan politik, PKn sebagai pendidikan nilai, PKn sebagai pendidikan nasionalisme, PKn sebagai pendidikan hukum, PKn sebagai pendidikan multukultural, PKn sebagai pendidikan resolusi konflik. Kesadaran akan nilai adalah suatu kesadaran akan nilai itu sendiri yang terkandung dalam materi yang diajarkan, sehingga kesadaran akan norma akan mengarah pada nilai tersebut. Menurut Wahana (2004), kesadaran akan sikap yang sesuai dengan nilai maka tindakan tersebut yang akan mewujudkan nilai. Pkn sebagai pendidikan nilai dimaksudkan bahwa melalui pembelajaran PKn di harapkan dapat menyadarkan siswa akan nilai, norma yang dianggap baik oleh bangsa dan negara pada siswa, selain itu PKn juga di harapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan nilai kebangsaan atau nasionalisme siswa, sehingga siswa lebih mencintai dan rela berkorban untuk bangsa dan negaranya. Siswa seharusnya menyadari pentingnya nilai sehingga tertarik untuk mewujudkan nilai – nilai yang terkandung dalam mata pelajaran PKn. Peserta didik harus mengetahui cara – cara dalam menghadapi masalah yang ada di lingkungan sekitar. PKn termasuk salah


(41)

satu mata pelajaran yang sangat penting, karena PKn di ajarkan di semua jenjang pendidkkan.

Menurut Dikti (dalam Subagya, 2008 : 4) subtansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan mencakup : (1) pengantar, (2) hak asasi manusia, (3) hak dan kewajiban waraga negara, (4) bela negara, (5) dekomkasi, (6) wawasan nusantara, (7) ketahanan nasional, (8) politik strategi nasional. Menurut Ariyani dan Susantim (2010:18) kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada pembentukkan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa, untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, dan berkarakter.

Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia bertujuan untuk menjadikan siswa mampu berkembang menjadi pribadi yang cerdas, dan menggunakan kecerdasaannya tersebut untuk memajukan diri sendiri dan lingkungan. Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil diterapkan akan mampu untuk mengembangkan sikap mental yang cerdas, penuh tanggung jawab dalam diri siswa. Menurut Sumiati (2008), mengemukakan bahwa tujuan PKn di Indonesia akan tercapai yaitu dengan menanamkan konsep dan nilai yang sudah di anggap baik sebagai titik tolak untuk menumbuhkan warga negara yang baik.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu pendidikan yang memfokuskan pada pendidikan nilai dan moral serta pembentukkan jati diri dan cinta tanah air untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter.


(42)

24 2.1.4.2 Ruang Lingkup PKn

Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi beberapa aspek. Berdasarkan Depdiknas (2007) aspek – aspek tersebut meliputi sebagai berikut :

a. Persatatuan dan kesatuan bangsa, meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta Lingkungan, Kebangsaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan Jaminan keadilan. b. Norma, hokum dan peraturan, meliputi : Tertib dalam kehidupan

keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan – peraturan daerah, Sistem hokum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.

c. Hak asasi manusia meliputi : Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, Penghormatan dan perlindungan HAM.

d. Kebutuhan warga negara meliputi : Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara.

e. Konstitusi Negara meliputi : Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi – konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

f. Kekuasaan dan Politik, meliputi : Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan desa dan otonomi, Pemerintahan pusat, Demokrasi dan


(43)

system politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

g. Pancasila meliputi : kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideology negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasra negara, pemgamalan nilai- nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

h. Globalisasi meliputi : Globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia diera globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

Dari pernyataan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa ruang lingkup PKn memiliki delapan aspek yang penting seperti peratuan dan kesatuan bangsa, norma hukum dan peraturan, kebutuhan warga, kekuasaan dan politik, pancasila dan yang terakhir globaliasi. Dari kedelapan aspek tersebut terdapat satu aspek yang memenuhi materi dalam penelitian yaitu norma hukum dan peraturan.

2.1.5 Materi Kelas V Mengenai Peraturan Perundang-undangan Tingkat Pusat dan Daerah

1. Pentingnya memaahami peraturan perundang-undangan tingkat pusat

Dalam perturan perundang – undangan tingkat pusta siswa diajarkan untuk mengerti dan memahami pengertian peraturan perundang-undangan pusat dan contoh peraturan perundang – undangan pusat. Dalam peraturan perundang – undangan tingkat pusat ini siswa diajarkan untuk menjalankan dan menaati peraturan pusat contohnya adalah sebagai berikut : peraturan wajib belajar,


(44)

26

memahami sanksi yang perlau ketika peraturan perundang-undangan tingkat pusat di langgar.

2. Pentingnya memahami peraturan perundang-undangan tingkat daerah

Dalam peraturan perundang – undangan tingkat daerah siswa diajarkan untuk mengerti dan memahami pengertian peraturan tingkat daerah dan contoh peraturan perundang – undangan daerah. Dalam peraturan perundang – undangan tingkat daerah siswa di kenalkan dengan aturan daerah tingkat I (Provinsi) dan ringkat II (Kabupaten). Siswa juga di ajarkan untuk mengerti contoh peraturan perundang – undangan tingkat daerah, misalnya : tata cara pendirian bangunan baru, larangan merokok di dufut kota, sumber daya alam, dll). Siswa juga diajarkan untuk memahami sanksi yang berlaku ketika peraturan tersebut di langgar.

2.2 Penelitian yang relevan

Penelitian yang relevan yang pertama untuk mendukung penelitian ini dilaksanakan oleh Sari (2013) yang melakukan penelitian tentang pengaruh motivasi belajar dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif konfensional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 115 siswa. Teknik sampling menggunakan total sampling, yaitu seluruh siswa kelas III dan IV SD Negeri Panginan Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo sebanyak 24 anak digunakan menjadi sampel. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yang dituangkan dalam bentuk persentase. Berdasarkan


(45)

hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh motivasi belajar dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn terhadap kesiapan belajar siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Bandar Lampung tahun ajaran 2012-2013 berada pada kategori “kuat” dengan tingkat keeratan 0.77.

Kedua penelitian Palgunandi (2014) Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan mengenai persepsi siswa kelas X tentang profesionalisme guru kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan di SMK N 2 Yogyakarta. Penelitian mengenai persepsi siswa tentang profesionalisme guru ini ditinjau dari empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru profesional. Kompetensi guru yang dimaksud adalah kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dengan angket sebagai instrumennya. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan di SMK N 2 Yogyakarta yang berjumlah 114 anak. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian yang diperoleh adalah persepsi siswa kelas X tentang profesionalisme guru kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan ditinjau dari kompetensi profesional masuk dalam kategori cukup karena rata-rata skor (mean) siswa yaitu sebesar 31 masuk pada kategori cukup. Kompetensi pedagogik masuk dalam kategori cukup karena rata-rata skor (mean) siswa sebesar 28,18 masuk pada kategori cukup. Kompetensi kepribadian masuk dalam kategori baik karena


(46)

28

kompetensi sosial masuk pada kategori cukup yang diketahui dari rata-rata skor (mean) siswa sebesar 14,92 masuk pada kategori cukup

Ketiga penelitian dilaksanakan oleh Rinandanto (2015) Sikap siswa kelas IV dan V SD Negeri Balangan 1 Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman terhadap berperilaku hidup bersih dan sehat belum terlihat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap perilaku hidup bersih dan sehat di SD Negeri Balangan 1 Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah survei dengan teknik pengambilan datanya menggunakan angket. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas atas SD Negeri Balangan 1, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman yaitu kelas IV dan V diambil datanya dengan keseluruhan 54 siswa siswa terdiri dari 28 siswa kelas IV dan 26 siswa kelas V. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif yang dituangkan dalam bentuk persentase. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa sikap siswa terhadap perilaku hidup bersih dan sehat di SD Negeri Balangan 1 Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman berada pada kategori “sangat kurang aktif” sebesar 12,96 % (7 siswa), “kurang aktif” sebesar 12,96 % (7 siswa), “cukup aktif” sebesar 33,33 % (18 siswa), “aktif” sebesar 40,74% (22 siswa), dan “sangat aktif” sebesar 0% (0 siswa). Berdasarkan nilai rata-rata, yaitu 23,04 sikap siswa terhadap perilaku hidup bersih dan sehat di SD Negeri Balangan 1 Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman masuk dalam kategori “cukup aktif”.


(47)

Gambar 2.2 Literatur dari penelitian sebelumnya

Gambar 2.2 Skema Penelitian yang Relevan

Gambar 2.2 menunjukkan skema tentang tiga penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain yang memiliki relevansi dengan penelitian peneliti. Ketiga peneliti tersebut sama – sama meneliti tentang persepsi siswa dan sikap siswa. Hasil dari ketiga penelitian menunjukkan keberhasilan dalam meneliti persepsi dan sikap siswa. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

Persepsi Siswa dan Sikap Siswa

Sari (2013) yang melakukan penelitian tentang pengaruh motivasi belajar dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn terhadap kesiapan belajar siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Bandar Lampung tahun ajaran 2012-2013

Hubungan persepsi siswa dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta

Palgunandi (2014) Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan mengenai persepsi siswa kelas X tentang

profesionalisme guru kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan di SMK N 2 Yogyakarta

Rinandanto (2015) Sikap siswa kelas IV dan V SD Negeri Balangan 1 Kecamatan

Minggir Kabupaten Sleman terhadap berperilaku hidup bersih dan sehat belum terlihat


(48)

30

“Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta”.

2.3 Kerangka Berfikir

Persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn dapat dikatakan rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai kuesioner yang sudah dibagikan pada siswa. Pembelajaran dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dapat meningkatkan persepsi dan sikap siswa terhadap pembelajaran PKn. Pembelajaran PKn sebagai pendidikan nilai diharapkan mempu meningkatkan persepsi dan sikap siswa. Penggunaan model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ini akan meningkatkan kesadaran siswa akan nilai, nilai yang diharapkan yaitu akan nilai peraturan perundang-undangan. Tetapi kasusnya adalah saat ini banyak ditemukan bahwa siswa merasa tersaingi dari dunianya dan siswa tidak cukup memiliki motivasi dalam belajar karena kurangnya bimbingan untuk memahami hubungan antara ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan kehidupannya sekarang. Hal tersebut akan terwujud dengan 3 unsur dalam Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Ketiga unsur yaitu : Competence adalah kemampuan secara kognitif atau intelektual, Consience adalah kemampuan afektif dalam menentukan pilihan – pilihan yang dapat dipertanggung jawabkan secara moral, sedangkan Compassion adalah kemampuan dalam psikomotorik yang berupa tindakan konkret mapupun batin.

Berdasarkan hal-hal tersebut diharapkan penggunaan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dapat mengetahui hubungan persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn tentang nilai peraturan


(49)

perundang-undangan pusat dan daerah terhadap sesama siswa kelas V SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitian yaitu:

1. Terdapat hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn kelas V SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta.


(50)

80 BAB III

METODE PENELITIAN

BAB III ini membahas metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam metode penelitian membahas mengenai jenis penelitian yang digunakan, setting penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian jenis kuantitatif. Bentuk desain penelitian yang digunakan adalah Survei. Menurut Margono (2010:33) menjelaskan bahwa Survei adalah metode penelilian yang bertujuan untuk mencapai generalisasi, dengan jalan membuat perbandingan kuantitatif dari data yang dikumpulkan dengan prosedur tanya jawab yang sama. Variabel independen pada penelitian ini adalah persepsi siswa dan variabel dependen pada penelitian ini adalah sikap siswa pada mata pelajaran Pkn.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan persepsi siswa dengan sikap siswa pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta.

3.2 Setting Penelitian

Dalam setting penelitian ini berisikan tempat dan waktu penelitian yang penjelasannya sebagai berikut:


(51)

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017. SD Negeri Tegalrejo Yogyakarta beralamat di Jl. Wiratama No. 27 Yogyakarta Kode Pos: 555244, Telp (0274) 620045.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Tegalrejo 2 dengan jumlah 30 siswa, terdiri dari 16 siswa putra dan 14 siswa putri.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah persepsi dan sikap siswa terhadap pembelajaran PKn dengan menggunakan model PPR pada mata pelajaran PKn kelas VB semester I tentang Peraturan perundang-undangan pusat dan daerah.

3.2.4 Waktu Penelitian

Pada bulan Agustus tahun 2016 sampai Desember 2016. Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Jenis Kegiatan Waktu pelaksanaan

Agt Sept Okt Nov Des Jan

1 Observasi Awal, Bab I dan Kuesioner

2 Bab II dan Bab III

3 Ambil Data dan Analisis Data 4 Bab IV

5 Bab V

6 Revisi dan Daftar Ujian 7 Pengujian Skripsi


(52)

34

34 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2012: 119) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada kelas V karena Kompetensi Dasar yang digunakan dalam penelitian merupakan Kompetensi Dasar kelas V. Sugiyono (2010: 118) berpendapat bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristis yang dimiliki oleh populasi.

3.3.2 Sampel

Sugiyono (2010: 118) berpendapat bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristis yang dimiliki oleh populasi. Sampel untuk penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta.

3.4 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 63) Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh suatu informasi tantang hal tersebut, kemudian akan ditarik kesimpulan. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini ada dua yaitu:

1. Variabel Indenpenden (bebas)

Menurut Sugiyono (2010:61) Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya


(53)

variabel dependent (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu persepsi terhadap model Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR).

b. Variabel Dependen (terikat)

Menurut Sugiyono (2010:61) Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn.

c. Variabel Moderator

Menurut Sugiyono (2012: 62) adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel moderator dalam penelitia ini adalah Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel Moderator

Gambar 3.1 Pemetaan Variabel Penelitian

Persepsi Siswa Sikap Siswa

Terhadap Mata Pelajara PKn

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)


(54)

36

36 3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Kuesioner

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Menurut Sugiyono (2010:199) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

3.5.2 Observasi

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi. Menurut Riduwan (2004 : 104) merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Cara ini peneliti mengobservasi terlebih dahulu kelas yang dipakai untuk penelitian dan sebelum memberikan kuesioner. Observasi dilakukan untuk mengetahui jalannya proses belajar di kelas yang dilakukan untuk penelitian.

3.5.2 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari sesorang (Sugiyono, 2008: 340). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rekaman suara mengenai beberapa siswa yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan supaya data yang diperoleh melalui rekaman suara dapat dipercaya dan mendukung informasi yang dibutuhkan peneliti. Hasil observasi dan pengamatan akan lebih dipercaya apabila didukung dengan adanya dokumentasi.


(55)

3.6 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:148) instrumen penelitian merupakan alat ukur dalam penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner persepsi dan sikap siswa. Menurut Sugiyono (2010:199) Kuesioner merupakan alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Menurut Sukardi (2003:76) kuesioner atau yang disebut angket terdapat bermacam-macam pernyataan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan.

Tabel 3.2 Daftar Kuesioner Yang Digunakan

No Instrumen Indikator Instrumen yang

digunakan

1. Presepsi siswa terhadap meodel pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif

Menyerap 11, 14, 16, 19, 31 Mengerti

Mengerti 2 Sikap siswa terhadap mata

pelajaran PKn

Kognitif 3, 5, 8, 10, 11, 13, 16, 17, 31, 32

Afektif Konatif Afektif Konatif

Kuesioner ini terdiri atas enam indikator yang kemudian dijabarkan ke beberapa pernyataan.


(56)

38

38

Berikut ini yang digunakan oleh peneliti sebagai pedoman kuesioner: Tabel 3.3 Kisi-kisi dan Indikator Kuesioner Persepsi

No Kisi-kisi Indikator Pembagian 1

Persepsi

Menyerap Persepsi tentang materi, media, dan sarana pelajaran dalam pembelajaran PKn

Mengerti

2 Menyerap Presepsi tentang langkah-langkah pelajaran dalam pembelajaran PKn

Mengerti

3 Menyerap Presepsi tentang interaksi dalam pembelajaran PKn

Mengerti

Tabel 3.4 Kisi-kisi dan Indikator Kuesioner Sikap No Kisi-kisi Indikator Pembagian

1

Sikap siswa pada mata pelajaran PKn

Kognitif Sikap saat mengikuti pelajaran Afektif

Konatif

2 Kognitif Sikap sebelum mengikuti pelajaran Afektif

Konatif

3 Kognitif Sikap setelah mengikuti pelajaran Afektif

Konatif

Dari keenam indikator diatas, kemudian dirinci ke dalam beberapa pernyataan atau deskriptor yang disusun peneliti bersama dengan peneliti lain yang melakukan penelitian payung yang dibimbing oleh dosen pembimbing. Deskriptor diambil dari buku Muhammad Fathurrohman “Model-model Pembelajaran Inovatif”. Indikator dalam kuesioner ini dijabarkan de dalam 72


(57)

deskriptor. Deskriptor-deskriptor ini terdiri dari pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable.

Menurut Sugiyono (2010:134) Kuesioner ini disusun berdasarkan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Skala Likert disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan suatu tingkatan. Terdapat empat jawaban yaitu “Sangat Sesuai (SS)”, “Sesuai (S)”, “Tidak Sesuai (TS)”, “Sangat Tidak Sesuai (STS)”. Berikut ini skor untuk pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable.

Tabel 3.5 Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor

Favorabel Unfavorabel

Sangat sesuai 5 1

Sesuai 4 2

Tidak memiliki pendapat 3 3

Tidak sesuai 2 4

Sangat tidak sesuai 1 5

Kemudian skala Likert ini dimodifikasi oleh peneliti sehingga ada empat skor dalam tiap-tiap alternatif jawaban. Hal ini dilakukan karena untuk menghindari jawaban dari responden memilih jawaban yang tidak mempunyai pendapat. Jadi kuesioner yang digunakan adalah kuesioner berstruktur atau tertutup. Kuesioner berstruktur adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan


(58)

40

40

memberikan tanda centang ( √ ) pada kolom sesuai dengan pilihannya. Berikut ini skor untuk pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable :

Tabel 3.6 Skor Kuesioner

Alternatif Jawaban Skor

Favorabel Unfavorabel

Sangat sesuai 5 1

Sesuai 4 2

Tidak sesuai 2 4

Sangat tidak sesuai 1 5

Berdasarkan group discussion peneliti menggunakan tiga indikator persepsi yaitu persepsi tentang materi, media dan sarana pembelajaran pada mata pelajaran PKn, persepsi tentang langkah-langkah pembelajaran mata pelajaran PKn, dan persepsi tentang interaksi dalam pembelajaran Pkn, namun didalamnya tetap menggunakan indikator menurut Hamka (2002) ada dua yaitu menyerap dan mengerti. Berikut ini kisi-kisi dari kuesioner yang akan disebarkan kepada responden :

1. Persepsi tentang materi, media, dan sarana prasarana dalam pembelajaran PKn

Tabel 3.7 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Persepsi Siswa No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel 1

Menyerap

Saya menerima penjelasan tentang materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

Saya mengabaikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

2 Setelah mengamati media

yang digunakan saya bertanya

Saya tidak mengamati media yang digunakan dalam mata


(59)

jika ada informasi yang belum jelas

pelajaran PKn

3 Materi dalam mata pelajaran PKn mudah dipahami

Materi dalam mata pelajaran PKn sukar dipahami

4

Mengerti

Media pembelajaran dapat membuat tugas saya cepat selesai

Media pembelajaran membuat tugas saya selesai dalam waktu yang lama

5 Saya menggunakan media

pembelajaran yang telah disediakan untuk mencari informasi yang dibutuhkan

Penggunaan media pembelajaran menghambat saya untuk mencari informasi yang dibutuhkan

2. Persepsi tentang langkah-langkah pelajaran dalam pembelajaran PKn No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel 1

Menyerap

Saya mendengarkan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

Saya lupa dengan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

2 Saya mampu membuat

kesimpulan dari pembelajaran PKn

Saya kesulitan membuat kesimpulan dari pembelajaran PKn

3 Saya menyampaikan hasil

pembelajaran yang didapatkan di depan kelas

Saya menolak untuk menyampaikan hasil pembelajaran yang didapatkan di depan kelas

4 Saya mencoba menemukan

manfaat pembelajaran PKN

Saya merasa kesulitan menemukan manfaat pembelajaran PKN


(60)

42

42

6 Saya bisa menemukan inti pembelajaran sendiri

Saya merasa sukar

menemukan inti

pembelajaran 3. Persepsi tentang interaksi dalam pembelajaran PKn

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel 1

Menyerap

Saya dapat mengembangkan pengetahuan yang didapatkan kepada teman

Saya mengalami hambatan dalam mengembangkan pengetahuan yang didapat 2 Saya menyadari pentingnya

bekerja sama dalam mencari pengetahuan

Saya memilih bekerja sendiri daripada bekerja sama dengan teman saat berdiskusi 3 Saya dapat membantu teman

dengan cara mengajarkan tentang penggunaan media pembelajaran

Saya mengajarkan kepada teman tanpa menggunakan media pembelajaran

4 Saya dapat bekerjasama

dengan kelompok untuk memecahkan permasalahan dalam belajar

Saya malas bekerjasama dengan kelompok untuk memecahkan permasalahan dalam belajar

5 Saya senang dapat

berinteraksi dengan teman sekelompok

Saya sungkan berinteraksi dengan teman sekelompok

6

Mengerti

Saya dapat membantu teman yang kesulitan dalam belajar

Saya menjauhi teman yang kesulitan dalam belajar 7 Saya dapat bekerja kelompok

bersama teman

Saya mengalami kesulitan dalam bekerja kelompok bersama teman

8 Saya ikut terlibat dalam diskusi saat pembelajaran

Saya hanya mengikuti pendapat teman dalam diskusi saat pembelajaran


(61)

4. Sikap sebelum mengikuti pelajaran

Tabel 3.8 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Sikap Siswa No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel 1

Kognitif

Saya memperhatikan terhadap mata pelajaran PKn

Saya malas memperhatikan mata pelajaran PKn

2 Saya segera memberikan

perhatian terhadap mata pelajaran PKn

Saya kurang memberikan perhatian terhadap mata pelajaran PKn

3

Afektif

Saya tertarik mengikuti pelajaran PKn

Saya malas mengikuti pelajaran PKn

4 Saya rajin masuk sekolah saat akan belajar PKn

Saya bolos sekolah saat akan belajar PKn

5 Saya senang saat akan belajar PKn

Saya tidak senang saat akan belajar PKn

6

Konatif

Saya perlu perisapan dalam mengikuti pelajaran PKn

Saya tidak perlu perisapan dalam mengikuti pelajaran PKn

7 Saya aktif menyiapkan buku PKn

Saya tidak menyiapkan buku PKn

5. Sikap saat mengikuti pelajaran

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel

1

Kognitif

Saya mendapatkan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn.

Saya tidak mendapatkan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn.

2

Mata Pelajaran PKn membuat ilmu pengetahuan saya berkembang.

Mata pelajaran PKn tidak berpengaruh bagi kehidupan saya.


(62)

44

44

ilmu pengetahuan saya berkembang.

berpengaruh bagi kehidupan saya.

4

Afektif

Saya bersemangat dalam mengikuti pembelajaran PKn.

Saya kesulitan dalam mengikuti pembelajaran PKn.

5 Bagi saya pembelajaran PKn itu menyenangkan.

Bagi saya pembelajaran PKn itu sulit.

6 Konatif

Saya mendengarkan dengan sungguh-sungguh saat belajar mata pelajaran PKn.

Saya mendengarkan dengan tidak sungguh-sungguh saat belajar mata pelajaran PKn. 6. Sikap setelah mengikuti pelajaran

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel

1

Kognitif

Saya dapat menggunakan pengetahuan yang didapatkan dalam kegiatan sehari-hari.

Saya dapat menggunakan pengetahuan yang didapatkan terbatas di lingkungan rumah.

2

Afektif

Saya memberikan contoh sikap tindakan setelah mempelajari ilmu pengetahuan.

Saya kesulitan memberikan contoh sikap tindakan setelah mempelajari ilmu pengetahuan.

3

Saya mengetahui sikap apa yang ingin saya kembangkan setelah mengikuti pembelajaran.

Saya tidak mengetahui sikap yang ingin dikembangkan setelah mengikuti pembelajaran.

4

Konatif

Setelah mendapatkan pengetahuan, saya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah mendapatkan pengetahuan, saya tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

5 Saya berperilaku baik setelah mempelajari pembelajaran Pkn.

Saya mengalami hambatan mengembangkan perilaku setelah mempelajari Pkn.


(63)

Berdasarkan kisi-kisi penyusunan kuesioner persepsi dan sikap di atas, maka disusun sebaran item kuesioner sebagai berikut:

Tabel 3.9 Sebaran Uji Coba Kuesioner Persepsi Siswa

Indikator Indikator Ahli Pernyata an farvorab le Pernyata an unfarvor able Jumlah pernyat aan farvora ble Jumlah pernyataan unfarvora ble Total

Persepsi tentang materi, media, dan sarana pelajaran dalam pembelajaran PKn

Menyerap 1, 2, 3 8, 9, 10,

7 7 14

Mengerti 4, 5, 6, 7

11, 12, 13, 14 Persepsi tentang

langkah-langkah pelajaran dalam pembelajaran PKn

Menyerap 15, 16 20, 21

5 5 10

Mengerti 17, 18, 19

22, 23,24

Persepsi tentang interaksi dalam pembelajaran PKn

Menyerap 25, 26 30, 31, 32

5 5 10

Mengerti 27, 28, 29

33, 34, 38

Tabel 3.10 Sebaran Uji Coba Kuesioner Sikap Siswa

Indikator Indikator Ahli Pernyataan farvorable Pernyataan unfarvorable Jumlah pernyataan farvorable Jumlah pernyataan unfarvorable Total Sikap siswa sebelum pembelajaran

kognitif 1, 2 7, 8

6 6 12

afektif 3 ,4 9, 10 konatif 5, 6 11, 12 Sikap siswa kognitif 13, 14 19, 20,


(64)

46

46 Sikap siswa

setelah pembelajaran

kognitif 25, 26 31, 32

6 8 14

afektif 27, 28 33, 34, 35 konatif 29, 30 36, 37, 38

Selain dengan kuesioner, peneliti juga menggunakan observasi untuk mengumpulkan data. Berikut adalah lembar observasi yang digunakan oleh peneliti :

Tabel 3.11 Lembar Observasi Kelas

No. Aspek yang Diamati

A. Perangkat Pembelajaran 2. Prota (KTSP) 3. Prosem (KTSP) 4. Silabus

5. RPP/RPPH B. Proses Pembelajaran

1. Membuka pelajaran 2. Penyajian materi 3. Metode Pembelajaran

4. Penggunaan bahasa dan waktu 6. Aktivitas belajar siswa

7. Pengelolaan kelas 8. Penggunaan media 9. Cara menutup pelajaran 10.Evaluasi

3.7 Teknik Pengujian Instrumen

Teknik yang digunakan untuk menguji instrumen ini adalah teknik validitas dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan untuk menguji


(65)

kevalidan dan kereliabilitasan suatu instrumen penelitian. Berikut ini penjelasan mengenai validitas dan reliabilitas pada penelitian ini.

3.7.1 Validitas

Instrumen yang valid adalah instrumen yang bisa diukur sesuai dengan tujuan yang akan diukur (Widoyoko, 2012: 128). Sugiyono menambahkan bahwa validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek tertentu yang diteliti dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2012: 361). Validitas penelitian dibagi menjadi dua, yaitu: (1) validitas internal merupakan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil penelitian. (2) Validitas eksternal merupakan derajat akurasi penelitian dengan generalisasi atau penerapan terhadap populasi di mana sampel itu diambil. Validitas internal harus memenuhi validitas konstruk dan validitas isi.

Rencana validitas dalam penelitian ini adalah uji validitas konstruk. Validitas konstruk dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS Statistic 16 for windows dengan rumusan Pearson Correlation. Soal dikatdakan valid jika Product momen dari Person untuk taraf signifikasi ˃ 5% dan untuk taraf signifikasi 1%. Sedangkan reabilitas dikatakan kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan diatas 0,8 adalah baik.

3.7.1.1. Validitas Instrumen

a. Validitas Isi (Content Validity)


(66)

48

48

diukur (Siregar, 2014: 46-47). Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan (Sugiyono, 2015: 182). Peneliti membandingkan instrumen hasil konsultasi terhadap guru dan kepala sekolah dengan pernyataan hasil kuesioner atau angket yang diisi oleh siswa. Berikut ini adalah tabel rubik penilaian Expert Judgement sebagai berikut:

Tabel 3.12 Rubik Penilaian

No Komponen Penelitian Expert Judgement Rerata

Skor Dosen I Dosen II Guru SD Total

1 Kejelasan rumusan 3 4 3 10

2 Kelengkapan cakupan rumusan indikator

4 4 4 12

3 Kesesuaian dengan buku yang digunakan

4 3 4 11

4 Kesesuaian dengan indikator yang ingin dicapai

3 3 4 10

5 Kesesuaian dengan karakter peserta didik

3 3 4 10

6 Keruntutan dan sistematika isi instrument

3 4 3 10

7 Kesesuaian isi instrumen dengan buku yang digunakan

4 4 3 11

8 Mencantumkan referensi buku dalam instrument

3 3 3 9

9 Ketepatan ejaan 4 3 4 11

10 Ketepatan pilihan kata 3 4 3 10

11 Kebakuan struktur kalimat 3 3 3 9

12 Kebakuan bentuk huruf 4 3 4 11

Total Skor 124


(67)

Gambar 3.2 Rumus Rata-Rata

Tabel 3.13 Rentang Skor

Kategori Rentang Nilai

Layak tidak perlu perbaikan 100 Layak dengan perbaikan 41 – 99

Tidak Layak 1 – 40

Berdasarkan dari hasil validasi tabel 3.8 diatas dapat disimpulkan bahwa rerata skor sebesar 86,11 menunjukkan bahwa instrumen kuesioner penelitian tersebut layak digunakan dengan perbaikan. Hal tersebut didasarkan pada hasil rata-rata dari rubik penilaian Expert Judgement berada di rentang skor 41-99.

b. Validitas Konstrak (Construct validaty)

Validitas konstruk merupakan validitas yang berkaitan dengan kesanggupan alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diambil dari teori-teori para ahli (Siregar, 2014: 48). Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari para ahli (judgment experts) (Sugiyono, 2015: 177). Peneliti berkonsultasi dengan guru dan kepala sekolah mengenai instrumen kreativitas belajar siswa terhadap model pembelajaran saintifik. Setelah pengujian konstrak dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil.


(1)

50

50 Lampiran 13. Lembar Kuesioner Siswa


(2)

(3)

52

52


(4)

(5)

54

54

BIODATA PENULIS

Aufrida Edith Herinda merupakan anak pertama dari pasangan Heronimus Sulistyo dan Nunik Murwani. Lahir di Bantul pada tanggal 4 Mei 1995. Pendidikan awal dimulai dari TK Jebugan Baru, Bantul tahun 1999-2001. Pendidikan dilanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar Kanisius Manding, Bantul pada tahun 2001-2007. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bantul, pada tahun 2007-2010. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Stella Duce 2 Yogyakarta, pada tahun 2010-2013. Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Guru Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013 hingga sekarang. Semasa menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma penulis pernah mengikuti berbagai kegiatan diantaranya: Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I, Pelatihan Pengembangan Kepribadian II, English Club, Kursus Mahir Dasar, Inisiasi Mahasiswa Keguruan, Week End Moral, , mengikuti Seminar Love, Datting and Sex “Pacaran Dengan Akal Sehat”, kepanitiaan JARKOM XXXIX (Jaringan Komunikasi Pelajar Katolik se-Keuskupan Agung Semarang), menjadi peserta KEK III (Kongres Ekaristi Keuskupan ke III).


(6)