Pengalaman Pria dalam Menggunakan Metode Vasektomi di Desa Babakansari Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur Tahun 2012

PENGALAMAN PRIA DALAM MENGGUNAKAN METODE
VASEKTOMI DI DESA BABAKAN SARI KECAMATAN
SUKALUYU CIANJUR TAHUN 2012
Skripsi
Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

Hani Qurrotul Aini
108104000052

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Februari 2013

Hani Qurrotul Aini

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Februari 2013
Hani Qurrotul Aini, NIM: 018104000052
Pengalaman Pria dalam Menggunakan Metode Vasektomi di Desa
Babakansari Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur Tahun 2012
xv + 68 halaman + 2 tabel + 2 skema + 2 gambar + 3 lampiran

ABSTRAK
Jumlah akseptor KB pria di Indonesia pada tahun 2011 masih sangat
rendah yaitu 3,67 % jika dibandingkan dengan jumlah akseptor KB wanita yaitu
96,33%. Pengalaman masa lalu mempunyai pengaruh paling besar (dominan)
terhadap keputusan adopsi ide dan alat kontrasepsi pria. Penelitian ini bertujuan
untuk mengeksplorasi pengalaman pria dalam menggunakan metode vasektomi di
Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi deskriptif. Informan dalam penelitian ini terdiri atas tiga orang
partisipan utama (pria yang pernah menggunakan alat kontrasepsi) dan tiga orang
partisipan pendukung (istri informan utama). Pemilihan partisipan ditetapkan
secara langsung (purposive) dengan prinsip kesesuaian (appropriatness) dan

kecukupan (adequacy). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara wawancara mendalam.
Penelitian ini mengidentifikasi ada enam tema, yaitu: 1) Makna alat
kontrasepsi bagi pria; 2) Jenis alat kontrasepsi yang pernah digunakan pria; 3)
Alasan pria dalam menggunakan alat kontrasepsi; 4) Perasaan yang terjadi saat
menggunakan alat kontrasepsi; 5) Keluhan pria saat menggunakan alat
kontrasepsi; dan 6) Keyakinan pria dalam menggunakan alat kontrasepsi. Hasil
penelitian ini dapat menjadi gambaran kepada petugas kesehatan dalam upaya
promosi kesehatan tentang pentingnya keikutsertaan pria dalam menggunakan alat
kontrasepsi, dan diperlukan penelitian lanjutan tentang keluhan pria saat
menggunakan alat kontrasepsi agar menjadi perbaikan di masa mendatang.
Kata kunci: Pengalaman, Pria, Metode vasektomi
Referensi : 52 (tahun 1997-2012)

v

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduates Thesis, February 2013

Hani Qurrotul Aini, NIM: 018104000052
Mens Experience of Using Vasectomy Method in Babakansari, Sukaluyu,
Cianjur Year 2012
xv + 68 pages + 2 table + 2 scheme + 2 picture + 3 attachments

ABSTRACT
The number of family planning acceptors men in Indonesia in 2011 is still
very low at 3,67% in comparison with the number family planning acceptors
women is 96,33%. Past experience has the deepest influence (dominant) againts
the adoption of ideas and tools contraception for men. The purpose of this study
was to explore the experience of men in the use of vasectomy method in Sub
Sukaluyu Cianjur.
This research used qualitative research with a phenomenological approach.
Informants in this study consists of three key informants (men had use
contraceptives) and three supporting informants (key informants wife). Selection
of participants was set directly (purposive) with the principle of conformity
(appropriatness) and adequacy. Data collection techniques in this study conducted
by in-depth interviews.
The results of this study showed six themes : 1) The meaning of
contraception for men; 2) Kind of Contraceptions had been used by men; 3) Mens

reason using contraceptive; 4) Mens feel when using contraceptives; 5) Mens
complaint when using contraception; and 6) Mens faith of using contraception.
The results of this research can be a picture of the health workers in health
promotion efforts on the importance of participation in the use of male
contraception, and further research is needed on complaints men make use
contraceptives to be improved in the future.
Keywords: Experience, Men, Vasectomy method
Reference : 52 (years 1997-2012)

vi

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengalaman Pria dalam Menggunakan
metode vasektomi di Desa Babakan Sari Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur”. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan
(S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapat banyak bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang tak terhingga
penulis haturkan kepada:
1. Kementrian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa santri
berprestasi sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1 ilmu keperawatan di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., M.KM. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keparawatan
4. Irma Nurbaeti S.Kep., M.Kep., Sp. Mat. selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan memberikan motivasi
5. Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep., Ns. Sp.Kep.Mat. selaku pembimbing I yang telah
membimbing dan memberikan motivasi
6. Ita Yuanita, S.Kp., M.Kes. selaku pembimbing II yang telah membimbing dan
memberikan motivasi
vii

7. Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan motivasi
8. Segenap staff bidang akademik Program Studi Ilmu Keperawatan dan FKIK
9. Bapak H.E.Kamaludin dan Ibu Hj.Mariyam tercinta terima kasih atas limpahan kasih

sayang, doa dan dukungan yang telah diberikan. Jazakallahu khairan katsira
10. Teman-teman seperjuanganku, PSIK 2008 terima kasih atas doa dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proses skripsi ini, karena
sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga skripsi ini bisa dikembangkan
kembali dan dapat memberikan manfaat, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Tangerang, Februari 2013

Penulis

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
Nama

: Hani Qurrotul Aini

Jenis Kelamin


: Perempuan

Tempat tanggal lahir

: Cianjur, 03 April 1990

Kewarganegaraan

: Indonesia

Agama

: Islam

Alamat lengkap

: Kp. Lembur Tengah Rt.02 Rw.04 Desa Cibiuk,
Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur 43282


Telepon, HP

: 085692326520

E-mail

: haniqa_tea@yahoo.com

Pendidikan
1995-1996

: RA Al-Mubarokah Ciranjang-Cianjur

1996-2002

: MI Al-Mubarokah Ciranjang-Cianjur

2002-2005

: MTs Al-Mubarokah Ciranjang-Cianjur


2005-2008

: MA Nurul Islam Selajambe-Cianjur

2008-2013

: S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ix

DAFTAR ISI
Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................


iii

LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................

iv

ABSTRAK .....................................................................................................

v

ABSTRACT ....................................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................

ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................

x

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

xii

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xv

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ..............................................................................

1

B. Rumusan Masalah ........................................................................

5

C. TujuanPenelitian......................................................................... .

6

D. ManfaatPenelitian.........................................................................

6

E. RuangLingkupPenelitian ..............................................................

7

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman ...............................................................................

8

B. Keluarga Berencana ..................................................................

9

1. Pengertian ............................................................................

9

2. Metode Kontrasepsi Pria ......................................................

10

C. Partisipasi Pria dalam KB ..........................................................

20

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Pria dalam KB ...

21

E. Kerangka Teori............................................................................

23

x

BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep .........................................................................

24

B. Definisi Istilah .............................................................................

25

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ..........................................................................

26

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................

27

C. Partisipan Penelitian ....................................................................

27

D. InstrumenPenelitian ......................................................................

28

E.Teknik Pengumpulan Data ............................................................

28

F. Keabsahan Data ............................................................................

30

G. Teknik Analisa Data .....................................................................

32

H. Etika Penelitian ............................................................................

35

BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian .......................................

36

B. Hasil Penelitian ..........................................................................

37

BAB VI PEMBAHASAN
A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ....................................

50

B. Keterbatasan Penelitian................................................................

65

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................

66

B. Saran ...........................................................................................

68

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

Nomer Tabel

Halaman

5.1

Partisipan Utama

37

5.2

Partisipan Pendukung

38

xii

DAFTAR BAGAN

Nomer Bagan

Halaman

2.1

Kerangka Teori

23

4.1

Teknik Analisa Data

34

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomer Gambar

Halaman

2.1

Sebelum Vasektomi

19

2.2

Setelah Vasektomi

20

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: Analisa Tematik

Lampiran 2

: Surat Ijin Penelitian

Lampiran 3

: Informed Consent

Lampiran 4

: Pedoman Wawancara Mendalam

xv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak keempat di
dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Penduduk Indonesia pada
tahun 2010 berjumlah 237. 641.326 orang terdiri atas 119.630.913 penduduk
laki-laki dan 118.010.413 penduduk perempuan. Jumlah ini mengalami
peningkatan dengan laju pertumbuhan penduduk 14,9% bila dibandingkan
dengan tahun 2000 (BPS, 2010). Data tersebut menggambarkan bahwa
pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat cepat yakni tercatat sekitar 3,2
juta per tahun atau setara dengan jumlah penduduk negara Singapura. Jika
laju pertumbuhan tidak dapat dikendalikan, diperkirakan jumlah penduduk di
Indonesia pada tahun 2045 mencapai dua kali lipat dari jumlah sekarang,
menjadi sekitar 450 juta jiwa, hal ini berarti satu dari 20 penduduk dunia
adalah orang Indonesia (BKKBN, 2010).
Tingginya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan empat masalah
besar yang harus diperhatikan, yakni kualitas penduduk, kuantitas penduduk,
mobilitas penduduk dan administrasi kependudukan. Kualitas penduduk
Indonesia

masih

memprihatinkan,

karena

jika

dilihat

dari

Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), Indonesia menduduki urutan 108 dari sekitar
180 negara. Sementara untuk mobilitas, persebaran penduduk Indonesia juga
belum merata, dengan perbandingan penduduk di Jawa dan luar Jawa 70
berbanding 30 (Bappenas, 2012).

1

2

Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah
akibat peningkatan jumlah penduduk salah satunya dengan program Keluarga
Berencana (KB) Nasional (Bappenas, 2010). Program KB mempunyai arti
penting dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia sejahtera. Undangundang

Pembangunan

No.

10

tahun

1992

tentang

Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, menyebutkan bahwa
KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga
kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2009). Salah satu sasaran yang akan
dicapai oleh program KB dalam jangka panjang demi tercapainya “Keluarga
Berkualitas 2015” adalah upaya peningkatan keikutsertaan pria dalam ber-KB
(Satria, 2005).
Upaya tersebut selama ini diukur melalui penggunaan alat kontrasepsi
kondom dan vasektomi yang telah mendapat perhatian serius pemerintah
sejak isu kesetaraan gender dalam KB (Gema, 2006). Isu kesetaraan gender
memang sangat mempengaruhi keberhasilan program KB. Para provider dan
penentu kebijakan masih menganggap penggunaan kontrasepsi adalah urusan
perempuan. Mengingat perempuan

yang sudah

menjalankan fungsi

reproduksi seperti masa hamil, persalinan, menyusui, mendidik, mengasuh
juga acapkali diharuskan membantu suami mencari nafkah, masih harus
menggunakan alat kontrasepsi yang terkadang tidak cocok, bahkan
menimbulkan komplikasi. Suami yang punya andil dalam proses reproduksi
tidak mau berpartisipasi dalam menggunakan alat kontrasepsi (BKKBN,

3

2003). Kaum pria yang berstatus sebagai kontributor kehamilan nyaris tidak
punya peran yang signifikan dalam upaya mengatur jumlah kelahiran anak,
jumlah kelahiran anak yang diatur melalui peningkatan cakupan program KB
pria yang memiliki nilai strategis (BKKBN, 2003).
Jumlah cakupan akseptor KB di Indonesia pada tahun 2011
berdasarkan jenis kelamin meliputi peserta laki-laki dengan jumlah 3,67 %
dan peserta perempuan 96,33%. Cakupan akseptor KB di DKI Jakarta tahun
2011, laki-laki berjumlah 4,64 % dan perempuan berjumlah 95,36 %. Peserta
KB aktif pria di Provinsi Jawa Barat berjumlah 2,24 % sedangkan peserta KB
aktif wanitanya berjumlah 97,76 %. Hal tersebut membuktikan bahwa
sebagian besar peserta KB aktif adalah wanita dan sebagian kecil lainnya
adalah pria (BKKBN, 2010).
Rendahnya partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi
tersebut antara lain disebabkan adanya pandangan bahwa KB hanya
merupakan urusan perempuan atau istri, tingginya “unmeet need”, pilihan KB
pria hanya dua yaitu kondom dan vasektomi, kurangnya dukungan dari para
tokoh agama dan tokoh masyarakat tentang KB pria (BKKBN, 2007). Hasil
penelitian yang dilakukan Brahmana (2011) di kota Medan menunjukkan
bahwa faktor pengalaman masa lalu, faktor norma-norma yang berlaku, dan
faktor kebutuhan adopter berpengaruh terhadap keputusan adopsi ide dan alat
kontrasepsi KB pria pada kalangan PNS pria di BPPKB kota Medan.
Pengalaman masa lalu mempunyai pengaruh paling besar (dominan) terhadap
keputusan adopsi ide dan alat kontrasepsi KB pria.

4

Penelitian lain yang dilakukan oleh Dacosta, Lewis, dkk (2010) di
Jamaika menunjukkan bahwa 92,6% partisipan melaporkan pengalaman yang
baik dalam menggunakan alat kontrasepsi berupa vasektomi, tidak terdapat
nyeri yang signifikan, dan hanya terdapat satu kegagalan (1,21%) tetapi tidak
terjadi kehamilan. Ernayati (2008) melaporkan hasil penelitiannya tentang
tindakan pria peserta KB aktif dalam memilih alat kontasepsi di Surakarta
meliputi alasan pria sebagai akseptor KB aktif dan alasan pria memilih alat
kontrasepsi. Alasan pria sebagai akseptor KB aktif meliputi 1). Untuk
menekan jumlah anak karena mereka telah memiliki anak lebih dari tiga; 2).
Karena kesetaraan gender, para pria ingin membuktikan bahwa urusan KB
bukanlah semata-mata urusan perempuan tapi pria juga bisa ikut
berpartisipasi dalam KB; dan 3). Kesadaran para suami untuk ikut
berpartisipasi dalam KB. Sedangkan alasan pria dalam memilih alat
kontrasepsi meliputi alasan memilih kondom yaitu karena harganya yang
murah dan mudah dicari; dan alasan pria memilih vasektomi adalah karena
tingkat kegagalan dari vasektomi sangat tipis, tidak ada efek samping, merasa
aman dan nyaman ketika melakukan aktifitas seksual.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap laporan
jumlah akseptor KB di Kabupaten Cianjur pada bulan Juni tahun 2012 terdiri
dari wanita dengan jumlah 97,2 % dan pria dengan jumlah 2,8 %. Data
laporan jumlah akseptor KB di kecamatan Sukaluyu pada bulan Juni tahun
2012 diketahui bahwa jumlah akseptor KB wanita sebesar 97,14 % dan
jumlah akseptor KB pria sebesar 2,86 %. Data ini menunjukkan bahwa di

5

kecamatan Sukaluyu partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi
masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah akseptor KB wanita.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik
untuk

menggali

lebih

dalam

bagaimana

“pengalaman

pria

dalam

menggunakan metode vasektomi di Kecamatan Sukaluyu Kabupaten
Cianjur”.
B. Rumusan Masalah
Pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat cepat yakni 3,2 juta jiwa
per tahun. Jika laju pertumbuhan tidak bisa dikendalikan, diperkirakan jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2045 mencapai 450 juta jiwa (BKKBN,
2010). Tingginya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan masalah yang
rumit diantaranya masalah kualitas penduduk, kuantitas penduduk, mobilitas
penduduk dan administrasi kependudukan (Bappenas, 2012). Upaya
pemerintah untuk mengendalikan jumlah penduduk yang besar yaitu dengan
mencanangkan Program KB Nasional (Bappenas, 2010).
Salah satu sasaran yang akan dicapai demi terwujudnya “Keluarga
Berkualitas 2015” adalah upaya peningkatan keikutsertaan pria dalam KB
karena selama ini partisipasi pria dalam KB masih sangat rendah jika
dibandingkan dengan perempuan (Satria, 2005). Keputusan adopsi ide dan
alat kontrasepsi pria dipengaruhi oleh faktor pengalaman masa lalu, faktor
norma yang berlaku dan faktor kebutuhan (Brahmana, 2011). Oleh karena itu,
peneliti ingin menggali lebih dalam tentang bagaimana “pengalaman pria
dalam menggunakan metode vasektomi di kecamatan Sukaluyu kabupaten
Cianjur tahun 2012”.

6

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman pria dalam
menggunakan metode vasektomi di Desa Babakan Sari Kecamatan Sukaluyu
Kabupaten Cianjur Jawa Barat.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
a. Menjadi data dasar bagi peneliti selanjutnya mengenai pengalaman
pria dalam menggunakan metode vasektomi
b. Memberikan

informasi

mengenai

pengalaman

pria

dalam

menggunakan metode vasektomi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan literatur
(bahan bacaan) untuk menambah wawasan pendidik dan peserta
didik. Serta menjadi data dasar dalam peningkatan ilmu
keperawatan

dalam

hal

mengkaji,

mengidentifikasi

dan

mengeksplorasi pengalaman pria dalam menggunakan metode
vasektomi
b. Bagi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi
tenaga kesehatan untuk memahami pentingnya partisipasi pria
dalam KB dan menjadi strategi promosi kesehatan pria yang turut
berkontribusi dalam mensukseskan program KB nasional.

7

c. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada Pasangan Usia Subur (PUS)
terutama pria mengenai berbagai metode KB dan pengalaman
dalam menggunakannya sehingga masyarakat khususnya kaum pria
dapat menentukan pilihan dalam penggunaan alat kontrasepsi
secara baik dan benar.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan fenomenologi deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh
informasi mengenai pengalaman pria dalam menggunakan metode vasektomi.
Partisipan dalam penelitian ini adalah pria yang pernah menggunakan metode
vasektomi yang berdomisili di kecamatan Sukaluyu kabupaten Cianjur.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara
mendalam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Pengalaman menurut kamus besar Bahasa

Indonesia

(2008)

pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dijalankan dan atau
dirasakan. Menurut Notoatmodjo (2007) pengalaman merupakan guru yang
baik, yang menjadi sumber pengetahuan. Pengalaman dapat diartikan juga
sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan
peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat
tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah, 2003).
Pengalaman hidup seseorang apabila diungkapkan kembali, bisa
berupa tanggapan, reaksi, interpretasi, autokritik, bahkan terhadap pertahanan
diri terhadap dunia luar. Pengalaman hidup juga menjadi gambaran lengkap
kehidupan seseorang di masa lampau mengenai hitam putih, baik-buruk, yang
dapat diungkapkan kembali melalui upaya penelusuran pengalaman hidup
tersebut (Bungin, 2008).
Sudarminta (2002), mengungkapkan bahwa pengalaman adalah
keseluruhan peristiwa perjumpaan dan apa yang terjadi pada manusia dalam
interaksinya dengan alam, diri sendiri, lingkungan sosial sekitarnya dan
dengan seluruh kenyataan termasuk yang ilahi. Terdapat dua macam
pengalaman yaitu pengalaman primer dan pengalaman sekunder. Pengalaman
primer adalah pengalaman langsung akan persentuhan indrawi dengan bendabenda konkret di luar manusia dan akan peristiwa yang disaksikan sendiri.
8

9

Pengalaman sekunder adalah pengalaman tidak langsung atau pengalaman
reflektif mengenai pengalaman primer. Terdapat tiga ciri pokok pengalaman
manusia. Pertama, pengalaman manusia itu sangat beraneka ragam. Kedua,
selalu berkaitan dengan objek tertentu di luar diri kita sebagai subjek. Dan ciri
pokok ketiga adalah bahwa pengalaman manusia selalu bertambah seiring
dengan bertambahnya umur, kesempatan, dan tingkat kedewasaan manusia.
B. Keluarga Berencana
1. Pengertian
Undang-undang Pembangunan No. 10 tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,
menyebutkan bahwa KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan
keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera
(BKKBN, 2009).
ICPD (1994) dalam BKKBN (2009), Program KB adalah suatu
program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan
perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi mereka, mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan
beresiko tinggi, mengurangi angka kesakitan dan kematian, membuat
pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima, dan mudah diperoleh bagi
semua

orang

yang

membutuhkan,

meningkatkan

mutu

nasihat,

komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan pelayanan, meningkatkan

10

partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan meningkatkan
pemberian ASI untuk penjarangan kehamilan.
2. Metode Kontrasepsi Pria
Metode kontrasepsi pada pria yang dapat digunakan adalah
kondom, vasektomi, dan cara KB alamiah yang melibatkan pria seperti
senggama terputus (coitus interuptus), pantang berkala (sistem kalender),
pengamatan lendir vagina (metode billing), dan pengukuran suhu badan
(BKKBN, 2006).
2.1. Cara kontrasepsi (KB) alamiah
a. Senggama Terputus (Coitus Interuptus)
Senggama

terputus

merupakan

metode

pencegahan

terjadinya kehamilan yang dilakukan dengan cara menarik penis
dari vagina sebelum ejakulasi, sehingga sperma dikeluarkan di luar
vagina. Cara senggama terputus memerlukan kesiapan mental
suami istri (Manuaba, 2009).
Kelebihan metode ini antara lain tanpa biaya, tidak perlu
menggunakan alat atau obat kontrasepsi, tidak memerlukan
pemeriksaan medis terlebih dahulu, tidak berbahaya bagi fisik,
mudah diterima, merupakan cara yang dapat dirahasiakan
pasangan suami istri dan tidak perlu nasihat orang lain, dan dapat
dilakukan setiap waktu tanpa memperhatikan masa subur maupun
tidak subur, jika dilakukan dengan baik dan benar (Hartanto,
2004).

11

Keterbatasan metode ini antara lain diperlukan penguasaan
diri yang kuat, kemungkinan ada sedikit cairan mengandung
sperma masuk kedalam vagina meskipun sudah dilakukan
pencabutan sebelum sperma dikeluarkan sehingga dapat terjadi
kehamilan, secara psikologis mengurangi kenikmatan dan
menimbulkan gangguan hubungan seksual, cara kontrasepsi ini
tidak selalu berhasil, tidak melindungi pasangan dari IMS
termasuk HIV/AIDS (BKKBN, 2009).
b. Pantang berkala atau sistem kalender
BKKBN (2009), menjelaskan metode KB pantang berkala
merupakan salah satu cara kontrasepsi alamiah yang dapat
dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri tanpa pemeriksaan
medis terlebih dahulu dengan memperhatikan masa subur istri
melalui perhitungan masa haid.Masa berpantang dapat dilakukan
pada waktu yang sama dengan masa subur, dimana saat mulainya
dan berakhirnya masa subur bisa dilakukan dengan perhitungan
kalender. Cara menghitung masa subur adalah sebagai berikut:
a. Sebelum menerapkan metode ini, seorang istri harus mencatat
jumlah hari dalam tiap satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus
haid)
b. Hari pertama siklus haid selalu dihitung sebagai hari ke satu
c. Jumlah hari terpendek selama 6 kali siklus haid dikurangi 18.
Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur

12

d. Jumlah hari terpanjang selama 6 kali siklus haid dikurangi 11.
Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur
Kelebihan metode ini antara lain adalah sekali mempelajari
metode ini dapat mencegah kehamilan atau untuk merencanakan
ingin punya anak, tanpa biaya, tidak memerlukan pemeriksaan
medis, dapat diterima oleh pasangan suami istri yang menolak
atau putus asa terhadap metode KB lain, tidak mempengaruhi ASI
dan tidak ada efek samping hormonal, dan melibatkan partisipasi
suami dalam KB (Manuaba, 2009). Keterbatasan metode ini
antara lain adalah tidak tepat untuk istri yang mempunyai siklus
haid yang tidak teratur, masa berpantang untuk senggama sangat
lama sehingga menimbulkan rasa kecewa dan kadang-kadang
berakibat pasangan tersebut tidak bisa mentaati, memerlukan
waktu 6 sampai 12 kali siklus haid untuk menentukan masa subur
sebenarnya, tidak melindungi pasangan dari IMS termasuk
HIV/AIDS (Hartanto, 2004).
c. Pengamatan lendir vagina (metode ovulasi billing)
Pengamatan lendir vagina dilakukan pada pagi hari untuk
mengetahui masa subur, pada masa subur ini pasangan suami istri
tidak boleh melakukan hubungan seksual (pantang senggama).
Cara mengetahui kesuburan dengan mengamati lendir vagina
adalah sebagai berikut:

13

a. Mengamati keluarnya lendir dari mulut rahim (serviks) setiap
hari
b. Satu hari atau lebih setelah haid, vagina akan terasa kering
sampai kemudian timbul lendir yang pekat, padat dan kental
c. Mengamati perbedaan lendir dari sifat lengket berubah
menjadi basah dan licin
d. Beberapa hari kemudian lendir akan semakin licin, elastis dan
encer. Hal ini berlangsung 1-2 hari, hari terakhir (hari ke dua)
perasaan licin adalah hari yang paling subur (puncak), yang
ditandai dengan pembengkakan vulva sampai kemudian lendir
menjadi berkurang.
Jika menggunakan metode ini, senggama dapat dilakukan
sesudah hari ke empat dari perasaan paling licin atau senggama
boleh dilakukan jika tiga hari berturut-turut dikenali sebagai masa
tidak subur yang ditandai dengan tidak ada lagi cairan yang licin
pada bagian vulva yang terjadi sejak hari ke empat setelah puncak
kelicinan. Kelebihan metode ini, dapat mencegah kehamilan,
tidak memerlukan biaya, tidak memerlukan pemeriksaan medis,
memungkinkan setiap kehamilan yang direncanakan, dapat
diterima oleh pasangan suami istri yang menolak atau putus asa
dengan metode KB lain, tidak mempengaruhi ASI dan tidak ada
efek samping hormonal, melibatkan partisipasi pria atau suami
dalam KB. Sedangkan keterbatasan metode ini antara lain masa
berpantang senggama sangat lama sehingga menimbulkan rasa

14

kecewa dan kadang-kadang berakibat pasangan tersebut tidak bisa
mentaati, perlu kesabaran dan kemauan yang serius dalam
menjalankannya, tidak melindungi pasangan dari infeksi menular
seksual termasuk HIV/AIDS.
d. Pengukuran suhu badan
Cara ini dilakukan dengan menghindari senggama pada
masa subur melalui pengukuran suhu tubuh yang dilakukan pada
jam yang sama stiap pagi hari sebelum turun dari tempat tidur;
pada masa subur, suhu badan meningkat 0,2 sampai 0,5 derajat
Celcius; pasangan suami istri tidak boleh melakukan senggama
pada masa subur ini sampai tiga hari setelah peningkatan suhu
badan tersebut atau menggunakan kondom jika ingin senggama.
Kelebihan metode ini, tidak memerlukan pemeriksaan
medis, dapat diterima oleh pasangan suami istri yang menolak
atau putus asa terhadap cara KB lain, tidak mempengaruhi ASI
dan tidak ada efek samping hormonal, melibatkan partisipasi
suami dalam KB. Sedangkan keterbatasan metode ini adalah masa
berpantang senggama sangat lama sehingga menimbulkan rasa
kecewa dan kadang-kadang berakibat pasangan tersebut tidak bisa
mentaati, perlu kesabaran dan kemauan yang serius dalam
menjalankannya, tidak melindungi pasangan dari infeksi menular
seksual termasuk HIV/AIDS.

15

2.2. Kondom
BKKBN (2007), menjelaskan bahwa kondom merupakan salah
satu alat kontrasepsi pria yang paling mudah dipakai dan diperoleh,
baik melalui apotik maupun toko obat dengan berbagai merek dagang.
Kondom terbuat dari karet atau lateks, berbentuk tabung, tidak tembus
cairan, dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi
kantung untuk menampung sperma. Kondom digunakan dalam
keadaan:
a. Bila hubungan seksual dilakukan pada saat istri sedang dalam masa
subur
b. Bila istri tidak cocok dengan semua jenis alat atau metode
kontrasepsi
c. Setelah vasektomi kondom perlu dipakai sampai 20-25 kali
ejakulasi atau 3 bulan
d. Sementara menunggu penggunaan metode atau alat kontrasepsi
lainnya
e. Bagi calon peserta pil KB dan sedang menunggu haid
f. Apabila lupa minum pil KB dalam jangka waktu lebih dari 36 jam
g. Apabila salah satu dari pasangan suami istri mendertita Infeksi
Menular Seksual (IMS) temasuk HIV/AIDS
h. Dalam keadaan tidak ada kontrasepsi lain yang tersedia atau yang
dipakai pasangan suami istri
i. Apabila menunggu pencabutan implant bila batas waktu pemakaian
telah habis.

16

Kondom mempunyai kelebihan antara lain efektif sebagai alat
kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar, murah dan mudah
didapat tanpa resep dokter, praktis dan dapat dipakai sendiri, tidak ada
efek hormonal, dapat mencegah kemungkinan IMS termasuk
HIV/AIDS, mudah dibawa, dapat menambah frekuensi hubungan
seksual dan secara psikologis menambah kenikmatan. Adapun
keterbatasan kondom antara lain kadang-kadang ada pasangan yang
alergi terhadap bahan karet kondom, hanya dapat dipakai satu kali,
secara psikologis kemungkinan mengganggu kenyamanan, dan
kondom yang kadaluwarsa mudah sobek dan bocor. Efektifitas
kondom antara lain efektif sebagai kontrasepsi bila dipakai dengan
baik dan benar, secara ilmiah tingkat efektifitas penggunaan kondom
88% sampai 98%, sangat efektif jika digunakan pada saat istri dalam
periode menyusui eksklusif selama 6 bulan (metode amenore laktasi),
dan akan lebih baik jika dikombinasikan dengan KB alamiah pantang
berkala (Hartanto, 2004).

2.3. Vasektomi
Vasektomi

merupakan

tindakan

penutupan

(pemotongan,

pengikatan, penyumbatan) kedua saluran sperma (vas deferens) pria
sebelah kanan dan kiri, yang terdapat dalam testis, sehingga pada
waktu ejakulasi, cairan yang keluar tidak lagi mengandung sperma
sehingga tidak terjadi kehamilan (Manuaba, 2009). Pria yang boleh
menjadi peserta vasektomi adalah PUS dengan syarat tidak ingin

17

punya anak lagi, sukarela dan telah mendapat konseling tentang
vasektomi, mendapat persetujuan dari istri atau keluarga, jumlah anak
sudah ideal dan umur anak paling kecil diatas lima tahun, sehat
jasmani dan rohani, tidak ada tanda-tanda radang pada testis, tidak ada
hernia, tidak ada kelainan akibat cacing tertentu pada testis, tidak ada
hipertensi, tidak ada penyakit diabetes mellitus tipa 1, tidak ada
penyakit paru-paru kronis, tidak ada penyakit jantung, umur istri
sekurang-kurangnya 25 tahun, mengetahui prosedur vasektomi dan
akibatnya, dan menandatangani formulir persetujuan (informed
concent) (BKKBN, 2009).
BKKBN (2011), menjelaskan bahwa terdapat 2 macam tehnik
vasektomi, yaitu vasektomi konvensional (dengan pisau), dan
vasektomi tanpa pisau. Kedua tehnik vasektomi tersebut dibedakan
atas prosedur yang dilakukan.
a.

Vasektomi Konvensional
Prosedur vasektomi konvensional adalah sebagai berikut:
1.

Skrotum dibersihkan dengan antiseptik dan mungkin dicukur.

2.

Dokter mungkin akan memberikan obat oral atau intravena
untuk mengurangi kecemasan.

3.

Setiap vas deferens ditentukan posisinya dengan perabaan.

4.

Anestesi lokal disuntikkan ke daerah tersebut.

5.

Dokter akan membuat dua sayatan kecil di skrotum. Melalui
sayatan tersebut, kedua tabung vas deferens diikat dan
dipotong.

18

6.

Vas deferens kemudian ditempatkan kembali di dalam
skrotum dan kulit ditutup dengan jahitan.

7.

Prosedur ini memakan waktu sekitar 20 sampai 30 menit dan
dapat dilakukan secara rawat jalan di klinik.

b.

Vasektomi tanpa pisau
Prosedur vasektomi tanpa

pisau

merupakan

prosedur

yang

sederhana dan paling aman karena tidak memerlukan pisau bedah
sehingga tidak ada sayatan yang dibuat melainkan hanya
dua tusukan kecil yang dilakukan pada masing-masing sisi kanan
dan kiri skrotum untuk mengambil vas deferens kemudian
mengklem, mengikat dan menempatkan kembali vas deferens di
tempatnya. Dalam prosedur ini, lubang tusukan sangat kecil
sehingga

dapat

menutup dengan

cepat

tanpa perlu

melakukan jahitan. Prosedur ini memakan waktu sekitar 10
sampai 15 menit dan dapat dilakukan secara rawat jalan di klinik.
Tehnik Vasektomi Tanpa Pisau (VTP) ini mampu meminimalkan
trauma, rasa nyeri dan kemungkinan terjadinya komplikasi.
Kelebihan vasektomi antara lain efektifitas tinggi (99,85%)
untuk mencegah kehamilan, tidak ada kematian akibat vasektomi dan
angka kesakitannya rendah, biaya lebih murah karena membutuhkan
satu kali tindakan saja, prosedur medis dilakukan hanya sekitar 10-15
menit, tidak mengganggu hubungan seksual setelah vasektomi, dan
lebih aman karena keluhan lebih sedikit dibandingkan kotrasepsi lain
(Hartanto, 2004).

19

Keterbatasan vasektomi adalah karena dilakukan dengan
tindakan medis atau pembedahan, maka masih memungkinkan terjadi
komplikasi seperti perdarahan, nyeri dan infeksi, tidak melindungi
pasangan dari IMS termasuk HIV/AIDS, bila istri tidak menggunakan
kontrasepsi maka suami harus menggunakan kondom selama 20-25
kali senggama atau tiga bulan setelah divasektomi, dan pada orang
yang mempunyai problem psikologis dalam hubungan seksual dapat
menyebabkan keadaan semakin terganggu (BKKBN, 2009).

Gambar 2.1. Sebelum Vasektomi (BKKBN, 2009)

20

Gambar 2.2. Setelah Vasektomi (BKKBN,2009)

C. Partisipasi Pria dalam KB
Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan
keikutsertaan ber-KB dan kesehatan reproduksi serta perilaku seksual yang
sehat dan aman bagi dirinya, pasangannya dan keluarganya. Partisipasi ini
adalah bentuk nyata dari kepedulian dan keikutsertaan pria dalam
pelaksanaan program KB (BKKBN, 2009).
Partisipasi pria dalam ber-KB dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Partisipasi pria secara langsung dalam program KB adalah
menggunakan salah satu cara atau metode pencegahan kehamilan seperti:
vasektomi, kondom, senggama terputus, pantang berkala, kontrasepsi lainnya
yang sedang dikembangkan. Sedangkan partisipasi pria secara tidak langsung
dalam program KB yaitu menganjurkan, mendukung atau memberikan
kebebasan kepada pasangannya (istri) untuk menggunakan alat kontrasepsi.

21

1. Mendukung istri dalam penggunaan alat kontrasepsi. Dukungan ini antara
lain meliputi:
a. Memilih kontrasepsi yang cocok yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan
keinginan dan kondisi istrinya
b. Membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar,
seperti mengingatkan saat minum pil KB, mengingatkan istri untuk
kontrol, dan sebagainya.
c. Membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun
komplikasi
d. Mengantarkan ke fasilitas pelayanan untuk kontrol atau rujukan
e. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini
terbukti tidak memuaskan
f. Menggantikan pemakaian kontrasepsi bila keadaan kesehatan istrinya
tidak memungkinkan
2. Merencanakan jumlah anak bersama istri dengan mempertimbangkan
berbagai aspek antara lain kesehatan dan kemampuan untuk memberikan
pendidikan dan kehidupan yang layak.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam menggunakan
alat kontrsepsi
Berthrand (1980) dalam BKKBN (2004), menyatakan bahwa perilaku
kesehatan berperan dalam menentukan keikutsertaan atau partisipasi akseptor
dalam KB. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam
menggunakan alat kontrasepsi yaitu 1). Faktor sosio-demografi meliputi

22

pendidikan, jumlah anak, umur, dan pekerjaan. 2). Faktor sosio-psikologis
yaitu kepercayaan atau kepuasan terhadap pelayanan KB. 3). Faktor pemberi
pelayanan yaitusumber pelayanan dan kemampuan petugas.

23

E. KERANGKA TEORI

Keluarga Berencana

Wanita

Pria

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi dalam
menggunakan alat kontrasepsi: faktor sosio-demografi,
faktor sosio-psikologis, faktor pemberi pelayanan

Partisipasi pria dalam KB

Langsung






Tidak langsung

Vasektomi
Kondom
Senggama terputus
Pantang berkala

Menganjurkan,
mendukung atau
memberikan
kebebasan kepada
pasangannya
(istri)
untuk
menggunakan alat
kontrasepsi
Pengalaman pria dalam
menggunakan alat
kontrasepsi

Dimodifikasi dari BKKBN (2009), Berthtrand (1980) dalam BKKBN
(2004), Manuaba (2009), Hartanto (2004), dan Notoatmodjo (2005).

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah diuraikan sebelumnya,
bahwa KB merupakan bagian dari kesehatan reproduksi dan menjadi hak
bagi pria maupun pasangan dalam menentukan jumlah anak dan mengatur
jarak kelahiran. Partisipasi pria adalah bentuk nyata dari kepedulian dan
keikutsertaan pria dalam pelaksanaan program KB baik yang bersifat
langsung maupun tidak langsung, menggunakan salah satu cara atau alat
kontrasepsi seperti vasektomi atau kondom merupakan partisipasi pria
yang bersifat langsung. Pengalaman pria dalam penggunaan alat
kontrasepsi perlu diketahui dan diteliti lebih dalam karena pengalaman
masa lalu mempunyai pengaruh paling besar (dominan) terhadap
keputusan adopsi ide dan alat kontrasepsi pria selain itu juga pengalaman
merupakan guru yang baik dan sumber pengetahuan sehingga masyarakat
khususnya kaum pria dapat menentukan pilihan dalam menggunakan alat
kontrasepsi secara baik dan benar. Untuk itu peneliti ingin mengeksplorasi
bagaimana pengalaman pria dalam menggunakan alat kontrasepsi.

24

25

B. Definisi Istilah
Untuk memperjelas istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan definisi istilah yaitu:
1. Pengalaman pria baik secara fisik maupun psikis dalam menggunakan
alat kontrasepsi adalah segala sesuatu yang pernah dialami (dijalankan,
dirasakan) lelaki dewasa dalam menggunakan alat kontrasepsi.
2. Alat kontrasepsi yaitu benda yang digunakan untuk mencegah
kehamilan

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif fenomenologi. Pendekatan kualitatif adalah suatu
proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia (Bungin, 2003).
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,
suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya,
data pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak.
Penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2010).
Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk
menjelaskan fenomena, penampilan dari sesuatu yang khusus, misalnya
pengalaman hidup (Streubert, 2003). Tujuan penelitian fenomenologi
adalah memahami makna dari pengalaman kehidupan yang dialami
informan dan menjelaskan perspektif filosofi yang mendasari fenomena
tersebut (Dharma, 2011). Fenomenologi deskriptif mencakup eksplorasi
secara langsung, analisis, dan deskripsi dari fenomena tertentu, sebebas
mungkin timbul dari prasangka tidak teruji, dengan tujuan presentasi
intuisi yang maksimal. Fenomenologi deskriptif menstimulasi persepsi
pengalaman hidup mereka dengan menekankan pada kesempurnaan,
kedalaman dan luasnya pengalaman yang didapat (Spiegelberg (1975)
dalam Streubert (2003)).

26

27

Penelitian ini didasarkan pada fokus masalah yang diteliti, memilih
informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuannya (Sugiyono, 2010).

B. Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada 13 Desember 2012 sampai
25 Januari 2013 di Desa Babakan Sari Kecamatan Sukaluyu Kabupaten
Cianjur. Penelitian ini dilakukan di Cianjur karena jumlah akseptor KB
pria di Cianjur masih sangat rendah jika dibandingkan dengan jumlah
akseptor KB wanitanya. Namun jumlah tersebut feasible untuk dilakukan
penelitian.

C. Partisipan Penelitian
Pemilihan partisipan dalam penelitian ini ditetapkan secara
langsung (purposive) dengan prinsip kesesuaian (appropriatness) dan
kecukupan (adekuancy) (Kresno, 2006). Pollit (2006), merekomendasikan
penentuan jumlah partisipan dalam penelitian kualitatif dengan metode
fenomenologi minimal 1 orang dan maksimal 10 orang. Penentuan jumlah
partisipan dapat ditambah apabila data belum mencapai saturasi (data
telah jenuh, jika ditambah partisipan lagi tidak memberikan informasi
yang baru) (Streubert & Carpenter, 2003). Adapun partisipan dalam
penelitian ini adalah 3 orang pria yang pernah menggunakan alat
kontrasepsi kondom dan sudah vasektomi selama lebih dari 2 tahun dan 3

28

orang istri dari masing-masing partisipan utama sebagai partisipan
pendukung yang merupakan warga di Desa Babakan Sari kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur, dapat berkomunikasi dengan baik, dan
bersedia menjadi partisipan.

D. Instrumen penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan
dibantu pedoman wawancara mendalam yang berbentuk pertanyaan dan
alat perekam (tape recorder).

E. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2012.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu alat
perekam (tape recorder).
2. Tahap pengumpulan data
a. Tahap persiapan pengumpulan data
Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus
izin penelitian kepada pihak-pihak terkait. Kemudian peneliti
meminta bantuan petugas BKKBN setempat untuk dipertemukan
dengan partisipan selanjutnya peneliti mengadakan pertemuan
dengan partisipan untuk perkenalan, menjelaskan tujuan penelitian,
dan melakukan pendekatan untuk membina hubungan saling
percaya. Ketika partisipan sudah menunjukkan tanda-tanda percaya

29

(wajah cerah, tersenyum, bersedia menjawab pertanyaan peneliti)
kepada peneliti dan bersedia untuk menjadi partisipan penelitian,
kemudian menyesuaikan jadwal pertemuan selanjutnya.
b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data
Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan
pembuatan laporan penelitian, peneliti menggunakan tekhnik
wawancara mendalam (indepth interview) yang merupakan salah
satu teknik pengumpulan data dalam studi kualitatif untuk
memperoleh informasi yang mendalam tentang pendapat, persepsi,
penerimaan atau kepercayaan masyarakat terhadap alat kontrasepsi
pria (Budiarto, 2004). Wawancara mendalam dilakukan dengan 6
informan dengan dibantu alat perekam (tape recorder).
Field & Morse (1985) dalam Holloway & Wheeler (2010)
menyarankan bahwa wawancara harus selesai dalam satu jam,
beberapa kali wawancara singkat akan lebih efektif dibanding
hanya satu kali dengan waktu yang panjang. Oleh karena itu,
peneliti melakukan wawancara dalam 3 pertemuan yang terdiri dari
pertemuan pertama yaitu perkenalan, penjelasan, dan pendekatan;
Pertemuan kedua mulai menggali pengalaman partisipan dalam
penggunaan alat kontrasepsi, pertemuan ketiga mengklarifikasi
jawaban yang diberikan partisipan. Dengan teknik ini diharapkan
dapat terjalin komunikasi langsung, luwes, fleksibel, terbuka, dan
tetap terarah, sehingga informasi yang didapat lebih banyak dan

30

luas mengenai pengalaman pria dalam menggunakan alat
kontrasepsi.
F. Keabsahan Data
Penelitian kualitatif dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan
antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi
pada obyek yang diteliti. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan
kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan
hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, sumber data kualitatif yang
kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian (Bungin,
2003). Oleh karena itu, dalam penetapan keabsahan (trustworthiness) data
diperlukan teknik pemeriksaan. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu
derajat

kepercayaan

(credibility),

keteralihan

(transferability),

kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability) (Moleong,
2007).
1.

Kredibilitas (credibility)
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya.
Beberapa kriteria dalam menilai kredibilitas adalah lama penelitian,
observasi yang detail, triangulasi, peer debriefing, analisis kasus
negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member
check (Bungin, 2007).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kredibilitas peer
drebriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos
hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi
analitik dengan rekan-rekan sejawat atau yang ahli dalam bidang

31

kualitatif. Jadi, setelah peneliti mengumpulkan data, peneliti akan
membuat transkrip data yang akan dibicarakan dengan pembimbing
untuk mendiskusikan unsur-unsur yang penting yang dialami
partisipan. Kemudian peneliti akan mengadakan member check yaitu
dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan
mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis
dengan mengaplikasikannya pada data, serta dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang data. Jadi, setelah transkrip data dibuat
peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada partisipan untuk
mengklarifikasi hasil temuan yang didapat oleh peneliti.
2.

Transferabilitas (transferability)
Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan
pada situasi yang lain dengan subyek lain yang memiliki tipologi yang
sama. Dimana peneliti akan menyediakan data deskriptif secukupnya
jika ia ingin membuat keputusan dengan melakukan penelitian kecil
untuk memverifikasi usaha tersebut (Bungin, 2003 dan Moleong,
2007). Penelitian ini peneliti tidak akan melakukan transferabilitas
pada keabsahan data karena keterbatasan waktu penelitian.

3.

Dependabilitas (dependability)
Dependabilitas yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada
kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan
menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk
menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai
apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak (Bungin, 2003).

32

Pada penelitian ini peneliti membuat transkrip data secara singkat,
maksud, tujuan, proses dan hasil temuan studi. Peneliti menjelaskan
secara rinci cara pencatatan yang telah diadakan selama penelitian.
Peneliti juga menyediakan segala macam pencatatan yang diperlukan
dan bahan-bahan penelitian yang tersedia untuk dipelajari oleh auditor
(pembimbing) untuk membuat suatu kesepakatan.
4.

Konfirmabilitas (confirmability)
Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan
kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang
dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini
dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang
tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan
agar hasil dapat lebih objektif (Saryono & Mekar, 2010). Pada
penelitian ini hasil penelitian ditelu