Tinjauan Tentang Upaya Hukum Peninjauan Kembali

xxvi tanpa tercukupinya fasilitas untuk menunjang tugas dan fasilitas di rumah, maka penegak hukum tidak dapat menjamin dirinya bersih dari godaan dan cobaan. Demikian juga halnya dengan budaya masyarakat kita yang belum begitu menghargai budaya patuh pada hukum.

4. Tinjauan Tentang Upaya Hukum Peninjauan Kembali

a. Pengertian Peninjauan Kembali Upaya Hukum Peninjauan Kembali merupakan Upaya Hukum Luar Biasa, karena dalam Peninjauan Kembali ini yang ditinjau adalah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, seperti yang dijelaskan dalam Pasal 263 ayat 1 Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana KUHAP. Bahwa terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung M. Yahya Harahap, 2002 : 593 . Andi Hamzah dan Irdan Dahlan memberikan definisi: Peninjauan Kembali, yaitu hak terpidana untuk meminta memperbaiki keputusan pengadilan yang telah menjadi tetap, sebagai akibat kekeliruan atau kelalaian hakim dalam menjatuhkan putusannya. Andi Hamzah membatasi subjek pengaju atau pemohon Peninjauan Kembali merupakan hak semata dari terpidana manurut pengertian tersebut atau hak bahwa Peninjauan Kembali bukan merupakan hak Jaksa Penuntut Umum, apalagi upaya jaksa tersebut memohonkan Peninjauan Kembali seseorang yang telah diputus pengadilan secara tanpa pemidanaan. Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Peninjauan Kembali memiliki unsur-unsur yang sangat limitatif sebagai berikut : 1 Meninjau Kembali. 2 Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap. 3 Tidak merupakan putusan bebas atau putusan lepas. 4 Ditujukan untuk terpidana atau ahli warisnya. xxvii b. Proses Acara Peninjauan Kembali 1 Alasan Peninjauan Kembali Ketentuan ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Pasal 263 ayat 2 : a Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan Penuntut Umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan tuntutan pidana yang lebih ringan. Bukti baru atau disebut juga novum merupakan satu dari alasan limitatif untuk pengajuan Peninjauan Kembali. b Apabila dalam berbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu dengan yang lain. c Apabila putusan itu telah dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan atau suatu kekeliruan yang nyata. d Apabila dalam suatu putusan, suatu perbuatan yang didakwakan telah dinyatakan terbukti, tetapi tidak diikuti oleh suatu pemidanaan. Ketentuan ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Pasal 263 ayat 93. 2 Tata cara mengajukan Peninjauan Kembali a Permintaan diajukan kepada panitera Pemohon mengajukan permintaan kepada penitera Pengadilan Negeri yang memutus perkara itu pada tingkat pertama. Pengadilan negeri selanjutnya akan meneruskan permintaan itu kepada Mahkamah Agung. Permintaan xxviii Peninjauan Kembali pada prinsipnya diajukan secara tertulis dan boleh juga diajukan secara lisan, dengan menyebutkan alasan-alasan yang mendasari permintaan Peninjauan Kembali. b Panitera membuat Akta permintaan Peninjauan Kembali Untuk pertanggungjawaban yuridis panitera Pengadilan Negeri yang menerima permohonan permintaan mencatat dalam sebuah surat keterangan yang lazim disebut “akta permintaan Peninjauan Kembali”. Akta atau surat keterangan ditandatangani oleh panitera dan pemohon, kemudian akta tersebut dilampirkan dalam berkas perkara. c Tenggang waktu mengajukan permintaan Peninjauan Kembali Mengenai tenggang waktu mengajukan permintaan Peninjauan Kembali diatur dalam Pasal 264 ayat 93 yang menegaskan bahwa permintaan adalah ada atau tidak alasan yang mampu mendukung permintaan Peninjauan Kembali 3 Putusan Peninjauan Kembali a Putusan pemidanaan, yaitu putusan yang berisi penjatuhan pidana atau putusan yang berisi penghukuman atau putusan yang berupa pernyataan salah terhadap terdakwa, yang terdapat dalam Pasal 193 Ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP jo. Pasal 183 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP. b Putusan bebas, hakim akan memutus bebas jika kesalahan terdakwa tentang melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti dengan sah dan meyakinkan, xxix yang terdapat dalam Pasal 191 Ayat 1 Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana KUHAP. c Putusan lepas dari segala tuntutan hukum, putusan ini dijatuhkan jika perbuatan terdakwa yang terbukti itu bukan merupakan suatu tindak pidana, atau hilang sifat melawan hukumnya perbuatan karena dibenarkan oleh undang-undang Pasal 191 Ayat 2 Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana KUHAP.

5. Tinjauan Tentang Asas Kepastian Hukum

Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI DALAM TINDAK PIDANA PSIKOTROPIKA (Putusan Nomor : 39 PK/Pid.Sus/2011)

0 3 16

ANALISIS KONSTRUKSI HUKUM HAKIM DALAM PEMBUKTIAN SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN DALAM MEMUTUS PERKARA KORUPSI GRATIFIKASI

0 5 105

ANALISIS YURIDIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENILAI ALAT BUKTI YANG DIHADIRKAN PENUNTUT UMUM DALAM MEMERIKSA DAN MEMUTUS PERKARA PERCOBAAN PEMBUNUHAN

0 6 65

REKONSTRUKSI SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA PIDANA (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Surakarta dalam Perkara Pidana Nomor 118 / Pid. B / 2004 dan Perkara Pidana Nomor 79 / Pid. B / 2007).

0 2 20

Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali Terpidana Atas Dasar Novum dan Pertimbangan Hukum Mahkamah Agung Dalam Memutus Perkara Penipuan (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 36 PK/PID/2013).

0 0 12

TINJAUAN TENTANG ADANYA KEKHILAFAN HAKIM ATAU SUATU KEKELIRUAN YANG NYATA SEBAGAI ALASAN PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI OLEH TERPIDANA DALAM PERKARA KORUPSI GRATIFIKASI (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG Nomor 64 PK/Pid.Sus/2012).

0 2 11

KEADAAN BARU DAN KEKHILAFAN HAKIM SEBAGAI DASAR PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI II OLEH TERPIDANA PERKARA PERJUDIAN (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 112 PK/Pid/2012).

0 0 1

TINJAUAN KEADAAN BARU SEBAGAI ALASAN TERPIDANA MENGAJUKAN PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI DAN ARGUMENTASI HUKUM HAKIM MAHKAMAH AGUNG DALAM MEMERIKSA DAN MEMUTUS PERKARA KORUPSI (STUDI PUTUSAN NOMOR : 167PK/PIDSUS/2011).

0 0 1

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA PIDANA KORUPSI (STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM No.25/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Plg) -

0 0 75

ARGUMENTASI PENINJAUAN KEMBALI TERPIDANA DAN PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG MEMUTUS PENUNTUTAN TIDAK DAPAT DITERIMA KARENA NEBIS IN IDEM DALAM PERKARA PEMBUNUHAN (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 57 PK/PID/2015) - UNS Institutional Repository

0 1 15