2.3.1 Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Kepmenkes No. 1197MENKESSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi rumah sakit adalah
sebagai berikut: a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi KIE d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit
Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No. 1197MENKESSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
adalah sebagai berikut: a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
2.3.2 Struktur Organisasi IFRS
Menurut Kepmenkes Nomor 1197MENKESSKX2004 tentang standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, bagan organisasi adalah bagan yang
menggambarkan pembagian tugas, koordinasi dan kewenangan serta fungsi.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan harus selalu
dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan. Struktur organisasi minimal di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
yaitu : 1.
Administrasi Farmasi 2.
Pengelolaan perbekalan farmasi 3.
Pelayanan farmasi klinik 4.
Manajemen mutu
2.3.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Menurut Kepmenkes No. 1197MENKESSKX2004, fungsi pelayanan farmasi rumah sakit sebagai pengelola perbekalan farmasi dimulai dari pemilihan,
perencanaan, pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
A. Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan
kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
B. Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan berdasarkan DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medik,
anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan,data pemakaian periode yang lalu, dan rencana pengembangan.
C. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian secara tender oleh panitia
pembelian barang farmasi dan secara langsung dari pabrikdistributorpedagang besar farmasirekanan, melalui produksipembuatan sediaan farmasi produksi
steril dan produksi non steril, dan melalui sumbangandropinghibah.
D. Produksi
Merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah sediaan farmasi dengan formula khusus, sediaan farmasi dengan harga murah, sediaan
farmasi dengan kemasan yang lebih kecil, sedian farmasi yang tidak tersedia dipasaran, sediaan farmasi untuk penelitian, sediaan nutrisi parenteral,
rekonstruksi sediaan obat kanker.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
E. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender,
konsinasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi yaitu
p abrik harus mempunyai sertifikat analisa, barang harus bersumber dari
distributor utama ,
harus mempunyai material safety data sheet MSDS, khusus untuk alat kesehatankedokteran harus mempunyai certificate of origin, dan expire
date minimal 2 tahun.
F. Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya,
mudah tidaknya meledakterbakar, dan tahantidaknya terhadap cahaya, disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan.
G. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien
dengan mempertimbangkan: • Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
• Metode sentralisasi atau desentralisasi • Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
a. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan secara
sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi oleh Satelit
Farmasi. b.
Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh Apotik
Rumah Sakit. c.
Pendistribusian Perbekalan Farmasi diluar Jam Kerja Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien diluar jam kerja yang diselenggarakan oleh: 1.
Apotik rumah sakitsatelit farmasi yang dibuka 24 jam 2.
Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi Sistem pelayanan distribusi:
a. Sistem persediaan lengkap di ruangan
• Pendistribusian perbekalan farmasi untuk persediaan di ruang rawat merupakan tanggung jawab perawat ruangan.
• Setiap ruang rawat harus mempunyai penanggung jawab obat. • Perbekalan yang disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat
dikontrol secara berkala oleh petugas farmasi. b.
Sistem resep perorangan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Pendistribusian perbekalan farmasi resep peroranganpasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
c. Sistem unit dosis
Pendistribusian obat-obatan melalui resep perorangan yang disiapkan, diberikandigunakan dan dibayar dalam unit dosis tunggal atau
ganda, yang berisi obat dalam jumlah yang telah ditetapkan atau jumlah yang cukup untuk penggunaan satu kali dosis biasa.
Kegiatan pelayanan distribusi diselenggarakan pada: 1.
Apotik rumah sakit dengan sistem resep perorangan 2.
Satelit farmasi dengan sistem dosis unit 3.
Ruang perawat dengan sistem persediaan di ruangan
2.3.4 Pelayanan Kefarmasian Dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
Sesuai dengan Menkes RI Nomor 1197MenkesSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit bahwa pelayanan kefarmasian adalah
pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien
melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya.
Tujuan Pelayanan Kefarmasian a.
Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit
b. Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas,
keamanan dan efisiensi penggunaan obat
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
c. Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang
terkait dalam pelayanan farmasi d.
Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
A. Pengkajian Resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administarasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
b. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
c. Tanggal resep
d. Ruanganunit asal resep
Persyaratan farmasi meliputi: a.
Bentuk dan kekuatan sediaan b.
Dosis dan Jumlah obat c.
Stabilitas dan ketersediaan d.
Aturan, cara dan tehnik penggunaan Persyaratan klinis meliputi:
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
b. Duplikasi pengobatan
c. Alergi, interaksi dan efek samping obat
d. Kontraindikasi
e. Efek aditif
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
B. Dispensing
Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkanmeracik obat, memberikan labeletiket, penyerahan obat
dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi. Tujuan Dispensing
• Mendapatkan dosis yang tepat dan aman. • Menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerima makanan
secara oral atau emperal. • Menyediakan obat kanker secara efektif, efisien dan bermutu.
• Menurunkan total biaya obat. Dispensing dibedakan berdasarkan atas sifat sediaannya:
1. Dispensing sediaan farmasi khusus
a. Dispensing sediaan
farmasi parenteral nutrisi Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan
oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan
terhadap prosedur yang menyertai. b.
Dispensing sediaan farmasi pencampuran obat steril Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang
menjamin kompatibilitas dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan.
2. Dispensing Sediaan Farmasi Berbahaya
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih
dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan
menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan
limbahnya. Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus
sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai, sehingga kecelakaan terkendali.
Kegiatan Dispensing Sediaan Farmasi Berbahaya 1.
Melakukan perhitungan dosis secara akurat. 2.
Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai. 3.
Mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan. 4.
Mengemas dalam pengemas tertentu. 5.
Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku Faktor yang perlu diperhatikan
1. Cara pemberian obat kanker
2. Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai.
3. Lemari pencampuran biological safety cabinet.
4. HEPA filter
5. Pakaian khusus
6. Sumber daya manusia yang terlatih
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
C. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat
Monitoring efek samping obat MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respons terhadap obat yang tidak dikehendaki ROTD yang terjadi pada
dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa, dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait
dengan kerja farmakologi.
Tujuan Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat: 1.
Menemukan ESO Efek Samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat yang sudah
dikenal sekali, yang baru saja ditemukan. 3.
Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkanmempengaruhi timbulnya Efek Samping Obat atau mempengaruhi angka kejadian dan
hebatnya Efek Samping Obat. Kegiatan Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat:
1. Menganalisa laporan Efek Samping Obat
2. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami Efek Samping Obat 3.
Mengisi formulir Efek Samping Obat 4.
Melaporkan ke Panitia Efek Samping Obat Nasional Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kerjasama dengan Panitia Farmasi dan Terapi dan ruang rawat
2. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
D. Pelayanan lnformasi Obat PIO
Menurut kepmenkes nomor 1197MenkesSKX2004 tanggal 19 Oktober 2004, PIO
merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan PIO adalah menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien
dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit, membuat kebijakan yang berhubungan dengan obatperbekalan farmasi
terutama bagi komitesub komite farmasi dan terapi, dan menunjang penggunaan obat yang rasional.
Kegiatan yang dilakukan pada PIO meliputi 1.
Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumensecara aktif dan pasif.
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatanmelalui
telepon, surat atau tatap muka. 3.
Membuat buletin, leaflet, label obat. 4.
Menyediakan informasi bagi KomitePanitia Farmasi dan Terapisehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit.
5. Bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagipasien
rawat jalan dan rawat inap. 6.
Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dantenaga kesehatan lainnya.
7. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan
pelayanankefarmasian.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah sumber informasi obat, tempat, tenaga dan perlengkapan.
E. Konseling
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan
obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Tujuan dari kegiatan konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat,
tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan
penggunaan obat-obat lain.
F. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
Melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit.
Tujuan Pemantauan Kadar Obat dalam Darah yaitu a.
Mengetahui kadar obat dalam darah b.
Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat
G. Visite
Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan Visite Pasien adalah a.
Pemilihan obat
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
b. Menerapkan secara langsung pengetahuan
farmakologi terapetik c.
Menilai kemajuan pasien. d.
Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.
H. Pengkajian Penggunaan Obat
Merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi,
efektif, aman dan terjangkau oleh pasien .
Tujuan pengkajian penggunaan obat adalah untuk mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatandokter
tertentu, membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatandokter satu dengan yang lain, penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik, menilai
pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada pengkajian penggunaan obat meliputi indikator peresepan,
indikator pelayanan dan indikator fasilitas Depkes RI, 2004.
2.4 Instalasi Central Sterile Supply Department CSSD
Instalasi pusat sterilisasi adalah unit pelayanan non struktural yang berfungsi memberikan pelayanan sterilisasi yang sesuai dengan standarpedoman
dan memenuhi kebutuhan barang steril di rumah sakit Depkes, 2009. Tujuan Pusat Sterilisasi adalah
a. Membantu unit lain dirumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, untuk
mencegah terjadinya infeksi b.
Menurunkan angka kejadian infeksi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
c. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang
dihasilkan. Ruangan pusat sterilisasi dibagi atas 5 ruangan yaitu:
1. Ruangan dekontaminasi
Pada ruangan ini terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan pembersihan. Ruangan dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara dan
dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi,racun
dan hal-hal berbahaya lainnya. Sistem ventilasi harus didisain sedemikian rupa sehingga udara diruang
dekontaminasi harus dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara melalui filter, tekanan udara harus negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan
lainnya dan ruangan dekontaminasi tidak dianjurkan menggunakan kipas angin.
Suhu dan kelembaban yang direkomendasikan adalah suhu udara antara 18
C sampai 22 C dan kelembaban udara antara 35 sampai 75.Lokasi
ruangan dekontaminasi harus terletak diluar lalu lintas utama rumah sakit, dirancang sebagai area tertutup, secara fungsional terpisah dari area di
sebelahnya dan dengan izin masuk terbatas, dirancang secara fungsional terpisah dari area lainnya sehingga benda-benda kotor langsung datangmasuk
ke ruangan dekontaminasi, benda-benda kotor tersebut kemudian dibersihkan danatau didesinfeksi sebelum dipindahkan ke area yang bersih atau ke area
proses sterilisasi dan disediakan peralatan yang memadai dari segi disain, ukuran dan tipenya.
2. Ruangan Pengemasan Alat
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Di ruangan ini dilakukan proses pengemasan alat untuk alat bongkar pasang maupun pengemasan dan penyimpanan barang bersih. Pada ruangan
ini dianjurkan ada tempat penyimpanan barang tertutup.
3. Ruangan Produksi dan Prosesing
Di ruangan ini dilakukan pemeriksaan linen, dilipat dan dikemas untuk persiapan sterilisasi. Pada daerah ini sebaiknya ada tempat untuk penyimpanan
barang tertutup. Selain linen, pada ruangan ini juga dilakukan pula persiapan untuk bahan seperti kain kasa, kapas, cotton swabs, dan lain-lain.
4. Ruangan Sterilisasi
Diruangan ini dilakukan proses sterilisasi alatbahan. Untuk sterilisasi Etilen Oksida, sebaiknya dibuat ruangan khusus yang terpisah tetapi masih
dalam satu unit pusat sterilisasi. 5.
Ruangan Penyimpanan Barang Steril Ruangan ini sebaiknya berada dekat dengan ruangan sterilisasi. Apabila
digunakan mesin sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung berhubungan dengan ruangan penyimpanan. Di ruagan ini penerangan harus
memadai, suhu antara 18 C-22
C dan kelembaban 35-75. Ventilasi menggunakan system tekanan positif dengan efisiensi filtrasi particular antara
90-95 untuk partikel berukuran 0,5 mikro. Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan yang halus dan kuat. Alat steril disimpan pada jarak 19-24
cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding. Akses ke ruang penyimpanan steril dilakukan oleh petugas pusat sterilisasi
yang terlatih.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUP H. ADAM MALIK
3.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes Nomor 335MenkesSKVII1990 yang berlokasi di
Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. RSUP H. Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan
SK Menkes Nomor 502MenkesSKIX1991. RSUP H. Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara,
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal
17 Juni 1991 dengan pelayanan Rawat Jalan sedangkan untuk pelayanan Rawat Inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992. Pada tanggal 11 Januari 1993 secara resmi
Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran USU Medan dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik sebagai tanda dimulainya Soft Opening. Kemudian diresmikan oleh
Bapak Presiden RI pada tanggal 21 Juli 1993. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
244MenkesPERIII2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, telah terjadi perubahan bentuk pola pengelolaan dari
Badan Pelayanan Kesehatan menjadi Badan Layanan Umum BLU bertahap
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dengan tetap mengikuti pengarahan-pengarahan yang diberikan oleh Ditjen Yanmed dan Departemen Keuangan untuk perubahan status menjadi BLU penuh.
Badan layanan umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Berdasarkan PP No.23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, tujuan BLU adalah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan fleksibilitas dan pengelolaan keuangan berdasarkan
prinsip ekonomi dan penerapan praktek bisnis yang sehat. Praktek bisnis yang sehat adalah berdasarkan kaidah manajemen yang baik mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pertanggungjawaban.
3.1.1 Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik
Visi RSUP H. Adam Malik adalah menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian yang mandiri dan unggul di Sumatera tahun
2015. Misi RSUP H. Adam Malik adalah
a. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau.
b. Melaksanakan pendidikan, pelatihan serta penelitian kesehatan yang
profesional. c.
Melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien, akuntabel, dan mandiri.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3.1.2 Tugas dan Fungsi RSUP H. Adam Malik