HUBUNGAN ANTARA POSTUR TUBUH DENGAN KEJADIAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA PEMBERSIH KULIT BAWANG DI UNIT DAGANG (UD) BAWANG LANANG KELURAHAN IRINGMULYO KOTA METRO

(1)

(2)

ABSTRACT

CORELATION BETWEEN BODY POSTURE WITH THE INCIDENCE OF LOW BACK PAIN (LBP) IN ONION SKIN CLEANING WORKERS AT TRADE

UNIT BAWANG LANANG IRINGMULYO METRO CITY

By

AULIA OLVIANA

Low back pain (LBP) is a pain syndrome that occurs in the lower back region. Currently, 90% of low back pain cases is are not caused by organic disorder, but by risky body position at work. Informal sector is one of the businesses that have a very high health risk, especially problems of musculoskeletal such as back pain. This purpose what determine the corelation between of body posture with the incidence of LBP in onion skin cleaning workers at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City.

It was used an observasional research with cross sectional method approach the number of sample are 55 people. Research started with observation posture using RULA method, then filling the questionnaire and physical examination with test Lassague. Result then analiyzed using the Kolmogorov-Smirnov test. On the Kolmogorov-Smirnov test have corelation between of body posture with the incidence of LBP (p=0,24).

Body postur have correlation with incidence of low back pain in onion skin cleaning workers at trade unit (UD) Bawang Lanang Kelurahan Iringmulyo Metro City.


(3)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA POSTUR TUBUH DENGAN

KEJADIAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA PEMBERSIH KULIT BAWANG DI UNIT DAGANG (UD)

BAWANG LANANG KELURAHAN IRINGMULYO KOTA METRO

Oleh

AULIA OLVIANA

Low back pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada regio punggung bagian bawah. Saat ini, 90% kasus nyeri punggung bawah bukan disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Usaha sektor informal merupakan salah satu usaha yang mempunyai risiko kesehatan yang sangat tinggi terutama masalah keluhan musculoskeletal seperti nyeri punggung. Tujuan untuk mengetahui hubungan antara postur tubuh dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada pekerja pembersih kulit bawang di Unit Dagang (UD) Bawang Lanang Kelurahan Iringmulyo Kota Metro.

Dalam penelitian ini digunakan rancangan penelitian observasional dengan metode cross sectional dengan sampel sebanyak 55 orang dan dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2013. Penelitian dimulai dengan melakukan observasi postur tubuh dengan metode RULA, kemudian pengisian kuesioner dan pemeriksaan fisik dengan tes Lassague.Hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Pada uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan ada hubungan yang bermakna antara postur tubuh dengan kejadian LBP (p=0,24).

Sehingga dapat disimpulkan postur tubuh berhubungan dengan kejadian Low Back Pain pada pekerja pembesih kulit bawang di Unit Dagang (UD) Bawang Lanang Kelurahan Iringmulyo Kota Metro.


(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Pemikiran... .. 5

1. Kerangka Teori... 5

2. Kerangka Konsep ... 7

A. Hipotesis Penelitian ... .. 8

II. TINJAUAN PUSTAKA B. Anatomi Tubuh Manusia... 9

1. Sistem Muskuloskeletal ... 10

2. Anatomi Tulang Belakang ... 11

C. Low Back Pain (LBP) ... 13

1.Definisi... ... 13

2.Insiden... ... 16

3.Etiologi... 16

4.Faktor Resiko... ... 18

5.Diagnostik... 23

6.Penatalaksaan dan Pencegahan... ... 28

D. Postur Tubuh ……… ... 32

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 42


(7)

ii

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Populasi dan Sampel ... 42

D. Identifikasi Variabel ... 43

E. Metode Pengumpulan Data ... 44

F. Definisi Operasional... 44

G. Alat Penelitian dan Cara Pengambilan Data ... 45

H. Alur Penelitian ... 46

I. Pengolahan dan Analisis Data ... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 49

1. Karakteristik Responden ... 50

a. Usia... 50

b. Berat Badan ... 50

c. Tinggi Badan ... 51

d. Indeks Masa Tubuh (IMT) ... 51

e. Masa Kerja ... 52

2. Analisis Univariat... 53

a. Postur Tubuh ... 53

b. Low Back Pain (LBP) ... 53

3. Analisis Bivariat ... 54

B. Pembahasan ... 56

1. Analisis Univariat... 56

a. Postur Tubuh ... 56

b. Low Back Pain (LBP) ... 59

2. Analisis Bivariat ... 61

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori ... 7

2. Kerangka Konsep Hubungan Antar Variabel………...………...…….... 7

3. Anatomi Tubuh Manusia... 9

4. Anatomi Tulang Belakang ... 11

5. Tes Lassegue ... 23

6. Tes Patrick ... 24

7. Pemeriksaan X-Ray ... 25

8. Pemeriksaan Myelografi ... 26

9. Pemeriksaan CT-Scan ... 27

10. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm) ... 33

11. Postur Tubuh Bagian Lengan Bawah (Lower Arm) ... 34

12. Postur Tubuh Bagian Pergelangan Tangan (Wrist) ... 35

13. Postur Tubuh Putaran Pergelangan Tangan (Wrist Twist) ... 35

14. Postur Tubuh Bagian Leher (Neck) ... 37

15. Postur Tubuh Bagian Batang Tubuh (Trunk) ... 38

16. Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs) ... 39


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Skor Penilaian Untuk Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm) ... 33

2. Skor Penilaian Untuk Postur Tubuh Bagian Lengan Bawah (Upper Arm) ... 34

3. Skor Penilaian Untuk Postur Tubuh Bagian Pergelangan Tangan (Wrist) ... 35

4. Skor Penilaian Untuk Postur Tubuh Putaran Pergelangan Tangan (Wrist Twist) ... 35

5. Tabel Penilaian Postur Tubuh Grup A ... 36

6. Penambahan Skor Aktivitas ... 36

7. Penambahan Skor Beban... 37

8. Skor Penilaian Untuk Postur Tubuh Bagian Leher (Neck) ... 37

9. Skor Penilaian Untuk Postur Tubuh Bagian Batang Tubuh (Trunk) ... 38

10. Skor Penilaian Untuk Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs) ... 39

11. Tabel Penilaian Postur Tubuh Grup B ... 39

12. Penambahan Skor Aktivitas ... 39

13. Penambahan Skor Beban... 40

14. Skor Akhir (Grup A Dan Grup B)... 40

15. Kategori Level Risiko ... 40

16. Definisi Operasional Penelitian... 44

17. Distribusi Usia Pada Pekerja Pembersih Kulit Bawang ... 50


(10)

19. Distribusi Tinggi Badan Pada Pekerja Pembersih Kulit Bawang ... 51

20. Distribusi Indeks Masa Tubuh (IMT) Pada Pekerja Pembersih Kulit Bawang... 51

21. Distribusi Masa Kerja Pada Pekerja Pembersih Kulit Bawang ... 52

22. Distribusi Postur Tubuh Pada Pekerja Pembersih Kulit Bawang...53

23. Distribusi Low Back Pain (LBP)Pada Pekerja Pembersih Kulit Bawang... 53

24. Hubungan Antara Postur Tubuh Dengan Kejadian Low Back Pain (LBP) Pada Pekerja Pembersih Kulit Bawang ... . 54


(11)

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Low back pain (LBP) atau nyeri punggung belakang adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada regio punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma, perubahan jaringan, pengaruh gaya berat). LBP merupakan keluhan yang sering kita dengar dari orang usia lanjut, namun tidak tertutup kemungkinan dialami oleh orang usia muda (Vira, 2009).

Gangguan ini paling banyak ditemukan di tempat kerja, terutama pada mereka yang beraktivitas dengan postur tubuh yang salah. LBP merupakan salah satu gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher&Pellino, 2002 ).

LBP dapat disebabkan oleh berbagai penyakit musculoskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah. Saat ini, 90% kasus nyeri punggung bawah bukan disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja (Llewellyn, 2006).


(12)

Prevalensi LBP pada masyarakat pekerja pada sebuah industri tekstil Denmark ditemukan sebesar 11,1% dengan sampel pekerja sejumlah 514 orang. Penelitian serupa di kalangan pekerja di Iran didapatkan prevalensi LBP lebih tinggi yaitu sekitar 21% (Jete, 2012). Disebutkan ada beberapa faktor risiko LBP yaitu usia di atas 35 tahun, perokok, masa kerja 5-10 tahun, posisi kerja, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal, faktor psikososial, kegemukan, dan riwayat keluarga penderita musculoskeletal disorder (Laxmaiah, 2010).

Dalam penelitian multisenter di 14 rumah sakit pendidikan Indonesia yang dilakukan kelompok studi nyeri (Pokdi nyeri) PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf indonesia) pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak 25% (4456 orang) dari total kunjungan, dimana 35,86% (1598 orang) merupakan penderita nyeri kepala dan 18,37% (819 orang) adalah penderita LBP. Studi populasi di daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan 13,6% pada wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang insidensinya sekitar 5,4-5,8% (Subhan, 2002).

Pada tahun 2008 di Jakarta penelitian pada pekerja industri didapatkan keluhan sakit pinggang sebesar 17,1% (Woro, 2008). Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bhakti Darma Husada Surabaya tahun 2012 menunjukan sebanyak 86,76% penderita LBP pada tenaga medis yang berkaitan dengan kesalahan posisi tubuh saat bekerja (Wicaksono, 2012). Penelitian yang serupa


(13)

3

dilakukan di Jawa Tengah tahun 2013 dengan hasil 77,3% pekerja sektor informal memiliki risiko terkena LBP karena adanya postur tubuh yang salah (Wulandari, 2013).

Usaha sektor informal merupakan salah satu usaha yang mempunyai risiko kesehatan yang sangat tinggi, akan tetapi usaha sektor ini pada umumnya masih belum tersentuh oleh kepedulian pemilik usaha terhadap para pekerjanya ( Effendi, 2009). Dari studi pengamatan, usaha pembersihan kulit bawang di Kota Metro merupakan salah satu bentuk usaha informal. Para pekerjanya memiliki jam kerja 6-8 jam per hari dengan postur tubuh pekerja melakukan pekerjaannya lebih banyak berada dalam posisi duduk tanpa kursi (di lantai). Bekerja dengan posisi duduk di lantai terlalu lama dapat menyebabkan otot perut melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga menimbulkan perasaan cepat lelah dan nyeri pada punggung. Dari 9 orang yang ditemui 6 orang mengeluhkan sering nyeri pinggang.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh postur tubuh yang berhubungan dengan keluhan LBP pada pekerja sehingga upaya preventif yaitu mencegah terjadinya LBP pada pekerja pembersih kulit bawang di UD Bawang Lanang Kelurahan Iringmulyo Kota Metro akan lebih mudah dilakukan.


(14)

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana hubungan antara postur tubuh dengan kejadian LBP pada pekerja pembersih kulit bawang di UD Bawang Lanang Kelurahan Iringmulyo Kota Metro?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara postur tubuh dengan kejadian LBP pada pekerja pembersih kulit bawang di UD Bawang Lanang Kelurahan Iringmulyo Kota Metro.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik pekerja pembersih kulit bawang di UD Bawang Lanang Kelurahan Iringmulyo Kota Metro.

b. Mengetahui jenis-jenis postur tubuh pada pekerja pembersih kulit bawang di UD Bawang Lanang Kelurahan Iringmulyo Kota Metro.

c. Mengetahui postur tubuh yang tersering menyebabkan LBP.

d. Mengetahui kejadian LBP pada pekerja pembersih kulit bawang di UD Bawang Lanang Kelurahan Iringmulyo Kota Metro.


(15)

5

D.Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Manfaat teoritis:

a. Dibidang Okupasi dapat membantu untuk pengurangan risiko kerja terutama LBP pada pekerja.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti/penulis, menambah ilmu pengetahuan dibidang ilmu okupasi dan fisiologi serta dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.

b. Bagi institusi/masyarakat dapat menambah bahan kepustakaan dalam lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

c. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

E.Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teori

Manusia dalam menjalankan pekerjaannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, ada yang bersifat menguntungkan maupun yang merugikan yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja seperti LBP. Faktor tersebut antara lain adalah faktor fisiologis. Faktor fisiologis yang disebabkan oleh sikap badan


(16)

yang kurang baik dan posisi alat kerja yang tidak ergonomik dapat menimbulkan kelelahan fisik. Berdasarkan studi yang dilakukan secara klinik, biomekanika, fisiologi dan epidemiologi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat tiga faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat bekerja (Armstrong, 2009) yaitu:

a. Faktor pekerjaan (work factors) b. Faktor individu (personal factors) c. Faktor lingkungan (environment factors)


(17)

7

Gambar 1. Kerangka Teori (Armstrong, 2009)

2. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2. Kerangka Konsep Hubungan Antara Variabel. Faktor individu :

1. Masa kerja 2. Wanita menopouse 3. Kebiasaan merokok 4. Kebiasaan olahraga 5. Posisi kerja 6. Indeks Masa

Tubuh

Faktor lingkungan : 1. Getaran

2. Temperatur ekstrim.

Keluhan Low back Pain (LBP) Faktor pekerjaan :

1. Postur tubuh 2. Repetisi

3. Pekerjaan statis 4. Pekerjaan yang

memaksakan tenaga

Postur tubuh Low back Pain


(18)

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat diturunkan suatu hipotesis: Terdapat hubungan antara postur tubuh dengan kejadian LBP pada pekerja pembersih kulit bawang di UD Bawang Lanang Kelurahan Iringmulyo Kota Metro.


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Anatomi Tubuh Manusia

Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem syaraf, sistem penginderaan, sistem otot, dll. Sistem-sistem tersebut saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan berperan dalam menyokong kehidupan manusia. Akan tetapi dalam ergonomi, sistem yang paling berpengaruh adalah sistem otot, sistem rangka, dan sistem syaraf. Ketiga sistem ini sangat berpengaruh dalam ergonomi karena manusia yang memegang peran sebagai pusat dalam ilmu ergonomi/ person centered ergonomics (Moore, 2002).

Gambar 3. Anatomi Tubuh Manusia (Snell, 2005)


(20)

1. Sistem Musculoskeletal

Kerangka merupakan dasar bentuk tubuh sebagai tempat melekatnya otot-otot, pelindung organ tubuh yang lunak, penentuan tinggi, pengganti sel-sel yang rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak pengendali, dan untuk menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut. Rangka manusia terdiri dari tulang-tulang yang menyokong tubuh manusia yang terdiri atas tulang tengkorak, tulang badan, dan tulang anggota gerak (Nurmianto, 2004).

Fungsi utama sistem musculoskeletal adalah untuk mendukung dan melindungi tubuh dan organ-organnya serta untuk melakukan gerak. Agar seluruh tubuh dapat berfungsi dengan normal, masing-masing substruktur harus berfungsi dengan normal. Enam substruktur utama pembentuk sistem musculoskeletal antara lain: tendon, ligamen, fascia (pembungkus), kartilago, tulang sendi dan otot. Tendon, ligamen, fascia dan otot sering disebut sebagai jaringan lunak. Sedangkan tulang sendi diperlukan untuk pergerakan antara segmen tubuh. Peran mereka dalam musculoskeletal system keseluruhan sangatlah penting sehingga tulang sendi sering disebut sebagai unit fungsional sistem musculoskeletal (Cailliet. 2005).

Dalam kaitannya dengan ergonomi, sistem otot dan rangka merupakan alat gerak pada manusia dan berperan dalam membentuk postur dalam bekerja. Sistem ini berguna dalam mendesain/ merancang tempat kerja, peralatan kerja, dan produk baru yang harus disesuaikan dengan karakteristik manusia (fitting job to the man). Sistem otot dan rangka berpengaruh dalam kemampuan dan keterbatasan manusia dalam melakukan suatu pekerjaan. Sistem syaraf


(21)

11

merupakan pengendali dari semua kegiatan dan aktivitas termasuk gerakan system otot dan rangka (Snell, 2005).

2. Anatomi Tulang Belakang

Tulang Belakang merupakan bagian yang penting dalam ergonomi karena rangka ini merupakan rangka yang menyokong tubuh manusia bersama dengan panggul untuk mentransmisikan beban kepada kedua kaki melalui sendi yang terdapat pada pangkal paha. Tulang belakang terdiri dari beberapa bagian yaitu:

Gambar 4. Anatomi Tulang Belakang (Snell, 2005)

a. Struktur Tulang Belakang

1) Tulang belakang cervical: terdiri atas 7 tulang yang memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini merupakan tulang yang mendukung bagian leher.


(22)

2) Tulang belakang thorax: terdiri atas 12 tulang yang juga dikenal sebagai tulang dorsal. Procesus spinosus pada tulang ini terhubung dengan tulang rusuk. Kemungkinan beberapa gerakan memutar dapat terjadi pada tulang ini.

3) Tulang belakang lumbal: terdiri atas 5 tulang yang merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.

4) Tulang sacrum: terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya tidak memiliki celah dan bergabung (intervertebral disc) satu sama lainnya. Tulang ini menghubungkan antara bagian punggung dengan bagian panggul.

5) Tulang belakang coccyx: terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung tanpa celah antara 1 dengan yang lainnya. Tulang coccyx dan sacrum tergabung menjadi satu kesatuan dan membentuk tulang yang kuat.

Pada tulang belakang terdapat bantalan yaitu intervertebral disc yang terdapat di sepanjang tulang belakang sebagai sambungan antar tulang dan berfungsi melindungi jalinan tulang belakang. Bagian luar dari bantalan ini terdiri dari annulus fibrosus yang terbuat dari tulang rawan dan nucleus pulposus yang berbentuk seperti jeli dan mengandung banyak air. Dengan adanya bantalan ini memungkinkan terjadinya gerakan pada tulang belakang dan sebagai penahan jika terjadi tekanan pada tulang belakang seperti dalam keadaan melompat (Guyton & Hall, 2008). Jika terjadi kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat menekan syaraf pada tulang belakang sehingga menimbulkan kesakitan pada punggung bagian bawah dan kaki. Struktur tulang belakang ini


(23)

13

harus dipertahankan dalam kondisi yang baik agar tidak terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan cidera (Cailliet, 2005).

B.Low Back Pain (LBP)

1. Definisi

LBP adalah suatu gejala dan bukan suatu diagnosis, dimana pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun disebagian besar kasus, diagnosis tidak pasti dan berlangsung lama. Dengan demikian maka LBP yang timbulnya sementara dan hilang timbul adalah sesuatu yang dianggap biasa. Namun bila LBP terjadi mendadak dan berat maka akan membutuhkan pengobatan, walaupun pada sebagian besar kasus akan sembuh dengan sendirinya. LBP yang rekuren membutuhkan lebih banyak perhatian, karena harus merubah pula cara hidup penderita dan bahkan juga perubahan pekerjaan (Trimunggara, 2010).

LBP adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo sacral, dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP yang lebih dari 6 bulan disebut kronik (Idyan, 2007).


(24)

Nyeri punggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu: a. Nyeri punggang lokal

Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian dibawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi, dan ligamen.

b. Iritasi pada radiks

Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam canalis vertebralis.

c. Nyeri rujukan somatis

Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat dirasakan di bagian lebih superficial.

d. Nyeri rujukan viserosomatis

Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.

e. Nyeri karena iskemia

Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada claudikasio intermitens yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis.


(25)

15

f. Nyeri psikogen

Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan dermatom dan distribusi saraf dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.

Nyeri punggung bawah berdasarkan sumber : a. Nyeri punggung bawah spondilogenic

Nyeri yang disebabkan karena kelainan vertebrata, sendi, dan jaringan lunaknya. Antara lain spondilosis, osteoma, osteoporosis, dan nyeri punggung miofasial.

b. Nyeri punggung bawah viserogenic

Nyeri yang disebabkan karena kelainan pada organ dalam, misalnya kelainan ginjal, kelainan ginekologi, dan tumor retroperitoneal

c. Nyeri punggung bawah vaskulogenic

Nyeri yang disebabkan karena kelainan pembuluh darah, misalnya anerisma, dan gangguan peredaran darah.

d. Nyeri punggung bawah psikogenic

Nyeri yang disebabkan karena gangguan psikis seperti neurosis, anxietas, dan depresi. Nyeri ini tidak menghasilkan definisi yang jelas, juga tidak menimbulkan gangguan anatomi dari akar saraf atau saraf tepi. Nyeri ini superficial tetapi dapat juga dirasakan pada bagian dalam secara nyata atau tidak nyata, radikuler maupun non radikuler, berat atau ringan. Lama keluhan tidak mempunyai pola yang jelas, dapat dirasakan sebentar ataupun bertahun-tahun (Harahap, 2004).


(26)

2. Insiden

LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence rata rata 30%. Di AS nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan kedua untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan kelima alasan perawatan di rumah sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi (Argama, 2006).

Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17% (Miskandar, 2007).

3. Etiologi

Penyebab LBP dapat dibagi menjadi: a. Diskogenik

Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nucleus pulposus yang merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bias dalam bentuk suatu protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali pada daerah torakal.


(27)

17

Nukleus terdiri dari megamolekul proteoglikan yang dapat menyerap air sampai sekitar 25% dari beratnya. Sampai dekade ketiga, gel dari nucleus pulposus hanya mengandung 90% air dan akan menyusut terus sampai dekade keempat menjadi kira-kira 65%. Nutrisi dari anulus fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada trauma yang berulang menyebabkan robekan serat-serat anulus baik secara melingkar maupun radial. Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yang menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nucleus. Perpaduan robekan secara melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari annulus lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf (Cohen, 2007).

b. Non-diskogenic

Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenic adalah iritasi pada serabut sensorik saraf perifer, yang membentuk n.isciadikus dan bisa disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi n.isciadikus dalam perjalanannya dari pleksus lumbosacralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n. isciadikus/neuritis n. iskiadikus (Cohen, 2007).


(28)

4. Faktor Risiko

Berdasarkan studi yang dilakukan secara klinik, biomekanika, fisiologi dan epidemiologi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat tiga faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat bekerja (Chaffin, 2005), yaitu:

a. Faktor Pekerjaan (Work factors)

Berdasarkan karakteristik pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksinya dengan sistem kerja. Berdasarkan penelitian telah terbukti bahwa tinjauan secara biomekanik serta data statistik menunjukkan bahwa faktor pekerjaan berkontribusi pada terjadinya cedera otot akibat bekerja.

Berikut ini faktor-faktor pekerjaan yang bisa menyebabkan terjadinya cedera pada otot atau jaringan tubuh :

1) Postur tubuh

Postur dinilai ketika didpatkan adanya faktor risiko pada pekerja menimbulkan cedera muskuloskeletal yang secara visual ataupun keluhan yang dialami pekerja tersebut. Dengan adanya penilaian terhadap postur tubuh dapat mengurangi adanya risiko terhadap keluhan muskuloskeletal pada pekerja. Untuk melakukan peneliaian postur tubuh dapat menggunakan beberapa metode yaitu antara lain : OWAS (Ovako Working Posture Analysis System), RULA (Rapid Upper Limb Assesment), REBA (Rapid Entei Body Assesment), dan QEC (Quick Exposure Check) (Dina, 2009).


(29)

19

2) Repetisi

Pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama, hal ini bisa terlihat pada dimana frekuensi pekerjaan yang harus dikerjakan tinggi, sehingga pekerja harus terus menerus bekerja agar dapat menyesuaikan diri dengan sistem. Kekuatan beban dapat menyebabkan peregangan otot dan ligament serta tekanan pada tulang dan sendi-sendi sehingga terjadi kerusakan mekanik badan vertebrata, discus invertebrate, ligamen dan bagian belakang vertebrata. Kerusakan karena beban berat secara tiba-tiba atau kelelahan akibat mengangkat beban berat yang dilakakn secara berulang-ulang. Mikrotrauma yang berulang dapat menyebabkan degenerasi tulang punggung daerah lumbal (Arikunto, 2006).

3) Pekerjaan statis (static exertions)

Pekerjaan yang menuntut seseorang tetap pada posisinya, perubahan posisi dalam bekerja akan menyebabkan pekerjaan terhenti. Pekerjaan dengan postur yang dinamis, memiliki risiko musculoskeletal disolder (MSDs) lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan yang mengharuskan postur statis. Hal ini disebabkan karena postur tubuh yang statis dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan menurunnya sirkulasi darah dan nutrisi pada jaringan otot.

Begerak sangat diperlukan untuk pemberian nutrisi kepada discus, sehingga pekerjaan statis dapat mengurangi nutrisi tersebut. Selain itu pekerjaan statis menyebabkan peregangan otot dan ligament daerah punggung, hal ini merupakan faktor risiko timbulnya LBP.


(30)

4) Pekerjaan yang membutuhkan tenaga (forceful exertions) atau beban Tenaga merupakan jumlah usaha fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas atau gerakan. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligament, dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon, dan jaringan lainya.

b. Faktor individu

Kondisi dari seseorang yang dapat menyebabkan terjadi musculoskeletal disorder. Berikut adalah beberapa faktor risiko pribadi yang berpengaruh terhadap kejadian LBP :

1) Masa Kerja

Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang bekerja disuatu perusahaan. Terkait dengan hal tersebut, LBP merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko MSDs ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami LBP. Merupakan faktor risiko dari suatu pekerja yang terkait dengan lama bekerja. Dapat berupa masa kerja dalam suatu perusahaan dan masa kerja dalam suatu profesi tertentu. Masa kerja merupakan faktor risiko yang sangat mempengaruhi seorang pekerja untuk meningkatkan risiko terjadinya musculoskeletal disorders, terutama untuk jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi.


(31)

21

2) Usia

Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang, yang menjadi pemicu timbulnya gejala LBP. Bahwa pada umumnya keluhan musculoskeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Pada usia 35, kebanyakan orang memiliki episode pertama mereka kembali sakit (Trimunggara, 2010).

3) Jenis kelamin

Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan prevalensi beberapa kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria. Pada peneltian sebelumnya menunjukkan bahwa rata-rata kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60% dari kekuatan otot pria, khususnya untuk otot lengan, punggung dan kaki. yang menyatakan bahwa perbandingan keluhan otot antara pria dan wanita adalah 1:3 (Meliala, 2004).

4) Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun. Bila orang tersebut


(32)

dituntut untuk melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah. Trimunggara menemukan hubungan yang signifikan antar kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang (Trimunggra, 2010). 5) Kebiasaan olahraga

Aerobic fitness meningkatkan kemampuan kontraksi otot. Delapan puluh persen (80%) kasus nyeri tulang punggung disebabkan karena buruknya tingkat kelenturan (tonus) otot atau kurang berolah raga. Otot yang lemah terutama pada daerah perut tidak mampu menyokong punggung secara maksimal. Tingkat keluhan otot juga dipengaruhi oleh tingkat kesegaran jasmani. Tingkat kesegaran tubuh yang rendah, maka risiko terjadinya keluhan adalah 7,1% tingkat kesegaran jasmani yang sedang risiko terjadinya gangguan otot rangka adalah 3,2% dan tingkat kesegaran jasmani yang tinggi maka risiko untuk terjadinya keluhan otot rangka 0,8% (Meliala, 2004). 6) Tinggi badan

Pada tubuh yang tinggi umumnya sering mengalami keluhan sakit punggung, tetapi tubuh tinggi tak mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu, dan pergelangan tangan. Apabila diperhatikan, keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi


(33)

23

keseimbangan struktur rangka dalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya (Cailliet, 2005).

c. Faktor Lingkungan 1) Temperatur

Temperatur yang dingin menyebabkan berkurangnya daya kerja sensor tubuh, aliran darah, kekuatan otot dan keseimbangan. Sedangkan temperatur bekerja yang tinggi dapat menyebabkan pekerja cepat merasa lelah.

5. Diagnostik a. Tes

1) Test Lassegue

Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien (dalam posisi 0°) didorong ke arah muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°.

Gambar 5. Tes Lasague (Harsono, 2007)


(34)

2) Test Patrick

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi, dan ekstensi.

Gambar 6. Tes Patrick ( Harsono, 2007) 3) Test Kebalikan Patrick

Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi, dan ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka. Test Kebalikan Patrick positif menunjukkan kepada sumber nyeri di sakroiliaca.

b. Pemeriksaan Penunjang

1) Foto a) Plain

X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi, dan luka degeneratif pada spinal. Gambaran X-ray sekarang sudah jarang


(35)

25

dilakukan, sebab sudah banyak peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran sehingga efek radiasi dapat dikurangi. X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau CT scan. Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP), lateral, dan bila perlu oblique kanan dan kiri.

Gambar 7. Pemeriksaan X-Ray ( Brian, 2012)

b) Myelografi

Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal. Myelografi merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya


(36)

dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses spinal.

Gambar 8. Pemeriksaan Myelografi (Brian, 2012)

c) Computed Tornografi Scan (CT- scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)

CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstemitas. Gambar CT-scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi.

MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak

mempunyai efek radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus intervertebralis, nerves, dan jaringan lainnya pada punggung.


(37)

27

Gambar 9. Pemeriksaan CT Scan (Brian, 2012)

d) Electro Miography (EMG) / Nerve Conduction Study (NCS)

EMG/NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki. EMG/NCS dapat memberikan informasi tentang : adanya kerusakan pada saraf, lama terjadinya kerusakan saraf (akut atau kronik), lokasi terjadinya kerusakan saraf (bagian proksimalis atau distal), tingkat keparahan dari kerusakan


(38)

saraf, memantau proses penyembyhan dari kerusakan saraf. Hasil dari EMG dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi fisik pasien dimana mungkin perlu dilakukan tindakan selanjutnya yaitu pambedahan ( Rasad, 2005).

6. Penatalaksanaan dan Pencegahan

Biasanya LBP hilang secara spontan. Kekambuhan sering terjadi karena aktivitas yang disertai pembebanan tertentu. Penderita yang sering mengalami kekambuhan harus diteliti untuk menyingkirkan kelainan neurologic yang mungkin tidak jelas sumbernya. Berbagai telaah yang dilakukan untuk melihat perjalanan penyakit menunjukkan bahwa proporsi pasien yang masih menderita LBP selama 12 bulan adalah sebesar 62% (kisaran 42%-75%), sedikit bertentangan dengan pendapat umum bahwa 90% gejala LBP akan hilang dalam 1 bulan (Meliala, 2004).

Penanganan terbaik terhadap penderita LBP adalah dengan menghilangkan penyebabnya (causal) walaupun tentu saja pasien pasti lebih memilih untuk menghilangkan rasa sakitnya terlebih dahulu (simptomatic). Jadi perlu digunakan kombinasi antara pengobatan causal dan simptomatic. Secara causal, penyebab nyeri akan diatasi sesuai kasus penyebabnya. Misalnya untuk penderita yang kekurangan vitamin saraf akan diberikan vitamin tambahan. Para perokok dan pecandu alkohol yang menderita LBP akan disarankan untuk mengurangi konsumsinya. Pengobatan simptomatic dilakukan dengan menggunakan obat untuk menghilangkan gejala-gejala seperti nyeri, pegal atau kesemutan. Pada kasus LBP karena tegang otot dapat


(39)

29

dipergunakan Tizanidine yang berfungsi untuk mengendorkan kontraksi otot (muscle relaxan). Untuk pengobatan simptomatic lainnya kadang-kadang memerlukan campuran antara obat-obat analgesic (asam mefenamat, piroxicam, aspirin, dan paracetamol), anti inflamasi (aspirin, piroxicam, dan asam mefenamat), NSAID (ibuprofen, naproksen, dan ketoprofen), spasmolitik otot (tetrazepam, enzodiazepine, tizanidine, dan lain-lain (Sunarto, 2005).

Apabila dengan pengobatan biasa tidak berhasil, mungkin diperlukan tindakan fisioterapi dengan alat-alat khusus maupun dengan traksi (penarikan tulang belakang). Tindakan operasi mungkin diperlukan apabila pengobatan dengan fisioterapi ini tidak berhasil misalnya pada kasus HNP atau pada pengapuran yang berat (Sunarto, 2005).

Jadi, penatalaksanaan LBP ini memang cukup kompleks. Di samping berobat pada spesialis penyakit saraf (neurolog), mungkin juga diperlukan berobat ke spesialis penyakit dalam (internist), bedah saraf, bedah orthopedi bahkan mungkin perlu konsultasi pada psikiater atau psikolog. Dalam beberapa kasus, masih banyak kasus dokter menyarankan istirahat total untuk penyembuhan kasus LBP, padahal penelitian baru menyatakan bahwa aktivitas yang kurang tidak akan mengurangi gejala LBP (Wichaksana & Erik, 2009).

Beragamnya penyebab LBP menuntut penatalaksanaan yang bervariasi pula. Meski demikian, pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi LBP yaitu:

a. Terapi Konservatif: yang meliputi rehat baring, medikamentosa, dan fisioterapi.


(40)

b. Terapi Operatif

Kedua tahapan ini memiliki kesamaan tujuan yaitu rehabilitasi. Pengobatan nyeri punggung sangat tergantung penyebabnya. Terdapat beragam tindakan untuk nyeri punggung, dari yang paling sederhana yaitu istirahat (bedrest), misalnya untuk kasus otot tertarik atau ligamen sprain, sampai penanganan yang sangat canggih seperti mengganti bantal tulang belakang. Jika dengan bedrest tidak juga sembuh, maka harus ditingkatkan dengan pemeriksaan sinar-X atau dengan magnetic resonance imaging (MRI). Setelah itu, bias dilakukan fisioterapi, pengobatan dengan suntikan, muscle exercise, hingga operasi. Masih ada lagi teknik pengobatan lain, misalnya melalui pembedahan dengan endoskopi (spinal surgery), metode pasang pen, sampai penggantian bantalan tulang (Subhan, 2008).

Mengatasi LBP juga tidak cukup dengan obat atau fisioterapi. Hal itu hanya mengurangi nyeri, tetapi tidak menyelesaikan masalah. Penderita harus menjalani pemeriksaan untuk mengetahui sumber masalahnya. Penyembuhan bias melalui pembedahan atau latihan mengubah kebiasaan yang menyebabkan nyeri. Latihan itu menggunakan alat-alat pelatihan medis untuk melatih otot-otot utama yang berperan dalam menstabilkan serta mengokohkan tulang punggung (Sunarto, 2005).

Berikut akan diuraikan cara pencegahan terjadinya LBP dan cara mengurangi nyeri apabila LBP telah terjadi (Wichaksana, 2009) :


(41)

31

a. Latihan Punggung Setiap Hari

1) Berbaring terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut dan gerakkan menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukan beberapa kali.

2) Berbaring terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskan ke lantai. Kencangkan perut dan bokong lalu tekan punggung ke lantai, tahan beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.

3) Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di lantai. Lakukan sit up parsial, dengan melipatkan tangan di tangan dan mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali. b.Berhati-hati saat mengangkat

1) Gerakan tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum mengangkat- nya.

2) Tekuk lutut, bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih rendah. 3) Pegang benda dekat perut dan dada. Tekuk lagi kaki saat menurunkan

benda.

4) Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda.

c. Lindungi punggung saat duduk dan berdiri

1) Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama.

2) Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat bantu (seperti ganjalan/ bantalan kaki) jika memang diperlukan.


(42)

3) Jika memang harus berdiri terlalu lama, letakkan salah satu kaki pada bantalan kaki secara bergantian. Berjalan sejenak dan mengubah posisi secara periodik.

4) Tegakkan kursi mobil sehingga lutut dapat tertekuk dengan baik tidak teregang.

5) Gunakan bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk dikursi.

d. Tetap aktif dan hidup sehat

1) Berjalan setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu berhak rendah.

2) Makan makanan seimbang, diet rendah lemak, dan banyak mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.

3) Tidur di kasur yang nyaman.

4) Hubungi petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.

C.Postur Tubuh

Postur tubuh pada saat melakukan pekerjaan yang menyimpang dari posisi normal ditambah dengan gerakan berulang akan meningkatkan risiko terjadinya LBP. Mengembangkan kriteria sikap tubuh membungkuk, berputar dan menekuk yang dilakukan pada waktu bekerja berdasarkan pengukuran sikap tubuh tersebut.


(43)

33

Kriteria penilaian sikap tubuh dengan metode RULA (Atamney&Corlet, 1993): 1. Penilaian postur tubuh group A

Postur tubuh group A terdiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), pergelangan tangan (wrist) dan putaran pergelangan tangan (wrist twist).

a. Lengan atas (upper arm)

Penilaian yang dilakukan terhadap sudut yang dibentuk lengan atas pada saaat melakukan aktivitas kerja. Sudut yang dibentuk oleh lengan atas diukur menurut posisi batang tubuh. Adapun postur lengan atas (upper arm) dilihat di gambar :

Gambar 10. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Uperr Arm) (Atamney & Corlet, 1993)

Tabel 1. Skor Penilaian Untuk Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

20o ke depan atau ke belakang 1

+ 1 jika bahu naik atau lengan berputar/bengkok

20o - 450 2

450 - 900 3


(44)

b. Lengan bawah (lower arm)

Penilaian tehadap lengan bawah (lower arm) adalah penilaian yang dilakukan terhadap sudut yang dibentuk lengan bawah saat melakukan aktivitas kerja. Sudut yang dibentuk oleh lengan atas diukur menurut posisi batang tubuh. Adapun postur lengan bawah (lower arm) dilihat di gambar :

Gambar 11. Postur Tubuh Bagian Lengan Bawah ( Lower Arm) (Atamney & Corlet, 1993)

Tabel 2. Skor Penilaian Untuk Postur Tubuh Bagian Lengan Bawah (Lower Arm)

Pergerakan Skor Skor perubahan

600 –1000 1 Jika lengan bawah bekerja melewati garis tengah

atau keluar dari sisi tubuh

<600 atau >1000 2

c. Pergelangan tangan (wrist)

Penilaian terhadap pergelangan tangan (wrist) adalah penilaian yang dilakukan terhadap sudut yang dibentuk oleh pergelangan tangan pada saat melakukan aktivitas kerja, sudut yang dibentuk oleh pergelangan tangan diukur menurut posisi lengan bawah. Adapun postur pergelangan tangan (wrist) dapat dilihat pada gambar :


(45)

35

Gambar 12. Postur Tubuh Bagian Pergelangan Tangan ( Wrist) (Atamney & Corlet, 1993)

Tabel 3. Skor Penilaian Untuk Postur Tubuh Bagian Pergelangan Tangan (Wrist)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi netral 0o 1 + 1 jika pergelangan tangan putaran

menjauhi sisi tengah

< 150 2

>150 3

d. Putaran pergelangan tangan (wrist twist)

Adapun postur putaran pergelangan tangan (wrist twist) dapat dilihat pada gambar:

Gambar 13. Postur Tubuh Putaran Pergelangan Tangan (Wrist Twist) (Atamney & Corlet, 1993)

Tabel 4. Skor Penilaian Untuk Postur Tubuh Peturan Pergelangan Tangan (Wrist Twist)

Pergerakan Skor Perubahan

Posisi tengah putaran 1 _

Pada atau dekat dengan putaran 2

Nilai dari postur tubuh lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, dan putaran pergelangan tangan dimasukkan ke dalam tabel postur tubuh grup A.


(46)

Tabel 5. Tabel Penilaian Postur Tubuh Grup A Upper Arm Lower Arm Wrist

1 2 3 4

Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2

1

1 2 2 2 2 2 3 3 3

2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 2 3 3 3 3 3 4 4

2

1 2 3 3 3 3 4 4 4

2 3 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

3

1 3 3 4 4 4 4 5 5

2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

4

1 4 4 4 4 4 5 5 5

2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

5

1 5 5 5 5 5 6 6 7

2 5 6 6 6 6 6 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

6

1 7 7 7 7 7 8 8 9

2 8 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

e. Penambahan skor aktivitas

Setelah hasil skor untuk postur grup A pada tabel maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor aktivitas. Penambahan skor aktivitas tersebut berdasarkan kategori yang dapat dilihat pada tabel :

Tabel 6. Penambahan Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur statik +1 Satu atau lebih bagian tubuh statis/ diam

Pengulangan +1 Tindakan dilakukan berulang-ulang lebih dari 4 kali

per menit

f. Penambahan Skor Beban

Setelah diperoleh hasil penambahan dengan skor aktivitas untuk postur tubuh grup A pada tabel , maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor beban. Penambahan skor beban tersebut berdasarkan kategori pada tabel :


(47)

37

Tabel 7. Penambahan Skor Beban

Beban Skor Keterangan

< 2 kg 0

+1 jika postur statis dan dilakukan berulang

2 – 10 kg 1

>10 kg 2

2. Penilaian postur tubuh grup B

Postur tubuh grup B terdiri atas leher (neck), batang tubuh (trunk) dan kaki (legs).

a. Leher (neck)

Penilaian terhadap leher (neck ) adalah penilaian yang dilakukan tehadap posisi leher pada saat melakukan aktivitas kerja apakah melakukan ekstensi atau fleksi terhadap sudut tertentu. Adapun postur leher dapat dilihat pada gambar :

Gambar 14. Postur Tubuh Bagian Leher (Neck) (Atamney & Corlet, 1993)

Tabel 8. Skor Penilaian Untuk Postur Tubuh Bagian Leher (Neck)

Pergerakan Skor Skor perubahan

00 - 100 1

+ 1 jika leher berputar atau bengkok + 1 batang tubuh bengkok

100 - 200 2

>200 3


(48)

b. Batang tubuh (trunk)

Penilaian terhadap batang tubuh (trunk) merupakan penilaian terhadap sudut yang dibentuk tulang belakang tubuh saat melakukan aktivitas kerja dengan kemiringan yang sudah diklasifikasikan. Adapun klasifikasi kemiringan batang tubuh (trunk) saat melakukan aktivitas kerja dapat dilihat pada gambar ;

Gambar 15. Postur Tubuh Bagian Batang Tubuh (Atamney & Corlet, 1993)

Tabel 9. Skor Penilaian Untuk Postur Tubuh Bagian Batang Tubuh (Trunk)

Pergerakan Skor Skor perubahan

Posisi normal 00-100 1

+ 1 jika leher berputar atau bengkok +1 jika batang tubuh bungkuk

100-200 2

200 – 600 3

>600 4

c. Kaki (legs)

Penilaian terhadap kaki (legs) adalah penilaian yang dilakukan terhadap posisi kaki pada saat melakukan aktivitas kerja apakah bekerja pada posisi seimbang atau bertumpu pada satu kaki. Adapun posisi kaki dapat dilihat pada gambar :


(49)

39

Gambar 16. Postur Tubuh Bagian Kaki (Atamney & Corlet, 1993)

Tabel 10. Skor Penilaian Untuk Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs)

Pergerakan Skor

Posisi normal/ seimbang 1

Tidak seimbang 2

Nilai dari postur tubuh, leher dan kaki dimasukkan ke tabel berikut ini untuk mengetahui skornya :

Tabel 11. Tabel Penilaian Postur Tubuh Grup B Neck

Trunk Postur Score

1 2 3 4 5 6

Legs Legs Legs Legs Legs Legs

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

d. Penambahan skor aktivitas

Setelah hasil skor untuk postur grup B pada tabel maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor aktivitas. Penambahan skor aktivitas tersebut berdasarkan kategori yang dapat dilihat pada tabel :

Tabel 12. Penambahan Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur statik +1 Satu atau lebih bagian tubuh statis/ diam

Pengulangan +1 Tindakan dilakukan berulang-ulang lebih dari 4


(50)

e. Penambahan Skor Beban

Setelah diperoleh hasil penambahan dengan skor aktivitas untuk postur tubuh grup B pada tabel , maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor beban. Penambahan skor beban tersebut berdasarkan kategori pada tabel ;

Tabel 13. Tabel Penambahan Skor Beban

Beban Skor Keterangan

< 2 kg 0

+1 jika postur statis dan dilakukan berulang

2 – 10 kg 1

>10 kg 2

Untuk memperoleh skor akhir (grand score), skor yang diperoleh untuk postur tubuh grup A dan grup B dikombinasikan pada :

Tabel 14. Skor Akhir (Grup A dan Grup B)

Skor Grup A Skor Grup B

1 2 3 4 5 6 7

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

+8 5 5 6 7 7 7 7

Hasil skor pada tabel di atad diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori level risiko pada tabel berikut ini :

Tabel 15. Kategori Level Risiko

Skor Level Risiko

1-4 Rendah

5-6 Sedang

7 Tinggi

Kelvin (2009) menggunakan system ini pada penelitian kasus kontrol pada pekerja, kasus berjumlah 95 orang dengan keluhan pada pinggang, 79 orang dengan keluhan pada bahu dan 124 kontrol. Hasil penelitian yaitu


(51)

41

LBP pada pekerja dengan sikap tubuh fleksi sedang pada kasus lima kali lebih banyak dari kontrol dan pada pekerja dengan sikap tubuh fleksi berlebih, fleksi ke samping dan berputar enam kali lebih banyak dari kontrol.


(52)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasional-analytic dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu dengan tujuan untuk mencari hubungan postur tubuh dengan LBP pada pekerja pembersih kulit bawang di UD Bawang Lanang Kelurahan Iringmulyo Kota Metro (Notoatmodjo, 2010).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UD Bawang Lanang Kelurahan Iringmulyo Kota Metro pada bulan Oktober-Desember 2013.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya


(53)

43

(Dahlan, 2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pekerja pembersih kulit bawang di UD Bawang Lanang Kelurahan Iringmulyo Kota Metro sebanyak 64 pekerja.

Metode pengambilan sampel menggunakan total sampling. Dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Menandatangani informed consent. b. Masa kerja > 1 tahun

c. IMT < 25

2. Kriteria ekslusi sebagai berikut: a. Tidak masuk kerja.

b. Mengalami trauma maupun penyakit tulang belakang. c. Masa kerja < 1 tahun

d. IMT ≥ 25

e. Menopause

D. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah postur tubuh.

2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah low back pain.


(54)

E. Metode Pengumpulan Data

Data primer tentang karakteristik responden:

1. Postur tubuh diukur secara pengamatan langsung/observasi, pengukuran dan dokumentasi selama jam kerja.

2. Keluhan LBP dilakukan dengan pengisian kuesioner dan pemeriksaan fisik.

F. Definisi Operasional

Tabel 16. Definisi Oprasional Penelitian.

Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil Skala

Postur tubuh

Postur tubuh adalah bentuk tubuh, keadaan tubuh, sikap pengawakan dan perawakan seseorang di nilai dengan metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment). Tabel ergonomi Busur derajat Kamera Observasi dan pengukuran dengan metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment). Dokumentasi Grand score 1= resiko rendah 2 = resiko sedang 3= resiko tinggi Kategorik ordinal Low back pain (LBP)

LBP adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah. Kuesioner dan pemeriksaan fisik Pengisian kuesioner Pemeriksaan fisik dengan Tes Lassague

1= LBP 2= Tidak LBP

Kategorik nominal


(55)

45

G. Alat Penelitian dan Cara Pengambilan Data

1. Alat penelitian a. Alat tulis

adalah alat yang digunakan untuk mencatat, melaporkan hasil penelitian. alat tersebut adalah pulpen, kertas, pensil, busur kayu dan komputer. b. Lembar informed consent

adalah lembar persetujuan untuk menjadi responden penelitian. c. Kuesioner

adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. d. Busur kayu

adalah alat untuk melakukan pengukuran postur tubuh. e. Kamera

adalah alat untuk mendokumentasikan saat observasi. f. Tabel ergonomi

adalah alat yang digunakan untuk melakukan penilaian postur tubuh dengan metode RULA.

2. Cara pengambilan data

Dalam penelitian ini, seluruh data diambil secara langsung dari responden (data primer), yang meliputi :

a. Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian b. Pengisian informed consent


(56)

c. Pencatatan hasil pengukuran pada formulir lembar penelitian (penilaian postur tubuh, pengisian kuesioner, dan pemeriksaan fisik).

H. Alur Penelitian

Gambar 17. Bagan alur penelitian

1. Tahap Persiapan Pembuatan Proposal,

Perijinan, Koordinasi

2. Tahap pelaksanaan

Pengisian informed consent

Observasi, pengisian kuisioner, dan pemeriksaan fisik

3. Tahap Pengolahan Data

Pencatatan

Analisis dengan program statistik


(57)

47

I. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah kedalam bentuk tabel - tabel, kemudian data diolah menggunakan program komputer. Kemudian, proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri beberapa langkah :

a. Koding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis. b. Data entry, memasukkan data kedalam komputer.

c. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan kedalam komputer.

d. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.

2. Analisis Data

Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan program computer dimana akan dilakukan 2 macam analisa data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.

a. Analisa Univariat

Analisa ini digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi variabel bebas dan variabel terkait.


(58)

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statististik uji Chi Square. Dengan uji altenatif Kolmogorov-Smirnov.


(59)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari 55 responden pada penelitian ini dilakukan penilaian berdasarkan usia, berat badan, tinggi badan, Indeks Masa Tubuh (IMT), masa kerja, postur tubuh, kejadian Low Back Pain (LBP). Dengan frekuensi terbanyak kategori usia 40-49 tahun, berat badan 50-59 kg, tinggi badan 150-159 cm, IMT 18,5-24,9, masa kerja 1-5 tahun, postur tubuh resiko tinggi dan yang mengalami keluhan LBP.

2. Dari beberapa penilaian postur tubuh, postur tubuh yang sering menyebabkan LBP yaitu postur tubuh resiko tinggi.

3. Terdapat hubungan antara postur tubuh dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada pekerja pembersih kulit bawang di Unit Dagang (UD) Bawang Lanang Kelurahan Iringmulyo Kota Metro.


(60)

B.Saran

1. Bagi Puskesmas setempat, diharapkan memberikan pelayanan kesehatan seperti konseling atau penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada pekerja informal termasuk pekerja pembersih kulit bawang sehingga dapat meminimalkan penyakit akibat kerja terutama Low Back Pain (LBP).

2. Bagi pemilik Unit Dagang (UD) Bawang Lanang, sebaiknya menyediakan fasilitas kerja yang ergonomi sehingga pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan dapat menghindari resiko kerja.

3. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara postur tubuh dengan keluhan Low Back Pain (LBP)

dengan menggunakan metode lain seperti rancangan penelitian case control dan perlu melakukan penelitian terhadap Low Back Pain

(LBP) secara tepat agar hasil lebih akurat dan baik lagi.

4. Bagi pekerja pembersih kulit bawang di Unit Dagang (UD) Bawang Lanang agar bekerja dengan postur tubuh baik agar terhindar dari Low Back Pain (LBP). Selain itu perlu melakukan peregangan otot atau olahraga ringan disela-sela waktu kerja dan segera berobat ke dokter jika keluhan nyeri punggung semakin berat.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, M. 2013. Analisis Tingkat Risiko Musculoskeletal Disorders (Msds) Dengan The Brieftm Survey Dan Karakteristik Individu Terhadap Keluhan MSDs Pembuat Wajan Di Desa Cepogo Boyolali. Skripsi. Program Kesehatan Masyarakat Universitas Dipenegoro. Semarang.

Argama, R. 2006. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Sebagai Komponen Jamsostek. Jurnal Kesehatan Masyaraka Universitas Padjajran. Bandung. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi

Kelima. Cetakan Kedua. Rineka Cipta. Jakarta.

Armstrong and Chaffin. 2009. Elements of Ergonomics Programs A Primer Based On Workplace Evaluations of Musculoskeletal Disorders. US Departement of Health And Human Services NIOSH. Amerika.

Atamney and Corlet,1993. Scoring Of Posture Body With Metode RULA. NIOSH. Amerika.

Bridger, R.S. 2003. Introductions to Ergonomics, 2nd Edition. Taylor and Francis Inc. London.

Brian, K. 2012. Bone X-Ray. American College of Radiology. United Stated. Bernard, B.P. 2012. Musculoskeletal Disorders And Workplace Factors: A

Critical Review Of Epidemiologic Evidence For Work Related Musculoskeletal Disorders Of The Neck, Upper Extremity, And Low Back. Cincinnati,OH: Department of Health and Human Services, NIOSH. USA.

Cailliet. 2005. Cervical And Neck Pain. 3ended FA. Davis Co. Philadelphia. Chaffin. 2005. Elements of Ergonomics Programs A Primer Based On

Workplace Evaluations of Musculoskeletal Disorders. US Departement of Health And Human Services NIOSH. Amerika.


(62)

Dahlan, M.S. 2008. Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. Salemba Medika. Jakarta.

Dina, M. 2010.Analisis Postur Kerja Pada Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan USU Medan Tahun 2009. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter FK Sumatera Utara. Medan.

Effendi, F. 2009. Ergonomi Bagi Pekerja Sektor Informal. Skripsi. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Endang. 2010. Hubungan Antara Faktor Resiko Pekerjaan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders(MSDs) Pada Tukang Angkut Beban Penambang Emas Di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Jakarta.

Guyton, A.C., dan Hall. 2008. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Cetakan Kedua. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Grondi, A., and Kieso. 2013. The Effect Of Lumbar Support Pillow On Lumbar Posture and Comfort During A Prolonged Seated Task. Biomed Central. Canada.

Harahap. 2004. Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah. PERDOSSI. Jakarta. Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi. Penerbit Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Idyan, Z. 2007. Hubungan Lama Duduk Saat Perkuliahan Dengan Keluhan Low Back Pain. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya.

Jete and Norton K. 2012. The Greatest Risk For Low Back Pain Among Newly Educated Female Health Care Workers ; Body Weight Or Physical Work Load?.Biomed Central. Denmark.

Kelvin, C.H. 2009. The Association Between Back Pain And Trunk Posture Of Worker In A Special School For The Severe Handicaps. BMC Musculoskeletal Disorders. Hong Kong.

Llewellyn, V.2006. Back and Neck related Condition. Institute of Actuaries of Australia. Sidney.

Laxmaiah, M.D. 2010. Epidemiology of Low Back Pain: Pain Physician, Volume 3, Number 2, pp 167-192. Association of Pain Management Anesthesiologists. United States.

Maher, S., and Pellino. 2002. Low Back Pain Syndroma. FA Davis Company 4(3):113. Philadelpia.


(63)

71

Mayrika, P. 2009. Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Penjual Jamu Gendong. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 1 / Januari 2009. Semarang.

Meliala. 2004. Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah. Skrispi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Miskandar. 2007. Low Back Pain: Penatalaksaan Low Back Pain. Unisba Pres. Surakarta.

Moore, K.L., dan Anne M.R. 2002. Anatomi Klinis Dasar. EGC. Jakarta. Nurmianto, E.2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya.

Edisi Pertama. Cetakan Keempat. Surabaya.

Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Pertama. Cetakan Kedua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Putri, P. 2010. Pengaruh Postur dan Posisi Tubuh Terhadap Nyeri Punggung Bawah. Skripsi. Unversitas Dipenogeoro. Semarang.

Rahmat. 2007. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Keluhan NPB Pada Karyawan Rental Komputer di Salemba Jakarta. Jurnal Kedokteran Indonesia. Jakarta.

Rasad, S. 2005. Radiologi Diagnostik FK UI. Edisi Kedua. Cetakan Keempat. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Sri, R. 2005. Besar Risiko Nyeri Pinggang Pada Sikap Kerja Duduk Menggunakan Kursi Tanpa Sandaran Dan Dengan Kursi Bersandaran (Studi Pada Pekerja Laki-Laki Bagian Penjahitan Industri Sandal Di Desa Panembahan Cirebon). Skripsi. Universitas Padjajaran. Bandung.

Santoso, T. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Produktivitas. Skirpsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Snell, R. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi Keenam. Cetakan Pertama. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Subhan. 2002. Survei Kesehatan di Rumah Sakit Pendidikan. Lembaga Penelitian Jakarta. Jakarta.

Suharto. 2005. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Nyeri Pinggang Bawah Aspesifik akibat Joint Block Thoracal dan Lumbal. Skripsi. Akademi Fisioterapi Departemen Kesehatan RI. Makassar.

Sunarto. 2005. Latihan Pada Penderita Punggung Bawah.Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.


(64)

Syazwan, K., and Raymond. 2011. Poor Sitting posture And Heavy Schoolbag As Contributors To Musculoskeletal Pain In Children; An ergonomic School Education Intervention Program. Journal Of Pain Research. Malaysia. 7(1):38-42.

Tarwaka, M., dan Nurmianto. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktifitas. Skripsi. Uniba Press. Surakarta.

Trimunggara. 2010. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan Low Back Pain Pada Kegiatan Mengemudi Tim Ekspedisi PT. Enseval Putera Megatrading Jakarta Tahun 2010. Skripsi. Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Vira, S. 2009. Pengaruh Ergonomi Terhadap Timbulnya Kejadian Low Back Pain I (LBP) pada Pekerja Komputer di Kelurahan Gedong Meneng Bandar Lampung Tahun 2009. Skripsi. Bandar Lampung.

Wicaksono, B. 2012. Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Nyeri Punggung Bawah Pada Bidan Saat Menolong Proses Persalinan. Jurnal Universitas Airlangga. Surabaya. 5(4):12-20.

Wichaksana,H. dan Erik Nur. 2009. Peran Ergonomi Dalam Pencegahan Akibat Kerja. Jurnal Ergonomi Indonesia. Jakarta. 21(4):115-121.

Woro, R.,Simon. 2008. Keluhan Nyeri Musculoskeletal Pada Pekerja Industri Di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Jurnal Penelitian Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta. 23(8):60-73.

Wulandari, R. Perbedaan Tingkat Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Pembuat Teralis Sebelum Dan Sesudah Pemberian Edukasi Peregangan Di Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap. Jurnal Kesehatan Masyarakat Undip. Semarang. 25(11):21-33.


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari 55 responden pada penelitian ini dilakukan penilaian berdasarkan usia, berat badan, tinggi badan, Indeks Masa Tubuh (IMT), masa kerja, postur tubuh, kejadian Low Back Pain (LBP). Dengan frekuensi terbanyak kategori usia 40-49 tahun, berat badan 50-59 kg, tinggi badan 150-159 cm, IMT 18,5-24,9, masa kerja 1-5 tahun, postur tubuh resiko tinggi dan yang mengalami keluhan LBP.

2. Dari beberapa penilaian postur tubuh, postur tubuh yang sering menyebabkan LBP yaitu postur tubuh resiko tinggi.

3. Terdapat hubungan antara postur tubuh dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada pekerja pembersih kulit bawang di Unit Dagang (UD) Bawang Lanang Kelurahan Iringmulyo Kota Metro.


(2)

68

B.Saran

1. Bagi Puskesmas setempat, diharapkan memberikan pelayanan kesehatan seperti konseling atau penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada pekerja informal termasuk pekerja pembersih kulit bawang sehingga dapat meminimalkan penyakit akibat kerja terutama Low Back Pain (LBP).

2. Bagi pemilik Unit Dagang (UD) Bawang Lanang, sebaiknya menyediakan fasilitas kerja yang ergonomi sehingga pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan dapat menghindari resiko kerja.

3. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara postur tubuh dengan keluhan Low Back Pain (LBP)

dengan menggunakan metode lain seperti rancangan penelitian case control dan perlu melakukan penelitian terhadap Low Back Pain

(LBP) secara tepat agar hasil lebih akurat dan baik lagi.

4. Bagi pekerja pembersih kulit bawang di Unit Dagang (UD) Bawang Lanang agar bekerja dengan postur tubuh baik agar terhindar dari Low Back Pain (LBP). Selain itu perlu melakukan peregangan otot atau olahraga ringan disela-sela waktu kerja dan segera berobat ke dokter jika keluhan nyeri punggung semakin berat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, M. 2013. Analisis Tingkat Risiko Musculoskeletal Disorders (Msds) Dengan The Brieftm Survey Dan Karakteristik Individu Terhadap Keluhan MSDs Pembuat Wajan Di Desa Cepogo Boyolali. Skripsi. Program Kesehatan Masyarakat Universitas Dipenegoro. Semarang.

Argama, R. 2006. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Sebagai Komponen Jamsostek. Jurnal Kesehatan Masyaraka Universitas Padjajran. Bandung. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi

Kelima. Cetakan Kedua. Rineka Cipta. Jakarta.

Armstrong and Chaffin. 2009. Elements of Ergonomics Programs A Primer Based On Workplace Evaluations of Musculoskeletal Disorders. US Departement of Health And Human Services NIOSH. Amerika.

Atamney and Corlet,1993. Scoring Of Posture Body With Metode RULA. NIOSH. Amerika.

Bridger, R.S. 2003. Introductions to Ergonomics, 2nd Edition. Taylor and Francis Inc. London.

Brian, K. 2012. Bone X-Ray. American College of Radiology. United Stated. Bernard, B.P. 2012. Musculoskeletal Disorders And Workplace Factors: A

Critical Review Of Epidemiologic Evidence For Work Related Musculoskeletal Disorders Of The Neck, Upper Extremity, And Low Back. Cincinnati,OH: Department of Health and Human Services, NIOSH. USA.

Cailliet. 2005. Cervical And Neck Pain. 3ended FA. Davis Co. Philadelphia. Chaffin. 2005. Elements of Ergonomics Programs A Primer Based On

Workplace Evaluations of Musculoskeletal Disorders. US Departement of Health And Human Services NIOSH. Amerika.


(4)

70

Dahlan, M.S. 2008. Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. Salemba Medika. Jakarta.

Dina, M. 2010.Analisis Postur Kerja Pada Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan USU Medan Tahun 2009. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter FK Sumatera Utara. Medan.

Effendi, F. 2009. Ergonomi Bagi Pekerja Sektor Informal. Skripsi. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Endang. 2010. Hubungan Antara Faktor Resiko Pekerjaan Dengan Terjadinya Musculoskeletal Disorders(MSDs) Pada Tukang Angkut Beban Penambang Emas Di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Jakarta.

Guyton, A.C., dan Hall. 2008. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Cetakan Kedua. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Grondi, A., and Kieso. 2013. The Effect Of Lumbar Support Pillow On Lumbar Posture and Comfort During A Prolonged Seated Task. Biomed Central. Canada.

Harahap. 2004. Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah. PERDOSSI. Jakarta. Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi. Penerbit Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Idyan, Z. 2007. Hubungan Lama Duduk Saat Perkuliahan Dengan Keluhan Low Back Pain. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya.

Jete and Norton K. 2012. The Greatest Risk For Low Back Pain Among Newly Educated Female Health Care Workers ; Body Weight Or Physical Work Load?.Biomed Central. Denmark.

Kelvin, C.H. 2009. The Association Between Back Pain And Trunk Posture Of

Worker In A Special School For The Severe Handicaps. BMC

Musculoskeletal Disorders. Hong Kong.

Llewellyn, V.2006. Back and Neck related Condition. Institute of Actuaries of Australia. Sidney.

Laxmaiah, M.D. 2010. Epidemiology of Low Back Pain: Pain Physician, Volume 3, Number 2, pp 167-192. Association of Pain Management Anesthesiologists. United States.

Maher, S., and Pellino. 2002. Low Back Pain Syndroma. FA Davis Company 4(3):113. Philadelpia.


(5)

Mayrika, P. 2009. Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Penjual Jamu Gendong. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 1 / Januari 2009. Semarang.

Meliala. 2004. Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah. Skrispi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Miskandar. 2007. Low Back Pain: Penatalaksaan Low Back Pain. Unisba Pres. Surakarta.

Moore, K.L., dan Anne M.R. 2002. Anatomi Klinis Dasar. EGC. Jakarta. Nurmianto, E.2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya.

Edisi Pertama. Cetakan Keempat. Surabaya.

Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Pertama. Cetakan Kedua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Putri, P. 2010. Pengaruh Postur dan Posisi Tubuh Terhadap Nyeri Punggung Bawah. Skripsi. Unversitas Dipenogeoro. Semarang.

Rahmat. 2007. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Keluhan NPB Pada

Karyawan Rental Komputer di Salemba Jakarta. Jurnal Kedokteran

Indonesia. Jakarta.

Rasad, S. 2005. Radiologi Diagnostik FK UI. Edisi Kedua. Cetakan Keempat. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Sri, R. 2005. Besar Risiko Nyeri Pinggang Pada Sikap Kerja Duduk Menggunakan Kursi Tanpa Sandaran Dan Dengan Kursi Bersandaran (Studi Pada Pekerja Laki-Laki Bagian Penjahitan Industri Sandal Di Desa Panembahan Cirebon). Skripsi. Universitas Padjajaran. Bandung.

Santoso, T. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Produktivitas. Skirpsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Snell, R. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi Keenam. Cetakan Pertama. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Subhan. 2002. Survei Kesehatan di Rumah Sakit Pendidikan. Lembaga Penelitian Jakarta. Jakarta.

Suharto. 2005. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Nyeri Pinggang Bawah Aspesifik akibat Joint Block Thoracal dan Lumbal. Skripsi. Akademi Fisioterapi Departemen Kesehatan RI. Makassar.

Sunarto. 2005. Latihan Pada Penderita Punggung Bawah.Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.


(6)

72

Syazwan, K., and Raymond. 2011. Poor Sitting posture And Heavy Schoolbag As Contributors To Musculoskeletal Pain In Children; An ergonomic School Education Intervention Program. Journal Of Pain Research. Malaysia. 7(1):38-42.

Tarwaka, M., dan Nurmianto. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktifitas. Skripsi. Uniba Press. Surakarta.

Trimunggara. 2010. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan Low Back Pain Pada Kegiatan Mengemudi Tim Ekspedisi PT. Enseval Putera Megatrading Jakarta Tahun 2010. Skripsi. Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Vira, S. 2009. Pengaruh Ergonomi Terhadap Timbulnya Kejadian Low Back Pain I (LBP) pada Pekerja Komputer di Kelurahan Gedong Meneng Bandar Lampung Tahun 2009. Skripsi. Bandar Lampung.

Wicaksono, B. 2012. Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Nyeri Punggung Bawah Pada Bidan Saat Menolong Proses Persalinan. Jurnal Universitas Airlangga. Surabaya. 5(4):12-20.

Wichaksana,H. dan Erik Nur. 2009. Peran Ergonomi Dalam Pencegahan Akibat Kerja. Jurnal Ergonomi Indonesia. Jakarta. 21(4):115-121.

Woro, R.,Simon. 2008. Keluhan Nyeri Musculoskeletal Pada Pekerja Industri Di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Jurnal Penelitian Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta. 23(8):60-73.

Wulandari, R. Perbedaan Tingkat Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Pembuat Teralis Sebelum Dan Sesudah Pemberian Edukasi Peregangan Di Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap. Jurnal Kesehatan Masyarakat Undip. Semarang. 25(11):21-33.