Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Tetua Betina IRR 111 dengan Beberapa Tetua Jantan Tahun 2006-2008 pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)

SELEKSI PROGENI F1 HASIL PERSILANGAN TETUA BETINA IRR 111 DENGAN BEBERAPA TETUA JANTAN TAHUN 2006-2008 PADA TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) SKRIPSI OLEH : SULVIZAR MUSRANDA / 100301155 AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas sumatera utara

SELEKSI PROGENI F1 HASIL PERSILANGAN TETUA BETINA IRR 111 DENGAN BEBERAPA TETUA JANTAN TAHUN 2006-2008 PADA TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)
SKRIPSI OLEH : SULVIZAR MUSRANDA / 100301155 AGROEKOTEKNOLOGI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas sumatera utara

JUDUL
NAMA NIM PRODI MINAT

: Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Tetua Betina IRR 111 Dengan Beberapa Tetua Jantan Tahun 2006-2008 Pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)
: Sulvizar Musranda : 100301155 : Agroekoteknologi : Pemuliaan Tanaman

Ketua

Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing Skripsi
Anggota


(Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS) NIP. 1958 1017 1984 03 200 1

(Ir, Revandy I.M Damanik, M.Sc,PhD) NIP. 1968 1119 1993 100 3

Mengetahui

Prof. Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc, PhD Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Universitas sumatera utara

ABSTRACT
SULVIZAR MUSRANDA : Progeny Selection F1 Female Parental IRR 111 crossing with Some Male Parental 2006 - 2008 of rubber plant (Hevea brassiliensis Muell Arg.). Supervised by Rosmayati and Revandy I.M Damanik.
The research has done in ± 54 m above sea level at Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet, Galang, Deli Serdang-North Sumatera Province. The research held in February to July 2014. The objective of this research is to get the best progeny based on potential of latex yield characteristic, timber yield characteristic and latex-timber yielding resulted from 2006-2008 crossing. The research consist of three populations, Population A from 2006 crossing with 39 progenies about 8 years, population B from 2007 crossing with 15 progenies about 7 years, and population C from 2008 crossing with 10 progenies about 6 years. The research is done by measuring coefisien varians, correlation, regression, path analysis, 10 % and 1 % selection intensity, and two line pattern.
The research showed girth and diameter of latex vessels had direct effect but girth and bark thickness had indirect effect for cross 2006. Number of latex vessels and diameter of latex vessels had direct effect but girth and number of latex vessels had indirect effect for cross 2007, bark thickness and number of latex vessels had direct effect but girth and bark thickness had indirect effect for cross 2008. Component timber yield girth and height of primary branches direct effect for cross 2006, 2007 and 2008 if compared with other characters. Based on selection latex yield are 115/06 and 136/06 (intensity 10% and 1%), based on selection timber yield with intensity 10 % are 100/06, 4/06, 25/06, 41/06, 150/06, 29/06 and intensity 1 % is 100/06, progeny 136/06 and 29/06 are potential progenies as latex and timber yield for cross 2006. Based on selection latex yield are 113/07, 95/07, 120/07 (intensity 10% and 1%), based on selection timber yield with intensity 10 % are 5/07, 113/07, 97/07, 108/07, 121/07 and intensity 1 % is 5/07, progeny 113/07 is potential progeny as latex and timber yield for cross 2007. Based on selection latex yield are 146/08, 179/08, 104/08, 174/08 (intensity 10% and 1%), based on selection timber yield with intensity 10 % are 102/08, 104/08 and 101/08, no progeny is potential as latex and timber yielding for cross 2008.
Key words : Hevea brasiliensis, progeny, path analysis, selection
Universitas sumatera utara

ABSTRAK
SULVIZAR MUSRANDA : Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Tetua Betina IRR 111 dengan Beberapa Tetua Jantan 2006 - 2008 Pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell Arg.). Dibimbing Rosmayati dan Revandy I.M Damanik.

Penelitian ini telah dilaksanakan di Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 54 m dpl dari bulan februari – Juli 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan progeni terbaik berdasarkan karakteristik potensi lateks, kayu dan lateks-kayu dari hasil persilangan tahun 2006-2008. Penelitian terdiri atas tiga persilangan diantara hasil persilangan 2006 dengan 39 progeni, hasil persilangan 2007 dengan 15 progeni, dan hasil persilangan 2008 dengan 10 progeni. Pengukuran penelitian ini dliakukan dengan menghitung koefisien keragaman, korelasi, regresi, sidik lintas, seleksi pada intensitas 10% dan 1%, dan sebaran dua arah.
Hasil penelitian menunjukkan persilangan 2006 lilit batang dan diameter pembuluh berpengaruh langsung sedangkan lilit batang dan tebal kulit berpengaruh tidak langsung. Persilangan 2007 jumlah pembuluh dan diameter pembuluh berpengaruh langsung sedangkan Lilit batang dan jumlah pembuluh berpengaruh tidak langsung. Persilangan 2008 tebal kulit dan jumlah pembuluh berpengaruh langsung sedangkan lilit batang dan tebal kulit berpengaruh tidak langsung untuk komponen pendukung produksi lateks. Persilangan 2006, 2007 dan 2008 lilit batang dan tinggi cabang pertama berpengaruh langsung sedangkan lilit batang dan tinggi tanaman berpengaruh tidak langsung pada persilangan 2006 dan 2007 sementara persilangan 2008 lilit batang dan tebal kulit berpengaruh tidak langsung untuk komponen pendukung hasil kayu. Hasil seleksi persilangan 2006 diperoleh progeni penghasil lateks 115/06 dan 136/06 (intensitas 10% dan 1%), progeni penghasil kayu 100/06, 4/06, 25/06, 41/06, 150/06, 29/06 (intensitas 10%) dan 100/06 (intensitas 1%) dan progeni penghasil lateks-kayu 136/06 dan 29/06. Hasil seleksi persilangan 2007 diperoleh progeni penghasil lateks 113/07, 95/07 dan 120/07 (intensitas 10% dan 1%), progeni penghasil kayu 5/07, 113/07, 97/07, 108/07 dan 121/07 (intensitas 10%) dan 5/07 (intensitas 1%) dan progeni penghasil lateks-kayu 113/07. Hasil seleksi persilangan 2008 diperoleh progeni penghasil lateks 146/08, 179/08, 104/08 dan 174/08 (intensitas 10% dan 1%), progeni penghasil kayu 102/08, 104/08 dan 101/08 (intensitas 10%) dan progeni penghasil lateks-kayu tidak terseleksi.
Kata kunci : Hevea brasiliensis, progeni, sidik lintas, seleksi
Universitas sumatera utara

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kisaran pada tanggal 19 Desember 1991 dari ayah Sutrisno R. dan Ibu Alm. Vivi Muslina. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kisaran dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Nasional. Penulis memilih jurusan Agroekoteknologi minat Pemuliaan Tanaman. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kebun Aek Nauli PTPN III, Kecamatan Tinjauan, Kabupaten Simalungun, Sumater Utara pada bulan Juli – Agustus 2013 dan Penelitian di Balai Penelitian Sungei Putih – Pusat Penelitian Karet, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara pada bulan April – Juli 2014.
Universitas sumatera utara

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari out line ini adalah “Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Tetua Betina IRR 111 dengan Beberapa Tetua Jantan 2006-2008 Pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Program studi Agroekoteknologi minat Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing skripsi yaitu Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS., dan Dr, Revandy I.M Damanik, M.Sc., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu dalam menyelesaikan out line ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluru pihak yang memerlukan.
Medan, September 2014
Penulis
Universitas sumatera utara

DAFTAR ISI
ABSTRACT .................................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................ 4 Hipotesis Penelitian.............................................................................. Kegunaan Penelitian............................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman .................................................................................. 5 Pemuliaan Tanaman Karet .................................................................. 6 Seleksi Tanaman F1 ........................................................................... 8 Komponen Pendukung Produksi Lateks ............................................. 9 Komponen Pendukung Produksi Kayu .............................................. 11 Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Produksi............................. 12
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ........................................................... 14 Bahan dan Alat................................................................................... 14 Metode Penelitian............................................................................... 15 Hubungan antara Hasil dan Komponen Hasil..................... 15 Seleksi Genotipe.................................................................. 17 Analisis Data .................................................................................... 19
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal .................................................................................. 20 Sensus Tanaman................................................................................. 20 Penentuan Batas Hasil Persilangan .................................................... 20 Membuat Batas Tinggi Penyadapan ................................................. 20 Pengambilan sempel kulit .................................................................. 20 Menggambar Bidang Sadap ............................................................... 20 Buka Alur Sadap ................................................................................ 20
Universitas sumatera utara

Peubah Amatan .................................................................................. 21 Lilit Batang ......................................................................... 21 Tebal Kulit .......................................................................... 21 Tinggi Tanaman .................................................................. 21 Tinggi Cabang Pertama....................................................... 21 Jumlah Cabang Pertama...................................................... 21 Volume Kayu ...................................................................... 20 Jumlah dan Diameter Pembuluh Lateks.............................. 20 Indeks Penyumbatan ........................................................... 20 Produksi Lateks................................................................... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Komponen Hasil dan Produksi Lateks persilangan 2006. 24 Hubungan Komponen Hasil dan Volume Kayu persilangan 2006 ... 25 Seleksi Potensi Lateks, Kayu dan Lateks-kayu persilangan 2006 ..... 27 Hubungan Komponen Hasil dan Produksi Lateks persilangan 2007. 29 Hubungan Komponen Hasil dan Volume Kayu persilangan 2007 ... 32 Seleksi Potensi Lateks, Kayu dan Lateks-kayu persilangan 2007 ..... 34 Hubungan Komponen Hasil dan Produksi Lateks persilangan 2008. 36 Hubungan Komponen Hasil dan Volume Kayu persilangan 2008 .... 38 Seleksi Potensi Lateks, Kayu dan Lateks-kayu persilangan 2008 ..... 40 Pembahasan ....................................................................................... 42
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................ 48 Saran .................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas sumatera utara

DAFTAR TABEL Tetua betina dan jantan persilangan 2006, 2007 dan 2008 .............................. 15 Analisis statistic persilangan 2006, 2007 dan 2008 ......................................... 23 Analisis korelasi hasil lateks persilangan 2006................................................ 25 Analisis korelasi hasil kayu persilangan 2006 ................................................. 27 Analisis korelasi hasil lateks persilangan 2007................................................ 31 Analisis korelasi hasil kayu persilangan 2007 ................................................. 33 Analisis korelasi hasil lateks persilangan 2008............................................... 37 Analisis korelasi hasil kayu persilangan 2008 ................................................. 39
Universitas sumatera utara

DAFTAR GAMBAR Diagram lintas hasil lateks populasi A............................................................. 25 Digram lintas hasil kayu populasi A ................................................................ 27 Pola penyebaran genotipe pupulasi A berdasarkan hasil lateks....................... 28 Pola penyebaran genotipe pupulasi A berdasarkan hasil lateks....................... 29 Sebaran dua arah populasi A antara hasil kayu dan hasil lateks ...................... 29 Diagram lintas hasil lateks populasi B ............................................................. 31 Digram lintas hasil kayu populasi B ................................................................ 33 Pola penyebaran genotipe pupulasi B berdasarkan hasil lateks ....................... 34 Pola penyebaran genotipe pupulasi B berdasarkan hasil lateks ....................... 35 Sebaran dua arah populasi B antara hasil kayu dan hasil lateks ...................... 35 Diagram lintas hasil lateks populasi C ............................................................. 37 Digram lintas hasil kayu populasi C ................................................................ 39 Pola penyebaran genotipe pupulasi C berdasarkan hasil lateks ....................... 40 Pola penyebaran genotipe pupulasi C berdasarkan hasil lateks ....................... 41 Sebaran dua arah populasi C antara hasil kayu dan hasil lateks ...................... 41
Universitas sumatera utara


ABSTRACT
SULVIZAR MUSRANDA : Progeny Selection F1 Female Parental IRR 111 crossing with Some Male Parental 2006 - 2008 of rubber plant (Hevea brassiliensis Muell Arg.). Supervised by Rosmayati and Revandy I.M Damanik.
The research has done in ± 54 m above sea level at Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet, Galang, Deli Serdang-North Sumatera Province. The research held in February to July 2014. The objective of this research is to get the best progeny based on potential of latex yield characteristic, timber yield characteristic and latex-timber yielding resulted from 2006-2008 crossing. The research consist of three populations, Population A from 2006 crossing with 39 progenies about 8 years, population B from 2007 crossing with 15 progenies about 7 years, and population C from 2008 crossing with 10 progenies about 6 years. The research is done by measuring coefisien varians, correlation, regression, path analysis, 10 % and 1 % selection intensity, and two line pattern.
The research showed girth and diameter of latex vessels had direct effect but girth and bark thickness had indirect effect for cross 2006. Number of latex vessels and diameter of latex vessels had direct effect but girth and number of latex vessels had indirect effect for cross 2007, bark thickness and number of latex vessels had direct effect but girth and bark thickness had indirect effect for cross 2008. Component timber yield girth and height of primary branches direct effect for cross 2006, 2007 and 2008 if compared with other characters. Based on selection latex yield are 115/06 and 136/06 (intensity 10% and 1%), based on selection timber yield with intensity 10 % are 100/06, 4/06, 25/06, 41/06, 150/06, 29/06 and intensity 1 % is 100/06, progeny 136/06 and 29/06 are potential progenies as latex and timber yield for cross 2006. Based on selection latex yield are 113/07, 95/07, 120/07 (intensity 10% and 1%), based on selection timber yield with intensity 10 % are 5/07, 113/07, 97/07, 108/07, 121/07 and intensity 1 % is 5/07, progeny 113/07 is potential progeny as latex and timber yield for cross 2007. Based on selection latex yield are 146/08, 179/08, 104/08, 174/08 (intensity 10% and 1%), based on selection timber yield with intensity 10 % are 102/08, 104/08 and 101/08, no progeny is potential as latex and timber yielding for cross 2008.
Key words : Hevea brasiliensis, progeny, path analysis, selection
Universitas sumatera utara

ABSTRAK
SULVIZAR MUSRANDA : Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Tetua Betina IRR 111 dengan Beberapa Tetua Jantan 2006 - 2008 Pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell Arg.). Dibimbing Rosmayati dan Revandy I.M Damanik.
Penelitian ini telah dilaksanakan di Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 54 m dpl dari bulan februari – Juli 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan progeni terbaik berdasarkan karakteristik potensi lateks, kayu dan lateks-kayu dari hasil persilangan tahun 2006-2008. Penelitian terdiri atas tiga persilangan diantara hasil persilangan 2006 dengan 39 progeni, hasil persilangan 2007 dengan 15 progeni, dan hasil persilangan 2008 dengan 10 progeni. Pengukuran penelitian ini dliakukan dengan menghitung koefisien keragaman, korelasi, regresi, sidik lintas, seleksi pada intensitas 10% dan 1%, dan sebaran dua arah.
Hasil penelitian menunjukkan persilangan 2006 lilit batang dan diameter pembuluh berpengaruh langsung sedangkan lilit batang dan tebal kulit berpengaruh tidak langsung. Persilangan 2007 jumlah pembuluh dan diameter pembuluh berpengaruh langsung sedangkan Lilit batang dan jumlah pembuluh berpengaruh tidak langsung. Persilangan 2008 tebal kulit dan jumlah pembuluh berpengaruh langsung sedangkan lilit batang dan tebal kulit berpengaruh tidak langsung untuk komponen pendukung produksi lateks. Persilangan 2006, 2007 dan 2008 lilit batang dan tinggi cabang pertama berpengaruh langsung sedangkan lilit batang dan tinggi tanaman berpengaruh tidak langsung pada persilangan 2006 dan 2007 sementara persilangan 2008 lilit batang dan tebal kulit berpengaruh tidak langsung untuk komponen pendukung hasil kayu. Hasil seleksi persilangan 2006 diperoleh progeni penghasil lateks 115/06 dan 136/06 (intensitas 10% dan 1%), progeni penghasil kayu 100/06, 4/06, 25/06, 41/06, 150/06, 29/06 (intensitas 10%) dan 100/06 (intensitas 1%) dan progeni penghasil lateks-kayu 136/06 dan 29/06. Hasil seleksi persilangan 2007 diperoleh progeni penghasil lateks 113/07, 95/07 dan 120/07 (intensitas 10% dan 1%), progeni penghasil kayu 5/07, 113/07, 97/07, 108/07 dan 121/07 (intensitas 10%) dan 5/07 (intensitas 1%) dan progeni penghasil lateks-kayu 113/07. Hasil seleksi persilangan 2008 diperoleh progeni penghasil lateks 146/08, 179/08, 104/08 dan 174/08 (intensitas 10% dan 1%), progeni penghasil kayu 102/08, 104/08 dan 101/08 (intensitas 10%) dan progeni penghasil lateks-kayu tidak terseleksi.
Kata kunci : Hevea brasiliensis, progeni, sidik lintas, seleksi
Universitas sumatera utara

PENDAHULUAN Latar Belakang
Produksi karet alam dunia pada tahun 2012 sampai Maret 2013 mengalami peningkatan sebesar 3,2 % dari produksi dunia tahun 2011 yaitu sebesar 11,383 juta ton dan didominasi oleh negara - negara Asia. Diantara negara produsen, Thailand, Indonesia, Malaysia, India, Vietnam dan China, masing-masing secara berurutan menghasilkan karet alam sebesar 3,778 juta ton (31,2 %), 3,040 juta ton (26,8 %), 923 juta ton (8,4 %), 919 juta ton (8,2 %), 864 juta ton (8,2 %) dan 795 juta ton (6,8 %) dari produksi karet alam dunia (IRSG, 2013). Dalam kontribusi karet alam dunia Indonesia mengalami peningkatan produksi sebesar 0,9 % dari produksi awal 3,013 juta ton menjadi 3,040 juta ton.
Karet alam merupakan salah satu komoditas penting Indonesia. Komoditas karet alam berkontribusi sebagai sumber pendapatan petani, penghasil devisa (± 10 milyar US$/tahun atau ± 5 % dari total nilai ekspor nasional), penyediaan lapangan kerja, pembangunan wilayah, dan sumber bahan baku industri berbasis karet. Di masa yang akan datang, peran komoditas karet diperkirakan akan semakin berkembang dan semakin penting, sehingga diperlukan fokus dan prioritas kebijakan dan program pembangunan dalam “industri perkaretan nasional” (Basyaruddin, 2012).
Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar kedua didunia dengan pangsa ± 26,8%, sedikit dibawah Thailand. Permintaan karet alam kedepan masih cukup baik, karena didorong oleh pertumbuhan industri otomotif dari beberapa negara seperti China, Jepang, Amerika Serikat, India, Thailand, Indonesia, Malaysia dan Korea. Ditinjau dari pengusahaannya, sekitar 85% dari
Universitas sumatera utara


luas areal tanaman karet Indonesia (3,45 juta ha) merupakan perkebunan rakyat, yang sebagian besar belum menggunakan benih unggul, demikian pula kondisi perkebunan rakyat tersebut banyak yang sudah tua/rusak sehingga tingkat produktivitasnya semakin rendah (Rismansyah, 2012).
Pada tahun 2011 produktivitas perkebunan rakyat baru mencapai 926 kilogram/hektar/tahun (kg/ha/th), dan jika dibandingkan dengan produktivitas perkebunan negara yang telah mencapai 1.327 kg/ha/th dan produktivitas perkebunan besar swasta yang mencapai 1.565 kg/ha/th, maka produktivitas perkebunan rakyat dinilai lebih rendah. Rendahnya tingkat produktivitas perkebunan rakyat tersebut disebabkan oleh tingkat penggunaan benih unggul diperkirakan baru 40% dan sumber benih karet unggul kurang memadai (Rismansyah, 2012).
Kegiatan pemuliaan karet yang sudah berjalan selama empat generasi dimana satu generasi membutuhkan waktu ± 30 tahun (1910 - 2010) telah menghasilkan kemajuan yang pesat dengan peningkatan produktivitas karet lima kali lebih tinggi dari potensi produksi tanaman asal biji. Perakitan klon karet unggul baru sampai dengan siklus seleksi generasi keempat telah memperhatikan kemajuaan yang signifikan dalam hal peningkatan potensi produksi lateks, perbaikan karakteristik sekunder seperti pemendekan masa tanaman belum menghasilkan dan ketahanan terhadap penyakit. Dari hasil kegiatan pemuliaan generasi keempat telah dihasilkan klon unggul baru IRR seri 100, IRR seri 200 dan IRR seri 300 (Lasminingsih et al., 2012).
Klon IRR seri 100 yang merupakan seleksi dari persilangan buatan priode tahun 1985 - 1989, telah dilaksanakan pengujian pada berbagai tahapan dan
Universitas sumatera utara

dibeberapa lokasi. Persilangan yang telah dilakukan selama tahun priode tersebut menghasilkan lebih dari 19 ribu kombinasi tetua, yang kemudian diperoleh sebanyak 945 buah jadi dan diperoleh biji sebanyak 2.684 butir dan pada akhirnya diperoleh individu tanaman F1 sebanyak 577 tanaman (Aidi-Daslin, 2005). Dari proses pemuliaan tersebut diperoleh klon IRR seri 100 yang terdiri dari seri 100 – seri 120, salah satu dari klon IRR seri 100 adalah klon IRR 111.
Klon IRR 111 adalah hasil persilangan dari (IAN 873 x RRIC 100) dinaman tetua betina IRR 111 yaitu Klon IAN 873 berasal dari keturunan PB 86 dengan F 1717 (Lubis, 1985) dan tetua jantan IRR 111 yaitu Klon RRIC 100 berasal dari persilangan RRIC 42 dengan PB 85 (Suhendry et al., 2009), produksi klon IRR 111 pada tahun pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuh secara bertutut adalah 1.072 kg/ha/th, 1.436 kg/ha/th, 1.966 kg/ha/th, 2.223 kg/ha/th, 1.776 kg/ha/th, 1.645 kg/ha/th, dan 1.321 kg/ha/th dengan rata-rata produksi 1.634 kg/ha/th (Aidi-Daslin et al., 2006).
Penggunaan klon karet unggul yang berproduksi tinggi merupakan syarat utama menentukan keberhasilan agribisnis tanaman karet. Dengan demikian para pemuliaan tanaman karet terus berupaya untuk mendapatkan klon unggul baru yang memiliki potensi hasil tinggi serta memiliki karakter agronomi yang diinginkan (Woelan et al., 2007). Maka dari itu perlunya dilakukan perbaikan karakter produksi dan agronomi terhadap klon seri IRR 111 melalui tahapan pemuliaan tanaman karet. Salah satu tahapan awal pemuliaan tanaman karet dalam satu generasi yaitu pengujian Seedling Evaluation Trial (SET).
Seleksi klon secara bertahap dilakukan dari mulai pengujian SET, uji plot promosi, uji pendahuluan, uji lanjutan serta uji adaptasi. Klon terbaik yang lulus
Universitas sumatera utara

dari tahap seleksi tersebut kemudian direkomendasi sebagai klon unggul yang dianjurkan penanamannya secara bertahap. Evaluasi terhadap kinerja berbagai klon yang telah dikembangkan di pertanaman komersial baik skala kecil maupun skala luas terus dilakukan secara berkesinambungan dan terpadu dengan disiplin lainnya. Informasi yang diperoleh dari kegiatan tersebut sangat penting serta menjadi dasar untuk merumuskan klon karet anjuran (Aidi-Daslin et al., 2000).
Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penelitian yang berjudul seleksi progeni F1 hasil persilangan tetua IRR 111 dengan beberapa tetua jantan tahun 2006 - 2008 pada tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.). Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung dari setiap peubah bebas terhadap peubah tidak bebas dan mendapatkan progeni terbaik berdasarkan karakteristik potensi lateks, kayu dan lateks-kayu dari hasil persilangan tahun 2006-2008. Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh langsung dan tidak langsung dari setiap peubah bebas terhadap peubah tidak bebas dan terseleksinya progeni terbaik penghasil lateks, kayu dan lateks-kayu Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dan sebagai material genetik dipengujian plot promosi dan pengujian pendahuluan pada tahapan siklus pemuliaan tanaman karet.
Universitas sumatera utara

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Menurut Steenis (2003) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman karet termasuk dalam kelas dicotiledonae, ordo euphorbiales, famili euphorbiaceae, genus Hevea dan spesies Hevea brasiliensis Muell Arg.
Karet adalah sebuah pohon yang tumbuh cepat, jarang memiliki ketinggian melebihi 25 di perkebunan, di mana kepadatan tanaman optimal untuk intersepsi cahaya, pohon-pohon liar mungkin sampai 40 tinggi dalam mencari sinar matahari di atas pohon kanopi padat. Pohon ini memiliki akar tunggang berkembang dengan baik, 2-5 m panjang setelah 3 tahun, dengan lateral panjang beberapa meter. Akar lateral yang muncul dari akar tunggang di bawah leher akar. Akar lateral bisa mencapai hingga 10 m dan dapat membuat jaringan padat akar pengumpan dan akar rambut di lapisan tanah bagian atas. Beberapa sampai 30% sampai 60% dari akar pengumpan ditemukan di atas 10 cm dari tanah (Verheye, 2010).
Daun karet terdiri dari tangkai utama sepanjang 3-20 cm dan tangkai anak daun sepanjang 3-10 cm dengan kelenjar ujungnya. Setiap daun karet biasanya terdiri dari tiga anak daun yang berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing. Daun karet berwarna hijau dan menjadi kuning atau merah menjelang rontok. Seperti kebanyakan tanaman tropis, daun-daun karet rontok pada pucuk musim kemarau untuk mengurangi penguapan tanah (Dijkman, 1951).
Bunga karet adalah bunga berumah satu dan bunga majemuk dimana terdapat bunga betina dan bunga jantan dalam satu pohon, terdapat dalam malai payung yang jarang. Tanaman karet merupakan tanaman penyerbuk silang. Bunga
Universitas sumatera utara

betina ditemukan di terminal, sumbu utama dan lateral perbungaan. Bunga jantan jauh lebih kecil dalam ukuran dari bunga betina. Untuk setiap bunga betina, 60 sampai 80 bunga jantan ditemukan. Bunga jantan memiliki 10 anter diatur dalam dua ruangan masing-masing terdapat 5 anter. Dalam persilangan semua bunga yang tidak dapat digunakan dan harus dipotong. Secara umum, bunga yang dipotong adalah bunga yang telah membuka atau masih muda. Keberhasilan dalam penyerbukan terjadi setelah tiga sampai empat minggu (Dijkman, 1951).
Buah karet hanya sebagian kecil yang terbentuk dari bunga betina dan 30-50% jatuhnya setelah satu bulan. Buah matang adalah buah yang sudah mememadat dan besar, terdiri atas 3 ruangan, diameter buah 3-5 cm dengan 3 biji yang mengandung minyak biji. Bauh akan pecah pada akhir musim hujan dengan karakter suara yang keras, mirip dengan tembakan senapan. Benih kemudian dikumpulkan untuk disemai di persemaian (Verheye, 2010).
Biji karet berbentuk oval, panjang 1-2 cm, dan berat antara 3 dan 6 g. Biji sangat keras dengan kulit biji mengkilap yang berwarna coklat atau keabu-abuan coklat. Viabilitas biji sangat singkat dan karena itu harus ditanam secepat mungkin setelah panen.Viabelitas biji berkecambah sekitar 3-25 hari dengan tipe perkecambahan hypogeal (Verheye, 2010). Pemuliaan Tanaman Karet
Kegiatan pemuliaan diupayakan secara terus menerus dengan cara perbaikan karakter tanaman melalui perakitan klon-klon unggul yang memiliki produktivitas lateks tinggi, pertumbuhan jagur dan tahan penyakit serta sifat sekunder lainnya. Keberhasilan pemuliaan tanaman karet didalam peningkatan potensi produktivitas klon yang dihasilkan tentunya akan memiliki keunggulan
Universitas sumatera utara

yang baik dibanding dengan klon yang dihasilkan sebelumnya (Aidi-Daslin, 2004).
Kemajuan pemuliaan karet dapat dilihat dari peningkatan potensi produktivitas klon yang dihasilkan dari satu siklus seleksi dibandingkan dengan siklus seleksi sebelumnya. Selama empat siklus pemuliaan karet dari tahun 1910 sampai saat ini telah mencapai kemajuan yang pesat. Hal ini dapat diukur dari peningkatan potensi tanaman untuk menghasilkan lateks sebagai perbaikan sifatsifat skunder lainnya seperti pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, ketahanan terhadap gangguan angin, respon terhadap stimulasi, ketahanan terhadap kering alur sadap (KAS) dan perbaikan mutu lateks (Aidi-Daslin, 2005).
Salah satu strategi untuk menghasilkan klon-klon unggul yang menghasilkan lateks dan kayu yang tinggi yaitu dengan menggabungkan dua sifat tersebut melaui persilangan. Untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik selain memeperhatikan sifat-sifat agronomis, juga perlu diperhatikan jarak genetik dari klon yang disilangkan tersebut. Berdasarkan hasil dendogram dengan nilai kesamaan genetik kurang dari 75% diharapkan dapat menghasilkan klon unggul dengan pertumbuhan cepat dan hasil lateks tinggi, sehingga dapat menghasilkan klon unggul penghasil lateks-kayu (Kuswanhadi et al., 2010).
Kemajuan pemuliaan tanaman karet di Indonesia dalam empat dekade terakhir telah berhasil meningkatkan produktivitas tanaman karet dari 500 kg/ha/th menjadi 3000 kg/ha/th. Kendala yang dihadapi dalam program pemuliaan tanaman karet adalah proses seleksi yang penjang (± 30 tahun per siklus), sehingga menjadi hambatan utama terhadap kemajuan hasil pemuliaan karet. Selain itu daya hasil merupakan sifat yang sangat kompleks, karena
Universitas sumatera utara

dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga hasil seleksi sering tidak konsisten. Hal ini disebabkan daya hasil merupakan sifat kuantitatif yang dipengaruhi banyak gen (poligenik) yang masing-masing gen memiliki pengaruh terhadap sifat tersebut (Woelan et al., 2013). Seleksi Progeni F1
Paradigma baru bahwa tanaman karet tidak hanya menghasilkan lateks tetapi juga diharapkan kayu karetnya, maka seleksi juga diarahkan pada klon-klon yang berpotensi sebagai penghasil kayu, sejak dari tahap awal seleksi sampai dengan pengujian klon, kedua peubah tersebut dievaluasi. Pada seleksi F1 yang merupakan tahap awal di dalam siklus pemulian tanaman karet, dimana hasil seleksi 10% akan dijadikan materi dipengujian pendahuluan dan 1% di pengujian plot promosi (Suhendry, 2002).

Seleksi tanaman dilakukan pada tanaman F1 hasil persilangan ditanam di Seedling Evaluation Trial (SET) dengan jarak tanam yang digunakan 2 x 2 meter. Seleksi individu dilakukan berdasarkan potensi produksi dan sifat-sifat pertumbuhan. Potensi produksi diamati dengan menggunakan metode sadap HHM (Hamaker Morris Mann), dengan sistem sadap S/2 d/3 pada ketinggian 50 cm di atas permukaan tanah (Woelan, 2008).
Potensi hasil lateks dan pertumbuhan merupakan peubah yang selalu diamati pada proses seleksi tanaman karet. Karakter pertumbuhan, fisiologi dan anatomi menjadi salah satu peubah pengamatan dalam menyeleksi individu tanaman dari sejak awal yakni dipengujian Seedling Evaluation Trial (SET) sampai dengan pengujian selanjutnya. Tanaman karet yang terpilih pada seleksi awal ini selanjutnya diperbanyak secara vegetatif dan dievaluasi melalui
Universitas sumatera utara

serangkaian pengujian, mulai dari uji pendahuluan, uji plot promosi, uji lanjutan sampai dengan uji adaptasi (Aidi-Daslin 2005).
Karakter pertumbuhan pada tanaman karet erat hubungannya dengan produksi kayu. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Woelan dan Sayurandi (2008) menunjukkan bahwa lilit batang, tinggi tanaman, tinggi cabang primer dan tebal kulit berpengaruh positif terhadap hasil kayu.
Karakter fisiologi pada tanaman karet erat hubungannya dengan kemampuan tanaman dalam mensintesis assimilat menjadi bahan pembentuk lateks. Karakter fisiologis yang sangat penting dalam pembentukan lateks diantaranya adalah kandungan sukrosa, fosfat organik dan kadar tiol, selain itu sifat fisiologi lateks dipengaruhi oleh panjang alur sadap, indeks penyumbatan, kecepatan aliran lateks, dan indeks produksi. Karakter pada kulit karet yang memiliki pengaruh terhadap potensi lateks adalah jumlah pembuluh lateks, diameter pembuluh lateks dan tebal kulit. Pertumbuhan tanaman berkaitan dengan ukuran lilit batang, tebal kulit dan produksi karet merupakan parameter yang paling penting (Woelan et al., 2013). Komponen Pendukung Produksi Lateks
Pada tanaman karet , lateks diproduksi dan disimpan pada sel khusus yang disebut pembuluh lateks (laticifer), yang dapat ditemukan pada floem pada kulit tanaman. Pembuluh lateks ini turunan dari kambium dan tersusun sebagai cincin yang konsentrik di dalam kulit. Berdasarkan hasil penelitian kandungan karet didalam lateks yang dihasilkan adalah sebesar 30-50%. Perbaikan terhadap produktivitas yang telah dilakukan yaitu dengan mengkombinasikan melalui pemuliaan dan seleksi (Woelan dan Sayurandi, 2008).
Universitas sumatera utara

Keragaman produksi karet kering pada suatu populasi semaian memiliki keragaman yang tinggi, hal ini pernah dilaporkan oleh Woelan dan Pasaribu (2007) yang menyatakan bahwa sergregasi genotipe yang dihasilkan dari hasil persilangan 1998/1999 membentuk keragaman yang tinggi, dapat dilihat dari karakter produksi lateks (CV = 125%) . Keragaman ini terjadi karena populasi karet kering dipengaruhi oleh banyak faktor produksi yaitu genetik, lilit batang, tebal kulit, jumlah pembuluh, diameter pembuluh lateks dan lingkungan (Woelan et al., 2007).
Hubungan komponen pendukung hasil lateks sudah diteliti oleh Woelan et al. (2004) menyatakan bahwa jumlah pembuluh lateks, diameter pembuluh lateks, tebal kulit dan lilit batang berpengaruh nyata terhadap hasil karet. Artinya bahwa apabila ada peningkatan komponen hasil lateks maka hasil lateks akan lebih tinggi. Hasil penelitian tersebut dibuktikan kembali dengan hasil penelitian Woelan dan Sayurandi (2008) dimana jumlah pembuluh, diameter pembuluh, tebal kulit dan lilit batang berkorelasi nyata terhadap hasil lateks. Ditambah dengan penelitian Novalina (2009) menyatakan bahwa jumlah pembuluh, diameter pembuluh, tebal kulit, lilit batang dan indeks penyumbatan berkorelasi nyata terhadap hasil lateks dan Woelan et al (2013) menyatakan bahwa produksi karet berkorelasi nyata oleh indeks penyumbatan, indeks produksi, lilit batang, tebal kulit, jumlah pembuluh dan diameter pembuluh lateks.
Hasil penelitian Novalina (2009) juga melaporkan bahwa dua populasi yang diamati memiliki keragaman yang tinggi pada produksi. Pada karakter lilit batang, ketebalan kulit jumlah pembuluh lateks, indeks penyumbatan, kadar sukrosa, dan kadar fosfat organik juga menunjukkan keragaman yang tinggi.
Universitas sumatera utara

Selain itu Novalina (2009) juga menyatakan bahwa variable lilit batang, tebal kulit, jumlah pembuluh dan indeks penyumbatan berkorelasi nyata dengan produksi pada populasi A. Jumlah pembuluh lateks dan indeks penyumbatan mempunyai pengaruh langsung yang lebih besar terhadap produksi. Pada populasi C parameter lilit batang, jumlah pembuluh lateks, diameter pembuluh lateks dan indeks penyumbatan berkorelasi nyata dengan produksi. Lilit batang dan indeks penyumbatan mempunyai pengaruh langsung yang lebih besar terhadap produksi. Hasil penelitian Woelan dan Sayurandi (2008) menambahkan bahwa karakter diameter pembuluh merupakan variabel yang cukup besar pengaruh langsungnya terhadap hasil lateks.
Tebal kulit mempunyai pengaruh langsung terhadap jumlah pembuluh. Hal ini memberikan arti bahwa pada tanaman turunan pertama yang mempunyai kulit yang lebih tebal maka jumlah pembuluhnya lateksnya pada umumnya lebih banyak. Tebal kulit merupakan salah satu parameter yang diamati dalam seleksi tanaman hasil persilangan. Tujuan utama melakukan seleksi terhadap tebal kulit adalah untuk mendapatkan tanaman yang mempunyai kulit cukup tebal sehingga diharapkan jumlah pembuluh lateksnya juga banyak. Tanaman yang mempunyai kulit yang terlalu tipis tidak diinginkan karena terjadi penyadapan dapat melukai kambium (Novalina, 2009). Komponen Pendukung Produksi Kayu
Formula untuk menghitung hasil kayu per pohon dikembangkan oleh Wan Razali et al., (1983) yaitu volume kayu = π {(lilit batang x 0,01)/2π}2 x tinggi cabang pertama dan volume kayu total = {0,00005031 x (lilit batang/π)2} x tinggi tanaman. Hal tersebut menunjukkan bahwa volume kayu karet sangat ditentukan
Universitas sumatera utara


oleh besaran lilit batang dan tinggi tanaman, semakin besar lilit batang dan tinggi tanaman maka volume kayu karet yang dihasilkan semakin besar dan sebaliknya semakin kecil lilit batang dan ketinggian tanaman maka volume kayu yang dihasilkan semakin kecil. Demikian halnya semakin tinggi cabang pertama dan tebal kulit maka kayu log yangdihasilkan semakin besar (Wan Razali et al., 1983).
Peubah pertumbuhan tanaman yang berhubungan dengan potensi kayu adalah lilit batang dan panjang log bebas cabang. Lilit batang selain berhubungan dengan hasil lateks, juga mempengaruhi volume kayu yang akan dihasilkan. Namun tidak ada korelasi antara lilit batang dengan panjang log pada setiap umur tanaman. Oleh karena volume kayu log diduga melalui subtitusi lilit batang dan panjang log, maka kondisi ideal tanaman penghasil kayu adalah yang memiliki batang besar dan percabangan yang tinggi (Suhendry, 2002).
Hasil penelitian Woelan dan Sayurandi (2008) menyatakan bahwa lilit batang, tinggi cabang pertama, dan tebal kulit memiliki korelasi yang nyata terhadap hasil kayu. Lilit batang merupakan variabel yang mempunyai pengaruh langsung cukup besar terhadap hasil kayu, sedangkan variabel lainnya sangat kecil pengaruhnya. Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Produksi
Tanaman karet mempunyai sifat menggugurkan daun pada setiap musim kemarau. Waktu dan lama pengguguran daun berbeda antar klon. Siklus perkembangan daun tanaman karet dapat dikelompokkan menjadi lima fase yaitu fase 1 apabila muncul tanda-tanda daun menguning sampai kuning sebagian, fase 2 apabila daun sudah dalam kondisi kuning menyeluruh dan sudah gugur, fase 3 apabila semua daun sudah gugur dan mulai muncul kuncup daun berwarna coklat,
Universitas sumatera utara

fase 4 apabila daun mulai berwarna hijau muda dan fase 5 apabila daun berwarna hijau tua. Kelima fase gugur daun tersebut berpengaruh pada produksi lateks yang dihasilkan (Oktavia dan Lasminingsih, 2010).
Hasil karet kering (g/p/s) tertinggi dicapai pada saat tanaman berdaun penuh (fase 5). Hal ini disebabkan oleh proses fotosintesis pada kondisi tersebut berlangsung penuh dan optimal. Penurunan produksi terjadi pada saat tanaman gugur daun (fase 3) karena aktivitas fotosintesis sudah mulai turun. Penurunan produksi lebih banyak lagi terjadi pada saat tanaman mulai muncul daun baru (fase 4) karena tanaman belum mampu berfotosintesis sementara diperlukan energi tinggi untuk pembentukan daun baru (Oktavia dan Lasminingsih, 2010). Menurut Cahyono et al., (2011) produksi karet kering terendah terjadi pada saat periode pembentukan daun baru yang belum mampu melakukan fotosintesis secara maksimal, dan adanya kompetisi penggunaan cahaya asimilat antara produksi lateks dan pembentukan daun.
Hasil penelitian Oktavia dan Lasminingsih (2010) menyatakan kondisi tanaman berkaitan dengan musim berpengaruh terhadap hasil karet kering/ pohon/ sadap. Menurut Susetyo dan Hadi (2012) produksi tanaman karet sangat dipengaruhi oleh faktor tanah dan iklim dengan persentase berturut-turut adalah 81,91% dan 18,78%. Laminingsih et al., (2005) juga melaporkan bahwa kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap produktivitas lateks adalah curah hujan, suhu udara, radiasi dan angin. Untuk Indonesia, kondisi yang lebih berperan adalah curah hujan dan angin. Sehingga masih adanya keragaman hasil karet kering antara pohon pada suatu klon, walaupun tanaman diperbanyak secara vegetatif.
Universitas sumatera utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan, Laboratorium Agronomi, dan Laboratorium Proteksi Tanaman Balai Penelitian Sungai Putih, Pusat Penelitian Karet, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian ± 54 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai bulan Juli 2014. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga populasi tanaman turunan pertama (F1) hasil persilangan tetua betina IRR 111 dengan beberapa tetua jantan yaitu hasil persilangan 2006 berumur 8 tahun sebanyak 39 progeni, hasil persilangan 2007 berumur 7 tahun sebanyak 15 progeni, dan hasil persilangan 2008 berumur 6 tahun sebanyak 10 progeni (Tabel 1) yang ditanam dengan jarak 2 m x 2 m pada kebun Percobaan Pusat Penelitian Karet Sungai Putih, cat minyak, sintas, aquades, takon, label, larutan FAA (Formalin Acetic Acid), KOH 15%, HNO3 32,5 %, Alkohol 70%, Sudan VII dan gliserin.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, kuas, palu, pelubang kulit, spidol, alat pengukut ketebalan kulit, kawat, talang, mangkok, mal bidang sadap, label plastik, pisau silet, talenan, kaca objek, kaca penutup, mikroskop, pisau sadap, batu asah, ember plastik, gelas ukur, jarum suntik, timbangan, oven, jam, kamera, dan alat tulis.
Universitas sumatera utara

Tabel. 1 Tetua betina dan jantan populasi A, B dan C

Tetua Betina IRR 111

Total

Tetua Jantan RRIM 600 RRIC 100 RRIC 130 PN 3500 PN 3964 PN 5503 PN 5514 PB 260 PB 330 PB 340 Pm 10

Populasi A 14 2 3 2 6 2 9 1 39

Populasi B 2 4 4 3 2 15

Populasi C 1 3 1 5 10

Metode Penelitian

Peubah yang digunakan untuk evaluasi terhadap progeni-progeni hasil

persilangan 2006, 2007 dan 2008 yaitu potensi produksi lateks dengan

menggunakan metode HMM (Hamarker Moris Man). Metode penyadapan ini

dilakukan pada ketinggian 50 cm dari permukaan tanah selama 3 bulan dengan


sistem sadap 1/2s d/3 (Djikman, 1951). Peubah lain yang diamati adalah lilit

batang, tebal kulit, tinggi tanaman, jumlah cabang pertama, tinggi cabang

pertama, hasil kayu , anatomi kulit (jumlah pembuluh lateks dan diameter

pembuluh lateks) dan indeks penyumbatan. Peubah-peubah tersebut akan

dianailisis sacara statistik, regresi, korelasi, sidik lintas, seleksi uji Z, seleksi uji t

dan sebaran dua arah.

Hubungan antara Hasil dan Komponen Hasil

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui sejauh mana

ketergantungan atau hubungan beberapa peubah bebas (Xi) dengan peubah tidak bebas (Y) dengan persamaan regresi sebagai berikut:

Universitas sumatera utara


Persamaan regresi untuk produksi lateks dan volume kayu : Y = b0 + b1X1 + b2X2 + .…. +bnXn b0, b1,…, bn : koefisien regresi
Peubah yang diamati untuk produksi lateks yaitu: X1 : Lilit batang (cm) X2 : Tebal kulit (mm) X3 : Jumlah pembuluh lateks (buah) X4 : Diameter pembuluh lateks (µm) X5 : Indeks Penyumbatan Y : Produksi lateks (g/p/s)
Peubah yang diamati untuk volume kayu yaitu: X1 : Lilit batang (cm) X2 : Tebal kulit (mm) X3 : Tinggi tanaman (m) X4 : Tinggi cabang pertama (m) X5 : Jumlah cabang pertama (buah) Y : Volume kayu (m3/ph) Metode statistik yang digunakan untuk mengukur besarnya hubungan
linier antara dua peubah atau lebih digunakan analisis korelasi sebagai berikut: ∑xiyi - (∑xi)(∑yi)/n
rij = √{∑xi 2 - (∑xi)2/n} {n∑yi 2 - (∑yi)2/n} Untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung dari setiap
peubah bebas terhadap peubah tidak bebas, digunakan analisis lintas untuk hasil lateks dengan metode matriks sebagai berikut:
Universitas sumatera utara

r1y r11 r12 r13 r14 r15 p1y r2y r21 r22 r23 r24 r25 p2y

r3y = r4y

r31 r32 r33 r34 r35 r41 r42 r43 r44 r45

p3y p4y

r5y r51 r52 r53 r54 r55 p5y ABC

A = vektor koefisien korelasi antara peubah bebas Xi ( i = 1,2,…n) dan peubah tak bebas Y

B = matrik korelasi antara peubah bebas dalam model regresi berganda yang

memiliki n buah peubah, merupakan matriks dengan elemen – elemen rij C = vektor koefisien lintas yang menunjukkan pengaruh langsung dari setiap

peubah bebas terhadap peubah tidak bebas

Seleksi Genotipe

Anailsis statistik yang digunakan untuk menyeleksi genotipe yang

termasuk ke dalam seleksi 10% dan 1% adalah berdasarkan besarnya nilai Z atau

nilai t untuk setiap hasil persilangan 2006,2007, dan 2008.

Sudjana (2001) menyatakan bahwa uji Z digunakan apabila populasi≥ 30

sampel, sementara untuk popula≤si 30 dapat menggunakan uji t. Hal ini

diperjelas oleh William Sealy Gosset, 1876-1937 dalam buku Steel dan Torrie

(1989) ia melihat bahwa pengganti σ dengan s dalam perhitungan nilai-nilai Z

tidak dapat dipercaya untuk contoh-contoh berukuran kecil, dan oleh karena itu

diperlukan tabel lain. Peubah yang berhubungan erat dengan peubah t =Ŷ( -µ)/sy, sebuah bentuk yang melibatkan statistik Ŷ dan s y, dan bukan dengan Z = (Ŷ-µ)/σy. Bila derajat bebasnya semakin besar, maka sebaran bagi t semakin mendekati

normal. Hal ini dapat dilihat dalam tabel t dimana nilai db = ∞ pada taraf 10% dan

1% sama dengan nilai-nilai sebaran normal pada tabel Z yaitu 1,28 dan 2,32.

Universitas sumatera utara

Karena populasi A ≥ 30 yaitu 39 genotipe maka analisis statistik yang digunakan untuk menyeleksi genotipe penghasil lateks dan penghasil kayu yang termasuk ke dalam seleksi 10% dan 1% adalah berdasarkan nilai Z berikut :
x-µ Z=
σ Dimana, Z = 1,28 dan 2,32 untuk masing-masing seleksi 10% dan 1%
x = Nilai minimum untuk parameter yang diseleksi µ = Nilai rat-rata populasi σ = Simpangan baku Pada populasi B dan populasi C ≤ 30 dimana populasi masing-masing 15 genotipe dan 10 genotipe maka analisis statistik yang digunakan untuk menyeleksi genotipe pengahasil lateks dan penghasil kayu yang termasuk ke dalam seleksi 10% dan 1% adalah berdasarkan nilai t dihutung dengan rumus sebagai berikut :
x-µ t=
sy Dimana, t = 1,34 dan 2,60 untuk masing-masing seleksi 10% dan 1% (n = 15)
= 1,37 dan 2,76 untuk masing-masing seleksi 10% dan 1% (n = 10) x = Nilai minimum untuk parameter yang diseleksi µ = Nilai rat-rata populasi Sy = Simpangan baku nilai tengah Sementara untuk melihat potensi hasil seleksi progeni penghasil latekskayu dilakukan dengan menggunakan sebaran dua arah antara rata-rata volume kayu dengan rata-rata hasil karet kering. Untuk tiap pasangan µ dan σ dalam penelitian ini grafiknya mendekati sumbu datar x dimulai dari x = µ + σ ke kanan
Universitas sumatera utara

dan x = µ - σ ke kiri. Sehingga diperoleh seleksi lateks-kayu dimana nilai x-nya berada diluar x = µ - σ dan x = µ + σ. Analisis data
Analisis data untuk nilai statistik, seleksi uji Z, seleksi uji t dan sebaran dua arah dengan menggunakan Microsoft Exel 2010. Analisis data regresi dan korelasi menggunakan software Minitab 16 satatistical. Analisis data sidik lintas menggunakan software Lisrel 9.1 Student
Universitas sumatera utara

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal
Membersihkan areal dari gulma-gulma dan rumput yang melilit batang tanaman karet untuk mempermudah mekukan kegiatan penelitian. Sensus Tanaman
Sensus dilakukan dengan mendata jumlah populasi tanaman yang hidup, kerdil dan mati, kemudian

Dokumen yang terkait

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Beberapa Tetua Betina Dan Jantan Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.) Sebagai Klon Unggul Penghasil Lateks Dan Lateks Kayu

0 42 72

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan 2009 Berdasarkan Karakteristik Produksi Dan Fisiologi Pada Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.)

1 5 49

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan 2009 Berdasarkan Karakteristik Produksi Dan Fisiologi Pada Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.)

0 0 12

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan 2009 Berdasarkan Karakteristik Produksi Dan Fisiologi Pada Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.)

0 0 2

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan 2009 Berdasarkan Karakteristik Produksi Dan Fisiologi Pada Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.)

0 0 4

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan 2009 Berdasarkan Karakteristik Produksi Dan Fisiologi Pada Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.)

0 0 7

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Beberapa Tetua Betina Dan Jantan Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.) Sebagai Klon Unggul Penghasil Lateks Dan Lateks Kayu

0 0 10

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Beberapa Tetua Betina Dan Jantan Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.) Sebagai Klon Unggul Penghasil Lateks Dan Lateks Kayu

0 0 13

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Tetua Betina IRR 111 dengan Beberapa Tetua Jantan Tahun 2006-2008 pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)

0 0 11

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Tetua Betina IRR 111 dengan Beberapa Tetua Jantan Tahun 2006-2008 pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)

0 0 11